Anda di halaman 1dari 6

METODE SAMPLING DAN KOLEKSI SPESIMEN

Oleh :
Nama : Eka Nofianti
NIM : B1A018094
Rombongan : 7
Kelompok : 1 (satu)
Asisten : Vivi

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam memilih metode pengambilan sampel, pertanyaan utama adalah apakah


prosedur menghasilkan sampel yang bisa dari variable yang diteliti. Suatu metode dapat
menghasilkan sampel yang bisa secara langsung, sebagai hasil dari bias intrinsic
sehubungan degan variable penelitian, atau yang kedua karena beberapa tingkat
ketergantungan (korelasi) antara variable yang bias langsung. Untuk memilih teknik
pengambilan sampel, pengamat perlu mempertimbangkan dengan cermat karakteristik
perilaku dan interaksi sosial yang relevan dengan populasi penelitian yang ada (Altman. J,
2015).
Koleksi specimen merupakan aset ilmiah yang penting sebagai bahan penelitian
keanekaragaman fauna baik taraf nasional maupun internasional. Kegiatan pengelolaan
yang dapat dilakukan adalah proses pengawetan, perawatan, perekaman data, pengawasan
dalam penggunaan specimen ilmiah. Pembuatan awetan specimen diperlukan untuk tujuan
pengamatan specimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru, terutama
untuk spesimen-spesimen yang sulit ditemukan di alam. Spesimen adalah contoh binatang
atau tumbuhan atau mikroba utuh (misal serangga dan ikan), bagian dari tubuh binatang
atau tumbuhan (misal tengkorak mamalia, tulang belulang, daun yang diserang hama dan
bunga) atau organ (hati dan pucuk akar serabut) atau darah (untuk material DNA) yang
dikumpulkan dan disimpan untuk jangka waktu tertentu (Suhardjono, 1999).
Kataloging salinan merupakan proses menyalin metadata dari cantuman bibliografi
yang ada. Istilah ini berkembang karena adanya perpustakaan yang mempunyai koleksi
yang sama. Untuk menghindari pekerjaan duplikasi, maka dilakukan pengatalogan salin.
Untuk mendapatkan data sesuai tujuan penelitian dilakukan studi kualitatif dari sumber
pengatalogan salin (wicaksono. A, 2016)
B. Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah:
1. Mengetahui metode pengambilan sampel dan pengawetan specimen hewan.
2. Melakukan pengawetan terhadap hewan Invertebrata dan Vertebrata.
3. Melakukan pendataan specimen awetan dalam katalog.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Ada beberapa ragam teknik pengambilan diantaranya metode probability dan non
probability. Namun disamping hal tersebut, peneliti lebih suka menggunakan sampel non-
probabilitas karena lebih akurat serta mendapat kepercayaan kerjasama dari
koresponden. Metode probability terdapat berbagai macam cara diantaranya sampling
acak sederhana, sampling acak sistematis, sampling stratifikasi, sampling rumpun,
sampling bertahap, dan probabilitas proporsional ukuran sampling. Sedangkan metode
non probability terdiri dari sampling kuota, sampling kebetulan, sampling purposive,
sampling sukarela, dan sampling snowball(Etikan, 2017)
Teknik koleksi specimen dibedakan menjadi dua yaitu koleksi basah dan koleksi
kering. Koleksi kering dilakukan untuk hewan seperti kelas mamalia, amphibi, dan aves,
sedangkan koleksi basah digunakan untuk kelas reptile dan pisces. Diungkapkan adalah
komposisi untuk mengumpulkan, menyimpan dan mengangkut populasi asam nukleat dari
spesimen biologis, dan sampell klinis, forensik, atau lingkungan (Gerald. W, 2016).
Pengaetan hewan dapat dilakukan dengan cara berikut :
1. Pengawetan tulang (rangka)
Pengawetan preparat tuling dilakukan dengan terlebih dahulu membedah dan
menguliti spesimen hingga bersih dari kulitnya. Kemudian dilakukan perebusan
selama 40 menit hingga 2 jam agar memudaahkan pemisahan otot dari rangka,
lalu didinginkan secara alami. Selanjutnya dibersihkan sampai tinggal tulangnya
dan direndam daldam larutan pemutih. (Yayuk et all, 2010)

Gambar 1.1 awetan tulang


2. Pengawetan insekta
Pembuatan preparat awetan insekta dilakukan dengan terlebih dahulu
mematikan serangga dengan cara serangga dimasukkan ke dalam botol yang
didalamnya telah diletakan busaberkloroform. Setelah mati, bagian luar tubuh
serangga diolesi alkohol 70% lalu ditusuk dengan office pin ditancapkan pada
sterofoam. (Afifah, et. all. 2015)
Gambar 1. 2. Pengaetan insekta
3. Pengawetan kering (taksidermi)
Taksidermi adalah salah satu teknik pengaetan mumifikasi selama berabad-
abad. Pembuatan preparat taksidermi dilakukan dengan terlebih dahulu membius
spesimen dengan kloroform atau eter. Spesimen yang biasa digunakan adalah
mamalia dan aves. Setelah hewan mati, dibuat torehan dari perut depan alat
kelamin sampai dada, kemudian lukanya dibubuhi tepung jagung. Setelahnya
hewan dikuliti, dibersihkan lemaknya dan ditaburi boraksdan gulungan kapas
dimasukan ke dalam tubuh hewan. (Yayuk et all, 2010)

Gambar 1.3 awetan kering


4. Pengawetan basah
Spesimen yang dibuat biasanya bangsa crustacea atau hean vertebrata lainnya.
Hewan dimatikan dengan kloroform/eter, dibersihkan lalu dimasukkan ke dalam
toples transparan berisi alkohol 70% yang sesuai ukurannya dan dilengkapi oleh
kaca transparan (Yayuk et all, 2010)

Gambar 1.4. awetan basah

Holotype adalah spesimen atau ilustrasi yang dibuat oleh autornya dan dinyatakan
sebagai type untuk nama yang baru, syntype adalah sejumlah spesimen yang menjadi
dasar dari deskripsi asli, neotype adalah specimen yang di pilih untuk menjadi type
tatanama, kalau holotype hilang atau rusak, syntype adalah specimen yang digunakan
untuk menggantikan holotype, kalau holotype hilang atau rusak (Yayuk et all, 2010)
III. METODOLOGI

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah botol kaca, spuit, kotak
fiksasi, jarring serangga, killing bottle, kapas, kardus, kertas kalkir, pinset, office pin atau
jarum styrofoam, alat bed, alat penyimpan specimen, baki preparat, kompor, sikat gigi, alat
tulis dan kamera
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alcohol 70%, tisu,
chloroform, formalin, alcohol, silica gel, tepung maizena, boraks, kapas atau dakron, mata
palsu, kawat, lem, sabun cair, pemutih / Natrium Hipoklorit (NaOCl 10%) , dan specimen
yang digunakan.
B. Metode
Metode yang dilakukan pada praktikum kali ini antara lain :
1. Praktikan mempelajari beberapa teknik pengambilan sampel hewan.
2. Praktikan mempelajari tentang proses preparasi koleksi hewan di lapangan atau
laboratorium (pembiusan, pembunuhan, fiksasi, pengawetan).
3. Praktikan mempelajari tentang proses manajemen koleksi specimen hewan.
4. Praktikan melengkapi laporan sementara.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, N., Sudarmin & Widianti, T., 2015. Efektivitas Penggunaan Herbarium dan
Insektarium Pada Tema Klasifikasi Mahluk Hidup Sebagai Suplemen Media
Pembelajaran IPA Terpadu kelas VII MTs. Unnes Science Education Journal, 4
(2) pp.494-501
Altman, J., 2015. Studi Observasi Perilaku: Metode Pengambilan Sampel. Jurnal
Statistika. 49 (4-5). 227- 266
Etikan, I., Bala K., 2017.Sampling and Sampling Methods. Biometrics & Biostatistic
International Journal. 5(6) 00149
Gerald, W,. Fischer., 2016. Biological Specimen Collection/ Transport Composition and
Methods. US Journal of Zoologi. 9(4) 144-189
Suhardjono, Y.R., 1999. Buku Pegangan Pengelolaan Koleksi Spesimen Zoologi. Bogor :
LIPI Press
Wicaksono, A., 2016. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Sebagai Sumber Copy
Cataloging. Khazanah Al Hikmah Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi dan
Kearsipan. 4(2) , 140-151
Yayuk, S., Hartini, U., & Sartiamai, E., 2010. Koleksi, Preservasi. Identifikasi, Kurasi,
dan Manajemen Data. Bandung : Angkasa Pura

Anda mungkin juga menyukai