Anda di halaman 1dari 13

Kegiatan ke 3

Pembuatan Insektarium

A. Tujuan Kegiatan
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan insectarium
2. Mahasiswa dapat mengetahui keanekaragaman spesies serangga

B. Kajian Pustaka
Serangga merupakan organisme yang sangat melimpah keberadaannya dan
mampu hidup dimana saja, baik di darat maupun di air. Habitat serangga sangat
bervariasi, masing-masing spesies mempunyai kekhasan tempat hidup. Oleh
karena itu, perlu dipikirkan metode penangkapan dan koleksi yang tepat untuk
mendapatkan spesies serangga yang diinginkan. Masing-masing metode yang
digunakan untuk menangkap serangga yang khas yang didasarkan pada perilaku
dan habitatnya (Suputa, 2004: 80).
Serangga dapat ditemukan di mana-mana, sehingga semakin banyak tempat
berbagai kondisi ekosistem tempat kita mengumpulkan serangga, maka akan
diperoleh jumlah serangga dengan jenis dan bentuk yang beragam. Tiap serangga
memiliki masa aktif sendiri-sendiri, sehingga berbeda antar satu jenis serangga
dengan serangga lainnya. Oleh karena itu, jika kita ingin mengumpulkan satu jenis
serangga tertentu maka kapan masa aktif serangga tersebut perlu diketahui terlebih
dahulu. Ada serangga yang aktif pada pagi hari, siang hari, sore hari bahkan ada
yang aktif pada malam hari. Koleksi serangga dapat dilakukan di rumah, di ruang
belajar, pada buku- buku, di halaman rumah, di bawah serasah, di bawah kulit
kayu, di dalam tanah atau air, di pertanaman dan lain-lain (Jumar, 2007: 210).
Koleksi serangga memerlukan peralatan tertentu yang telah disiapkan didalam
tas cangklong yang sewaktu-waktu siap untuk dikeluarkan. Peralatan tersebut
adalah aspirator, jaring serangga, pinset, botol pembunuh, vial yang berisi alkohol
2

80%, kertas HVS dibentuk segitiga, kantong plastic, kantong kertas, kuas kecil,
pisau kecil atau pisau lipat, buku catatan, pensil, dan kertas label (Suputa, 2004:
8).
Menurut Suputa (2004: 9-13), metode koleksi serangga dilakukan dengan cara:
1. Penangkapan serangga dengan menggunakan aspirator
Aspirator digunakan untuk menangkap serangga yang kecil dan
pergerakannya sangat cepat, seperti: parasitoid ordo Hymenoptera, lalat
Agromyzidae, trip, dan afid. Aspirator ini bisa digunakan langsung untuk
menyedot serangga pada tanaman atau serangga-serangga kecil yang berada di
dalam jaring serangga (kombinasi). Semua serangga yang telah ditangkap
kemudian dibunuh dengan cara dimasukkan ke dalam botol pembunuh.

Gambar 1: Aspirator
Sumber: (Suputa, 2004: 9)

Gambar 2: Botol pembunuh


Sumber: (Suputa, 2004: 9)
3

2. Penangkapan serangga dengan menggunakan tangan/pinset/kuas


Cara penangkapan ini efektif untuk serangga yang relatif besar dan
pergerakannya relative tidak begitu gesit, seperti: ulat daun, belalang sembah,
kumbang, dan semut. Penangkapan dengan menggunakan tangan perlu suatu
pengalaman dan keterampilan khusus. Hal yang perlu diperhatikan adalah
ketika hendak menangkap serangga-serangga yang beracun atau bersengat,
seperti ulat api famili Limacodidae dan semut subfamili Ponerine maka perlu
alat bantu berupa pinset. Sedangkan kuas juga dapat digunakan sebagai alat
bantu untuk menangkap serangga-serangga keil yang lunak, seperti: nimfa
Ephemeroptera dan Plecoptera.
3. Penangkapan serangga dengan menggunakan jaring serangga
Ada tiga jenis jaring yang umum digunakan untuk menangkap serangga,
yaitu:
a. Aerial nets adalah jaring yang digunakan untuk menangkap serangga yang
aktif terbang, seperti: kupu-kupu, capung, lebah, dan tawon. Sebaiknya
gagang jarring dibuat dari bahan yang sangat ringan dan jaringnya terbuat
dari kain kasa yang lembut. Biasanya kain kasa yang dipakai berwarna putih,
tetapi beberapa ahli lebih suka menggunakan kain kasa yang berwarna hitam
untuk menghindari terjadinya pemantulan cahaya yang membuat takut
serangga sebelum terjaring. Semua serangga yang telah ditangkap kemudian
dibunuh dengan cara dimasukkan ke dalam botol pembunuh.

Gambar 3: Aerial nets


Sumber: (Suputa, 2004: 11)
4

b. Sweep nets adalah jaring yang digunakan dengan bantuan tangan untuk
menangkap serangga-serangga kecil yang gesit dan berada di rerumputan
atau pada pucuk-pucuk tanaman, seperti: kumbang Coccinellidae, wereng
Cicadellidae dan Delphacidae. Semua serangga yang telah ditangkap
kemudian dibunuh dengan cara dimasukkan ke dalam botol pembunuh.
c. Aquatic nets adalah jaring yang digunakan dengan bantuan tangan untuk
menangkap serangga-serangga yang hidup didalam air (serangga air)
,seperti: larva Trichoptera dan Lepidotera.
4. Penangkapan serangga dengan menggunakan beating sheets
Metode ini dilakukan dengan cara penggoyangan tumbuhan dengan keras
yang dibawahnya telah dipasang beating sheets. Penangkapan dengan cara ini
sangat sesuai untuk serangga-serangga yang tidak bersayap terutama efektif
untuk serangga yang berklamufase dengan tumbuhan atau tersembunyi dan juga
untuk serangga-serangga yang pergerakannya lamban, seperti: serangga ordo
Phasmatodea, beberapa serangga ordo Coleoptera, Hemiptera, dan
Hymenoptera. Semua serangga yang telah ditangkap kemudian dibunuh dengan
cara memasukkan ke dalam botol pembunuh.
5. Penangkapan serangga dengan menggunakan kain atau wadah bentuk kerucut
sebagai tadah\
Metode ini dilakukan dengan cara penyemprotan zat beracun atau insektisida
pyrethroid pada tumbuhan yang dibawahnya telah dipasang kain sebagai wadah
serangga-serangga yang mati dan jatuh. Cara ini sangat efektif untuk serangga-
serangga yang hidup pada kanopi pohon, seperti beberapa serangga ordo
Hymenoptera, Hemiptera, dan Phasmatodea yang tidak bisa dijangkau oleh
tangan atau jaring serangga.
6. Penangkapan serangga dengan menggunakan perangkap
Macam-macam perangkap yang biasa digunakan untuk koleksi serangga
adalah:
5

a. Pitfall, digunakan untuk memerangkap serangga yang aktif berjalan di atas


tanah, seperti semut, kumbang Carabidae dan Tenebrionidae.
b. Lampu, digunakan untuk menangkap serangga yang aktif pada malam hari,
seperti: Noctuidae, Saturniidae, dan Sphingidae.
c. Seks Feromon atau seks Feromoid, digunakan untuk menarik serangga
jantan yang terpikat, seperti: Plutella xyllostela.
d. Aroma pakan sebagai zat pemikat (Methyl Eugenol dan Cue Lure)
digunakan untuk menangkap serangga yang membutuhkan pakan yang
beraroma dan mutlak diperlukan untuk kepentingan seksualnya, seperti
Bactrocera spp dan Dacus spp.
Pengawetan serangga yang benar membutuhkan suatu pengetahuan dan
keterampilan yang cukup. Serangga awetan (spesimen) sangat penting untuk
keperluan penelitian terutama yang berkaitan dengan biodiversitas serangga.
Pengawetan serangga yang salah dapat berakibat fatal bagi spesimen yang
disimpan (Suputa, 2004: 13).
Pengawetan dapat dengan cara basah ataupun kering. Cara dan bahan
pengawetnya bervariasi, tergantung sifat objeknya. Macam-macam serangga dapat
diawetkan secara kering disebut insektarium (Suyitno, 2004: 1).
Serangga yang telah terkumpul pada malam hari segera dipin pada pagi harinya
ketika spesimen masih dalam keadaan segar dan ditempatkan dalam boks kayu
untuk dibawa ke laboratorium. Yang perlu diperhatikan di dalam proses ini ukuran
jarum hendaknya disesuaikan dengan ukuran ngengatnya. Setelah sampai di
laboratorium, spesimen ngengat selanjutnya dibentangkan sayapnya di papan
perentang dan diusahakan agar posisi ngengat tersebut sedemikian rupa sehingga
semua karakter baik kaki, sayap dan bagian lainnya dapat dilihat atau diamati
dibawah mikroskop untuk memudahkan identifikasinya. Untuk mendapat hasil
optimal biasanya serangga yang telah direntangkan dalam papan perentang
kemudian ditaruh di dalam oven selama 5-7 hari pada suhu 450C. Setelah kering
6

kemudian beri label dan dipindahkan ke dalam kotak penyimpanan dan dijaga
pada suhu 220C pada kelembapan 50% (Sutrisno, 2010: 12-13).
Pengawetan serangga diperlukan peralatan-peralatan khusus seperti: relaxing
dish, pinset, span block, pinning block, jarum serangga, jarum pentul, lem PVAC,
kertas karding, botol koleksi, alkohol 80%, kertas label, dan pensil atau tinta tahan
luntur. Pengawetan serangga dan artropoda lain dilakukan dengan cara yang
berbeda-beda pada setiap spesies dan fase tumbuhnya. Ada dua cara pengawetan
yang umum dilakukan, yaitu pengawetan kering dan pengawetan basah.
Pengawetan kering dilakukan untuk serangga-serangga yang bertubuh keras
(umumya fase imago) dengan cara di pin (ditusuk dengan jarum preparat atau di
karding (Suputa. 2004: 14).

Gambar 4: Cara pengawetan serangga dengan cara di pin serta


posisi specimen dan label yang benar
Sumber: (Suputa. 2004: 14).
Pengawetan basah dilakukan untuk serangga-serangga yang bertubuh lunak
(umumnya fase larva) dilakukan dengan cara menyimpan serangga didalam botol
yang telah diisi dengan alkohol 80%, dengan ketentuan bahwa spesimen yang
diawetkan dalam alkohol harus disimpan dalam botol gelas dengan tutup yang
rapat. Menggunakan botol plastik tidak baik untuk tempat spesimen karena mudah
retak apabila diisi dengan alkohol. Pilih botol yang cukup besarnya agar spesimen
tidak tertekuk dan hancur, selain itu juga akan memudahkan pengambilan pada
saat yang akan diteliti atau diamati (Suputa, 2004: 16).
Menurut Suputa (2004, 16-23) setiap spesies serangga dan artropoda lain
memiliki kekhasan cara pengawetan, secara umum dapat dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
7

1. Collembola
Matikan dalam 80% etanol. Jernihkan dalam KOH dan slide mount di
euparal dengan spesimen diletakkan pada sisi kanan. Peletakan gelas obyektif
dan de glass dengan menggunakan kutek tak berwarna.
2. Protura
Matikan dalam 80% etanol, jernihkan dalam KOH dan slide mount di
euparal dengan specimen diletakkan pada sisi ventral. Peletakan gelas obyektif
dan de glass dengan menggunakan kutek tak berwarma
3. Diplura
Matikan dalam 80% ethanol, jernihkan dalam KOH dan slide mount dalam
euparal. Peletakan gelas obyektif dan de glass dengan menggunakan kutek tak
berwarna,
4. Odonata
Matikan dalam botol pembunuh, sekarang capung dewasa dibiarkan hidup
selama satu atau dua hari di dalam kertas amplop agar isi perut tubuh. Serangga
yang mati akan mengalami pembusukan isi perutnya sehingga akan
mempengaruhi warna kulit perutnya atau bahkan putus karena busuk. Setelah
capung dewasa mati, tusuklah dengan jarum serangga pada bagian tengah
mesothorax. Kembangkan kedua pasang sayapnya dengan ketentuan letak
anterior pinggir sayap belakang tegak lurus dengan tubuh dan letak sayap depan
simetri.

Gambar 5: Lokasi penusukan jarum preparat dan pengaturan


sayap pada Odonata (capung)
Sumber: (Suputa, 2004: 18)
8

5. Orthoptera
Matikan belalang dewasa dalam botol pembunuh. Tusuklah dengan jarum
serangga pada bagian kanan mesothorax (biasanya pada dasar sayap depan
bagian kanan) belalang dewasa; bentangkan sayap bagian kiri dengan pinggir
anterior sayap belakang membentuk garis tegak lurus dengan tubuh; atur kaki
dengan sempurna dan antenna yang panjang diatur menjulur ke belakang di atas
tubuh.

Gambar 6: Lokasi penusukan jarum preparat dan pengaturan


sayap pada Orthoptera (belalang)
Sumber: (Suputa, 2004: 18).
6. Mantodea
Matikan dalam botol pembunuh, untuk nimfa awetkan dalam 80% etanol.
Belalang sembah dewasa diawetkan dengan cara ditusuk dengan jarum
serangga pada garis tengah mesothorax bagian kanan dan kembangkan sayap
depan dan belakang sebelah kiri dengan pinggir anterior sayap belakang
membentuk garis tegak lurus. Isi perut belalang sembah betina yang besar harus
dibersihkan dan diisi dengan kapas.

Gambar 7: Lokasi penusukan jarum preparat dan pengaturan


sayap pada Mantodea (belalang sembah)
Sumber: (Suputa, 2004: 19)
9

7. Hemiptera
Matikan dalam botol pembunuh. Tusuklah dengan menggunakan jarum pada
bagian skutelum bagian kanan; Serangga yang kecil harus dikarding dengan
cara menempelkan bagian tengah thorax (antara sepasang kaki depan dengan
sepasang kaki tengah) pada ujung kertas segitiga; posisi kepala berada
disebelah kiri.

Gambar 8: Lokasi penusukan jarum preparat pada Hemiptera (kepik)


Sumber: (Suputa, 2004: 20).
8. Thysanoptera
Matikan dalam 80% etanol. Awetkan dalam lembaran kertas persegi panjang
dengan bagian ventral menghadap ke atas, bentangkan sayap-sayapnya, kaki-
kaki dan luruskan antenanya.

Gambar 9: Cara karding dan pengaturan antenna, sayap, serta kaki pada
Thysanopera (trips)
Sumber: (Suputa, 2004: 20).
9. Coleoptera
Tusuklah serangga dewasa tepat pada anterior elytron sebelah kanan
sehingga jarum keluar antara coxa tengah dan belakang; atur kaki-kakinya
sehingga ruas-ruas tarsi dapat terlihat dengan jelas. Spesies dengan ukuran
sangat kecil dikarding dengan cara menempelkan bagian tengah thorax (antara
10

sepasang kaki depan dengan sepasang kaki tengah) pada ujung kertas segitiga;
posisi kepala berada di sebelah kiri. Larva diawetkan dalam 80% etanol.

Gambar 10. Lokasi penusukan jarum preparat dan pengaturan


kaki pada Coleoptera (kumbang)
Sumber: (Suputa, 2004: 21).
10. Diptera
Tusuklah serangga dewasa pada bagian tengah mesothorax sebelah kanan.
Atur sayap-sayapnya untuk spesies yang besar sehingga sayap mengembang
pada sisi anterior membentuk posisi tegak lurus. Serangga yang ukuran
tubuhnya kecil dikarding dengan cara menempelkan bagian tengah thorax
(antaranya sepasang kaki depan dengan sepasang kaki tengah) pada ujung
kertas segitiga; posisi kepala berada disebelah kiri, sayapnya dinaikkan ke atas
dan kaki-kakinya diatur ke arah bawah. Serangga dewasa famili Tipulidae
diawetkan dalam 80% etanol atau dilem di bagian thorax pada kartu segiempat
sehingga kaki-kakinya menempel pada kartu dengan setetes lem pada setiap
tibia. Larva diawetkan dalam 80% etanol.

Gambar 11: Lokasi penusukan jarum preparat dan pengaturan


sayap pada Diptera (lalat).
Sumber: (Suputa, 2004: 22).
11

11. Lepidoptera
Tusuklah dengan jarum pada bagian garis tengah mesothorax untuk serangga
dewasa; atur kedua sayapnya dengan ketentuan sayap depan bagian posterior
tegak lurus dengan badan, sayap kedua menyesuaikan. Pengaturan posisi sayap
dilakukan pada span block. Larvanya diawetkan dalam 80% etanol.

Gambar 12: Cara pengawetan ordo Lepidoptera (kupu-kupu)


menggunakan span block
Sumber: (Suputa, 2004: 22)
12. Hymenoptera
Tusuklah serangga dewasa pada bagian kanan garis tengah mesothorax; atur
sayapnya agar terlihat jelas venasinya. Spesies yang kecil dan atau semua jenis
semut perlu dikarding dengan cara menempelkan bagian tengah thorax (antar
sepasang kaki depan dengan sepasang kaki tengah) pada ujung kertas segitiga;
posisi kepala berada di disebelah kiri. Larvanya diawetkan dalam 80% etanol.

Gambar 13: Lokasi penusukan jarum preparat dan pengaturan


sayap pada Hymenoptera (lebah).
Sumber: (Suputa, 2004: 23).
12

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Suntikan
b. Gabus atau sterofoam
c. Jarum pentul
d. Kapas
e. Toples atau kantung plastic
f. Amplop serangga (papilot)
2. Bahan
a. Alkohol 70% atau formalin 5%
b. Koleksi serangga
c. Kapur barus atau silica gel

D. Cara Kerja
13

1. Alat dan bahan disiapkan


2. Serangga yang masih hidup dimatikan dengan memasukkan kapas yang telah
dibasahi alcohol ke dalam toples yang berisi serangga
3. Serangga seperti kupu-kupu dimatikan dengan cara menekan bagian thoraks,
hati-hati dalam memegang sayap kupu-kupu
4. Serangga yang telah mati kemudian dimasukkan kedalam toples/plastik
tersendiri. Sedangkan pada kupu-kupu sayapnya dimasukkan kedalam amplop
dengan hati-hati agar sayapnya tidak patah.
5. Serangga diletakkan dipapan perentang tusuk bagian dada serangga dengan
jarum pentul dan kemudian suntik bagian badan belakang serangga dengan
formalin 5%. Sapulah (dengan kuas) bagian tubuh luar dengan formalin 5%,
jika tidak ada menggunakan alcohol 70%.
6. Serangga yang telah diberi formalin dikeringkan dalam ruangan dengan suhu
kamar. Agar tampak lebih indah, kita bias merentangkan sayap serangga.
7. Jika sudah kering, dilakukan penataan serangga dan dimasukkan kedalam kotak
insectarium atau figura. Diberi kapur barus agar awetan dapat bertahan lebih
lama.
8. Masing-masing koleksi serangga diberi label. Label ditusuk dengan jarum dan
posisinya sejajar dengan posisi serangga agar mudah dibaca.

Anda mungkin juga menyukai