Anda di halaman 1dari 34

PERCOBAAN I

PENGENALAN ALAT-ALAT KACA DAN INVENTARISASI

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai jenis alat-alat kaca yang terdapat
dalam laboratorium biologi
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara mendata alat-alat kaca yang terdapat
dalam laboratorium biologi

B. Dasar Teori
Laboratorium adalah tempat untuk praktikum yang dilengkapi dengan
berbagai jenis alat sesuai dengan jenis praktikum. Alat yang terkandung di
laboratorium memerlukan pengumpulan data dan dokumentasi pemeliharaan
secara rutin (Yohalita, 2016: 1).
Inventarisasi barang merupakan kegiatan untuk memperoleh data atas
seluruh barang yang dimiliki, dikuasai, atau diurus oleh sebuah instansi, baik
yang diperoleh dari usaha pembuatan sendiri, pembelian, pertukaran, hadiah,
maupun hibah, baik berkaitan dengan jenis dan spesifikasinya, jumlah, sumber,
waktu pengadaan, harga, tempat dan kondisi, serta perubahan-perubahan yang
terjadi guna mendukung proses pengendalian dan pengawasan barang, serta
mendukung efektivitas dan efisiensi dalam upaya pencapaian tujuan sebuah
instansi (Kurniawan, 2011: 1-2).
1. Adaptor (Adaptor)
Adaptor terbuat dari gelas dan berbentuk melengkung. Kegunaan adaptor
adalah untuk penyambung pada seperangkat peralatan destilasi. Ujung
adaptor yang besar disambungkan dengan ujung pipa pendingin sedangkan
ujung kecil dimasukkan ke dalam gelas/ wadah penampung destilasi
(Khamidinal, 2009: 38).
2. Buret (Burette)

1
Buret merupakan peralatan gelas berbentuk silindris memanjang dengan
skala pada sisi luarnya dan terdapat kran pada sisi bawah. Buret digunakan
untuk menambahkan larutan pereaksi dimana volume penambahan harus
diketahui/ dicatat. Buret telah dirancang memiliki ketelitian yang tinggi
untuk keperluan kuantitatif analisis (Khamidinal, 2009: 39).
3. Botol pereaksi
Botol pereaksi dengan mulut lebar digunakan untuk menyimpan
cadangan pereaksi yang frekuensi penggunaannya tinggi. Botol ini karena
sering dibuat untuk mengambil zat-zat pereaksi didalamnya, maka
dirancang mempunyai mulut lebar untuk memudahkan dalam pengambilan
pereaksi. Biasanya untuk mengambil pereaksi dari dalamnya digunakan
pipet tetes, pipet volume, maupun pipet ukur, tetapi dapat juga
menggunakan peralatan yang lain. Karena sering digunakan maka botol ini
biasanya diletakkan pada rak meja praktikum (Khamidinal, 2009: 40).
4. Botol timbang (Weighed Bottle)
Botol timbang merupakan botol transparan dengan bentuk badan tinggi
atau pendek dan mulut lebar serta mempunyai penutup gelas. Botol
timbangan digunakan untuk menimbang zat cair dalam jumlah tertentu
sesuai yang kita inginkan. Sebelum melakukan penimbangan zat cair yang
kita inginkan, botol kosong harus ditimbang terlebih dahulu. Kemudian
botol diisi dengan zat cair yang akan ditimbang, kemudian ditutup, dan
ditimbang dengan neraca analitis atau timbangan yang lain.) (Khamidinal,
2009: 42-43).
5. Botol tetes (Dropping Bottle)
Botol ini dilengkapi dengan penutup yang biasanya terbuat dari polietilen
dan dilengkapi pula dengan alat tetes. Kegunaan botol ini adalah untuk
menyimpan larutan indikator yang biasanya digunakan dalam proses
analisis kuantitatif. Botol ini biasanya berwarna gelap, walaupun ada juga
yang berwarna bening transparan (Khamidinal, 2009: 44).
6. Corong penyaring (Filtering Funnel)
3

Corong penyaring adalah corong yang terbuat dari gelas dan tersedia
dalam berbagai ukuran diameter corong. Corong penyaring digunakan untuk
menyaring endapan yang terdapat dalam larutan. Pada proses penyaringan
digunakan kertas saring yang dilipat secara khusus sedemikian rupa
sehingga kertas saring tersebut mempunyai permukaan yang seluas-luasnya
(Khamidinal, 2009: 45).
7. Corong pemisah (Separating Funnel)
Corong pemisah mempunyai bentuk mirip cabe gendut, terdapat kran
pada ujung bawah dan penutup pada mulut atas. Corong pisah digunakan
untuk memisahkan dua macam pelarut yang tidak saling bercampur
sebagaimana dalam proses ekstraksi cair-cair. Pada proses ekstraksi cair-cair
larutan yang akan dipisahkan digojog terlebih dahulu, kemudian didiamkan
beberapa saat sampai masing-masing larutan terpisah (Khamidinal, 2009:
46-47).
8. Desikator (Desicator)
Desikator merupakan panci bersusun dua. Bagian bawah diisi dengan
bahan pengering dan dilengkapi dengan penutup yang sulit dilepas dalam
keadaan dingin karena dilapisi vaselin. Desikator ada dua jenis yaitu
desikator biasa dan desikator vakum (Pursitasari, 2014: 41).
11. Erlenmeyer
Bentuk erlenmeyer mirip dengan gelas beker, tetapi mempunyai leher
yang lebih sempit. Bentuk leher yang menyempit mempunyai keuntungan
dalam penggunaan antara lain mengurangi penguapan zat cair dalam
pemanasan dan mencegah zat cair tumpah ketika dalam proses pengadukan
(Khamidinal, 2009: 48-49).
12. Gelas arloji
Gelas arloji berbentuk piring kecil dan terbuat dari gelas. Kegunaan gelas
arloji adalah untuk menimbang bahan kimia yang berwujud padat atau
kristal (Khamidinal, 2009: 49).
13. Gelas beker atau gelas piala (Beaker Glass)
Gelas beker merupakan alat pengukur volume dengan ketepatan dan
ketelitian yang rendah. Gelas beker terbuat dari kaca borosilikat yang tahan
terhadap panas hingga temperatur 200oC. Gelas beker berupa gelas tinggi,
memiliki diameter, dan terdapat skala di sepanjang dindingnya (Pursitasari,
2014: 37).
Gelas beker tersedia dalam berbagai ukuran 25 mL, 50 mL, 100 mL, 250
mL, 500 mL, dan ada juga yang berukuran lebih besar lagi. Gelas beker
digunakan untuk melarutkan suatu padatan, untuk mencampurkan cairan,
untuk memanaskan larutan, dan keperluan lain. Gelas beker juga digunakan
untuk mengukur volume kasar suatu zat cair atau larutan tertentu
(Khamidinal, 2009: 49-50).
14. Gelas ukur (Graduated Cylynder)
Gelas ukur mempunyai bentuk seperti pipa yang mempunyai kaki atau
dudukan sehingga dapat ditegakkan. Pada bibir atas terdapat bibir tuang
untuk memudahkan dalam menuang larutan atau cairan. Pada badannya
terdapat skala dan dibagian atas terdapat tulisan yang menyatakan kapasitas
gelas ukur tersebut. Alat ini digunakan untuk mengukur suatu larutan
dengan volume tertentu yang tidak memerlukan ketelitian tingkat tinggi
(Khamidinal, 2009: 51-52).
15. Labu takar (Volumetric Flask)
Labu takar mempunyai bentuk alas bulat dan leher panjang dengan mulut
sempit. Labu takar digunakan untuk keperluan pengenceran larutan sampai
dengan volume tertentu sebagaimana tertera dalam badan labu takar.
Pembacaan volume larutan dilakukan pada tanda yang melingkar pada leher
labu dengan membaca meniskus. Ketelitian pembacaan volume pada suhu
tertentu biasanya tertera pada badan labu (Khamidinal, 2009: 54-55).
16. Pipet tetes (Dropping Pipette)
Pipet tetes merupakan alat gelas yang paling sering digunakan dalam
laboratorium. Kegunaan pipet tetes adalah untuk mengambil dan
menambahkan larutan atau zat cair setetes demi setetes. Pipet tetes
5

mempunyai ujung lancip dan panjang sehingga mudah untuk melakukan


penambahan zat cair setetes demi setetes (Khamidinal, 2009: 66).
17. Pipet volume (Volumetric Pipette)
Pipet volume sering disebut juga pipet gondok merupakan alat gelas yang
berbentuk mirip pipa akan tetapi terdapat cembungan pada tengah-tengah
batang pipa tersebut. Kegunaan pipet volume ini adalah untuk mengambil
dan memindahkan cairan dengan volume tertentu sebagaimana yang tertera
pada batang pipet volume (Khamidinal, 2009: 67).
Pipet volume hanya memiliki satu ukuran volume. Ukuran pipet volume
yang tersedia adalah 1 mL, 2 mL, 5 mL, 10 mL, 25 mL, dan 50 mL.
Penggunaan pipet volume dapat dilengkapi propipet atau pipette pump atau
ball pipette atau bola hisap (Pursitasari, 2014: 35).
18. Pipet Ukur (Graduated Pipette)
Pipet ukur merupakan alat gelas menyerupai pipa dengan salah satu
ujungnya menyempit. Terdapat skala pada batangnya dan mulut yang lain
lebar. Pipet ukur mempunyai kapasitas tertentu yang dapat dibaca pada
skalanya. Kegunaan pipet ukur adalah untuk menambahkan zat cair dengan
volume tertentu yang dapat dilihat dari skala pada saat penambahan cairan
tersebut (Khamidinal, 2009: 68).
19. Pengaduk gelas
Pengaduk gelas berbentuk batang dengan diameter 8-12 mm dan panjang
10-15 cm. Batang pengaduk terbuat dari gelas padat berisi (tidak berongga).
Kegunaannya adalah untuk melakukan pengadukan pada larutan yang
biasanya terdapat pada gelas beker (Khamidinal, 2009: 69).
20. Tabung reaksi
Tabung reaksi terbuat dari kaca borosilikat dan terdiri dari berbagai
ukuran, ada yang tahan panas namun ada juga yang tidak tahan panas.
Tabung reaksi ada juga yang dilengkapi dengan tutup atau sumbat. Tabung
reaksi berfungsi sebagai tempat untuk mereaksikan bahan-bahan kimia
dalam jumlah sedikit (Pursitasari, 2014: 43).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Kertas HVS A4
b. Pulpen
c. Penggaris
2. Bahan
a. Batang pengaduk
b. Botol timbang
c. Bunsen
d. Buret
e. Cawan petri
f. Corong
g. Cover glass
h. Gelas kimia
i. Gelas ukur
j. Kaca arloji
k. Kaca objek
l. Labu dasar rata
m. Labu ukur
n. Pipet tetes
o. Pipet Ukur
p. Tabung erlenmeyer
q. Tabung reaksi

D. Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan yang akan digunakan untuk praktikum.
2. Tabel dibuat pada kertas HVS A4 dengan format nomor, nama alat, jumlah
dan keterangan.
3. Alat-alat kaca yang ada di laboratorium Biologi diamati dan dihitung berapa
jumlah alat-alat tersebut, kemudian dimasukkan data yang kita peroleh ke
dalam tabel. Kondisi alat-alat tersebut diperhatikan.
7

4. Tabel yang berisi data hasil pengamatan dirapikan kemudian diserahkan


kepada asisten praktikum.
5. Meja dan kursi dibersihkan dan dirapikan sebelum meninggalkan
laboratorium Biologi.

E. Hasil
No Nama Alat dan Merk Jumlah Keterangan
Gambar
1
2
PERCOBAAN II
PENGELOMPOKAN DAN PENYIMPANAN

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengelompokan alat-alat laboratorium
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara penyimpanan alat-alat laboratorium

B. Dasar Teori
Penempatan peralatan dapat dilakukan berdasarkan jenisnya. Peralatan yang
mudah pecah seperti tabung reaksi, gelas ukur dan peralatan gelas lainnya
sebaiknya ditempatkan dalam lemari tersendiri. Beberapa jenis peralatan gelas
yang tidak dapat berdiri dengan stabil perlu disimpan dengan pelindung kayu.
Peralatan listrik dan mekanik juga harus ditempatkan dalam tempat yang
terpisah. Apabila menempatkan barang di dalam rak, barang yang berat
sebaiknya ditempatkan paling bawah dan barang ringan di atas. Simpan barang
dengan rapi dan cantumkan nama alat dan jumlahnya (Sugiwati, 2007: 69-70).
Menurut (Jailani, 2010: 9), pengelompokkan alat-alat laboratorium sebagai
berikut:
1. Kelompok alat, dalam penggunaan dapat secara langsung menolong
pembentukan konsep Biologi seperti mikroskop, pH meter, termometer, dan
lain-lain.
2. Kelompok model, dapat membantu pembentukkan pengertian konsep
Biologi.
3. Kelompok alat bantu, dapat berdiri sendiri untuk penanaman konsep seperti
pembakar spiritus, penjepit tabung reaksi, mikrotom.
4. Kelompok alat perkakas secara tidak langsung supaya alat model dan alat
lain berfungsi dengan baik seperti paku, kikir, pelubang gabus, gergaji, dan
lain-lain.
Menurut Putri (2007: 157), penyimpanan alat bahan kimia dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
9

1. Alat atau bahan yang sering dipakai


2. Alat atau bahan diizinkan untuk mengambil sendiri, seperti beaker glass,
gelas ukur, pipet, larutan encer garam, asam, basa
3. Alat atau bahan yang jarang dipakai
4. Alat atau bahan yang berbahaya, seperti alat yang peka, mahal, dan mudah
rusak, dan bahan yang beracun, radioaktif, mudah terbakar atau meledak
C. Alat dan Bahan
1. Kertas HVS
2. Alat tulis
3. Semua alat-alat yang ada di laboratorium

D. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum.
2. Dibuatlah tabel pada kertas HVS A4 dengan format nomor, nama alat,
penyimpan, pengelompokan dan keterangan.
3. Diamati semua alat-alat yang berada pada laboratorium, lalu dimasukan data
yang telah diperoleh kedalam tabel.
4. Dirapikan tabel yang berisi data hasil pengamatan kemudian diserahkan
kepada asisten praktikum.

E. Hasil
No Nama Alat Cara Pengelompokkan Keterangan
Penyimpanan
1
2
11

PERCOBAAN III
PENGADMINISTRASIAN FASILITAS UMUM LABORATORIUM BIOLOGI

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengadministrasian fasilitas umum yang
terdapat di dalam laboratorium biologi
2. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam fasilitas umum yang terdapat
didalam laboratorium biologi

B. Dasar teori
Administrasi laboratorium diartikan sebagai suatu pencatatan atau
inventarisasi fasilitas laboratorium dengan demikian dapat diketahui jenis dan
jumlah dari tiap jenisnya dengan tepat. Aspek-aspek yang perlu
diadministrasikan meliputi ruang laboratorium, fasilitas laboratorium, alat dan
bahan praktikum serta kegiatan laboratorium. Pengadministrasian laboratorium
yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu proses pencatatan atau
inventarisasi fasilitas dan aktifitas laboratorium. Administrasi dilakukan agar
semua fasilitas dan aktifitas laboratorium dapat tertata dengan sistematis.
Pengadministrasian yang benar akan sangat membantu dalam perencanaan
pengadaan alat atau bahan, mengendalikan efisiensi penggunaan anggaran,
memperlancar pelaksanaan kegiatan praktikum, menyajikan laporan secara
objektif, mempermudah pengawasan dan perlindungan terhadap kekayaan
laboratorium mengingat kekayaan laboratorium merupakan investasi
pemerintah pada bidang pendidikan (Izza, 2016: 114).
Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelolaan sarana dan
prasarana termasuk penataan ulang lay out laboratorium, pengorganisasian
pengelola, pengadministrasian alat dan bahan serta pengelolaan keselamatan
kerja dalam laboratorium (Anggraeni, 2013: 4).
Laboratorium biologi memerlukan pengorganisasian dan pengelolaan yang
baik agar kegiatan-kegiatan yang berlangsung di dalamnya dapat berjalan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Anggraeni, 2013: 7).
Menurut Anggraeni (2013: 7), mengelola suatu laboratorium meliputi 4
kegiatan pokok yaitu:
a. Mengadakan langkah-langkah yang perlu untuk terus mengupayakan agar
kegiatan siswa di dalam laboratorium bermakna bagi siswa dan proses
pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.
b. Menjadwal penggunaan laboratorium oleh pengelola agar laboratorium
dapat digunakan secara merata dan efisien oleh semua siswa yang
memerlukan.
c. Mengupayakan agar peralatan laboratorium terpelihara dengan baik,
sehingga dapat digunakan dalam waktu yang lama dan selalu siap
digunakan.
d. Mengupayakan agar penggunaan laboratorium berlangsung dengan aman
dan mengupayakan langkah-langkah yang perlu untuk menghindari
terjadinya kecelakaan.
Agar kesinambungan daya guna laboratorium dapat dipertahankan,
laboratoratorium perlu dikelola secara baik. Salah satu bagian dari pengelola
laboratorium ini adalah staf atau personal laboratorium. Staf atau personal
laboratorium mempunyai tanggungjawab terhadap efektifitas dan efisiensi
laboratorium termasuk fasilitas, alat-alat dan bahan-bahan praktikum. Pada
sekolah menengah, biasanya laboratorium dikelola oleh seorang penanggung
jawab laboratorium (Anggreani, 2013: 10).
Menurut Jailani (2017: 28), macam-macam pelayanan administrasi umum
yaitu:
1. Pelayanan gedung dan perlengkapan
a. Menginventarisasi perabot atau barang-barang laboratorium. Termasuk
alat-alat khusus pemadam kebakaran, kotak PPPK serta isinya
b. Mengontrol keselamatan, laboratorium misalnya genting bocor,
penerangan, instalasi gas, air, listrik wc, wastafel dan lain-lain
13

c. Mengusulkan barang-barang milik laboratorium, dengan jalan meminta


tenaga untuk memperbaiki mengelola dan sekaligus perbaikan.
2. Kebersihan dan keamanan laboratorium
a. Mengontrol kebersihan ruang laboratorium dan lingkungan disekitarnya
sebelum dan sesudah kegiatan.
b. Mengontrol keamanan laboratorium termasuk keadaan barang-barang
baik siang maupun malam.
c. Menjaga keamanan dan ketertiban pelaksanaan kegiatan.
3. Jadwal
Mengatur jadwal kegiatan sesuai dengan kesediaan dan waktu yang ada
pada dosen. Asisten mahasiswa sesuai dengan daya tampung laboratorium
da tersedianya alat-alat atau bahan dan sebagainya.
4. Alat-alat dan bahan kegiatan
a. Menginventarisasi alat atau untuk persediaan milik laboratorium.
b. Mengatur alat atau unit alat pada tempat penyimpanan secara sistematis
dan aman.
c. Menginventarisasi bahan hemis atau non hemis milik laboratorium.
d. Mendaftar alat atau unit alat yang rusak untuk direprasi atau diganti bila
memang benar-benar tidak dapat dipakai lagi.
e. Mendaftar alat dan bahan yang belum pernah ada dan akan digunakan
pada periode berikutnya dan guna pengembangan atas permintaan dosen
atau asisten.
f. Menyusun susunan alat atau unit alat sesuai dengan permintaan, macam
jenis yang sudah pernah ataupun yang belum pernah menurut jumlah
yang diperlukan.
g. Menginventarisasi alat box shop misalnya, gergaji, palu dan lain-lain.
h. Mengkoordinasikan tenaga pemebrsih dan keamanan
Menurut jailani (2017: 31), tugas dari administrasi khusus. Memberi
kelancaran terhadap pelaksanaan kegiatan laboratorium yang meliputi antara
lain:
1. Lembar kegiatan
Memperbanyak penyimpanan dan mendiskusikan dan mendistribusikan
kepada mahasiswa.
2. Laporan kegiatan
Melayani pengumulan tugas dan laporan sementara atau tulisan tangan
selanjutnya menyerahkan pada dosen atau asisten yang mendapat tugas
3. Nilai kegiatan
a. Mengasirkan nilai kegitatan mahasiswa yang diberikan oleh dosen. Bisa
juga nilai harian.
b. Memperbanyak format-format penilaian yang dibuat oleh dosen atau
asisten yang menyangkut nilai harian.
c. Menyampaikan tata perkembangan atau kemajuan kegiatan yang berupa
alat harian yang dibuat oleh dosen atau asisten kepada mahasiwa untuk
diketahui yang berupa nota-nota melalui papan pengumuman.
15

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Pulpen
b. Penggaris
c. Kertas HVS A4
2. Bahan
Semua fasilitas umum yang terdapat didalam laboratorium biologi

D. Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan yang digunakan disiapakan untuk praktikum
2. Dibuatlah tabel pada kertas HVS A4 dengan format nomor, nama barang,
lokasi, jumlah dan kondisi
3. Dibuat kolom lokasi dengan format sebagai berikut:
A B C
1 11
2
3 X
4

4. Semua bahan yang dipraktikkan diamati dan dicatat dalam kolom hasil
pengamatan
E. Hasil

No Nama Benda Jumlah Lokasi Keadaan


1
2
PERCOBAAN IV
MIKROSKOP

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara menggunakan mikroskop dengan benar.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara-cara memelihara mikroskop.

B. Dasar Teori
Pada tahun 1600 Hans dan Zaccharias Jansen (putra Jerman dari pekerja
kaca mata) menemukan mikroskop ganda. Galileo (1564-1642)
mengembangkan teleskop dengan prinsip dasar lensa disusun secara seri. Pada
tahun 1965 Robert Hooke mula- mula menulis tentang sel tumbuh-tumbuhan
dan jaringan hewan yang diamati di bawah mikroskop ganda. Pada abad XIX
ahli optika menawarkan mikroskop untuk dijual di segala penjuru kota-kota
Eropa. Antony Van Leuwenhoek mula-mula menggunakan mikroskop
sederhana pada bidang mikrobiologi yaitu memakai lensa sederhana berukuran
diameter 270 mm. Catat bayangan yang muIa-mula diketahui adalah aberasi
sferis dan kromatis yang disebabkan perbedaan refraksi dari cahaya dari
spektrum sinar tampak; lensa oil immersi menambah pembesaran (Gabriel,
1996: 180)
Mikroskop adalah alat pembesar yang berguna untuk mengamati benda-
benda renik seperti bakteri, amoeba, dan lain-lain. Pembesaran mikroskop
dapat sampai 20 kali, 100 kali, bahkan 500 kali dari pembesaran lup.
Mikroskop menggunakan memakai dua lensa, yaitu lensa okuler (lensa yang
dekat dengan mata) dan lensa objektif (lensa yang dekat dengan benda).
Bayangan pada mikroskop bersifat maya, terbalik, diperbesar (Redixta, 2007:
158).
Macam-macam mikroskop :
l. Mikroskop Optik
17

Mikroskop optik adalah mikroskop yang menggunakan optik untuk


membuat gambar bayangan. Mikroskop tersebut mempunyai kemampuan
memperbesar objek sampai dengan 200 kali. Untuk mendapatkan bayangan
yang jernih dan jelas, tidak hanya menggunakan lensa objektif dan okuler
saja, tetapi masih ada lensa-lensa tambahan sehingga kualitas bayangan
yang dihasilkan lebih baik. Benda harus dalam keadaan transparan sehingga
cahaya dari cermin pemantul dapat masuk pada benda dan lensa mikroskop.
Biasanya mikroskop ini digunakan untuk melihat jaringan-jaringan hidup
(sel-sel hidup) (Redixta, 2007: 158).
2. Mikroskop elektron
Mikroskop elektron memperkuat daya pembeda mikroskop biasa. Cahaya
diganti elektron. Bagian obyek yang tebal lebih banyak mengabsorpsi
elektron daripada bagian yang tipis. Karena kemampuan mata membedakan
0,1 mm maka kekuatan membesarkan bayangan bcnda oleh mikroskop
elektron ialah 100.000 kali (Yatim, 1987: 13-14).
3. Mikroskop Cahaya
Mikroskop cahaya mempergunakan pancaran cahaya untuk membuat
bayangan benda yang dibesarkan (Yatim, 1987: 9).
4. Mikroskop stereo
Mikroskop jenis ini dipakai untuk mengamati benda tebal maupun tipis,
tranparan maupun tidak tembus cahaya. Penyinaran biasanya dari atas
(reflected illumination) tetapi dapat pula diatur penyinaran dari bawah.
Mikroskop stereo dibuat agar dapat mengamati bayangan secara tiga
dimensi dan tidak terbalik. Daya resolusi relatif lemah dengan lapangan
pemandangan yang luas. Pembesaran biasanya 1,5 sampai 25 kali (Gabriel,
1996: 188).
Menurut Gabriel (1996: 182-186), bagian mikroskop dan fungsinya sebagai
berikut:
1. Obyektif, memegang peranan sangat penting dalam sistem lensa mikroskop.
2. Okuler, yang terletak diatas tabung mikroskop yang dipakai pengamat untuk
melihat bayangan yang dibentuk oleh lensa obyektif. Lensa pada okuler
mempunyai fungsi memperbesarbayanganyang dihasilkan oleh obyektif.
3. Tabung badan mikroskop, tiap mikroskop akan berfungsi baik apabila
mempunyai panjang tertentu. Apabila panjang tabung badan mikroskop
dibuat lebih panjang dan ketentuan maka bayangan akan tampak buram.
4. Cermin, dipakai untuk menangkap cahaya dan merefreksi cahaya ketingkat
berikutnya yaitu ke kondensor. Tiap mikroskop mempunyai dua buah
cermin yaitu cermin datar dan cermin cekung.
5. Kondensor, biasanya pengamatan berusaha agar sumber cahaya misalnya
lampu yang oleh cermin direfleksi pada kondesor dan untuk selanjutnya
difokuskan oleh kondensor tepat pada benda yang diamati.
Berdasarkan Hadioetomo (1993: 11-12), penanganan dan pemeliharaan
mikroskop sebagai berikut:
a. Bawalah mikroskop tersebut dalam posisi tegak dengan memegang
tangkainya dengan satu tangan dan menyangga dasamya dengan tangan lain.
b. Jagalah supaya dasar dan tubuh mikroskop tersebut bebas dari debu dengan
cara menutupinya bila sedang digunakan.
c. Hindarkan mikroskop dari benturan tiba-tiba.
d. Dengan secarik kertas yang halus, bersihkan minyak celup (bila ada) dari
pentas dan penjepit kaca obyek.
e. Janganlah menyentuh lensa dengan tangan anda. Bersihkan lensa obyektif
celup minyak dan kondensor setelah digunakan.
f. Jangan melepaskan lensa obyektif dari tempatnya untuk membersihkannya.
Untuk pembersihan rutin lensa obyektif celup minyak, cukup menyekanya
dengan kertas lensa kering. Pcmbersihan lensa dengan xylene (xylol) hanya
dilakukan oleh asisten untuk mencegah larutnya perekat lensa.
g. Jangan memiringkan mikroskop bila bekerja dengan obyektif celup minyak,
karena besar kemungkinan minyak tersebut mengalir pada tempat-tempat
yang sukar dibersihkan dan mengering disitu.
19

h. Jangan melakukan penyetelan mikroskop dengan paksa (penyetelan


diafragma iris, kondensor, tombol-tombol penyetel obyektif kasar dan
halus). Bila menemui kesulitan dalam penyetelan, mintalah bantuan asisten.
i. Jangan menukar lensa obyektif atau okuler mikroskop dengan kepunyaan
mikroskop lain.
j. Kecuali sedang menyetel penyinaran, biarkan okuler pada tempatnya supaya
debu tidak mengendap pada lensa obyektif bagian belakang (Bergantung
kepada pabrik pembuatnya, ada mikroskop-mikroskop yang okulernya
disekrupkan pada tabung tubuh mikroskop).
k. Lensa okuler sangat peka terhadap pengetsaan (etching) oleh asam-asam
yang ada pada keringat sehingga harus dibersihkan setiap setelah
penggunaan. Caranya yaitu secara hati-hati menyeka okuler dengan secarik
kertas lensa yang dibasahi dengan setetes air suling, lalu keringkan dengan
kertas kering.
l. Pasanglah lensa obyektif berkekuatan rendah pada posisi kerja bila
mikroskop tidak digunakan.
m. Simpanlah mikroskop tersebut di dalam lemari dan/atau dibawah tutup
plastik.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Mikroskop
b. Alat tulis
c. Kertas HVS A4
2. Bahan
Potongan huruf “e”

D. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum.
2. Dihubungkan kabel penghubung ke mikroskop lalu ke sumber listrik atau
stop kontak.
3. Dinyalakan mikroskop dengan menekan tombol ON.
4. Diletakkan preparat pada meja objek kemudian jepit dengan penjepit
preparat, lalu diatur dengan menggunakan pemutar vertikal dan pemutar
horizontal.
5. Diatur intensitas cahaya dengan memutar pengatur sumber cahaya.
6. Diamati objek dengan perbesaran lemah, lalu diambil gambar.
7. Diputar lensa objektif menuju perbesaran yang lebih kuat.
8. Diamati apakah terdapat perubahan luas bidang pandang.
9. Diambil gambar pada perbesaran kuat.

E. Hasil
21

PERCOBAAN V
PENGELOMPOKAN DAN PENYIMPANAN BAHAN

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengelompokan bahan
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara penyimpanan bahan

B. Dasar teori
Dalam bekerja di laboratorium sebaiknya diasumsikan bahwa semua bahan
kimia yang ada di laboratorium adalah berbahaya. Jenis bahaya yang dapat
diakibatkan oleh bahan kimia adalah: sifat racun, korosif, karsinogenik, mdah
terbakar, eksplosif (mudah meledak) dan bersifat radioaktif. Agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan pada aktivitas laboratorium, pengetahuan tentang
bahan kimia yang akan digunakan serta penanganannya adalah sesuatu yang
mutlak disamping bekerja dengan penuh tanggung jawab, disiplin dan
mengikuti aturan yang ada (normatif). Bahan kimia dikemas dalam berbagai
wadah: berupa botol kaca, polimer, dan kemasan logam atau kaleng. Bahan
berupa cairan biasanya dikemas dalam botol kaca (gelap dan transparan),
Kristal pada umumnya dalam botol polimer, dan powder biasanya dalam
kemasan polimer atau kemasan kaleng yang didalamnya dilengkapi dengan
kemasan plastik. Setiap kemasan bahan kimia dilengkapi dengan etiket (label)
serta rambu-rambu tentang bahaya yang dapat terjadi (Sitorus, 2012: 9).
Menurut Sitorus (2012: 9-13), tipe bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
berbagai bahan kimia sebagai berikut:
1. Bahan yang mudah meledak (eksplosif)
Ledakan dapat terjadi karena adanya gesekan, loncatan api, pemanasan
dan bantingan terhadap bahan kimia bersangkutan seperti ammonium
karbonat. Ledakan adalah salah satu kecelakaan yang sering terjadi
laboratorium yang banyak menimbulkan korban jiwa. Bahan yang mudha
meledak disimpan dalam ruangan kering dan bersih. Hal-hal yang dapat
memberikan pemanasan, loncatan api harus dihindari dan jangan disimpan
bersamaan dengan zat lain yang dapat bereaksi dengan zat yang mudah
meledak tersebut.
2. Bahan yang beracun (toxic)
Pada dasarnya semua bahan kimia berbahaya namun ada yang aksinya
lambat dan ada yang cepat. Bila bekerja dengan bahan kimia beracun maka
penanganannya dilakukan di lemari asam dengan menggunakan masker
yang spesifik (tidak universal). Untuk pelindung tangan digunakan sarung
tangan tipis dari karet. Keracunan dapat terjadi melalui mulut (tertelan),
lewat kulit dan pernapasan. Keracunan dapat terjadi secara akut dan kronis.
3. Bahan yang mudah terbakar
Laboratorium yang banyak menggunakan bahan kimia khususnya bahan
senyawa organik makin rentan terhadap bahaya kebakaran. Sumber-sumber
api dapat dari peralatan yang digunakan untuk pemanasan termasuk instalasi
listrik. Secara umum klasifikasi kebakaran didasarkan pada jenis bahan
bakarnya sebagai berikut:
Kelas kebakaran Bahan mudah terbakar (burning material)

A Kertas, kayu, tekstil, plastik, dan sejenisnya

Pelarut yang mudah terbakar seperti benzene,


B
toluene dan eter

C Instalasi listrik seperti trafo dan peralatan listrik

D Logam alkali seperti logam Na dan Li

4. Bahan yang dapat menimbulkan bahaya kecil


Bahan yang dapat menimbulkan bahaya kecil (nocives) adalah bahan
yang bila masuk ke dalam organ tubuh akan menyebabkan gangguan
kesehatan seperti piridin bagi laki-laki dan piperidin untuk perempuan.
Untuk pencegahannya maka aktivitas dilakukan di lemari asam.
5. Bahan yang bersifat korosif (corrosive)
23

Bahan yang bila kontak dengan tubuh dapat merusak jaringan seperti
brom. Efek yang terjadi dapat bersifat lokal (primer) maupun sistemik
(sekunder). Contoh: asam sulfat akan mengakibatkan efek lokal (primer)
sedangkan asam sulfida akan menimbulkan efek sistemik (sekunder).
Urutan sifat korosif dalam bentuk gas > cair > padat. Untuk pencegahannya
digunakan sarung tangan dari plastik dan masker. Bila terjadi kontak dengan
bahan korosif tindakan pertama adalah menyiramnya dengan air sebanyak-
banyaknya sebelum dibawa ke dokter.
6. Bahan yang dapat menimbulkan iritasi
Bahan ini bila kontak dengan tubuh dapat menyebabkan lecetnya kulit,
mata dan menganggu pernapasan seperti fenol. Untuk pencegahannya
digunakan sarung tangan dari plastik.
7. Bahan yang menghasilkan radiasi
Bahan ini adalah yang bersifat radioaktif yang dapat memancarkan sinar
alfa, beta dan gamma yang dapat merusak jaringan tubuh (mutasi gen)
khususnya di laboratorium nuklir seperti Batan. Untuk pencegahannya
digunakan baju timbal.
Menurut Sitorus (2012: 13), untuk menyimpan bahan kimia di gudang
bahan (storage) maka perlu pengetahuan dasar tentang:
1. Sifat bahaya yang ditimbulkan.
2. Kemungkinan interaksi antara bahan.
3. Kondisi yang mempengaruhi (udara, suhu dan kelembaban udara).
4. Interaksi bahan dengan wadah penyimpanan (bahan hasil preparasi).
5. Penyimpanan bahan kimia diberikan label terhadap masing-masing jenisnya
sehingga sifat-sifat bahayanya dapat dikenal dengan cepat dan mudah.
No. Simbol benda Sifat bahaya Contoh zat Penanganan
atau benda keselamatan
1. Eksplosif Amonium Hindari benturan,
pada kondisi nitrat, gesekan, loncatan
tertentu. ammonium api dan panas.
selulosa.

Huruf kode: E
2. Oksidator Hidrogen Hindari panas serta
dapat peroksida, bahan mudah
membakar kalium terbakar dan
bahan lain, perklorat. reduktor.
penyebab
Huruf kode: O
timbulnya
kesulitan
dalam
pemadaman.
3. Zat mudah Alumunium Hindari campuran
terbakar zat alkil fosfor, dengan udara dan
yang butana dan hindari dari sumber
membentuk propana, api. Jauhkan dari
gas mudah aseton dan api terbuka, sumber
Huruf kode: F
terbakar. benzena. api, dan loncatan
Titik apinya api.
dibawah
21oC
4. Toksik, Arsen Hindari kontak atau
berbahaya triklorida, jangan sampai
bagi merkuri masuk ke dalam
kesehatan klorida. tubuh. Segera
bila terhisap, berobat ke dokter
Huruf kode: T
tertelan, atau bila terkena bahan
kontak tersebut.
25

dengan kulit,
dan juga
dapat
mematikan.
5. Menimbulka Piridin Hindari kontak
n kerusakan dengan tubuh atau
kecil pada jangan dihirup.
tubuh. Segera berobat ke
dokter bila terkena
Huruf kode: Xn
bahan tersebut.

6. Korosif atau Belerang Hindari


merusak dioksida. kontaminasi
jaringan pernapasan kontak
tubuh. dengan kulit atau
mata.
Huruf kode: C
Tabel 1. Simbol bahaya dalam laboratorium
(Sumber: Widyatmoko, 2008: 5-6)
Menurut Sitorus (2012: 13-14), menyimpan bahan sesuai dengan jenis
bahaya yang ditimbulkannya sebagai berikut:
1. Bahan yang mudah meledak (Explosive)
Contoh amonium nitrat, nitrolsellulosa, nitrogliserin dan trinitrotoluene
(TNT). Disimpan di ruangan yang dingin dan berventilasi. Hindari benturan,
gesekan dan loncatan api dan panas.
2. Bahan yang mudah terbakar (Flammable)
Contoh alumunium alkil fosfor (zat terbakar langsung), butana dan
propana (gas mudah terbakar), aseton dan benzena (cairan mudah terbakar).
Disimpan di ruangan yang dingin dan berventilasi serta tersedia alat
pemadam kebakaran. Hindari kontak langsung dengan udara dan sumber
api.
3. Bahan yang mudah teroksidasi (Oxidizer)
Contoh hidrogen peroksida, kalium perklorat dan kalium permanganat.
Disimpan di ruangan yang dingin dan berventilasi. Hindari panas, bahan
mudah terbakar dan reduktor.
4. Bahan korosif (Corrosive)
Contoh belerang dioksida, asam-asam, anhidrida asam dan alkali.
Disimpan di ruangan yang dingin dan berventilasi. Hindari kontaminasi
dengan udara, pernapasan serta kontak dengan kulit dan mata, wadah
tertutup rapat, berlebel dan dipisahkan dari bahan bercun (toxid).
5. Bahan beracun (Toxid)
Contoh arsen triklorida, merkuri klorida dan sianida. Hindari kontaminasi
dengan udara, pernapasan serta kontak dengan kulit dan mata, terpisah dari
bahan yang dapat berinteraksi, sediakan alat pelindung diri, pakaian kerja,
masker dan sarung tangan (gloves), segera ke dokter bila terjadi keracunan.
6. Bahan yang iritan (Harmful or irritant)
Contoh ammonia dan benzyl klorida. Disimpan di ruangan yang dingin
dan berventilasi. Hindari kontaminasi dengan udara, pernapasan, kulit dan
mata.
7. Bahan radioaktif (Radioactive)
Contoh uranium, radium dan torium. Ruangan penyimpanan perlu
didesain khusus.
8. Bahan reaktif terhadap air
Contoh natrium, hidrida, karbit dan nitrida. Disimpan di ruangan dingin,
kering dan berventilasi. Hindari air (ruangan kedap air), api, panas, dan
disediakan tabung kebakaran dengan bahan karbon dioksida.
9. Bahan reaktif terhadap asam
Contoh natrium, hidrida dan sianida. Disimpan di ruangan dingin, kering
dan berventilasi. Hindari asam, sumber api dan panas. Ruangan
penyimpanan perlu didesain khusus agar tidak terjadi kantong-kantong
hidrogen.
10. Gas bertekanan
27

Disimpan di ruangan dingin dan tidak terkena langsung dengan sinar


matahari. Hindari api, panas, bahan korosif yang dapat merusak keran dan
katup. Bila tidak digunakan disimpan dalam keadaan tidur. Bila digunakan
disimpan dalam keadaan berdiri dan terikat ke dinding khususnya untuk
tabung yang tinggi.
11. Bahan-bahan “incompatible”
Bahan-bahan yang bila berdekatan akan menimbulkan racun, reaksi
hebat, kebakaran atau ledakan. Contoh sianida dengan asam dan
hidrokarbon dengan klor.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Kertas HVS A4
b. Alat tulis
2. Bahan
a. Semua bahan-bahan kimia yang ada di laboratorium

D. Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan yang akan digunakan untuk praktikum.
2. Tabel dibuat pada kertas HVS A4 dengan format pada tabel pertama
meliputi nomor, gambar dan keterangan sedangkan pada tabel kedua
meliputi format nomor, lambang dan keterangan.
3. Diamati bahan-bahan kimia yang telah disimpan di dalam lemari bahan
kimia berdasarkan pengelompokkannya.
4. Bahan-bahan kimia yang telah diamati dicatat sesuai dengan tempat
penyimpanannya pada tabel pertama dan tabel kedua diisi dengan lambang
yang tertera pada bahan kimia beserta keterangannya.
5. Tabel yang telah diisi data hasil pengamatan dirapikan kemudian diserahkan
kepada asisten praktikum.
E. Hasil

No Simbol Sifat Contoh zat atau Keterangan


Bayangan benda
1
2
29

PERCOBAAN VI
PENIMBANGAN DAN PENGENCERAN

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara penimbangan bahan
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengenceran larutan

B. Dasar Teori
Penimbangan dengan menggunakan neraca laboratorium. Jenis neraca
dapat berupa neraca elektrik ataupun manual. Semua jenis neraca harus
diletakkan di atas permukaan datar yangjauh dari sumber getaran, angin, dan
paparan cahaya matahari secara langsung (Chairlan, 2011: 64).
Neraca digunakan untuk menimbang bahan-bahan kimia dalam pembuatan
reagen; Menurut Chairlan (2011: 64), faktor kebersihan penting hila ingin
memperoleh hasil yang akurat.
a. Bersihkan debu dengan meniupnya atau menggunakan sikat halus.
b. Bersihkan zat warna atau bahan kimia menggunakan sikat halus.
c. Gunakan alas plastik atau kertas saring di atas piringan neraca untuk
menimbang bahan-bahan kimia; jangan sekali-kali meletakkan bahan kimia
langsung di atas piringan neraca.
Perhatian: Setelah membilas neraca, pastikan neraca benar-benar sudah
kering sebelum menimbang. Atur selalu neraca, ke angka nol (kalibrasi)
sebelum menimbang. Periksa akurasi neraca secara rutin sesuai petunj uk
pemakaiannya. Gunakan pinset untuk mengambil anak-timbangan yang kecil
(Chairlan, 2011: 64).
Menurut Chairlan (2011: 64-66), jenis-jenis neraca sebagai berikut:
1. Neraca dua-piringan terbuka
Gambar 1: Neraca dua-piringan terbuka (Sumber: Chairlan, 2011: 66)
Neraca dua-piringan memiliki dua buah piringan yang ditahan oleh
batang penyangga. Neraca ini dirancang untuk digunakan dengan anak-
timbangan terpisah, dilengkapi dengan lengan berskala dengan anak-
timbangan geser. Neraca ini digunakan untuk menimbang bahan bermassa
besar (sampai dengan beberapa kilogram) sehingga tidak diperlukan tingkat
akurasi yang tinggi, misalnya 22,5 g, 38 g, 8,5 g, 380 g. Sensitivitasnya 0,5
g. Bila piringan terbuat dari bahan yang mudah tergores atau berkarat, alasi
dengan plastik keras atau bekas film rontgen yang dipotong bulat; kedua
alas itu beratnya harus sama (Chairlan, 2011: 64).
a. neraca.
2. Neraca analitis

Gambar 2: Neraca analitis (Sumber: Chairlan, 2011: 66)


Neraca jenis ini memiliki dua buah piringan yang tergantung pada sebuah
lengan-ayun di dalam suatu kotak kaca. Neraca ini dipakai untuk
menimbang bahan bermassa kecil (sampai dengan 20 atau 200 g; tergantung
jenis neraca); dan sewaktu diperlukan tingkat akurasi yang tinggi (Chairlan,
2011: 65).
31

3. Neraca apotek

Gambar 3: Neraca apotek (Sumber: Chairlan, 2011: 67)


Neraca ini juga memiliki dua buah piringan yang tergantung, tetapi tanpa
kotak kaca dan penyangga. Sensitivitasnya 5-10 mg. Neraca apotek lebih
akurat dibandingkan neraca dua-piringan terbuka, tetapi hanya dapat
menimbang sampai 50 g. Setelah digunakan, simpan neraca di dalam lemari
tertutup.
Sebagian besar laboratorium menyimpan larutan yang agak pekat, yang
disebut larutan stok, yang selanjutnya dapat digunakan untuk menyiapkan
larutan yang lebih encer dengan menambahkan air. Prinsip pengenceran adalah
bahwa zat terlarut yang sama dengan yang ada di sampel larutan stok
terdistribusi di seluruh volume larutan encernya (Petrucci, 2008: 119).
Teknik pengenceran cairan pekat asam anorganik dan cairan pekat organik
pada dasarnya tidak begitu berbeda. Teknik pengenceran melibatkan teknik
pengukuran volume dan teknik pelarutan (teknik pencampuran) (Mulyono,
2006: 29)
Pengenceran dilakukan dengan mencampur larutan pekat (konsentrasi
tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang
lebih besar. Pelarut yang ditambahkan dalam proses pengenceran merupakan
pelarut yang bersifat netral yang lazim dipakai yaitu aquades dalam jumlah
tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya
kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/
diencerkan. Zat yang jumlahnya lebih di dalam larutan disebut zat terlarut atau
solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam
larutan disebut pelarut atau solven (Purwiyanto, 2013: 6-7).
Sebelum melakukan perhitungan volume cairan, catatlah harga kadar atau
konsentrasi cairan yang akan diencerkan dari label kemasannya dan tetapkan
besarnya volume larutan encer yang hendak dibuat. Asam-asam pekat yang
diperdagangkan, pada labelnya ditemukan harga dari molar, persen (b/b) dan
massa jenisnya, sementara cairan organik harga dari persen (v/v) dan massa
jenisnya (Mulyono, 2006: 31).
Menurut Mulyono (2006, 31-33), terdapat beberapa hubungan matematis
yang diterapkan yaitu:
1. Hubungan pengenceran molar (M)
V1 x M1 = V2 x M2
Dimana V = Volume cairan (L); dan M = molaritas (mol/L)
Bentuk lainnya:
V1 x M1 = V2 x M2
Dimana v = volume cairan (mL); dan M = molaritas (mmol/L)
2. Hubungan pengenceran persen (%)
V1 x P1 = V2 x P2
Dimana v = volume cairan; dan P = persentase dalam % (v/v)
Untuk kadar persen dalam %(b/b), gunakan hubungan:
V1 x P1 x D1 = V2 x P2 x D2
Dimana v = volume cairan; P = persentase dalam %(b/b); dan d = massa
jenis cairan.
33

C. Alat dan Bahan


1. Alat
 Penimbangan
a. Neraca digital 1 unit
b. Spatula 1 buah
c. Kertas HVS 1 lembar
 Pengenceran
a. Labu ukur 1 buah
b. Gelas ukur 2 buah
c. Alat tulis 1 buah
2. Bahan
 Penimbangan
Nutrient agar
 Pengenceran
a. Aquades
b. Alkohol

D. Prosedur Kerja
1. Penimbangan
a. Alat dan bahan disiapkan di atas meja praktikum.
b. Kabel neraca digital disambungkan ke arus listrik dan ditekan tombol
ON.
c. Diletakkan kertas diatas piringan neraca dan dipastikan timbangan pada
posisi nol.
d. Nutrient agar diambil menggunakan spatula dan diletakkan diatas kertas
dan ditimbang sesuai berat yang ditentukan.
2. Pengenceran
a. Disiapkan alat dan bahan di atas meja praktikum.
b. Hitung terlebih dahulu jumlah alcohol yang diingankan dan jumlah
aquades (ml).
c. Ukur jumlah alcohol dan aquades menggunakan gelas ukur (sesuai hasil
yang di dapatkan pada poin b).
d. Dimasukkan ke dalam labu ukur yang telah dicuci bersih dan kering dan
di homogen kan.

E. Hasil

Anda mungkin juga menyukai