Anda di halaman 1dari 8

Kegiatan ke 3

Pembuatan Insektarium

A. Tujuan Kegiatan
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan insektarium
2. Mahasiswa dapat mengetahui keanekaragaman spesies serangga.

B. Kajian Pustaka
Entomologi adalah cabang sains yang mengkaji mengenai serangga.
entomologi berasal adri bahasa latin “entonom” bermakna serangga dan
“logos” bermakna ilmu pengetahuan. Pengertian secara simantik dalah ilmu
yang mempelajari tentang serangga. serangga merupakan kelompok hewan
terbesar jumlah spesiesnya dibandingkan hewan lain. Entomologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang serangga atau insekta. Kelas insekta atau serangga
merupakan kelas yang memiliki anggota spesies paling banyak tidak saja
untuk filum arthropoda, namun untuk seluruh hewan di alam (Lumowa, 2015:
1).
Keanekaragaman makhluk hidup dapat ditandai dengan adanya perbedaan
warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan, dan sifat-sifat lainnya.
Keanekargaman dari makhluk hidup dapat juga terlihat dengan adanya
persamaan ciri antar makhluk hidup. Untuk dapat mengenal makhluk hidup
khususnya pada hewan berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya dapat dilakukan
melalui pengamatan ciri-ciri morfologi, habitat, cara berkembang biak, jenis
makanan, tingkah laku, dan beberapa ciri lain yang dapat diamati (Siregar,
2014: 2).
Keragaman hayati mempunyai arti yang sangat penting, baik sebagai
sumber daya maupun dalam pemeliharaan ekosistem. Pada ekosistem yang
seimbang tidak ada satu jenis organisme yang menjadi dominan dan
populasinya menonjol dibandingkan dengan populasi organisme lain
(Puspasari, 2016: 31).
2

Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi


dengan jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi.
Dari 751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di
Indonesia. Serangga di bidang pertanian banyak dikenal sebagai hama
Sebagian bersifat sebagai predator, parasitoid, atau musuh alami Kebanyakan
spesies serangga bermanfaat bagi manusia. Sebanyak 1.413.000 spesies telah
berhasil diidentifikasi dan dikenal, lebih dari 7.000 spesies baru ditemukan
hampir setiap tahun. Karena alasan ini membuat serangga berhasil dalam
mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi,
kapasitas reproduksi yang tinggi, kemampuan memakan jenis makanan yang
berbeda, dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya (Meilin, 2016:
18).
Serangga (Insekta) digolongkan dalam phylum Arthropoda. Serangga
sebagai salah satu golongan hewan penghuni terbesar dimuka bumi.
Diperkirakan bahwa jumlah seluruh serangga menduduki tiga perempat
bagian dari semua hewan yang ada, dan dari jumlah tersebut 750.000 spesies
telah berhasil diketahui dan diberi nama. Jumlah tersebut merupakan lebih
kurang 80% dari phylumnya sendiri. Nama Coleoptera berasal dari kata
“Koleos” yang artinya perisae dan “ptera” yang artinya sayap. Sayap depan
ordo ini (elytra) mengeras dan berfungsi melindungi tubuh serta sayap
belakang yang terlipat dibawah sayap depan pada saat hinggap. Pada sayap
hinggap kedua sayap depan membentuk satu garis lurus. Memiliki alat mulut
pengigit pengunyah, ada yang mulutnya muncul di ujung moncong yang
memanjang. Tarsus terdiri atas 2-5 segmen. Sayap belakang membraneus dan
terlihat dibawah sayap depan pada saat serangga ini istirahat. Sayap belakang
ini umumnya lebih panjang dari pada sayap depan dan digunakan untuk
terbang (Falahudin, 2015: 1).
Insektarium adalah awetan serangga dengan bahan pengawet alkohol 96%
dan formalin 5% yang dikemas dalam bentuk koleksi media pembelajaran.
Herbarium dan insektarium sebelum digunakan penelitian terlebih dahulu
3

telah divalidasi oleh pakar media, sehingga diketahui layak atau tidak
digunakan dalam penelitian (Afifah, 2014: 495).
Insektarium merupakan tempat penyimpanan koleksi spesimen Insekta,
baik awetan basah maupun awatan kering. Insektarium sering menampilkan
berbagai jenis serangga, koleksi serangga merupakan bahan untuk belajar
struktur tubuh serangga secara mendalam, terutama yang berhubungan
dengan ciri khasnya, sehingga kita lebih mudah mengenal dan
menggolongkannya bila suatu waktu menjumpainya kembali di lapangan
(Susilo, 2015: 11).
Menurut Suhara (2010: 16). Koleksi dan Penangkapan Serangga. Cara
mengumpulkan serangga dapat dilakukan bermacam-macam, tergantung
kepada jenis serangga dan tujuan pembuatan koleksi tersebut. Mengumpulkan
Serangga, serangga-serangga praktis dapat ditemukan dimana-mana dan
selalu dalam jumlah yang banyak. Semakin banyak tempat yang dikunjungi
orang untuk mencari serangga, maka akan semakin besar variasi serangga
yang akan diperoleh dalam pengumpulan. Untuk mengumpulkan serangga
perlu memperhatikan musim, cuaca dan waktu tertentu dimana populasinya
tinggi, akan tetapi untuk memperoleh keragaman yang terbesar harus
mengumpulkan sepanjang tahun karena jenis yang berbeda aktif pada waktu-
waktu yang berbeda. Bahan dan Alat Pengumpulan Serangga. Alat-alat
berikut biasanya digunakan ketika mengumpulkan serangga :
1. Jaring serangga
2. Botol-botol pembunuh
3. Amplop-amplop, atau kertas untuk membuat amplop
4. Kotak pil yang mengandung kertas tissue
5. Botol-botol kecil bermulut lebar untuk pengawetan
6. penjepit-penjepit
7. Lensa lapang
8. Kertas-kertas lembaran putih biasa
Menurut Yelianti (2016: 38). Secara umum, bahan dan alat yang
diperlukan dalam pembuatan herbarium meliputi :
4

1. Alat untuk mengamati, mengukur, dan mencatat : teropong binokuler,


loupe, altimeter, kompas, alat tulis, etiket gantung, dan kamera
2. Alat untuk koleksi, parang, gunting tanaman, gergaji kecil, pisau
3. Bahan untuk pengawet dan penyimpan, alkohol, spritus bening, FAA,
kertas koran, kantong plastik, sprayer
4. Alat untuk mengapit (pressing), kardus tebal atau triplek, tali
5. Alat untuk mounting, kertas monting (manila) dengan ukuran 29-31 x 39-
42 cm, benang, jarum jahit, kantong biji, perekat.
Menurut Yelianti (2016: 38). Kegiatan koleksi dan pengawetan dilapangan
perlu memperhatikan :
a. Ukuran sampel, biasanya 30 – 40 cm. Yang harus diperhatikan adalah
organ yang penting tidak boleh dipotong atau dipisahkan, hanya bisa
dilakukan pelipatan sehingga ukuran tetap seperti yang diinginkan
b. Kelengkapan organ, maksudnya setiap koleksi selain harus ada, suatu
organ juga harus lengkap
c. Ketentuan untuk habitus tertentu :1). Tunbuhan kecil seperti rumput,
herba, semak, yang ukurannya kecil di koleksi lengkap satu individu. 2).
Untuk pohon, semak besar, liana dan sebagainya dikoleksi sebagian sesuai
dengan ukuran tersebut di atas. 3). Untuk tumbuhan parasit dikoleksi
beserta inangnya atau minimal jenis inangnya diketahui
d. Pengamatan dan pencatatan, sebelum mengambil koleksi terlebih dahulu
dicatat dan diamati sifat-sifat khas tumbuhan tersebut yang tidak terwakili
dalam spesimen, antara lain : habitat, warna, bau, rasa atau karakter
lainnya yang mungkin hilang setelah tumbuhan tersebut dikeringkan,
vernacular name (nama daerah ditempat koleksi) dan kegunaannya. Setiap
spesimen diberi etiket gantung yang telah disiapkan sebelumnya. Etiket
gantung dapat berisi data seperti nomor spesimen, vernacular name, lokasi
koleksi, tanggal koleksi dan nama kolektor
e. Penyimpanan dan pengawetan di lapangan. Setelah dikoleksi selanjutnya
disimpan dalam lipatan koran. Setelah semua spesimen dimasukan ke
dalam lipatan koran, lalu disusun berlapis, diikat, dan dimasukkan dalam
5

kantong plastik kemudian disemprot dengan alkohol, akhirnya kantong


ditutup rapat agar udara tidak dapat keluar masuk.
Menurut Riyanto (2009: 3-4). Cara membuat insektarium yaitu sebagai
berikut:
a. Koleksi serangga
Serangga perairan dikoleksi dengan jaring air. Jaring direndam atau
digerakkan di tumbuhan air. Jenis serangga yang melayang atau
mengapung dapat ditangkap dengan jaring. Serangga air yang ditemukan
di bawah batu atau cabang-cabang kayu yang terendam dapat ditangkap
langsung. Serangga terestrial seperti kupu-kupu, belalang dan kumbang
dikoleksi dengan inseknet atau jaring serangga. Banyak jenis serangga
lainya dapat dikumpulkan dari bawah batu atau cabang pohon dan dengan
menggali dari dalam kayu yang membusuk. Serangga nokturnal seperti
ngengat dapat ditangkap dengan menggunakan lampu terang yang
dilekatkan di papan putih sebagai penarik. Serangga kecil yang merayap
seperti semut dan anai-anai dapat dikoleksi dengan menggunakan aspirator
(sejenis alat hisap). Serangga yang berhubungan dengan sampah dan tanah
dapat dipisahkan dari tanah atau sampah menggunakan corong Berlese
b. Mematikan serangga
Serangga dapat dimatikan dengan beberapa cara, yaitu pembekuan,
pemanasan, atau pengasapan. Metode beku dengan menggunakan botol
pembunuh serangga. Botol pembunuh berupa botol bekas atau tabung
erlemeyer. Caranya masukkan kapas yang telah dicelupkan dalam
alkhohol, lalu botol ditutup rapat. Biarkan botol selama 5 menit, oleh
karena itu dapat dilakukan di rumah
c. Pengawet serangga atau spesimen
Serangga diawetkan dengan alkohol 70% atau larutan Carl akan
meningkat dayanya jika ditambahkan sedikit gliserin. Tujuan penambahan
gliserin untuk melindungi bagian tubuh serangga yang keras dari
kerapuhan
d. Pelekatan dan perekatan spesimen.
6

Alat yang digunakan adalah kotak koleksi, jarum, potongan kertas


kecil, sirlak putih, jepitan atau pinset serangga, dan label. Serangga yang
dikumpulkan dari lapangan dapat dilekatkan satu hari setelah
dikumpulkan. Jika spesimen ditaruhkan dalam botol yang tertutup rapat,
spesimen dapat tetap segar untuk 1 hari. Jika spesimen telah kering dan
kaku, spesimen harus “dilunakkan” kembali sebelum dilekatkan. Metode
perekatan seringkali berbeda antar ordo, tergantung jenis ciri - ciri yang
digunakan untuk klasifikasi. Orthoptera, Neuroptera, Ephemeroptera,
Odonata, Homoptera, Mecoptera, Trichoptera, Lepidoptera, dan
Hymenoptera hendaknya ditusuk dengan jarum tepat di toraks
e. Pemberian label
Setelah identifikasi lalu diberi label. Label ini harus dibuat sekecil
mungkin dan berisi informasi sebagai berikut: lokasi, tanggal dan nama
kolektor. Label ini harus diletakkan dijarum tepat di bawah spesimen,
buatlah jarak yang sama antara ujung jarum dengan spesimen.
Pengawetan kupu-kupu merupakan kegiatan yang membutuhkan
ketekunan dan ketelitian ekstra, karena walaupun cara menangkap,
mengumpulkan dan mengangkutnya baik, kadang-kadang tanpa disadari
akibat kurang kontrol terhadap cara pengawetan, kerusakan tubuh atau badan
kupu-kupu bisa saja terjadi. Cara pengawetan yang harus diperhatikan mulai
dari memasang jarum dan merentangkannya pada papan perentang,
mengeringkan kupu-kupu, penyimpanan dalam kotak koleksi dan sebagainya.
Formaldehida adalah gas yang tidak berwarna, sedangkan yang disebut
formalin ialah larutan 36-40% formaldehida dalam air dan biasanya
mengandung 12-14% metanol untuk memecah polimerase yang
mengakibatkan larutan formaldehida menjadi keruh. Folmaldehida berbau
tajam, mudah mengakibatkan keluarnya air mata, dan merupakan racun (tidak
boleh kena mata). Kegunaan formalin yaitu: sebagai penghapus hama,
sebagai pengawet, untuk membat cat celup dan bahan farmasi, dan untuk
menyamak kulit. Alkohol merupakan senyawa kimia yang memilki formula
dasar R-OH dengan gugus R adalah gugus alkil tersubstitusi. Senyawa ini
7

banyak digunakan sebagai bahan pelarut, bahan dasar industri senyawa


alifatik dan bahan obat-obatan. Alkohol merupakan bahan kimia yang bersifat
racun. Etil alkohol merupakan satu-satunya yang mempunyai efek fisiologis
dan sifat racunnya paling rendah dari senyawa alkohol alifatik (Risandy,
2001: 9-11).
Pengawetan serangga sangat diperlukan terutama untuk memenuhi
kebutuhan pada masa yang akan datang, dalam membantu perkembangan
ilmu. Pengawetan serangga bertujuan untuk mempermudah pemahaman
morfologi, anatomi, dan sistematika serangga dengan membuat media
pendidikan sendiri dengan semenarik mungkin. Adanya awetan yang dibuat
sendiri sangat membantu pengadaan alat peraga dan koleksi. Tanpa
diawetkan serangga tersebut mungkin hanya dapat dipakai satu kali
praktikum tapi jika diawetkan dapat dipergunakan selama mungkin. Dengan
mengawetkan serangga yang telah dikoleksi kita tidak perlu sering
mengadakan koleksi yang bisa mengganggu keseimbangan alam (Hamidah,
2015: 5).
Metode penangkapan setiap jenis serangga memilki perlakuan yang
berbeda, seperti serangga bersayap atau terbang, serangga yang relatif besar
dan pergerakannya cepat dan serangga yang aktif hidup di tanah. Metode
penangkapan didasarkan pada perilaku dan habitat serangga-serangga
tersebut. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam penangkapannya.
Metode pengawetan serangga membutuhkan pengetahuan yang benar.
Penjaruman harus menggunakan jarum khusus serangga anti karat sebab
jarum non stainless steel akan cepat berkarat jika terkena cairan tubuh
serangga. Cairan formalin ynag digunakan berkadar rendah 5% karena jika
terlalu tinggi akan merusak warna tubuh (Hamidah, 2014: 19).
8

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Gabus atau sterofoam 1 buah
b. Jarum pentul 1 kotak
c. Toples 2 buah
2. Bahan
a. Parfum
b. Balsem spray
c. Koleksi Serangga
d. Kapur barus atau silica gel

D. Cara Kerja
1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan
2. Serangga yang masih hidup dimatikan dengan memasukkan seranga ke
dalam toples dan semprotkan parfum dan balsem spray, lalu tutup toples
dengan rapat.
3. Setelah serangga mati, keluarkan dari toples dan keringkan.
4. Jika sudah kering, ditempelkan atau direkatkan pada sterofoam dengan
ditusukkan jarum pentul.

Anda mungkin juga menyukai