Anda di halaman 1dari 8

METODE SAMPLING & KOLEKSI SPESIMEN HEWAN

Oleh :
Nama : Anisyah Adhi Nuraini
NIM : B1A018093
Rombongan : VIII
Kelompok :3
Asisten : Anissa Febriyanti

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN 1

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metode sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai
dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan
memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang
representative (Margono, 2004). Metode sampling secara garis besar adalah penarikan
sampel dari satu populasi. Tiga konsep penting di dalam metode sampling adalah
populasi, sampel dan teknik sampling. Jenis metode sampling ada dua yaitu probability
sampling dan nonprobability sampling. Hal-hal yang perlu dipelajari dalam metode
sampling adalah tentang ukuran sampel yang layak, keterwakilan sampel dan sampling
error yang nantinya akan menentukan kualitas sampel (Silalahi, 2015).
Koleksi spesimen adalah pengawetan yang digunakan dalam mempertahankan
organ spesimen. Teknik koleksi dibedakan menjadi dua yaitu koleksi basah dan
koleksi kering. Koleksi kering dilakukan untuk hewan seperti kelas Mamalia,
Amphibi, Aves, sedangkan koleksi basah digunakan untuk kelas Reptil dan Pisces.
Persiapan koleksi spesimen yaitu mematikan objek, fiksasi, dan pengawetan. Objek
yang akan djadikan spesimen harus dimatikan terlebih dahulu, hal ini dilakukan
bertujuan untuk memudahkan dalam melakukan pengawetan, kemudian dilakukan
fiksasi yang bertujuan mempertahankan ukuran dan bentuk sel tubuh, dilanjutkan
pengawetan spesimen agar spesimen tersebut tidak rusak sehingga dapat dijadikan
koleksi rujukan dalam identifikasi hewan (Tjakrawidjaya, 1999).
Manfaat dan dayaguna koleksi spesimen diantaranya yaitu membantu dalam
identifikasi atau mengenali jenisnya, mendiagnosa atau mendeskripsikan karakter
pemiliknya, membantu mempelajari hubungan kekerabatan, mempelajari pola sebaran
geografis, mempelajari pola musim keberadaannya, mengetahui habitat, mengetahui
tumbuhan atau hewan inang dan mengetahui biologi : perilaku dan daur hidup
(Suhardjono, 1999). Secara umum pengertian katalog adalah suatu daftar yang terurut
yang berisi informasi tertentu dari benda atau barang yang didaftar. Secara lebih luas
pengertian katalog adalah metode penyusunan item (berisi informasi atau keterangan
tertentu) dilakukan secara sistematis baik menurut abjad maupun urutan logika yang
lain (Arkiyah, 2015). Sedangkan katalogisasi (cataloging) adalah proses pengolahan
data-data bibliografi yang terdapat dalam suatu bahan pustaka menjadi katalog
(Qalyubi, 2003).
B. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah :


1. Mengetahui metode pengambilan sampel dan pengawetan spesimen hewan.
2. Melakukan pengawetan terhadap hewan Invertebrata dan Vertebrata.
3. Melakukan pendatan spesimen awetan dalam katalog.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Ragam metode sampling ada dua macam yaitu yang pertama sampling non-
probabilitas dan sampling probabilitas. Sampling non-probabilitas adalah prosedur
pengambilan sampel yang menyatakan bahwa tidak setiap probabilitas atau
kemungkinan dapat memiliki kesempatan untuk dimasukkan dalam sampel penelitian.
Ada lima metode pengambilan sampel berdasarkan sampling non-probabilitas yaitu :
Pengambilan sampel kuota (Quota sampling), Pengambilan sampel secara tak
disengaja (Accidental sampling), Pengambilan sampel atau Pengambilan sampel
secara Purposive (Judgemental sampling or Purposive sampling), Pengambilan sampel
oleh ahli (Expert sampling), Pengambilan sampel bola salju (Snowball sampling), dan
Pengambilan sampel modal instan (Modal instant sampling). Berdasar beberapa
metode di atas, peneliti dapat memilih item-item yang akan dijadikan sampel secara
sengaja. Jenis pengambilan sampel ini mahal dalam aplikasi (Etikan & Bala, 2017).
Macam kedua yaitu sampling probabilitas atau bisa juga dikenal sebagai random
sampling adalah contoh yang memungkinkan setiap probabilitas atau kemungkinan
memiliki kesempatan yang sama untuk dimasukkan dalam sampel penelitian.
Contohnya dalam undian adalah individu yang dipilih akan diambil dari keseluruhan
kelompok sehingga murni setiap individu mendapat kesempatan yang sama. Macam
metode pada sampling probabilitas yaitu : Sistematis pengambilan sampel acak
(Systematic random sampling), jenis pengambilan sampel bertingkat (Stratified types
of sampling), pengambilan sampel kelompok (Cluster sampling), Pengambilan sampel
multi-tahap (Multi-stage sampling) dan Pengambilan sampel area (Area sampling)
(Etikan & Bala, 2017).
Ragam koleksi spesimen yaitu pertama tulang rangka. Termasuk ke dalam koleksi
kering yaitu berupa tulang dan kulit yang diawetkan dengan bahan kimia formalin atau
boraks. Pembuatan preparat tulang dilakukan dengan terlebih dahulu membedah dan
menguliti spesimen hingga bersih dari kulitnya (Yayuk et al., 2010).

Gambar 2.1 contoh awetan aves


Kedua adalah Insekta (Insektarium). Insektarium merupakan tempat penyimpanan
koleksi spesimen insekta baik yang basah maupun yang kering (Susilo, 2015).
Insektarium adalah serangga yang diawetkan dengan menggunakan bahan pengawet
alkohol 96% dan formalin 5% yang ditaruh di dalam kotak spesimen untuk dipelajari
bagian-bagian morfologinya (Afifah et al., 2015). Insektarium merupakan media
awetan yang digunakan untuk mengenalkan serangga yang berada disekitar kita walau
tanpa melihatnya secara langsung (Imran & Suryani, 2018).

Gambar 2.2 contoh awetan insekta


Ragam koleksi spesimen ketiga yaitu taksidermi. Taksidermi adalah salah satu
teknik pengawetan untuk mumifikasi selama berabad-abad. Spesimen yang biasa
dibuat taksidermi adalah mamalia dan aves (Demirci et al., 2015). Taksidermi adalah
hewan hasil pengawetan, biasanya golongan vertebrata yang dapat dikuliti. Didalam
pembuatan taksidermi, hewan dikuliti, organ-organ dalam dibuang, untuk selanjutnya
dibentuk kembali seperti bentuk aslinya. Hewan-hewan vertebrata yang sering dibuat
taksidermi misalnya berbagai jenis mamalia, kadal atau reptil, dsb. Taksidermi
seringkali dipergunakan sebagai bahan referensi untuk identifikasi hewan vertebrata,
juga menunjukkan berbagai macam ras yang dimiliki suatu spesies. Selain itu, tentu
saja taksidermi dapat dijadikan sebagai media pembelajaran biologi (Suhadi, 2009).

Gambar 2.3 contoh awetan mamalia

Ragam koleksi spesimen terakhir yaitu koleksi spesimen basah. Koleksi spesimen
ini adalah yang disimpan pada larutan pengawet ethanol 70%. Spesimen yang biasanya
dibuat awetan basah adalah bangsa crustacea atau hewan avertebrata lainnya (Yayuk
et al., 2010). Contoh spesimen yang dibuat awetan basah adalah ikan. Sampel-sampel
ikan yang berasal dari alam sebelum dilakukan pengawetan, maka
difiksasi/perendaman terlebih dahulu. Koleksi ikan biasanya dalam bentuk basah yaitu
ikan segar yang baru ditangkap dimasukkan ke dalam larutan formalin (10 %), tetapi
spesimen yang dibekukan di lemari es, harus dicairkan terlebih dahulu (Pratiwi, 2016).

Gambar 2.4 contoh awetan basah


Holotype adalah spesimen tipe tunggal yang mewakili nama suatu kelompok
spesies takson. Biasanya dinamai seperti deskripsi umum, tetapi jika tidak menandai
secara eksplisit, ini dapat dipertimbangkan seperti jika petunjuk pada deskripsi umum
menunjukkan bahwa deskripsi berdasarkan hanya dari spesimen tunggal. Syntype
adalah setiap spesimen yang berdasarkan deskripsi pemberi nama adalah kelompok
spesies baru tanpa menandakan holotype, termasuk spesimen yang ada dan specimen
tersebut disebut oleh referensi bibliografi. Lectotype adalah tipe spesimen yang
dinamakan dari suatu spesies yang secara umum didasarkan pada lebih dari satu
spesies dan pemberi nama tidak menamakan salah satu spesimen seperti holotype atau
type. Neotype adalah tipe spesimen yang dinamai dari spesies tipe (holotype, lectotype,
neotype) atau seri tipe (syntype) yang telah terbukti hilang atau hancur (Evenhuis,
2008).
III. METODOLOGI

A. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah botol kaca, spuit, kotak
fiksasi, jaring serangga, killing bottle, kapas, kardus, kertas kalkir, pinset, office pin
atau jarum, styrofoam, alat bed, alat penyimpan spesimen, baki preparat, kompor, sikat
gigi, alat tulis dan kamera.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alcohol 70%, tisu,
chloroform, formalin, alkohol, silica gel, tepung maizena, boraks, kapas atau dakron,
mata palsu, kawat, lem, sabun cair, pemutih / Natrium Hipoklorit (NAOCl 10%), dan
spesimen yang digunakan.

B. Metode

Metode yang dilakukan pada praktikum kali ini antara lain :


1. Beberapa teknik pengambilan sampel hewan dipelajari.
2. Proses preparasi koleksi hewan di lapangan atau laboratorium (pembiusan,
pembunuhan, fiksasi, pengawetan) dipelajari.
3. Proses manajemen koleksi spesimen hewan dipelajari.
4. Laporan sementara dilengkapi.
DAFTAR REFERENSI

Afifah, N., Sudarmin & Widianti, T., 2015. Efektivitas Penggunaan Herbarium dan
Insektarium pada Tema Klasifikasi Makhluk Hidup Sebagai Suplemen Media
Pembelajaran IPA Terpadu Kelas VII MTs. Unnes Science Education Journal,
3(2), pp. 494-501.
Arkiyah, N., 2015. Perkembangan Katalog Perpustakaan. Yogyakarta: UAD Press.
Demirci, B., Gultiken, M. E., Karayigit, M. O. & Atalar, K., 2015. Is Frozen
Taxidermy an Alternative Method for Demonstration of Dermatopaties.
Eurasian Journal of Veternity Sciences, 28(3), pp. 172-176.
Etikan, I. & Bala, K., 2017. Sampling and Sampling Methods. Biometrics &
Biostatistics International Journal, 5(6), pp. 1-3.
Evenhuis, N. L., 2008. A Compendium of Zoological Type Nomenclature : a Reference
Source. Hawaii: Bishop Museum Press.
Imran, R. F. & Suryani, N. A., 2018. Preoperational Development of Early Childhood
with Insectarium Media. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
2(2), pp. 270-274.
Margono, 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pratiwi, R., 2016. Biota Laut : Bagaimana Mengkoleksi dan Merawat Biota Laut.
Oseana, 31(2), pp. 1-9.
Qalyubi, S., 2003. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta: Fak.
Adab IAIN Sunan Kalijaga.
Silalahi, U., 2015. Metode Penelitian Sosial Kuantitatif. Bandung: PT Refika Aditama.
Suhadi, 2009. Koleksi Spesimen : Awetan Kering Hewan. Jakarta: Cahaya Press.
Suhardjono, Y. R., 1999. Buku Pegangan Pengelolaan Koleksi Spesimen Zoologi.
Bogor: LIPI Press.
Susilo, M. J., 2015. Analisis Kualitas Media Pembelajaran Insektarium dan Herbarium
untuk Mata Pelajaran Biologi Sekolah Menengah. Jurnal Bioedukatika, 3(1),
pp. 10-15.
Tjakrawidjaya, F., 1999. Arsenic In Taxidemy Collections. Bogor: Puslitbang Biologi.
Yayuk, S., Hartini, U. & Sartiami, E., 2010. Koleksi, Preservasi, Identifikasi, Kurasi
dan Manajemen Data. Bandung: Angkasa Duta.

Anda mungkin juga menyukai