Anda di halaman 1dari 12

METODE KOLEKSI HEWAN UNTUK

PENELITIAN TAKSONOMI
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Metode
sampling merupakan suatu langkah untuk
menentukan besarnya sampel yang diambil dalam
melaksanakan penelitian suatu objek. Menentukan
besarnya sampel bisa dilakukan dengan statistik
atau berdasarkan estimasi penelitian. Pengambilan
sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga diperoleh sampel yang benarbenar dapat
berfungsi atau dapat menggambarkan keadaaan
populasi yang sebenarnya, dengan istilah lain harus
representatif (mewakili) (Sugiyono, 2016).
Koleksi spesimen adalah aset ilmiah yang penting
berfungsi sebagai bahan penelitian keanekeragaman fauna
baik taraf nasional ataupun taraf internasional. Pembuatan
awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan
spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar
yang baru. Koleksi juga dipaparkan dalam fokus ilmiah
atau penelitian dari sebuah organisasi seperti museum.
Akses kepada masyarakat perlu disediakan, termasuk
orang-orang dalam pengecualian mereka, karena mereka
tidak memiliki pengetahuan khusus untuk memahami
beberapa spesimen yang mereka ketahui. Spesimen-
spesimen yang sulit di temukan di alam, contohnya.
Kegiatan pengelolaan yang dapat dilakukan adalah proses
pengawetan, perawatan, perekaman data, pengawasan
dalam penggunaan spesimen ilmiah (Suhardjono, 1999).
Teknik sampling dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu probability sampling dan non probability
sampling. Probability sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi,
simple random sampling, proportionate stratifed
random sampling, disproportionate stratifies random
sampling, sampling area (cluser). Non probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi, sampling
sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, dan
snowball (Sugiyono, 2016).
Macam-macam spesimen, yaitu
1. Awetan kering, yaitu bahan yang dijadikan spesimen ini yaitu berupa
awetan yang sudah dikeringkan terlebih dahulu, terbagi menjadi 4 koleksi
spesimen yang berupa awetan kering, antara lain:
a. Kata taksidermi dulu berasal dari kata Yunani ‘taksi’ artinya memperbaiki
dan ‘dermi’ berarti kulit. Termasuk melibatkan penyimpanan catatan
yaitu pengukuran ekor, panjang tubuh, jenis kelamin, posisi pemasangan
dengan sketsa di atas kertas. Langkah selanjutnya melibatkan menguliti
hewan. Kulit itu sepenuhnya dibuang dan diawetkan dengan karbon
tetraklorida, alkohol dan natrium pasta arsenit. Langkah ketiga adalah
pemasangan. Badan kertas dengan bantuan plester cetakan paris
disiapkan beserta bantuan paku dan kabel dan akhirnya basis sementara
disiapkan dengan bantuan kulit. Finishing dilakukan dengan pewarnaan
pada bagian tubuh, mata, dan bagian lainnya
Taksidermi
b. Insektarium merupakan tempat penyimpanan
koleksi spesimen insekta, baik awetan basah
maupun awatan kering. Insektarium sering
menampilkan berbagai jenis serangga, koleksi
serangga merupakan bahan untuk belajar
struktur tubuh serangga secara mendalam,
terutama yang berhubungan dengan ciri
khasnya, sehingga kita lebih mudah mengenal
dan menggolongkannya bila suatu waktu
menjumpainya kembali di lapangan. (Susilo,
2015).
Insektarium
Rangka untuk menyiapkan jenis koleksi rangka
pada hewan, dapat digunakan dengan beberapa
cara. Masing-masing cara mempunyai kelebihan
dan kekurangan serta spesifikasi. Cara yang biasa
digunakan antara lain penguburan, perebusan,
perendaman air (maserasi), perlakuan dengan
kumbang Dermentes, pembersihan lemak dan
pemutihan (Pratiwi, et al., 2016).
Awetan Rangka
Awetan basah, yaitu baik untuk hewan maupun
tumbuhan biasanya dibuat dengan merendam
seluruh specimen dalam larutan formalin 4%. Semua
spesimen koleksi basah tersimpan dalam botol yang
berisi larutan pengawet alkohol. Setelah spesimen
koleksi tersimpan dan tertata dengan rapi, maka perlu
dilakukan pearawatan secara rutin, teratur dan
insidental. Pengecekan alkohol secara berkala, setiap
3 atau 6 bulan sekali, bila jumlah alkohol berkurang
harus ditambah kembali hingga penuh. Pemeriksaan
wadah dan label, bila label rusak harus diganti, dan
label lama dapat tetap disimpan (Pratiwi, et al., 2016).
Awetan Basah

Anda mungkin juga menyukai