Anda di halaman 1dari 5

MODUL PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

“JERAT LUBANG”

Kelompok 4:
Alvina Yulianti Tan 1714141003
Ari Affandy Mahyuddin 1714141009
Iffah Masrurah Ramadhani 1714141011
Andi Nisrina Wa’diah Ahdar 1714142008

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
“Jujur, akurat, teliti, rapi”
A. Dasar Teori
Hewan krepuskular adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut sifat
hewan yang terutama aktif selama saat remang-remang di peralihan hari, yakni pada
waktu senja dan fajar. Istilah tersebut berasal dari perkataan Latin crepusculum, yang
berarti "remang-remang. Krepuskular dengan demikian berbeda dari diurnal dan
nokturnal. Hewan krepuskular juga aktif pada malam hari. Banyak hewan yang
biasanya dideskripsikan sebagai nokturnal faktanya adalah krepuskular. Termasuk ke
dalam krepuskular adalah apa yang disebut matutinal (atau "matinal") dan vespertine,
yakni spesies-spesies yang aktif di dini hari atau di senja hari.Jenis-jenis mamalia
zkrepuskular, panda merah, aneka spesies kucing liar, tikus dan mencit, tikus belanda,
hamster, kelinci, sigung, dan lain-lain. Juga harimau Tasmania yang telah punah
(Alamendah, 2010).
Hewan nokturnal adalah hewan yang tidur pada siang hari, dan aktif pada malam
hari. Pada hewan, “Nokturnalitas” adalah kata yang menggambarkan perilaku mereka
untuk makhluk-makhluk ini yang aktif selama waktu malam dan tidur siang hari.
Hewan ini memiliki indera penciuman atau berbau dan pendengaran yang tinggi.
Beberapa hanya dapat melakukan tugas-tugas mereka di malam hari, seperti kelelawar.
Banyak hewan nokturnal biasanya memiliki mata yang lebih besar dari kepala dan
tubuh mereka. Nokturnalisi (perilaku nokturnal) yang dilakukan hewan mempunyai
tujuan sebagai adaptasi untuk menghindari dan meningkatkan predasi atau proses
mangsa memangsa. Hewan nokturnal biasanya mengembangkan kemampuan
pendengaran dan penciuman, serta mempunyai adaptasi khusus pada mata 40 untuk
dapat melakukan aktivitas pada kondisi yang minim cahaya (Nugroho, 2013).
Jerat adalah suatu perangkat yang digunakan saat berburu dengan memanfaatkan
alat mekanis untuk menangkap dan menahan satwa target. Jerat biasanya digunakan
untuk menangkap hewan buruan untuk konsumsi. Jerat juga dapat digunakan untuk
menjaga kebun penduduk dari gangguan satwa liar. Menurut Sander, dkk (2018), bahwa
memiliki macam-macam lubang jerat yaitu: jerat lontar, jerat pulut, jerat bronjong, jerat
lubang, jerat sruntul, jerat koloh, jerat pleret, jerat jepit, jerat jarring. Jerat lubang
digunakan untuk menjerat mamalia besar, organ sasasran adalah kaki dan badan (Sari,
2019).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui spesies dan ciri-ciri
dari hewan krepuskular menggunakan metode jerat lubang.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Toples (3 buah)
b. Bivak (3 buah)
c. Mikroskop stereo (1 buah)
d. Lup (1 buah)
2. Bahan
a. Air
b. Detergen

D. Metode Praktikum
1. Menggali lubang untuk menaruh toples sebagai perangkap.
2. Melakukan perhitungan jarak sekitar 7 – 10 m untuk setiap toples.
3. Menuangkan air sebanyak ¼ bagian toples
4. Menambahkan detergen pada air dalam toples
5. Memasang bivak sebagai pelindung saat hujan.
6. Melakukan pemeriksaan pada tiap toples setelah dibiarkan 24 jam.
7. Mencatat species yang tertangkap dan jumlah individu dalam setiap species.
8. Mengamati dibawah mikroskop.

E. Hasil Pengamatan
Lokasi Wadah Gambar Jenis individu Jumlah
Pengamatan individu

Bagian Araneae 1
Wadah
belakang
Pertama
Pos Satpam
Nymenoptera
Wadah
3
Kedua

Hymenoptera 3

Wadah
Bagian Ketiga
belakang
Pos Satpam
Diptera 1

Hymenoptera
1

F. Pembahasan
Hewan krepuskular merupakan hewan yang kebanyakan daur kegiatan sehari-
hari yang nyata sekitar fajar atau senja. Pengamatan ciri-ciri spesies dapat diamati
secara morfologi dengan bantuan mikroskop dan mengamati aktivitas hewan pada
tiap waktu. Aktivitas hewan tiap waktu dipengatruhi oleh cahaya siang dan
kegelapan.
Pengamatan yang dilakukan dalam ketiga wadah terdapat 4 jenis individu
yang berbeda. Wadah pertama terdapat 1 jenis individu yaitu Aranae yang berjumlah
1 buah. Wadah kedua terdapat 1 jenis individu yaitu Hymenoptera sebanyak 3
individu. Wadah ketiga terdapat 2 jenis individu yaitu Hymenoptera dan Diptera.
Jenis individu yang berupa Hymenoptera sebanyak 4 buah individu. Jenis individu
yang berupa Diptera yaitu sebanyak 1 buah individu.
Hasil ini menunjukkan kelompok hewan Hymnoptera merupakan kelompok
hewan yang paling banyak ditemukan pada jerat lubang pada tanah. Hal ini
dijelaskan Borror (1996) bahwa jumlah jenis dan individu serangga dari ordo
Hymnoptera, Orthoptera, Celeoptera, dan Hemiptera lebih banyak digunakan
ditemukan dibandingkan yang lain, hal ini dikarenakan serangga tersebut merupakan
serangga umum dan banyak jumlah familinya yang beraktivitas di permukaan tanah.
Kelompok hewan Hymnoptera termasuk dalam jenis hewan aritmis atau hewan
krepuskular. Hewan yang ditemukan pada penangkapan siang dan penangkapan
malam menunjukkan ciri hewan krepuskular.
Praktikum ini mengalami beberapa kesalahan hingga spesies tidak teramati
dengan baik. Kesalahan yang terjadi menyebabkan spesies yang diamati secara
morfologi tidak terlalu bagus hingga menyulitkan praktikan untuk mengidentifikasi.

G. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah metode jerat lubang merupakan
metode penangkapan yang digunakan untuk menangkap hewan pada dasar tanah.
Jerat lubang dapat digunakan untuk mengidentifikasi hewan krepuskular dengan
mengamati hewan yang terjerat pada waktu siang dan malam hari.

H. Daftar Pustaka
Sugiyarto., Wijaya, Dhini., Rahayu, Suci Yuliati. 2002. Biodiversitas Hewan
Permukaan Tanah pada Berbagai Tegakan Hutan di sekitar Goa Jepang,
BKPH Nglerak, Lawu Utara, Kabupaten Karanganyar. Jurnal
Biodiversitas. Vol 3 (1): 196-200.

Alrazik, Muhammad Uksim., Jahidin., Damhuri. 2017. Keanekaragaman Serangga


(Insecta) Subkelas Pterygota di Hutan Nanga-Nanga Papalia. Journal
Ampibi. Vol 2 (1): 1-10.

Anda mungkin juga menyukai