A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai jenis alat-alat kaca yang terdapat
dalam laboratorium biologi
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara mendata alat-alat kaca yang terdapat
dalam laboratorium biologi
B. Dasar Teori
Laboratorium adalah tempat untuk praktikum yang dilengkapi dengan
berbagai jenis alat sesuai dengan jenis praktikum. Alat yang terkandung di
laboratorium memerlukan pengumpulan data dan dokumentasi pemeliharaan
secara rutin (Yohalita, 2016: 1).
Inventarisasi barang merupakan kegiatan untuk memperoleh data atas
seluruh barang yang dimiliki, dikuasai, atau diurus oleh sebuah instansi, baik
yang diperoleh dari usaha pembuatan sendiri, pembelian, pertukaran, hadiah,
maupun hibah, baik berkaitan dengan jenis dan spesifikasinya, jumlah, sumber,
waktu pengadaan, harga, tempat dan kondisi, serta perubahan-perubahan yang
terjadi guna mendukung proses pengendalian dan pengawasan barang, serta
mendukung efektivitas dan efisiensi dalam upaya pencapaian tujuan sebuah
instansi (Kurniawan, 2011: 1-2).
1. Adaptor (Adaptor)
Adaptor terbuat dari gelas dan berbentuk melengkung. Kegunaan adaptor
adalah untuk penyambung pada seperangkat peralatan destilasi. Ujung
adaptor yang besar disambungkan dengan ujung pipa pendingin sedangkan
ujung kecil dimasukkan ke dalam gelas/ wadah penampung destilasi
(Khamidinal, 2009: 38).
2. Buret (Burette)
1
Buret merupakan peralatan gelas berbentuk silindris memanjang dengan
skala pada sisi luarnya dan terdapat kran pada sisi bawah. Buret digunakan
untuk menambahkan larutan pereaksi dimana volume penambahan harus
diketahui/ dicatat. Buret telah dirancang memiliki ketelitian yang tinggi
untuk keperluan kuantitatif analisis (Khamidinal, 2009: 39).
3. Botol pereaksi
Botol pereaksi dengan mulut lebar digunakan untuk menyimpan
cadangan pereaksi yang frekuensi penggunaannya tinggi. Botol ini karena
sering dibuat untuk mengambil zat-zat pereaksi didalamnya, maka
dirancang mempunyai mulut lebar untuk memudahkan dalam pengambilan
pereaksi. Biasanya untuk mengambil pereaksi dari dalamnya digunakan
pipet tetes, pipet volume, maupun pipet ukur, tetapi dapat juga
menggunakan peralatan yang lain. Karena sering digunakan maka botol ini
biasanya diletakkan pada rak meja praktikum (Khamidinal, 2009: 40).
4. Botol timbang (Weighed Bottle)
Botol timbang merupakan botol transparan dengan bentuk badan tinggi
atau pendek dan mulut lebar serta mempunyai penutup gelas. Botol
timbangan digunakan untuk menimbang zat cair dalam jumlah tertentu
sesuai yang kita inginkan. Sebelum melakukan penimbangan zat cair yang
kita inginkan, botol kosong harus ditimbang terlebih dahulu. Kemudian
botol diisi dengan zat cair yang akan ditimbang, kemudian ditutup, dan
ditimbang dengan neraca analitis atau timbangan yang lain.) (Khamidinal,
2009: 42-43).
5. Botol tetes (Dropping Bottle)
Botol ini dilengkapi dengan penutup yang biasanya terbuat dari polietilen
dan dilengkapi pula dengan alat tetes. Kegunaan botol ini adalah untuk
menyimpan larutan indikator yang biasanya digunakan dalam proses
analisis kuantitatif. Botol ini biasanya berwarna gelap, walaupun ada juga
yang berwarna bening transparan (Khamidinal, 2009: 44).
6. Corong penyaring (Filtering Funnel)
3
Corong penyaring adalah corong yang terbuat dari gelas dan tersedia
dalam berbagai ukuran diameter corong. Corong penyaring digunakan untuk
menyaring endapan yang terdapat dalam larutan. Pada proses penyaringan
digunakan kertas saring yang dilipat secara khusus sedemikian rupa
sehingga kertas saring tersebut mempunyai permukaan yang seluas-luasnya
(Khamidinal, 2009: 45).
7. Corong pemisah (Separating Funnel)
Corong pemisah mempunyai bentuk mirip cabe gendut, terdapat kran
pada ujung bawah dan penutup pada mulut atas. Corong pisah digunakan
untuk memisahkan dua macam pelarut yang tidak saling bercampur
sebagaimana dalam proses ekstraksi cair-cair. Pada proses ekstraksi cair-cair
larutan yang akan dipisahkan digojog terlebih dahulu, kemudian didiamkan
beberapa saat sampai masing-masing larutan terpisah (Khamidinal, 2009:
46-47).
8. Desikator (Desicator)
Desikator merupakan panci bersusun dua. Bagian bawah diisi dengan
bahan pengering dan dilengkapi dengan penutup yang sulit dilepas dalam
keadaan dingin karena dilapisi vaselin. Desikator ada dua jenis yaitu
desikator biasa dan desikator vakum (Pursitasari, 2014: 41).
11. Erlenmeyer
Bentuk erlenmeyer mirip dengan gelas beker, tetapi mempunyai leher
yang lebih sempit. Bentuk leher yang menyempit mempunyai keuntungan
dalam penggunaan antara lain mengurangi penguapan zat cair dalam
pemanasan dan mencegah zat cair tumpah ketika dalam proses pengadukan
(Khamidinal, 2009: 48-49).
12. Gelas arloji
Gelas arloji berbentuk piring kecil dan terbuat dari gelas. Kegunaan gelas
arloji adalah untuk menimbang bahan kimia yang berwujud padat atau
kristal (Khamidinal, 2009: 49).
13. Gelas beker atau gelas piala (Beaker Glass)
Gelas beker merupakan alat pengukur volume dengan ketepatan dan
ketelitian yang rendah. Gelas beker terbuat dari kaca borosilikat yang tahan
terhadap panas hingga temperatur 200oC. Gelas beker berupa gelas tinggi,
memiliki diameter, dan terdapat skala di sepanjang dindingnya (Pursitasari,
2014: 37).
Gelas beker tersedia dalam berbagai ukuran 25 mL, 50 mL, 100 mL, 250
mL, 500 mL, dan ada juga yang berukuran lebih besar lagi. Gelas beker
digunakan untuk melarutkan suatu padatan, untuk mencampurkan cairan,
untuk memanaskan larutan, dan keperluan lain. Gelas beker juga digunakan
untuk mengukur volume kasar suatu zat cair atau larutan tertentu
(Khamidinal, 2009: 49-50).
14. Gelas ukur (Graduated Cylynder)
Gelas ukur mempunyai bentuk seperti pipa yang mempunyai kaki atau
dudukan sehingga dapat ditegakkan. Pada bibir atas terdapat bibir tuang
untuk memudahkan dalam menuang larutan atau cairan. Pada badannya
terdapat skala dan dibagian atas terdapat tulisan yang menyatakan kapasitas
gelas ukur tersebut. Alat ini digunakan untuk mengukur suatu larutan
dengan volume tertentu yang tidak memerlukan ketelitian tingkat tinggi
(Khamidinal, 2009: 51-52).
15. Labu takar (Volumetric Flask)
Labu takar mempunyai bentuk alas bulat dan leher panjang dengan mulut
sempit. Labu takar digunakan untuk keperluan pengenceran larutan sampai
dengan volume tertentu sebagaimana tertera dalam badan labu takar.
Pembacaan volume larutan dilakukan pada tanda yang melingkar pada leher
labu dengan membaca meniskus. Ketelitian pembacaan volume pada suhu
tertentu biasanya tertera pada badan labu (Khamidinal, 2009: 54-55).
16. Pipet tetes (Dropping Pipette)
Pipet tetes merupakan alat gelas yang paling sering digunakan dalam
laboratorium. Kegunaan pipet tetes adalah untuk mengambil dan
menambahkan larutan atau zat cair setetes demi setetes. Pipet tetes
5
D. Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan yang akan digunakan untuk praktikum.
2. Tabel dibuat pada kertas HVS A4 dengan format nomor, nama alat, jumlah
dan keterangan.
3. Alat-alat kaca yang ada di laboratorium Biologi diamati dan dihitung berapa
jumlah alat-alat tersebut, kemudian dimasukkan data yang kita peroleh ke
dalam tabel. Kondisi alat-alat tersebut diperhatikan.
7
E. Hasil
No Nama Alat dan Merk Jumlah Keterangan
Gambar
1
2
PERCOBAAN II
PENGELOMPOKAN DAN PENYIMPANAN
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengelompokan alat-alat laboratorium
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara penyimpanan alat-alat laboratorium
B. Dasar Teori
Penempatan peralatan dapat dilakukan berdasarkan jenisnya. Peralatan yang
mudah pecah seperti tabung reaksi, gelas ukur dan peralatan gelas lainnya
sebaiknya ditempatkan dalam lemari tersendiri. Beberapa jenis peralatan gelas
yang tidak dapat berdiri dengan stabil perlu disimpan dengan pelindung kayu.
Peralatan listrik dan mekanik juga harus ditempatkan dalam tempat yang
terpisah. Apabila menempatkan barang di dalam rak, barang yang berat
sebaiknya ditempatkan paling bawah dan barang ringan di atas. Simpan barang
dengan rapi dan cantumkan nama alat dan jumlahnya (Sugiwati, 2007: 69-70).
Menurut (Jailani, 2010: 9), pengelompokkan alat-alat laboratorium sebagai
berikut:
1. Kelompok alat, dalam penggunaan dapat secara langsung menolong
pembentukan konsep Biologi seperti mikroskop, pH meter, termometer, dan
lain-lain.
2. Kelompok model, dapat membantu pembentukkan pengertian konsep
Biologi.
3. Kelompok alat bantu, dapat berdiri sendiri untuk penanaman konsep seperti
pembakar spiritus, penjepit tabung reaksi, mikrotom.
4. Kelompok alat perkakas secara tidak langsung supaya alat model dan alat
lain berfungsi dengan baik seperti paku, kikir, pelubang gabus, gergaji, dan
lain-lain.
Menurut Putri (2007: 157), penyimpanan alat bahan kimia dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
9
D. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum.
2. Dibuatlah tabel pada kertas HVS A4 dengan format nomor, nama alat,
penyimpan, pengelompokan dan keterangan.
3. Diamati semua alat-alat yang berada pada laboratorium, lalu dimasukan data
yang telah diperoleh kedalam tabel.
4. Dirapikan tabel yang berisi data hasil pengamatan kemudian diserahkan
kepada asisten praktikum.
E. Hasil
No Nama Alat Cara Pengelompokkan Keterangan
Penyimpanan
1
2
11
PERCOBAAN III
PENGADMINISTRASIAN FASILITAS UMUM LABORATORIUM BIOLOGI
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengadministrasian fasilitas umum yang
terdapat di dalam laboratorium biologi
2. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam fasilitas umum yang terdapat
didalam laboratorium biologi
B. Dasar teori
Administrasi laboratorium diartikan sebagai suatu pencatatan atau
inventarisasi fasilitas laboratorium dengan demikian dapat diketahui jenis dan
jumlah dari tiap jenisnya dengan tepat. Aspek-aspek yang perlu
diadministrasikan meliputi ruang laboratorium, fasilitas laboratorium, alat dan
bahan praktikum serta kegiatan laboratorium. Pengadministrasian laboratorium
yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu proses pencatatan atau
inventarisasi fasilitas dan aktifitas laboratorium. Administrasi dilakukan agar
semua fasilitas dan aktifitas laboratorium dapat tertata dengan sistematis.
Pengadministrasian yang benar akan sangat membantu dalam perencanaan
pengadaan alat atau bahan, mengendalikan efisiensi penggunaan anggaran,
memperlancar pelaksanaan kegiatan praktikum, menyajikan laporan secara
objektif, mempermudah pengawasan dan perlindungan terhadap kekayaan
laboratorium mengingat kekayaan laboratorium merupakan investasi
pemerintah pada bidang pendidikan (Izza, 2016: 114).
Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelolaan sarana dan
prasarana termasuk penataan ulang lay out laboratorium, pengorganisasian
pengelola, pengadministrasian alat dan bahan serta pengelolaan keselamatan
kerja dalam laboratorium (Anggraeni, 2013: 4).
Laboratorium biologi memerlukan pengorganisasian dan pengelolaan yang
baik agar kegiatan-kegiatan yang berlangsung di dalamnya dapat berjalan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Anggraeni, 2013: 7).
Menurut Anggraeni (2013: 7), mengelola suatu laboratorium meliputi 4
kegiatan pokok yaitu:
a. Mengadakan langkah-langkah yang perlu untuk terus mengupayakan agar
kegiatan siswa di dalam laboratorium bermakna bagi siswa dan proses
pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.
b. Menjadwal penggunaan laboratorium oleh pengelola agar laboratorium
dapat digunakan secara merata dan efisien oleh semua siswa yang
memerlukan.
c. Mengupayakan agar peralatan laboratorium terpelihara dengan baik,
sehingga dapat digunakan dalam waktu yang lama dan selalu siap
digunakan.
d. Mengupayakan agar penggunaan laboratorium berlangsung dengan aman
dan mengupayakan langkah-langkah yang perlu untuk menghindari
terjadinya kecelakaan.
Agar kesinambungan daya guna laboratorium dapat dipertahankan,
laboratoratorium perlu dikelola secara baik. Salah satu bagian dari pengelola
laboratorium ini adalah staf atau personal laboratorium. Staf atau personal
laboratorium mempunyai tanggungjawab terhadap efektifitas dan efisiensi
laboratorium termasuk fasilitas, alat-alat dan bahan-bahan praktikum. Pada
sekolah menengah, biasanya laboratorium dikelola oleh seorang penanggung
jawab laboratorium (Anggreani, 2013: 10).
Menurut Jailani (2017: 28), macam-macam pelayanan administrasi umum
yaitu:
1. Pelayanan gedung dan perlengkapan
a. Menginventarisasi perabot atau barang-barang laboratorium. Termasuk
alat-alat khusus pemadam kebakaran, kotak PPPK serta isinya
b. Mengontrol keselamatan, laboratorium misalnya genting bocor,
penerangan, instalasi gas, air, listrik wc, wastafel dan lain-lain
13
D. Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan yang digunakan disiapakan untuk praktikum
2. Dibuatlah tabel pada kertas HVS A4 dengan format nomor, nama barang,
lokasi, jumlah dan kondisi
3. Dibuat kolom lokasi dengan format sebagai berikut:
A B C
1 11
2
3 X
4
4. Semua bahan yang dipraktikkan diamati dan dicatat dalam kolom hasil
pengamatan
E. Hasil
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara menggunakan mikroskop dengan benar.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara-cara memelihara mikroskop.
B. Dasar Teori
Pada tahun 1600 Hans dan Zaccharias Jansen (putra Jerman dari pekerja
kaca mata) menemukan mikroskop ganda. Galileo (1564-1642)
mengembangkan teleskop dengan prinsip dasar lensa disusun secara seri. Pada
tahun 1965 Robert Hooke mula- mula menulis tentang sel tumbuh-tumbuhan
dan jaringan hewan yang diamati di bawah mikroskop ganda. Pada abad XIX
ahli optika menawarkan mikroskop untuk dijual di segala penjuru kota-kota
Eropa. Antony Van Leuwenhoek mula-mula menggunakan mikroskop
sederhana pada bidang mikrobiologi yaitu memakai lensa sederhana berukuran
diameter 270 mm. Catat bayangan yang muIa-mula diketahui adalah aberasi
sferis dan kromatis yang disebabkan perbedaan refraksi dari cahaya dari
spektrum sinar tampak; lensa oil immersi menambah pembesaran (Gabriel,
1996: 180)
Mikroskop adalah alat pembesar yang berguna untuk mengamati benda-
benda renik seperti bakteri, amoeba, dan lain-lain. Pembesaran mikroskop
dapat sampai 20 kali, 100 kali, bahkan 500 kali dari pembesaran lup.
Mikroskop menggunakan memakai dua lensa, yaitu lensa okuler (lensa yang
dekat dengan mata) dan lensa objektif (lensa yang dekat dengan benda).
Bayangan pada mikroskop bersifat maya, terbalik, diperbesar (Redixta, 2007:
158).
Macam-macam mikroskop :
l. Mikroskop Optik
17
D. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum.
2. Dihubungkan kabel penghubung ke mikroskop lalu ke sumber listrik atau
stop kontak.
3. Dinyalakan mikroskop dengan menekan tombol ON.
4. Diletakkan preparat pada meja objek kemudian jepit dengan penjepit
preparat, lalu diatur dengan menggunakan pemutar vertikal dan pemutar
horizontal.
5. Diatur intensitas cahaya dengan memutar pengatur sumber cahaya.
6. Diamati objek dengan perbesaran lemah, lalu diambil gambar.
7. Diputar lensa objektif menuju perbesaran yang lebih kuat.
8. Diamati apakah terdapat perubahan luas bidang pandang.
9. Diambil gambar pada perbesaran kuat.
E. Hasil
21
PERCOBAAN V
PENGELOMPOKAN DAN PENYIMPANAN BAHAN
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengelompokan bahan
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara penyimpanan bahan
B. Dasar teori
Dalam bekerja di laboratorium sebaiknya diasumsikan bahwa semua bahan
kimia yang ada di laboratorium adalah berbahaya. Jenis bahaya yang dapat
diakibatkan oleh bahan kimia adalah: sifat racun, korosif, karsinogenik, mdah
terbakar, eksplosif (mudah meledak) dan bersifat radioaktif. Agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan pada aktivitas laboratorium, pengetahuan tentang
bahan kimia yang akan digunakan serta penanganannya adalah sesuatu yang
mutlak disamping bekerja dengan penuh tanggung jawab, disiplin dan
mengikuti aturan yang ada (normatif). Bahan kimia dikemas dalam berbagai
wadah: berupa botol kaca, polimer, dan kemasan logam atau kaleng. Bahan
berupa cairan biasanya dikemas dalam botol kaca (gelap dan transparan),
Kristal pada umumnya dalam botol polimer, dan powder biasanya dalam
kemasan polimer atau kemasan kaleng yang didalamnya dilengkapi dengan
kemasan plastik. Setiap kemasan bahan kimia dilengkapi dengan etiket (label)
serta rambu-rambu tentang bahaya yang dapat terjadi (Sitorus, 2012: 9).
Menurut Sitorus (2012: 9-13), tipe bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
berbagai bahan kimia sebagai berikut:
1. Bahan yang mudah meledak (eksplosif)
Ledakan dapat terjadi karena adanya gesekan, loncatan api, pemanasan
dan bantingan terhadap bahan kimia bersangkutan seperti ammonium
karbonat. Ledakan adalah salah satu kecelakaan yang sering terjadi
laboratorium yang banyak menimbulkan korban jiwa. Bahan yang mudha
meledak disimpan dalam ruangan kering dan bersih. Hal-hal yang dapat
memberikan pemanasan, loncatan api harus dihindari dan jangan disimpan
bersamaan dengan zat lain yang dapat bereaksi dengan zat yang mudah
meledak tersebut.
2. Bahan yang beracun (toxic)
Pada dasarnya semua bahan kimia berbahaya namun ada yang aksinya
lambat dan ada yang cepat. Bila bekerja dengan bahan kimia beracun maka
penanganannya dilakukan di lemari asam dengan menggunakan masker
yang spesifik (tidak universal). Untuk pelindung tangan digunakan sarung
tangan tipis dari karet. Keracunan dapat terjadi melalui mulut (tertelan),
lewat kulit dan pernapasan. Keracunan dapat terjadi secara akut dan kronis.
3. Bahan yang mudah terbakar
Laboratorium yang banyak menggunakan bahan kimia khususnya bahan
senyawa organik makin rentan terhadap bahaya kebakaran. Sumber-sumber
api dapat dari peralatan yang digunakan untuk pemanasan termasuk instalasi
listrik. Secara umum klasifikasi kebakaran didasarkan pada jenis bahan
bakarnya sebagai berikut:
Kelas kebakaran Bahan mudah terbakar (burning material)
Bahan yang bila kontak dengan tubuh dapat merusak jaringan seperti
brom. Efek yang terjadi dapat bersifat lokal (primer) maupun sistemik
(sekunder). Contoh: asam sulfat akan mengakibatkan efek lokal (primer)
sedangkan asam sulfida akan menimbulkan efek sistemik (sekunder).
Urutan sifat korosif dalam bentuk gas > cair > padat. Untuk pencegahannya
digunakan sarung tangan dari plastik dan masker. Bila terjadi kontak dengan
bahan korosif tindakan pertama adalah menyiramnya dengan air sebanyak-
banyaknya sebelum dibawa ke dokter.
6. Bahan yang dapat menimbulkan iritasi
Bahan ini bila kontak dengan tubuh dapat menyebabkan lecetnya kulit,
mata dan menganggu pernapasan seperti fenol. Untuk pencegahannya
digunakan sarung tangan dari plastik.
7. Bahan yang menghasilkan radiasi
Bahan ini adalah yang bersifat radioaktif yang dapat memancarkan sinar
alfa, beta dan gamma yang dapat merusak jaringan tubuh (mutasi gen)
khususnya di laboratorium nuklir seperti Batan. Untuk pencegahannya
digunakan baju timbal.
Menurut Sitorus (2012: 13), untuk menyimpan bahan kimia di gudang
bahan (storage) maka perlu pengetahuan dasar tentang:
1. Sifat bahaya yang ditimbulkan.
2. Kemungkinan interaksi antara bahan.
3. Kondisi yang mempengaruhi (udara, suhu dan kelembaban udara).
4. Interaksi bahan dengan wadah penyimpanan (bahan hasil preparasi).
5. Penyimpanan bahan kimia diberikan label terhadap masing-masing jenisnya
sehingga sifat-sifat bahayanya dapat dikenal dengan cepat dan mudah.
No. Simbol benda Sifat bahaya Contoh zat Penanganan
atau benda keselamatan
1. Eksplosif Amonium Hindari benturan,
pada kondisi nitrat, gesekan, loncatan
tertentu. ammonium api dan panas.
selulosa.
Huruf kode: E
2. Oksidator Hidrogen Hindari panas serta
dapat peroksida, bahan mudah
membakar kalium terbakar dan
bahan lain, perklorat. reduktor.
penyebab
Huruf kode: O
timbulnya
kesulitan
dalam
pemadaman.
3. Zat mudah Alumunium Hindari campuran
terbakar zat alkil fosfor, dengan udara dan
yang butana dan hindari dari sumber
membentuk propana, api. Jauhkan dari
gas mudah aseton dan api terbuka, sumber
Huruf kode: F
terbakar. benzena. api, dan loncatan
Titik apinya api.
dibawah
21oC
4. Toksik, Arsen Hindari kontak atau
berbahaya triklorida, jangan sampai
bagi merkuri masuk ke dalam
kesehatan klorida. tubuh. Segera
bila terhisap, berobat ke dokter
Huruf kode: T
tertelan, atau bila terkena bahan
kontak tersebut.
25
dengan kulit,
dan juga
dapat
mematikan.
5. Menimbulka Piridin Hindari kontak
n kerusakan dengan tubuh atau
kecil pada jangan dihirup.
tubuh. Segera berobat ke
dokter bila terkena
Huruf kode: Xn
bahan tersebut.
D. Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan yang akan digunakan untuk praktikum.
2. Tabel dibuat pada kertas HVS A4 dengan format pada tabel pertama
meliputi nomor, gambar dan keterangan sedangkan pada tabel kedua
meliputi format nomor, lambang dan keterangan.
3. Diamati bahan-bahan kimia yang telah disimpan di dalam lemari bahan
kimia berdasarkan pengelompokkannya.
4. Bahan-bahan kimia yang telah diamati dicatat sesuai dengan tempat
penyimpanannya pada tabel pertama dan tabel kedua diisi dengan lambang
yang tertera pada bahan kimia beserta keterangannya.
5. Tabel yang telah diisi data hasil pengamatan dirapikan kemudian diserahkan
kepada asisten praktikum.
E. Hasil
PERCOBAAN VI
PENIMBANGAN DAN PENGENCERAN
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara penimbangan bahan
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengenceran larutan
B. Dasar Teori
Penimbangan dengan menggunakan neraca laboratorium. Jenis neraca
dapat berupa neraca elektrik ataupun manual. Semua jenis neraca harus
diletakkan di atas permukaan datar yangjauh dari sumber getaran, angin, dan
paparan cahaya matahari secara langsung (Chairlan, 2011: 64).
Neraca digunakan untuk menimbang bahan-bahan kimia dalam pembuatan
reagen; Menurut Chairlan (2011: 64), faktor kebersihan penting hila ingin
memperoleh hasil yang akurat.
a. Bersihkan debu dengan meniupnya atau menggunakan sikat halus.
b. Bersihkan zat warna atau bahan kimia menggunakan sikat halus.
c. Gunakan alas plastik atau kertas saring di atas piringan neraca untuk
menimbang bahan-bahan kimia; jangan sekali-kali meletakkan bahan kimia
langsung di atas piringan neraca.
Perhatian: Setelah membilas neraca, pastikan neraca benar-benar sudah
kering sebelum menimbang. Atur selalu neraca, ke angka nol (kalibrasi)
sebelum menimbang. Periksa akurasi neraca secara rutin sesuai petunj uk
pemakaiannya. Gunakan pinset untuk mengambil anak-timbangan yang kecil
(Chairlan, 2011: 64).
Menurut Chairlan (2011: 64-66), jenis-jenis neraca sebagai berikut:
1. Neraca dua-piringan terbuka
Gambar 1: Neraca dua-piringan terbuka (Sumber: Chairlan, 2011: 66)
Neraca dua-piringan memiliki dua buah piringan yang ditahan oleh
batang penyangga. Neraca ini dirancang untuk digunakan dengan anak-
timbangan terpisah, dilengkapi dengan lengan berskala dengan anak-
timbangan geser. Neraca ini digunakan untuk menimbang bahan bermassa
besar (sampai dengan beberapa kilogram) sehingga tidak diperlukan tingkat
akurasi yang tinggi, misalnya 22,5 g, 38 g, 8,5 g, 380 g. Sensitivitasnya 0,5
g. Bila piringan terbuat dari bahan yang mudah tergores atau berkarat, alasi
dengan plastik keras atau bekas film rontgen yang dipotong bulat; kedua
alas itu beratnya harus sama (Chairlan, 2011: 64).
a. neraca.
2. Neraca analitis
3. Neraca apotek
D. Prosedur Kerja
1. Penimbangan
a. Alat dan bahan disiapkan di atas meja praktikum.
b. Kabel neraca digital disambungkan ke arus listrik dan ditekan tombol
ON.
c. Diletakkan kertas diatas piringan neraca dan dipastikan timbangan pada
posisi nol.
d. Nutrient agar diambil menggunakan spatula dan diletakkan diatas kertas
dan ditimbang sesuai berat yang ditentukan.
2. Pengenceran
a. Disiapkan alat dan bahan di atas meja praktikum.
b. Hitung terlebih dahulu jumlah alcohol yang diingankan dan jumlah
aquades (ml).
c. Ukur jumlah alcohol dan aquades menggunakan gelas ukur (sesuai hasil
yang di dapatkan pada poin b).
d. Dimasukkan ke dalam labu ukur yang telah dicuci bersih dan kering dan
di homogen kan.
E. Hasil