Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM EKOLOGI TERESTRIAL

CAPTURING GROUND-ACTIVE INVERTEBRATE

Selasa, 12 April 2022

Dosen Pengampu: Isma Dwi Kurniawan, M. Sc.

Disusun oleh:

Sudrajat (1207020076)

PENGANTAR BIOKOMPUTASI

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fauna tanah merupakan organisme yang sebagian besar atau seluruh hidupnya
dihabiskan di dalam tanah (Kimmis dalam Anwar dan Ginting, 2013). Proses dekomposisi
dalam tanah tidak akan mampu berjalan cepat bila tidak didukung oleh aktivitas makrofauna
yang ada didalamnya. Keberadaan mesofauna tanah dalam tanah sangat tergantung pada
ketersediaan energi dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan
organic dan biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah.
Jika ketersediaan energi dan hara bagi mesofauna tanah tersebut cukup, maka perkembangan
dan aktivitas mesofauna tanah akan berlangsung baik dan timbal baliknya akan meberikan
dampak positif bagi kesuburan tanah, interaksi biota tanah tampaknya sulit dihindarkan karena
biota tanha banyak terlibat dalam suatu jaring-jaring makanan dalam tanah (Arief, 2001).

Invertebrata memainkan peran yang penting dalam menyampaikan jasa ekosistem oleh
tanah pada plot dan landscape. Invertebrata berperan aktif dalam interaksi perkembangan fisika
dan kimia, dan proses bahwa invertebrate mungkin merupakan bioindicator terbaik untuk
mengukur kualitas tanah. Invertebrata juga adalah sumberdaya yang perlu diatur dengan baik
perkembangannya untuk meningkatkan pelayanan ekosistem (Lavelle, dkk, 2006).

1.2 Tujuan
1. Melakukan pencuplikan invertebrata dengan menggunakan metode Pitfall traps dan
hand searching
2. Mengetahui keanekaragaman invertebrate yang terdapat di lingkungan sekitar tempat
tinggal praktikan

1.3 Dasar Teori

Berdasarkan ada atau tidaknya tulang belakang, hewan dikelompokkan menjadi 2 yaitu,
vertebrata (mempunyai tulang belakang) dan invertebrate (tidak mempunyai tulang belakang).
Invertebrata sendiri mencakup sekitar 95% dari semua jenis hewan yang telah diidentifikasi,
merupakan hewan yang persebarannya luas dengan berbagai keunikannya di setiap ekosistem.
Invertebrata dapat digunakan menjadi bioindicator suatu wilayah, dikarenakan sifatnya yang
menetap dalam jangka waktu yang lama, sifat tersebut memungkinkan invertebrate untuk
merekam kualitas suatu daerah atau perairan. Invertebrate terbagi menjadi beberapa filum yaitu,
Arthropoda; Mollusca; Echinodermata; Annelida; Polifera; Coelenterata; Nemathelminthes;
dan Platyhelminthes. Di Indonesia, kurang lebih terdapat 1800 spesies yang termasuk ke dalam
invertebrate. Karakteristik biota indikator pencemaran adalah: mudah diidentifikasi, mudah
diambil untuk dijadikan sampel, pola distribusi biota cosmopolitan, mudah menyerap atau
menyimpan bahan pencemar, dan peka terhadap perubahan lingkungan.

Menurut Menta (2012) secara umum, invertebrate tanah dikelompokkan berdasarkan


ukurannya yaitu:

a. Mikrofauna: mikrofauna merupakan organisme yang ukuran tubuhnya berkisar di


angka 20 μm hingga 200 μm. Hanya protozoa yang sepenuhnya ditemukan dalam
kategori ini, sedangkan yang lain seperti Mite, Nematoda, Rotifer, Tardigrade,
Araneidae, dan Cocepoda Crustasea termasuk ditemukan secara terbatas.
b. Makrofauna: Organisme ini memiliki ukuran tubuh antara 2-20 mm, yang termasuk
ke dalam kategori ini antara lain adalah cacing tanah, Gastopoda, Isopoda,
Myriapoda, beberapa Araneidae, dan mayoritas serangga.
c. Mesofauna: organisme ini berukuran antara 200 μm hingga 2 mm. Microarthropoda
seperti tungau dan spring tail yang merupakan representasi dari kelompok ini, yang
juga termasuk Nematoda Rotifera, Tardigrade, Araneidae kecil, Pseudoscorpion,
Opilione, Enchytraeid, Larva serangga, dan Myripoda serta Isopoda kecil.
d. Megafauna: megafauna merupakan suatu organisme yang memiliki ukuran tubuh
melebihi 20 mm. Anggota dari kategori ini antara lain cacing tanah, siput,
myriapoda, dan vertebrata seperti serangga, tikus kecil, reptile, serta amphibi.

Selanjutnya, berdasarkan dari keberadaannya, fauna tanah dibagi menjadi beberapa


kelompok yaitu transien, temporer, periodic, dan permanen. Berdasarkan habitatnya, fauna
tanah digolongkan menjadi golongan epigeon, hemiedafon, dan eudaon. Fauna epideon hidup
pada lapirsa tumbuh-tumbuhan dipermukaan tanah, hemiedafon pada lapisan organic tanah, dan
yang eudafon hidup pada tanah lapisan mineral. Pada kegiatan makannya fauna tanah dibagi
lagi menjadi beberapa jenis, ada yagn bersifat herbivora, saprovora, fungifora, dan predator
(Suin dalam Rahmawaty, 2004).

Metode pitfall trap merupakan suatu metode penangkapan hewan dengan sistem
perangkap. Khususnya metode ini diperuntukkan untuk organisme yang hidup dipermukaan
tanah atau di bagian serasah contohnya serangga. Pitfall trap juga merupakan jenis perangkat
yang cukup sederhana namun efektif dalam menjerat serangga. Pitfall trap umumnya terdiri
dari piring, baskom kecil, atau gelas berukuran kecil. Perangkat jebakan dibenamkan ke tanah
hingga ujung bibir piring, baskom, atau gelas yang telah berisi cairan alcohol atau etilen glikol
sebagai agen pembunuh sejajar dengan permukaan tanah. Bagian atas dari pitfall traps diberi
cover atau pelindung untuk mencegah masuknya air hujan ke dalam jebakan. Metode pifall trap
merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui kerapatan atau kelimpahan
makrofauna pada tanah. Pitfall trap merupakan metode terbaik untuk menjebak serangga aktif
di atas permukaan tanah (Darma, 2013).

Metode hand searching merupakan metode yang bertujuan untuk menemukan fauna
dengan mencari dan mengais menggunakan tangan, di tempat hewan biasa bersembunyi
(Brownie, 2015). Selain mengamati, metode ini juga bertujuan unuk menemukan fauna dengan
mencari menggunakan tangan langsung. Cara ini efektif untuk menangkap beberapa hewan
guna diidentifikasi lebih lanjut.
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


1. 4 buah botol atau toples plastic
2. 3 buah tutup kaleng
3. Batu bata
4. Alkohol 70%
5. Deterjen cair
6. Minyak goreng
7. Pipet
8. Pinset

2.2 Cara Kerja

Langkah kerja pada praktikum ini dibagi menjadi dua teknik, yaitu Hand Searching
dan Pitfall Traps.

2.2.1 Hand Searching


Botol diisi
Hand searching dilakukan Botol sampel disiapkan dengan sedikit
dengan menggunakan pinset untuk menyimpan hewan alcohol 60-80%
dan hindari menangkap yang telah ditangkap untuk
dnegan tangan kosong membunuh
hewan

Hand searching
dilakukan selama 30
menit pada lokasi yang
dipilih

2.2.2 Pitfall Traps

Botol atau toples plastic Tanam botol di dalam Batu bata ditaruh di
disiapkan tanah, hingga mulut kedua sisi masing-
toples atau botol sejajar masing pitfall traps
dengan permukaan untuk menjadi
tanah penyangga penutup
pitfall
Pitfall traps ditinggalkan Toples yang telah ditanam Tutup kaleng diletakkan di
selama 2x24 jam, diisi oleh akohol 70%, atas batu bata untuk
apabila alkhol menyusut deterjen cair, dan minyak menjadi penutup pitfall
dalam waktu 24 jam, goreng sebanyak 1 tetes, traps agar terlindung dari
tambahkan alcohol untuk membunuh hewan panas dan hujan
kembali

Pitfall Traps
didokumentasikan
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
No Foto Spesimen Kelas Nama Spesies Jumlah Jumlah
. Individu Individu
tertangka tertangka
p Hand p Pitfall
searching Trap
1. Insecta Lasius niger 1

Gambar 1. Lasius niger


Sumber: Dokumentasi
Pribadi
2. Arachnid Achaearanea 3
a

Gambar 2. Achaearanea
Sumber: Dokumentasi
Pribadi

Gambar 3. Achaeranea
Sumber: Dokumentasi
Pribadi

Gambar 4. Achaeranea
Sumber: Dokumentasi
Pribadi

3. insecta Eyprepocnemi 1
s plorans

Gambar 5. Eyprepocnemis
plorans
Sumber: Dokumentasi
Pribadi
4. Insecta Epuraea 4
aestiva

Gambar 6. Epuraea aestiva


Sumber: Dokumentasi
Pribadi

Gambar 7. Epuraea aestiva


Sumber: Dokumentasi
Pribadi

Gambar 8. Epuraea aestiva


Sumber: Dokumentasi
Pribadi

Gambar 9. Epuraea aestiva


Sumber: Dokumentasi
Pribadi
5. Arachnid Arigope 1
a appensa

Gambar 10. Arigope


appensa
Sumber: Dokumentasi
Pribadi

3.2 Pembahasan
Menurut Hole dalam Rahmawaty (2004) berdasarkan cara mempengaruhi sistem tanah,
fauna tanah dibadi menjadi 2, yaitu (1) Binatang eksopedonik (mempengaruhi dari luar tanah),
golongan ini merupakan binatang-binatang berukuran besar, misalnya mamalia, aves, reptilian,
dan amphibian. (2) Binatang endopedomik (mempengarhui dari dalam tanah), golongan ini
mencakup binatang-binatang yang berukuran kecil hingga sedang (diameter <1 cm) yang mana
sangat mempengaruhi keaddaan tanah karena sebagaian besar di dalam tanah, yan gmeliputi
Xeapoda, Mryopoda, Arachnida, Crustacea, Tardigrada, Onychopora, Oligochaeta, Hirudinea,
dan Gastropoda.
Secara umum dilihat dari peranan fauna tanah, dipandang sebagai pengatur terjadinya
proses dalam tanah, dengan kata lain fauna tanah berperan dalam menentukan kesuburan tanah
bahkan beberapa jenis fauna tanah dapat digunakan sebagai bioindicator tingkat kesehatan
tanah di suatu lahan pertanian (Adianto dalam Anwar dan Ginting, 2013). Fauna tanah dibagi
menjadi dua kelompok fungsional, yaitu pengendali biologi dan perekayasa lingkungan.
Kelompok mikro dan mesofauna, keduanya merupakan pengendali kehidupan yang
menentukan populasi bakteri dan fungsi ekosistem. Mereka memangsa bakteri dan fungi
sehingga penting untuk mengnedalikan populasi patogen yang terdapat di dalam tanah. Adapun
golongan mikrofauna yang juga didapat dari hasil praktikum ini seperti semut yang berperan
sebagai perekayasa lingkungan dalam proses dekomposisi dan distribusi bahan organic.
Partikel-partikel tanah diangkut ke berbagai tempat oleh aktivitas cacing tanah.

Gambar 11. Pitfall traps


Setelah dilakukan penangkapan invertebrate dengan menggunakan metode Pitfall traps
dan Hand Searching yang dilakukan selama dua hari di lahan kebun, didapatkan beberapa
serangga yang terjebak di dalam Pitfall Traps, yaitu semut hitam kebun atau Lasius niger, tiga
ekor laba-laba (Eyprepocnemis plorans), 4 ekor kumbang (Epuraea aestiva), Belalang
(Eyprepocnemis plorans). Sedangkan pada metode Hand Searching, hanya laba-laba (Arigope
appensa). Dari hasil yang didapatkan kita dapat mengetahui bahwa ada beraneka macam jenis
invertebrate yang ada pada suatu tempat dikarenakan serangga memiliki daya adaptasi dan juga
keanekaragaman yang sangat tinggi. Banyak kajian yang dilakukan dalam ilmu pengetahuan
baik terapan ataupun murni yang menggunakan serangga sebagai bahan pengamatan. Hal ini
dikarenakan keanekaragaman serangga yang tinggi dalam sifat morfologi, perilaku adaptasi,
fisiologi, dan banyaknya jenis yang ada di bumi (Tarumingkeng, 2001 dalam Aji dkk., 2018).
Keanekaragaman serangga banyak digunakan untuk melihat kondisi dari suatu ekosistem atau
dijadikan sebagai bioindikator lingkungan (Haneda dkk., 2013).
BAB IV
KESIMPULAN

Setelah dilakukan kegiatan praktikum, didapatkan beberapa invertebrata yang diperoleh


dengan menggunakan metode Pitfall Traps maupun Hand Searching. Pitfall Traps ditanam di
dalam tanah selama 2 hari di area perkebunan dan setelah dua hari, didapatkan beberapa
invertebrate yang masuk ke dalam jebakan, yaitu semut kebun, belalang, kumbang, dan laba-
laba. Sedangkan untuk penangkapan yang menggunakan metode Hand Searching hanya
didapatkan laba-laba. Keanekaragaman jenis invertebrate dalam suatu wilayah disebabkan oleh
serangga yang memang memiliki kemampuan adaptasi dan keanekaragaman yang tinggi.
Keanekaragaman serangga ini juga dapat dijadikan sebagai bioindicator dari suatu wilayah.
DAFTAR PUSTAKA
Gani, A., Rosyida, E., & Serdiati, N. (2017). KEANEKARAGAMAN JENIS
INVERTEBRATA YANG BERASOSIASI DENGAN EKOSISTEM TERUMBU
KARANG DI PERAIRAN TELUK PALU KELURAHAN PANAU KOTA PALU. J.
Agrisains, 38-45.
Halwany, W. (2014). PERANAN MAKROFAUNA TANAH. Galam, 49-53.
Luthfi, O. M., Dewi, C. S., Sasmitha, R. D., Alim, D. S., Putranto, D. B., & Yulianto, F.
(2018). KELIMPAHAN INVERTEBRATA DI PULAU SEMPU SEBAGAI INDEKS
BIOINDIKATOR, EKONOMIS PENTING KONSUMSI, DAN KOMODITAS
KOLEKSI AKUARIUM. Journal of Fisheries and Marine Research, 137-148.
Sugiarto, A. (2018). Inventarisasi Belalang (Orthoptera: Acrididae) di Perkebunan dan
Persawahan Desa Serdang Menang, Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan
Komering Ilir. Insect Village, 7-10.
Santoso, R.H. 2017. Keanekaragaman Fauna Tanah di Pecncadangan Kawasan Konservasi
Taman Pesisir Mangrove Dusun Baros Desa Tirtihargo Kecamatan Kretek Kabupaten
Bantul. Skripsi. Yoyakarta: Universitas Sanata Dharma
Putriani, Cut. 2021. Keanekaragaman Serangga Tanah (Collembola) Di Kawasan Perkebunan
Kakao Desa Tanjong Putoh Kabupaten Aceh Utara Sebagai Referensi Mata Kuliah
Ekologi Hewan. Skripsi. Banda Aceh: Universitas Islam Negeri Ar- Raniry Banda
Aceh

Anda mungkin juga menyukai