Anda di halaman 1dari 4

Kegiatan ke 4

Fungsi Empedu Sebagai Emulgator

A. Tujuan
Mahasiswa dapat membuktikan empedu bersifat sebagai emulgator
B. Kajian pustaka
1. Kandungan empedu secara umum
Empedu merupakan campuran hasil sekresi dan ekskresi. Bahan-bahan yang
disekresikan misalnya garam-garam empedu, sedangkan yang disekresi misalnya
pigmen empedu dan kolestreol. Fungsi kandungan empedu berkerja sebagai tempat
persediaan empedu. Juga melakukan fungsi penting yaitu getah empedu yang
tersimpan di dalam dibuat pekat (Pearce, 2006: 207).
Pigmen empedu (umbar empedu). Pigmen ini dibentuk di dalam sistem retikulo-
endotelium (khususnya limpa dan sum-sum tulang) dari pecahan hemoglobin yang
berasal dari sel darah merah yang rusak dan dialirkan ke hati dan yang kemudian
diekresikan ke dalam empedu (Pearce,2006: 207).
ubar ini diantar oleh empedu ke usus halus; beberapa menjadi sterkobilin yang
mewarnai feses, dan beberapa diabsorsi kembali oleh aliran darah dan membuat
warna pada urine, yaitu urobili. Ubar empedu hanya merupakan bahan eksresi, dan
tidak mempunyai pengaruh atas pencernaan (Pearce,2006 : 207).
2. Anatomi kandungan empedu
Kandungan empedu merupakan kantong berbentuk seperti buah pir yang terletak
dibagian sebelah dalam hati (scissura utama hati) di antara lobus kanan dan lobus
kiri hati. Panjang kurang lebih 7,5 - 12 cm, dengan kapasitas normal sekitar 35-50
ml. Kandungan empedu terdiri dari fundus, korpus, infundibulum, dan kolum.
Fundus mempunyai bentuk bulat dengan ujung yang buntu. Korpus merupakan
bagian terbesar dari kandungan empedu yang sebagaian besar menempel dan
tertanam didalam jaringan hati sedangkan kolum adalah bagian sempit dari
kandungan empedu. Kandungan empedu tertutup seluruhnya oleh peritoneum
viseral, tetapi infundibulum kandungan empedu tidak terfiksasi ke permukaan hati
oleh lapisan perioneum. Apabila kandungan empedu mengalami distensi akibat
bendungan oleh batu, bagian infundibulum menonjol sepeti kantong yang disebut
kantong Hartmann (Beni,2015: 7).
Duktus sistikus memiliki panjang yang bervariasi hingga 3 cm dengan diameter
antara 1-3 mm. Dinding lumennya terdapat katup berbentuk sprial yang disebut katup
sprial Heister dimana katup tersebut mengatur cairan empedu mengalir masuk ke
dalam kandungan empedu, akan tetapi dapat menahan aliran cairan empedu keluar.
Duktus sisikus bergabung dengan duktus hepatikus komunis membentuk duktus
biliaris komunis (Beni,2015: 9).
Duktus hepatikus komunis memiliki panjang kurang lebih 2,5 cm merupakan
penyatuan dari duktus hepatikus kanan dan duktus hepatikus kiri. Selanjutnya
penyatuan antara duktus sistikus dengan duktus hepatikus komunis disebut sebagai
common bile duct (duktus koledokus) yang memiliki panjang sekitar 7 cm.
Pertemuan (muara) duktus koledokus ke dalam duodenum, disebut
choledochoduodenal junction. Duktus koledokus berjalan dibelakang duodenum
menembus jaringan pankreas dan dinding duodenum membentuk papila vater yang
terletak di sebelah medial dinding doudenum. Ujung distalnya dikelilingi oleh otot
sfingter oddi yang mengatur aliran empedu masuk ke dalam doudenum. Duktus
pankreatikus umumnya bermuara ditempat yang sama dengan duktus koledokus
didalam papila vater, tetapi dapat juga berpisah (Beni,2015 : 9).
Pasokan darah ke kandung empedu adalah melalui arteri sikstikus yang terbagi
menjadi anterior dan posterior dimana arteri sikstikus merupakan cabang dari arteri
hepatikus kanan yang terletak dibelakang dari arteri duktus hepatis komunis tetapi
arteri sistikus asesorius sesekali dapat muncul dari arteri gastroduodenal. Arteri
sistikus muncul dari segitiga calot (dibentuk oleh duktus sistikus, common hepatic
ducts, dan ujung hepar) (Beni,2015: 9-10).
3. Fisiologi kandung empedu
Fungsi dari kandungan empedu adalah sebagai resevoir (wadah) dari cairan
empedu sedangkan fungsi primer dari kandung empedu adalah memetkan empedu
dengan absorpsi air dan natrium. Empedu diproduksi oleh sel hepatosit sebanyak
500-1000 ml/hari. Dalam keadaan puasa, empedu yang diproduksi akan dialirkan ke
dalam keandung empedu dan akan mengalami pemekatan 50%. Setelah makan,
kandung empedu dan akan mengalami relaksasi kemudiaan empedu mengalir ke
dalam duodenum. Sewaktu-waktu aliran tersebut dapat disemprotkan secara
intermitten karena tekanan saluran empedu lebih tinggi daripada tahanan sfingter.
Aliran cairan empedu diatur oleh tiga faktor yaitu sekresi empedu oleh hati, kontarksi
kandung empedu, dan tahanan dari sfingter koledus (Beni, 2015:11).
Pengosongan kandung empedu dipengaruhi oleh hormon kolesistokinin, hal ini
terjadi ketika makanan berlemak masuk ke dudenum sekitar 30 menit setelah makan.
Dasar yang menyebabkan pengosongan adalah kontraksi ritmik dinding kandung
empedu, tetapi efektifitas pengosongan juga membutuhkan relaksasi yang bersamaan
dari sfingter oddi yang menjaga pintu keluar duktus biliaris komunis ke dalam
duodenum. Selain koleksistokinin, kandung empedu juga dirangsang kuat oleh serat-
serat qsaraf yang mensekresi asestilkolin dari sistem saraf vagus dan enterik.
Kandung empedu menggosongkan simpanan empedu pekatnya ke dalam doudenum
terutama sebagai respon terhadap perangsangan koleksistokinin. Saat lemak tidak
terdapat dalam makanan, normalnya kandung kemih kosong secara menyeluruh
dalam waktu sekitar 1 jam (Beni, 2015:12).
Garam empedu, lesitin, dan kolestrol merupakan komponen terbesar (90%)cairan
empedu. Sisanya adalah blibirun, asam lemak, dan garam anorganik. Garam empedu
adalah steroid yang dibuat oleh hepatosit dan berasal dari kolestrol. Pengaturan
produksinya dipengaruhi mekanisme umpan balik yang dapat ditingkatkan sampai 20
kali produksi normal kalau diperlukan (Beni, 2015:12).
4. Empedu sebagai Emulgator
Emulasi dapat digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu emulasi minyak dalam air
atau emulsi air dalam minyak. Dalam hal ini, minyak diartikan sebagai semua zat cair
yang tidak bercampur dengan air. Contoh emulsi dalam minyak dalam air adalah
santan, susu, dan lanteks (Rini,2016:125).
Emulsi tebentuk karena pengaruh suatu pengelmsi (emulgator). Contoh emulgator
adalah sabun, detergen, dan lestin. Minyak dan air dapat bercampur jika ditambahakan
emulgator berupa sabun dan detergen. Contoh lainnya adalah kasein dalam susu dan
kuning telur yang terkandung pada mayones (Rini, 2016:125)
Garam empedu adalah sebuah senyawa amphipatik, salah satu sisinya dapat larut
dalam air (polar/hydrophilic) dan sisi yang lainnya tidak larut dalam air
(nonpolar/hydrophobic). Struktur amphipatik inilah yang menyebabkan garam
empedu mampu mengemulsifikasi lemak dan secara langsung mempengaruhi
kehidupan mikroorganisme dalam saluran pencernaan khususnya ketika berada di
usus halus (Umnieyati,2006:167).
Mikroorganisme termasuk bakteri harus mampu bertahan dari pengaruh garam
empedu agar dapat hidup di usus halus ayam. Hal ini berhubungan dengan fungsi
dari garam empedu didalam usu halus yaitu sebagai emuglator pada proses
pencernaan lemak (emulsi) lemak yang berukuran besar menjadi ukuran lebih kecil,
sehingga lemak yang letah diemulsifikasikan tadi pada larut dalam air dan
memungkinkan enzim lipase pancreas bekerja (Umnieyati, 2006:167).
Keberadaan garam empedu bagi mikroorganisme di dalam usus halus dapat juga
disebut “Biological detergents” yaitu cairan yang memiliki kemampuan untuk
melarutkan fospolipid, kolestrol dan protein. Sebagian besar dari senyawa tersebut
dapat menyusun membran sel, sehingga menyebabkan sel mikroorganisme menjadi
hancur (lysis). Konsentrasi garam empedu yang tinggi akan menjadi racun dan zat
antimikrobia yang sangat keras (Umnieyati, 2006:167).

Anda mungkin juga menyukai