Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH ENTOMOLOGI

“Anatomi Luar dan Dalam Serangga”


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Entomologi
Dosen Pembimbing: Dr. Sonja V. T. Lumowa, M.Kes

Disusun Oleh:
Kelompok 3

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Anatomi Dalam dan Luar Serangga” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Dr. Sonja V. T.
Lumowa, M.Kes selaku Dosen mata kuliah Entomologi yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Makalah ini berisikan tentang anatomi dalam dan luar serangga Dalam
menyelesaikan makalah ini, kami menggunakan referensi dari berbagai sumber.
Oleh sebab itu kami mengucapkan banyak terima kasih atas segala kontribusinya
dalam membantu penyusunan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Samarinda, 18 Februari 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Insekta atau serangga merupakan spesies hewan yang jumlahnya
paling dominan diantara spesies hewan lainnya dalam filum Arthropoda.
Oleh karena itu serangga termasuk dalam kelompok hewan yang lebih
besar dalam filum Arthropoda atau binatang beruas. Untuk mendapatkan
gambaran yang lebih luas mengenai struktur serangga perlu ditinjau secara
singkat dengan sistem pengelompokkan atau yang sering disebut sistem
klasifikasi. Berdasarkan sistem kalasifikasinya, insekta terdapat Sub filum
Mandibula yang terbagi menjadi 6 kelas dan sub filum Chelicerata yang
terbagi menjadi 3 kelas. Selain itu, kelas insekta terbagi menjadi dua
subkelas yaitu sub kelas Apterygota dan Pterygota. Sub kelas Apterygota
memiliki 4 ordo, sedangkan sub kelas Pterygota terbagi menjadi 2
golongan yaitu Endopterygota yang terdiri dari 3 ordo dan Exopterygota
yang terdiri dari 15 ordo, salah satunya adalah ordo Orthoptera.
Ordo Orthoptera merupakan serangga yang memiliki ciri sayap
dengan yang berbentuk lancip, lurus agak tebal dan tak dapat dilipat.
Sedangkan sayap belakangnya tipis seperti selaput berukuran lebar dan
dapat dilipat pada waktu serangga tersebut istirahat. Posisi kepala
hypognatus, yaitu menghadap kebawah, mata majemuk terlihat jelas,
ocellus terdapat 2 atau 3 buah, tipe mulut menggigit menguyah dan
antenanya bersegmen banyak yang kadang-kadang bentuknya memanjang.
Ciri yang nampak secara luar demikian merupakan ciri morfologi.
Orthoptera merupakan serangga yang sangat beragam, mudah ditemukan
dan sering terlibat dalam bidang pertanian. Jika ditinjau dari segi
morfologinya, ordo orthoptera Nampak memiliki perbedaan dan
persamaan fenotipnya.
Adapun famili serangga Orthoptera yang telah terindentifikasi
berdasarkan kunci determinasi diantaranya adalah sebagai berikut:
Gryllotalpidae, Tridactylidae, Tetrigidae, Eumastacidae, Acrididae,
Tanaocerridae, Gryllidae, Grillacrididae, Tettigoniidae (Boror, 1992).
Perbandingan pembeda antara masing-masing serangga tidak dapat
dijelaskan secara sederhana karena dalam satu kelompok serangga saja
memiliki beberapa spesies dengan ciri masing-masing yang berbeda-beda.
Klasifikasi serangga menggunakan taksimetri belum cukup umum
dilakukan sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui angka
hubungan kekerabatan fenetik serangga terutama ordo orthoptera. Maka,
untuk mengetahui seberapa dekat kemiripan dari beberapa spesies
serangga dalam satu kelompok ordo dapat dilakukandengan
membandingkan ciri morfologi (fenetik) dari familia orthoptera
menggunakan metode taksimetri. Perbandingan ini dilakukan
menggunakan contoh dari masing-masing famili.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja anatomi bagian luar pada serangga?
2. Apa saja anatomi bagian dalam pada serangga?s

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi bagian luar pada serangga
2. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi bagian dalam pada serangga
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Luar Serangga


Serangga tergolong dalam Filum Arthrophoda, Sub filum Mandibulata,
Kelas Insecta. Ruas yang membangun tubuh serangga terbagi atas tiga bagian
yaitu, kepala (caput), dada (toraks) dan perut (abdomen). Sesungguhnya
serangga terdiri dari tidak kurang dari 20 segmen. Enam ruas terkonsolidasi
membentuk 13 kepala, tiga ruas membentuk thoraks, dan 11 ruas membentuk
abdomen serangga dapat dibedakan dari anggota Arthropoda lainnya karena
adanya 3 pasang kaki (sepasang pada setiap segmen thoraks). Pada serangga
terjadi tiga pengelompokkan segmen, yaitu kepala, dada, dan perut, secara
umum satu daerah kesatuan ini disebut tagma. Prostomium (suatu bagian
terdepan yang tidak bersegmen) bersatu dengan kepala sedangkan periprok
(bagian terakhir tubuh yang tidak bersegmen) bersatu dengan perut. Pada
bagian depan (frontal) apabila dilihat dari samping (lateral) dapat ditentukan
letak frons, clypeus, vertex, gena, occiput, alat mulut, mata majemuk, mata
tunggal (ocelli), postgena, dan antena, Sedangkan toraks terdiri dari
protoraks, mesotoraks, dan meta toraks.

Gambar 1. Anatomi luar serangga


Sumber: https://www.sridianti.com
Sayap serangga tumbuh dari dinding tubuh yang terletak dorso-lateral
antara nota dan pleura. Pada umumnya serangga mempunyai dua pasang
sayap yang terletak pada ruas meso toraks dan meta torak. Pada sayap
terdapat pola tertentu dan sangat berguna untuk identifikasi (Jumar, 2000).
Tubuh serangga dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala,dada dan perut.
Pada kepala terdapat satu pasang antena. Dada terdiri dari 3 ruas, dan pada
dada tersebut terdapat tiga pasang kaki yang beruas-ruas. Sayap terdapat pada
bagian ini dan pada umumnya ada dua pasang yang terletak dibagian dada
ruas kedua dan ruas ketiga. Perut terdiri atas 6 sampai 11 ruas (ruas belakang
posterior digunakan sebagai alat reproduksi). Pada beberapa serangga betina ,
terdapat alat untuk melepaskan telur serta kantung untuk menampung sperma
(Aziz, 2008). Serangga memiliki skeleton yang berada pada bagian luar
tubuhnya (eksoskeleton). Rangka luar ini tebal dan sangat keras sehingga
dapat menjadi pelindung tubuh, yang sama halnya dengan kulit kita sebagai
pelindung luar. Pada dasarnya, eksoskeleton serangga tidak tumbuh secara
terus-menerus. Pada tahapan pertumbuhan serangga eksoskeleton tersebut
harus ditanggalkan untuk menumbuhkan yang lebih baru dan lebih besar lagi
(Hadi, 2009).

1. Dinding tubuh serangga


Dinding tubuh serangga tidak hanya berfungsi untuk melindungi bagian
luar tubuh tetapi juga merupakan struktur untuk memperkokoh tubuh dan
juga sebagai tempat melekatnya otot. Integumen terdiri dari tiga lapisan
utama, yaitu :
a) Lapisan dasar (basement membrane) dengan ketebalan kurang lebih ½
mm.
b) Epidermis atau hipodermis yang mempunyai ketebalan satu sel.
c) Lapisan kutikula yang tebalnya kurang lebih 1 mm.
Kutikula terdiri dari sel-sel mati yang dibentuk oleh sel hidup
dibawahnya yaitu epikutikula, dan terdiri dari prokutikula dan epikutikula.
Prokutikula terdiri dari lapisan yang lebih tebal dibandingkan epikutikula.
1) Prokutikula terdiri dari lapisan endokutikula dan eksokutikula.
2) Epikutikula merupakan lapisan tipis yang biasanya terdiri dari :
a. Lapisan dalam disebut lapisan kutikulin (lipoprotein).
b. Lapisan luar disebut lapisan lilin yang sulit ditembus air.
Bagian yang mengeras dari kutikula terutama terdapat pada lapisan
eksokutikula, disebabkan oleh adanya sklerotin sebagai hasil dari proses
pengerasan yang disebut dengan sklerotisasi. Kutikula relatif permeabel
dan bila keadaannya tipis, maka dapat dilalui oleh air dan gas.

2. Kepala (caput)
Bentuk umum kepala serangga berupa struktur seperti kotak. Pada
kepala terdapat alat mulut, antenna, mata majemuk, dan mata tunggal
(osellus). Permukaan belalang kepala serangga sebagian besar berupa
lubang (foramen magnum atau foramen oksipilate). Melalui lubang ini
berjalan urat –daging, dan kadang-kadang saluran darah dorsal (Jumar,
2000). Suheriyanto (2008) menyatakan bahwa kepala serangga terdiri dari
3 sampai 7 ruas, yang memiliki fungsi sebagai alat untuk pengumpulan
makanan, penerima rangsangan dan memproses informasi di otak. Kepala
serangga keras karena mengalami sklerotisasi.

Gambar 2. Bagian kepala serangga


Sumber: http://mplk.politanikoe.ac.id/index.php/
Menurut Jumar (2000) tipe kepala serangga berdasarkan posisi alat mulut
terhadap sumbu (poros tubuh) dapat dibedakan atas:
a) Hypognatus (vertikal), apabila bagian dari alat mulut mengarah ke bawah
dan dalam posisi yang sama dengan tungkai. Contohnya pada ordo
Orthoptera
b) Prognatus (horizontal), apabila bagian dari alat mulut mengarah ke depan
dan biasanya serangga ini aktif mengejar mangsa. Contohnya pada ordo
Coleoptera.
c) Opistognathus (oblique), apabila bagian dari alat mulut mengarah ke
belakang dan terletak di antara sela-sela pasangan tungkai. Contohnya
pada ordo Hemiptera.

3. Antena
Serangga mempunyai sepasang antenna yang terletak pada kepala dan
biasanya tampak seperti “benang” memanjang. Antena merupakan organ
penerima rangsang, seperti bau, rasa, raba dan panas. Pada dasarnya,
antena serangga terdiri atas tiga ruas. Ruas dasar dinamakan scape. Scape
ini termasuk kedalam daerah yang menyelaput (membraneus) pada kepala.
Ruas kedua dinamakan flagella (tunggal = flagellum) (Jumar, 2000).

Gambar 3. Variasi bentuk antenna serangga


Sumber: http://repository.unpas.ac.id/
Menurut Arifin (2000) bentuk antenna serangga dapat dibedakan menjadi
jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Setaceus: berbentuk seperti duri, ruas-ruasnya lebih mengecil pada bagian
ujung. seperti rambut kaku (Seta), makin ke ujung ruas-ruas antena maakin
ramping, misalnya Isoptera.
b. Filiform: berbentuk seperti benang, setiap ruas memiliki ukuran yang
hampir sama dan biasanya berbentuk silindris, menyerupai tambang, tiap-
tiap segmen yang membentuk antena ukurannya sama, misalnya antena
pada Valanga sp. (Orthoptera).
c. Moniliform: berbentuk seperti untaian tasbih, ukuran ruas-ruasnya sama
dan relatif berbentuk bulat, seperti manik-manik, ruas-ruas antena
berukuran sama dan berbentuk bulat, misalnya Rhysodidae. Serrata:
berbentuk seperti gergaji, ruas-ruas terutama yang terdapat pada setengah
atau dua pertiga dari ujung antena berbentuk segitiga, tiap-tiap segmennya
berbentuk seperti gigi, misalnya Elateridae.
d. Pektinate: berbentuk seperti sisir, sebagian besar ruas-ruas memiliki
juluran lateral langsing dan panjang, setiap segmen memanjang ke arah
samping seperti sisir, misalnya Pyrochoroidae.
e. Bentuk Gada: ruas-ruas di sebelah ujung antena meningkat garis
tengahnya dan peningkatannya terjadi secara betahap, misalnya pada
Tenebrionidae dan kumbang Lady.
f. Clavate : seperti moniliform tapi agak membesar kebagian ujungnya,
misalnya Coccinellidae.
g. Kapitate: ruas-ruas di sebelah ujung antena meningkat garis tengahnya dan
peningkatannya terjadi secara tiba-tiba, seperti clavate tetapi perbesaran
ruas-ruas terakhir tiba-tiba membesar, misalnya Nitidulidae.
h. Lamellate: bila ruas-ruas ujung meluas ke samping membentuk gelabir-
gelambir seperti piring yang bulat atau oval, segmen paling ujung
membesar dan menjadi lempengan, misalnya Scarabaidae.
i. Flabelate: bila ruas-ruas ujung seperti lembaran yang sisinya sejajar dan
panjang atau gelambir-gelambir berbentuk lidah meluas ke samping,
semua segmen setelah pedicel bentuknya seperti lempengan, misalnya
Rhipiceridae.
j. Genikulat: berbentuk siku, dengan ruas pertama panjang dan ruas-ruas
berikutnya kecil dan membengkok pada satu sudut dengan yang pertama,
contoh pada kumbang Chalcididae. Segmen pertama berukuran panjang
diikuti oleh satu segmen yang lebih kecil yang membentuk sudut dengan
segmen pertama, misalnya Formicidae.
k. Plumosa: berbentuk seperti bulu, kebanyakan ruas-ruasnya memiliki
rambut- rambut panjang, setiap segmen berambut lebat dan panjang,
misalnya nyamuk jantan. Aristate: ruas terakhir biasanya membesar dan
mengandung bulu-bulu dorsal yang banyak, yaitu arista, seakan-akan dari
segmen antena keluar lagi antena, misalnya Muscidae. Misalnya pada lalat
rumah.
l. Stilate: ruas terakhir memiliki juluran yang berbentuk seperti stili atau jari
yang memanjang, segmen terakhir runcing dan agak panjang, misalnya
Asilidae.
m. Bipectinate: setiap segmen memiliki satu pasang rambut.

4. Mata
Mata pada serangga terdiri dari mata majemuk (compound eyes) dan
amata tunggal (ocelli). Mata tunggal pada larva holometabola terletak
dilateral kepala disebut stomata, jumlahnya ada 6 atau 8. Mata tunggal
pada belalang terletak difrons. Mata majemuk terdiri dari kelompok unit
masing-masing tersusun dari sistem lensa dan sejumlah kecil sensori.
Sistem lensa ini fungsinya untuk memfokuskan sinar menuju elemen
fotosensitif dan keluar dari sel sensori berjalan kebelakang menuju lobus
optik dari tiap otak tiap faset terdiri dari satu unit yang disebut ommatidia
(Hadi, 2009).
Gambar 4. Struktur mata serangga
Sumber: https://materikimia.com/
Menurut Jumar (2000), serangga dewasa memiliki 2 tipe mata, yaitu
mata tunggal dan mata majemuk. Mata tunggal dinamakan ocellus (jamak:
ocelli). Mata tunggal dapat dijumpai pada larva, nimfa, maupun pada
serangga dewasa. Mata majemuk sepasang dijumpai pada serangga dewasa
dengan letak masing-masing pada menampung semua pandangan dari
berbagai arah. Mata majemuk (mata faset), terdiri atas ribuan ommatidia.
Menurut Jumar (2000), Ommatidia terdiri atas:
a. Kornea, bagian kutikula yang bening, berbentuk lensa segi enam,
cembung di bagian luar dan membentuk faset-faset mana.
b. Lapisan korneagen, terdiri atas dua sel yang terletak di bagian bawah
kornea dan merupakan bagian lapisan epidermis.
c. Sel pigmen primer, sel yang mengandung pigmen dan terletak di
sekitar kerucut Kristal.
d. Retinula, bagian atas ommatidium biasanya terdiri atas 7 sel pelihat
yang masing-masing berhubungan langsung dengan saraf penglihat.
e. Rabdom, suatu struktur yang di hasilkan oleh sel penglihat dan terletak
di tengah-tengah kumpulan sel pelihat tersebut.
f. Sel pigmen sekunder, sel pigmen yang menyelimuti sebagian dari sel
pigmen primer dan retikula.
Masing-masing ommatidia terdiri dari: Bagian optik yang terdiri dari
lensa kutikuler dan membentuk lensa cornea biconveks dan dibawah
kornea terdapat 4 buah sel semper, pada kebanyakan serangga
menghasilkan crystallin cone. Cristalin cone , dan bagian sensori terdiri
dari sel retinula, rhadomere,sel pigmen sekunder, dan serabut syaraf
(Arifin, 2000).

5. Dada (toraks)

Gambar 5. Dada (toraks) serangga


Sumber: http://mplk.politanikoe.ac.id/
Pada dasarnya tiap ruas toraks dapat dibagi menjadi tiga bagian.
Bagian dorsal disebut tergum atau notum, bagian ventral disebut sternum
dan bagian Lateral disebut pleuron (jamak: pleura). Sklerit yang terdapat
pada sternum dinamakan sternit, pada pleuron dinamakan pleurit, dan
tergum dinamakan tergit. Pronotum dari beberapa jenis serangga kadang
mengalami modifikasi, seperti dapat terlihat pada pronotum Ordo
Orthoptera yang membesar dan mengeras menutupi hampir semua bagian
protoraks dan mesotoraksnya. Menurut Hadi (2009) Bagian ini terdiri dari
tiga segmen yang disebut segmen yang disebut segmen toraks depan
(protoraks), segmen toraks tengah (mesotoraks) dan segmen toraks
belakang (metatoraks). Pada serangga bersayap, sayap timbul pada segmen
meso dan mesotoraks, dan secara kolektif dua segmen ini disebut juga
sebagai pterotoraks. Protoraks dihubungkan dengan kepala oleh leher atau
serviks (Jumar, 2000).

6. Sayap

Gambar 6. Sayap serangga


Sumber: http://muditadpt.blogspot.com/
Sayap merupakan pertumbuhan daerah tergum dan pleura. Sayap
terdiri dari dua lapis tipis kutikula yang dihasilakanoleh sel epidermis yang
segera hilang. Diantara kedua lipatan tersebut terdapat berbagai cabang
tabung pernafasan (trakea). Tabung ini mengalami penebalan sehingga
dari luar tampak seperti jari-jari sayap. Selaain berfungsi sebagai pembawa
oksigen ke jaringan, juga sebagai penguat sayap. Jari-jari utama disebut
jari-jari membujur yang juga dihubungkan dengan jari-jari melintang
(cross-vein). Jari-jari sayap ini mempunyai pola yang tetap dan khas untuk
setiap kelompok dan jenis tertentu dengan adanya sifat ini akan
mempermudah dalam mendeterminasi serangga. Serangga merupakan
satu-satunya binatang invertebrata yang memiliki sayap. Adanya sayap
memungkinkan serangga dapat lebih cepat menyebar (mobilitas) dari satu
tempat ke tempat lain dan menghindar dari bahaya yang mengancamnya
(Jumar, 2000).

7. Tungkai
Gambar 7. Tungkai pada serangga
Sumber: http://mutaripermitasari.blogspot.com/
Hadi (2009) menjelaskan bahwa tungkai-tungkai thoraks serangga
bersklerotisasi (mengeras) dan selanjutnya dibagi menjadi sejumlah ruas.
Secara khas, terdapat 6 ruas pada kaki serangga. Ruas yang pertama yaitu
koksa yang merupakan merupakan ruas dasar; trokhanter, satu ruas kecil
(biasanya dua ruas) sesudah koksa; femur, biasanya ruas pertama yang
panjang pada tungkai; tibia, ruas kedua yang panjang; tarsus, biasanya
beberapa ruas kecil di belakang tibia; pretarsus, terdiri dari kuku-kuku
dan berbagai struktur serupa bantalan atau serupa seta pada ujung tarsus.
Sebuah bantalan atau gelambir antara kuku-kuku biasanya disebut
arolium dan bantalan yang terletak di dasar kuku disebur pulvili.
Serangga dewasa dan beberapa serangga muda (pradewasa)
memiliki tungkai pada bagian toraksnya. Akan tetapi terdapat serangga
muda apodous (tidak bertangkai), seperti larva lalat (sering disebut
tempayak). Bahkan ada serangga dewasa yang tidak bertungkai secara
jelas, misalnya kutu penisai betina. Sesungguhnya, tungkai serangga
banyak yang mengalami modifikasi dari bentuk yang umum dengan
fungsi sebagai pejalan. Sejumlah bentuk tungkai serangga yang khas
beserta fungsinya dijelaskan sebagai berikut :
a. Tipe cursorial, adalah tungkai yang digunakan untuk berjalan dan
berlari.
b. Tipe fossorial, adalah tungkai yang digunakan untuk menggali,
ditandai dengan adanya kuku depan yang keras.
c. Tipe saltatorial, adalah tungkai yang berfungsi untuk meloncat,
ditandai dengan pembesaran femur tungkai belakang.
d. Tipe raptorial, adalah tungkai yang berfungsi untuk menangkap dan
mencengkram mangsa, ditandai dengan pembesaran femur tungkai
depan.
e. Tipe natatorial, adalah tungkai yang berfungsi untuk
mendorong/berenang, ditandai dengan bentuk yang tipis serta adanya
sekelompok rambut-rambut renang yang panjang.
f. Tipe ambolatorial, tungkai yang berfungsi untuk berjalan ditandai
dengan femur dan fibia yang lebih panjang dari bagian tungkai lain.

Gambar 8. Bentuk-bentuk tungkai pada serangga


Sumber: http://mutaripermitasari.blogspot.com/
8. Perut (abdomen)
Abdomen pada serangga primitif tersusun atas 11-12 ruas yang
dihubungkan oleh bagian seperti Selaput (membran). Jumlah ruas untuk
tiap spesies tidak sama. Pada serangga primitif (belum mengalami evolusi)
ruas abdomen berjumlah 12. Perkembangan evolusi serangga
menunjukkan adanya tanda – tanda bahwa evolusi menuju kepengurangan
banyaknya ruas abdomen.
Gambar 9. Abdomen serangga
Sumber: http://mplk.politanikoe.ac.id/
Sebagian besar ruas abdomen tampak jelas terbagi menjadi tergum
(bagian atas) dan sternum (bagian bawah), sedangkan pleuron (bagian
tengah) tidak tampak, sebab sebagian bersatu dengan tergum. Perbedaan
kelamin jantan dan betina dapat dilihat jelas pada bagian abdomen ini.
Pada abdomen serangga betina terdapat 10 ruas tergum dan 8 ruas
sternum, sedangkan pada serangga jantan terdapat 10 ruas tergum dan 9
ruas sternum. Ruas ke-11 abdomen pada belalang betina tinggal berupa
pelat dorsal berbentuk segitiga yang dinamakan epiprok dan sepasang
pelat lateroventral yang dinamakan paraprok. Di antara ujung – ujung
epiprok dan paraprok terdapat lubang anus. Tergum ruas ke-11 memiliki
sepasang embelan yang dinamakan cerci (tunggal : cercus). Pada serangga
betina embelan – embelan termodifikasi pada ruas abdomen kedelapan dan
kesembilan membentuk ovipositor (alat peletakkan telur) di mana terdiri
atas dua pasang katub yang dinamakan valvifer dan selanjutnya
menyandang valvulae (sepasang pada ruas kedelapan dan dua pasang
pada ruas kesembilan). Alat kopulasi pada serangga jantan biasanya
terdapat pada ruas abdomen kesembilan.
Pada kedua sisi ruas abdomen pertama terdapat lubang yang cukup
besar dan tertutup oleh selaput tipis yang disebut timpanum (alat
pendengaran pada belalang). Spirakel (lubang pernapasan) pada abdomen
terletak di depan timpanum, dan spirakel lainnya terletak pada ruas
abdomen kedua sampai kedelapan pada sebelah bawah dari tergum. Pada
serangga betina yang mempunyai ovipositor, struktur dari alat ini sangat
beragam, tergantung dari telur – telur yang akan diletakkan. Sebagai
gambaran, diberikan beberapa bentuk ovipositor serangga, sebagai berikut:
a. Ovipositor Cicada yang meletakkan telur di bawah kulit kayu pada
cabang – cabang pohon berbentuk pisua tajam dan kaku.
b. Belalang pedang (Sexava spp) memiliki ovipositor berbentuk pedang
sehingga dapat meletakkan telur – telurnya di bawah permukaan tanah.
c. Tabuhan parasitik dari famili Icneumonidae (Hymenoptera) memiliki
ovipositor yang sangat panjang, sehingga dapat menembus kulit batang
padi untuk meletakkan telurnya pada larva penggerek batang padi.
Serangga betina dewasa yang tergolong Apterygota, seperti
Thysanura, memiliki ovipositor yang primitif di mana bentuknya terdiri
dari dua pasang embelan yang terdapat pada bagian bawah ruas abdomen
kedelapan dan kesembilan. Sesungguhnya, terdapat sejumlah serangga
yang tidak memiliki ovipositor, dengan demikian serangga ini
menggunakan cara lain untuk meletakkan telurnya. Jenis serangga tersebut
terdapat dalam ordo Thysanoptera, Mecoptera,Lepidoptera, Coleoptera,
dan Diptera. Serangga ini biasanya akan menggunakan abdomennya
sebagai ovipositor. Beberapa spesies serangga dapat memanfaatkan
abdomennya yang menyerupai teleskop sewaktu meletakkan telur-
telurnya.

B. Anatomi Dalam Serangga


1. Sistem pencernaan serangga menyerupai tabung, berawal dari mulut
sampai anus (anal aperture). Panjang saluran makanan pada serangga
berbeda-beda. Ada yang panjang dan ada yang pendek tergantung dari
jenis makanan. Saluran pencernaan dalam tubuh serangga sederhana dan
kurang lebih sama panjang dengan tubuh serangga sendiri. Saluran
tersebut terdiri atas : Mulut (dalam kepala serangga), kerongkongan
(dalam kepala dan thorax), tembolok, yaitu tempat penyimpanan makanan
(dalam abdomen) usus (dalam abdomen) dan anus atau dubur (dalam
segmen paling belakang). Saluran pencernaan dibedakan menjadi tiga
daerah pokok: usus depan atau stomodeum (foregut), usus tengah atau
mesenteron (mogut) dan usus belakang atau proktodaeum (hindgut).
a. Saluran Pencernaan Depan
Pencernaan depan berasal dari jaringan ektodermal maka saluran
pencernaan bagian depan dilapisi kutikula yang disebut intima, yang
dilepaskan setiap pergantian kulit. Saluran pencernaan depan lebih
berfungsi sebagai penyimpan makanan dan sedikit melakukan
pencernaan. Pencernaan pada tempat ini disebabkan masih adanya
enzim-enzim yang terbawa dari mulut. Saluran pencernaan depan
tersusun dari otot-otot yang memanjang (longitudinal), otototot
melingkar (circular), sel-sel ephitelium yang pipih, sel-sel yang bersifat
impermeable. Akibat pergerakan otot-otot melingkar dan longitudinal
menyebabkan makanan dapat bergerak ke saluran tengah. Saluran
pencernaan depan terdiri dari beberapa bagian dan fungsi sebagai
berikut :
1) Rongga mulut sebagai masuknya makanan
2) Faring (kerongkongan) merupakan bagian pertama sesudah rongga
mulut yang berfungsi sebagai penerus makanan ke oesophagus.
Otot-otot yang menempel pada faring berkembang dengan baik, hal
ini sesuai dengan perannya yang mendorong makanan dari mulut ke
oesophagus . Pada serangga dengan tipe menusuk dan mengisap
pada faring terdapat pompa faringeal yang dipakai untuk
mengambil cairan.
3) Ecxzsophagus adalah bagian usus depan yang tidak berdiferensiasi
yang berfungsi mendorong makanan dari faring ke tembolok.
4) Tembolok merupakan pembesaran usus bagian depan yang
berfungsi sebagai penyimpan makanan. Enzim didapat dari
makanaan yang tercampur air liur yang bergerak ke belakang
menuju tembolok serta enzim dari mesenteron yang dimuntahkan
dari usus tengah. Walaupun proventrikulus bertindak sebagai klep
yang membatasi gerakan-gerakan makanan ke belakang tetapi tidak
menghalangi muntahan cairan.
5) Proventrikulus, bagian ini mengalami modifikasi yang beraneka
ragam pada berbagai serangga. Pada serangga pemakan bahan
padat, proventrikulus berfungsi sebagai pemecah makanan,
sedangkan pada serangga pemakan cairan proventrikulus
termodifikasi menjadi katup. Pada lipas dan jangkrik, intima di
daalm proventrikulus berkembang menjadi enam keping otot yang
keras atau geligi yang berfungsi untuk memecah makanan.
Proventrikulus secara keseluruhan mengontrol jalannya makanan
dari stomadeum ke mesenteron.
b. Saluran Pencernaan Tengah
Saluran pencernaan bagian tengah berfungsi sebagai pencerna dan
penyerap makanan. Saluran ini berasal dari mesodermal sehingga
saluran ini tidak memiliki kutikula dan sebagai gantinya adalah lapisan
peritropik yang halus. Otot-otot pada saluran ini berkembang. Menurut
Chapman (1982) saluran pencernaan ini disususn oleh otot longitudinal,
otot melingkar, sel-sel epityelium yang berbentuk kolumnar, sel-sel
regeneratif (penghasil enzim) dan membrane peritropik. Pergerakan
makanan ke saluran belakang pada saluran ini lebih disebabkan oleh
membran peritropik. Membran peritropik adalah suatu lapisan yang
meliputi lumen untuk melindungi sel-sel kolumnar yang berada di
bawahnya dari makanan dan mikroba. Membran peritropik terdiri atas
khitin dan protein. Ada dua pendapat mengenai terjadinya membran
tersebut, pendapat pertama mengatakan bahwa lapisan dihasilkan oleh
bagian depan saluran pencernaan tengah, sedangkan pendapat kedua
mengatakan bahwa lapisan dihasilkan oleh sel-sel kolumnar sendiri.
Lumen memiliki mikropili yang merupakan tonjolan-tonjolan pada sel
yang dapat membentuk started border. Mikropili ini juga berfungsi
memperbesar luas permukaan penyerapan. Pada sel-sel ini terdapat
banyak mitokondria sebagai penghasil energi (ATP) untuk pergerakan
makanan. Pada sel ini juga terdapat banyak retikulum endoplasma
sebagai tempat sintesis protein untuk menghasilkan enzim-enzim
pencernaan. Pada sel epitelium yang kolumnar ditemukan sel Goblet.
Pada selaput dasar memiliki banyak lekukan-lekukan dan disana banyak
terdapat mitokondria yang panjang-panjang sehingga hal tersebut
menjadi pembeda dengan sel-sel lain. Saluran pencernaan tengah terdiri
dari grastrik kaekum dan ventrikulus, tempat terjadinya pencernaan
secara enzimatis dan absorbsi nutrisi.
c. Saluran Pencernaan Belakang
Saluran pencernaan belakang berfungsi sebagai tempat
pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak terserap dan
memaksimalisasi penyerapan sisa makanan yang tidak terserap pada
saat di mesenteron. Saluran pencernaan belakang ini berasal dari
jaringan ektodermal sehingga saluran ini memiliki kutikula yang
disebut intima. Pada saluran inilah sifat hemoestasis serangga terdapat.
Saluran pencernaan belakang menurut Snogras (1935) tersusun dari otot
melingkar, otot longitudinal, sel-sel epitel tipis yang berbentuk kubus,
intima yang bersifat permiabel. Otot-otot pada saluran ini lebih
berkembang sehingga dapat menyebabkan sisa makanan dapat bergerak
ke belakang dan keluar melalui anus. Saluran pencernaan belakang ini
terdiri dari :
1) Pilorus, bagian depan dari saluran ini tempat berpangkalnya tabung
malphigi
2) Illeum, berfungsi sebagai penyerapan air dari hemolimfa atau juga
penyerapan amonia pada serangga “blowfly”. Pada rayap di illeum
ini terdapat kantung-kantung tempat organisme lain bersimbiosis
(Chapman, 1982)
3) Rektum, berfungsi sebagai reabsorbsi air, asam amino dan pada
serangga tertentu memiliki insang trakea. Pada rektum ini terjadi
diferensiasi sel-sel, ada yang memanjang dan ada yang membentuk
bantalan
4) Anus, bagian ujung saluran sebagai tempat keluarnya feces.
Terdapat beberapa jenis kelenjar yang dapat berasosiasi dengan
sistem pencernaan diantaranya adalah kelenjar mandibel, kelenjar
maksila, kelenjar faring dan kelenjar labium.

2. Sistem Ekresi
Alat ekskresi pada belalang adalah pembuluh Malpighi, yaitu alat
pengeluaran yang berfungsi seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh
Malphigi berupa kumpulan benang halus yang berwarna putih kekuningan
dan pangkalnya melekat pada pangkal dinding usus. Di samping pembuluh
Malphigi, serangga juga memiliki sistem trakea untuk mengeluarkan zat
sisa hasil oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini berfungsi seperti
paru-paru pada vertebrata. Belalang tidak dapat mengekskresikan amonia
dan harus memelihara konsentrasi air di dalam tubuhnya. Amonia yang
diproduksinya diubah menjadi bahan yang kurang toksik yang disebut
asam urat. Asam urat berbentuk kristal yang tidak larut. Pembuluh
Malpighi terletak di antara usus tengah dan usus belakang. Darah mengalir
lewat pembuluh Malpighi. Saat cairan bergerak lewat bagian proksimal
pembuluh Malpighi, bahan yang mengandung nitrogen diendapkan sebagai
asam urat, sedangkan air dan berbagai garam diserap kembali biasanya
secara osmosis dan transpor aktif. Asam urat dan sisa air masuk ke usus
halus, dan sisa air akan diserap lagi. Kristal asam urat dapat diekskresikan
lewat anus bersama dengan feses.

3. Sistem Pernapasan
Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem
terbuka dan system tertutup. Digunakan alat/organ yang disebut
spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung trachea dan trakheola. Corong
hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan
arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada
di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk
pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada
setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot
sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada
umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat
serangga beristirahat. Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian
udara dari spirakel menuju pembuluh pembuluh trakea dan selanjutnya
pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut
trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian
dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel
yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-
sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada
sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata. Serangga mempunyai
sistem pernapasan yang disebut sistem trakea. Oksigen yang dibutuhkan
oleh sel-sel tubuh untuk oksidasi tidak diedarkan oleh darah tetapi
diedarkan oleh trakea yang bercabang-cabang ke seluruh tubuh. Cabang
kecil trakea yang menembus jaringan tubuh disebut trakeolus. Masuknya
udara untuk pernapasan tidak melalui mulut melainkan melalui stigma
(spirakel).
Proses pernapasan pada serangga terjadi sebagai berikut :
1) Dengan adanya kontraksi otot tubuh, maka tubuh serangga menjadi
mengembang dan mengempis secara teratur.
2) Padawaktu tubuh serangga mengembang, udara masuk melalui stigma,
selanjutnya masuk ke dalam trakea, kemudian ke dalam trakeolus dan
akhirnya masuk ke dalam sel-sel tubuh.
3) Oksigen berdifusi ke dalam sel-sel tubuh. Karbondioksida hasil
pernapasan dikeluarkan melalui system trakea juga yang akhirnya
dikeluarkan melalui stigma pada waktu tubuh serangga mengempis.
Sistem trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke
seluruh tubuh, dan sebaliknya mengangkut C02 hasil respirasi untuk
dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya
berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas
pernapasan. Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara
mudah berdifusi ke jaringan. Pada serangga air seperti jentik nyamuk
udara diperoleh dengan menjulurkan tabung pernapasan ke permukaan air
untuk mengambil udara. Serangga air tertentu mempunyai gelembung
udara sehingga dapat menyelam di air dalam waktu lama. Selanjutnya dari
cabang halus ini oksigen diedarkan melalui pembuluh trakea. Sistem
Peredaran Darah Sistem sirkulatori pada serangga terdiri dari jantung yang
hanya merupakan pembuluh dorsal dengan pergerakan peristaltik untuk
memompa darah atau haemolymph. Serangga memiliki jantung yang
berbentuk tabung panjang dengan bagian-bagian gelembung pembuluh
darah. Letak jantung serangga berada pada punggung, tepatnya di dalam
bagian homosoel yang memanjang. Bagian tersebut disebut sinus.
Sedangkan pembuluh darah besar (aorta) meninggalkan jantung bagian
depan, belakang, dan seringkali bagian bawahnya. Kemudian pembuluh
darah tersebut menjadi cabang-cabang yang membawa hemolimfa ke
berbagai organ dan jaringan-jaringan tubuh. Hemolimfa (haemolymph)
adalah cairan yang tersusun atas darah dan aairan interstisial.
Haemolymph yang terdiri dari larutan berair, ion-ion anorganik, lipid, gula
(trehalose), asam amino, protein, asam organic dan sel-sel darah berfungsi
untuk pertukaran zat antar jaringan, mengangkut hormon dan nutrien dari
usus ke jaringan dan barang buangan dari jaringan ke organ ekskretori.
Hemolimfa dari abdomen dipompa oleh jantung ke aorta kemudian ke
kepala kemudian ke jaringan-jaringan lalu kembali ke abdomen, dan siklus
dimulai lagi. Peredaran darah pada serangga diatur oleh sistem pompa
otot-otot melalui rongga-rongga dalam tubuh yang dipisahkan oleh septa.
Organ peredaran darah serangga terdiri atas jantung dan arteri. Pada
sebagian besar serangga, hemosel terbagi menjadi beberapa rongga (sinus)
oleh septa. Aorta mengantarkan darah ke kepala dan bermuara di belakang
atau di bawah otak. Organ denyut ditemui di toraks yang memelihara
peredaran darah di pembuluh sayap.
4) Sistem saraf
Jaringan saraf dapat dibagi ke dalam saraf pusat dan saraf tepi. Saraf
pusat terdiri dari sepasang rantai saraf rantai yang terdapat di sepanjang
tubuh bagian ventral. Sistem saraf serangga berupa sistem saraf tangga tali
berjumlah sepasang yang berada di sepanjang sisi ventral tubuhnya.
Sistem saraf yang
terdiri dari serangkaian
ganglia,

dihubungkan dengan tali saraf ventral terdiri dari dua paralel connectives
sepanjang perut. Biasanya, setiap segmen tubuh memiliki satu ganglion
pada setiap sisi, meskipun beberapa ganglia yang melebur untuk
membentuk otak dan ganglia besar lainnya. Segmen kepala berisi otak,
juga dikenal sebagai ganglion supraesophageal. Dalam sistem saraf
serangga, otak anatomis dibagi ke dalam protocerebrum yang mencakup
mata majemuk dan oselli, deutocerebrum yang mencakup antenna, dan
tritocerebrum yang mencakup labrum dan usus depan. Segera di belakang
otak adalah subesophageal ganglion, yang terdiri dari tiga pasang ganglia
menyatu. Ini mengendalikan mulut, kelenjar ludah dan otot-otot tertentu.
Pada berbagai tempat di segmen tubuh, ada pembesaran saraf tangga tali
yang disebut ganglia .Ganglia berfungsi sebagai pusat refleks dan
pengendalian berbagai kegiatan.Ganglia bagian anterior yang lebih besar
berfungsi sebagai otak.
Pada belalang terlihat susunan saraf tangga tali dari simpul saraf yang
disebut ganglia (jamak dari ganglion). Ganglion merupakan pusat
peogolah rangsang. Ada 3 macam ganglion :
a) Ganglion kepala, menerima urat saraf yang berasal dari mata dan
antena.
b) Ganglion di bawah kerongkongan, mengkoordinasi aktivitas sensoris
dan motoris rahang bawah (mandibula), rahang atas (maksila), dan
bibir bawah (labium).
c) Ganglion ruas-ruas badan berupa serabut-serabut saraf yang menuju
ruas-ruas dada, perut, dan alat-alat tubuh yang berdekatan. Ganglion
bawah kerongkongan dan ganglion ruas-ruas badan terletak dibawah
saluran pencernaan. Pada serangga terdapat 2 benang saraf yang
membentang sejajar sepanjang tubuhnya dan menghubungkan
ganglion satu dengan ganglion yang lain.
Sedangkan sel saraf tepi terdiri dari 3 macam sel saraf, yaitu :
a) sel saraf indera: membawa impuls dari salat indera.
b) sel perantara (internuncial): mrmbawa impuls antara sel saraf.
c) sel saraf motor: membawa impuls dari pusat integrasi ke otot.
Sistem syaraf serangga terbagi menjadi sistem syaraf pusat dan
sistem syaraf visceral. Sistem syaraf pusat dibagi lagi menjadi
supraesophaged ganglion dan subesophageal ganglion. Komponen
utama dari sistem syaraf visceral adalah stomodeal nervous system.
Unit dasar dari sistem geuron motor, dan interneuron. Acetylcholine
adalah transmiter kimia yang penting dalam membawa impuls
melewati synapse. Diagram sederhana aliran impuls dalam sistem
saraf serangga.

5.Sistem Reproduksi
Reproduksi serangga terjadi secara internal. Dalam proses menuju
kedewasaannya dikenal ada pergantian bentuk yang disebut metamorfosis.
Insecta kadang-
kadang mengalami
partenogenesis
maupun
paedogenesis.
Partenogenesis ialah
perkembangan
embrio tanpa dibuahi oleh spermatozoid, misalnya lebah. Sedangkan
paedogenesis ialah partenogenesis yang berlangsung di tubuh larva,
misalnya Diptera. Dalam perkembangan menuju dewasa, Insecta
mengalami perubahan bentuk luar dan dalam dari fase telur ke tingkat
dewasa yang disebut metamorfosis. Fertilisasinya internal, artinya
pembuahan sel telur pleh spermatozoid berlangsung di dalam tubuh induk
betina.
Organ Perkembangbiakan Betina :
a) Ovarium terdiri dari beberapa tabung ovariol, yang pada bagian
ujungnya menggulung dan diselaputi oleh jaringan ikat sehingga
tampak dari luar sebagai bulatan. Lalat tsetse hanya mempunyai satu
ovariol, sedangkan rayap mempunyai 2000 buah ovariol.
b) Kelenjar Pelengkap
c) Reseptakulum seminis, disebut juga spermateka, suatu tempat untuk
menyimpan sperma. Dengan adanya bagian ini, sperma dapat disimpan
untuk beberapa lama antara waktu kawin dan waktu telur dibuahi.
d) Bursa kopulatrik, juga merupakan suatu tempat penyimpanan sperma.
sperma disimpan di sini dulu sebelum dipindahkan ke resepatakulum
seminalais.\
e) Kelenjar pelengkap, satu atau dua pasang, disebut juga kelenjar
„colleterial‟ yang dapat mengeluarkan bahan koriol (pembungkus
telur)
Organ Perkembangbiakan Jantan:
Testis yang merupakan organ perkembangbiakan pada serangga jantan,
terdiri dari beberapa tabung. tabung ini tidak panjang dan tidak tergulung
seperti ovariol. Alat pembantu dapat berupa pertumbuhan semacam penis
yang disebut aedeagus dan klasper atau alat penjepit. Terdapat juga
kelenjar pembantu yang bermuara di pangkal saluran ejakulatori.
Perkembangan Serangga, Serangga berkembang dari telur yang
terbentuk didalam ovarium serangga betina. Masa perkembangan serangga
di dalam telur dinamakan perkembangan embrionik dan setelah menetas
keluar dari telur dinamakan perkembangan pasca-embrionik. Perubahan
bentuk atau ukuran serangga yang berlangsung selama perkembangan
pasca-embrionik dinamakan metamorfosis.
Perkembangan embrionik serangga dikelompokkan dalam tiga tipe:
Pertama oviparitas, dimana pada tahap ini serangga meletakkan telur yang
telah matang dan telah dibuahi. Telur-telur yang melewati vagina
mendapat pembuahan dari sperma jantan sebelum diletakkan oleh
serangga betina. Perkembangan embrionik terjadi diluar tubuh indunya
dan memperoleh makanan dari kuning telur. Biasanya telur diletakkan
pada mikrohabitat yang tepat, didekat atau pada makanan yang
dibutuhkan. Sebagian besar serangga mengalami perkembangan oviparitas
ini. Ovoviviparitas yakni telur berkembang dan dibuahi secara normal,
tetapi mereka tetap ditahan dan menetas di dalam tubuh serangga betina.
Sediaan makanan cukup tersedia didalam telur sehingga embrio dapat
menyelesaikan perkembangannya. Viviparitas yakni perkembangan terjadi
di dalam tubuh serangga betina. Serangga tidak meletakkan telur, tetapi
„melahirkan‟ larva atau nimfa. Perkembangan embrio berlangsung di
dalam tubuh induknya dan embrio memperoleh sebagian zat makanannya
langsung dari induknya.
Perkembangan pasca-embrionik. Setelah telur menetas, serangga
pradewasa mengalami serangkain perubahan sampai mencapai bentuk
serangga dewasa (imago). Keseluruhan rangkaian perubahan bentuk dan
ukuran sejak telur sampai imago dinamakan metamorfosis.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Fachrul. 2000. Entomologi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Lumowa, Sonja, V.T. Entomologi

https://docplayer.info/73045712-Anatomi-serangga-agnesia-angelia-dhai-
anatomi-luar-tubuh-serangga.html

Fakhrah. 2016. Inventarisasi Insekta Permukaan Tanah Di Gampong Krueng


Simpo Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen. Jurnal Pendidikan Almuslim, Vol.IV
No.1. https://media.neliti.com/media/publications/116881-ID-inventarisasi-
insekta-permukaan-tanah-di.pdf. Diakses pada 17 Februari 2020

Anda mungkin juga menyukai