Anda di halaman 1dari 8

ESTIMASI POPULASI HEWAN PERMUKAAN TANAH METODE

PERANGKAP JEBAK (Pit Fall Trap)

Dosen Pengampuh :
Nani Kurnia, S. Si, M. Si

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6

1. IRNA KURNIATY ( 1714042040 )


2. IRMAWATI .H ( 1714041025 )
3. DIAN AULIA INZANI ( 1714041022 )
4. KUSMIRA NUR FADILLA ( 1714041007 )
Pendidikan Biologi A 2017

Jujur, Akurat, Teliti, Rapi

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
ESTIMASI POPULASI HEWAN PERMUKAAN TANAH METODE
PERANGKAP JEBAK (Pit Fall Trap)

A. Pendahuluan
Komunitas yang mengalami situasi lingkungan yang kurang
menyenangkan dimana kondisi fisik terus-menerus menderita, kadang kala
atau secara berkala, cenderung terdiri atas sejumlah spesies yang jumlahnya
kecil tetapi berlimpah (Setiadi, 1990). Untuk beberapa tujuan yang paktis, ada
suatu cara penentuan untuk menduga indeks keanekaragaman suatu
habitat/komunitas, tanpa harus mengetahui nama masing-masing jenis hewan
dan kelompok hewan.
Metode ini digunakan dalam usaha mengumpulkan hewan tanah yang aktif
di permukaan tanah seperti hewan-hewan dari kelompok Arthropoda tanah.
Jumlah hewan yang tertangkap sangat tergantung pada beberapa faktor fisika-
kimia tanah dan perilaku hewan akibat perubahan kondisi cuaca serta
perubahan dalam tingkat kehidupan hewan tanah itu sendiri. Jumlah dan jenis
hewan tanah yang terpecrangkap juga tergantung pada dalammya lubang
perangkap dan keadaan tanah disekitar perangkap.
Keanekaragaman spesies dan jumlah hewan yang berada di daerah tropis
jauh lebih banyak di bandingkan dengan daerah temperatur dan daerah
beriklim dingin. Untuk beberapa tujuan yang praktis, ada suatu cara penentuan
untuk mendukung indeks keanekaragaman suatu habitat/komunitas, metode
itu dikemukakan oleh Kennedy pada tahun 1997 (Umar, 2009).
Perangkap jebak pada prinsipnya dapat dibedakan atas dua macam, yaitu
perangkap jebak tanpa menggunakan umpan dan perangkap jebak
menggunakan umpanyang berkeliaran di permukaan tanah yang secara
kebetulan menuju ke perangkap akan jatuh terjebak masuk perangkap,
sedangkan pada perangkap dengan menggunakan umpan, hewan yang
terperangkap adalah hewan yang tertarik oleh adanya umpan dalam
perangkap. Hewan yang jatuh ke dalam perangkap akan terlewatkan oleh
formalin atau bahan pengawet yang ada di dalam perangkap tersebut.
B. Tujuan
Untuk menaksir komunitas hewan yang aktif di permukaan tanah
C. Alat dan bahan
1. Alkohol 70%
2. Formalin 4%
3. Eter /Cloroform
4. Bejana (botol selai, gelas atau ember kecil)
5. Cawan petri
6. Botol koleksi
7. Kuas kecil
8. Pinset
D. Cara kerja:
1. Tentukan habitat yang akan ditaksir kepadatan populasi hewannya, lalu
buat lubang tempat meletakkan bejana sebagai perangkap.
2. Tanamkan bejana sampai permukaannya sejajar dengan permukaan tanah.
Jarak antara bejana lebih kurang lima meter.
3. Masukkan kurang lcbih 200 ml alkohol 70% atau formalin 4% sebagai
larutan pembunuh dan pengawet dalam bejana yang telah ditanam
4. Jika pemasangan perangkap dilakukan pada musim hujan, maka perangkap
dipayungi dengan setinggi kurang lebih 20 cm dari permukaan tanah
5. Pasanglah perangkap ini selama 24 jam (boleh juga 72 jam), setelah itu
ambillah perangkap dan hewan yang terperangkap pindahkan ke botol
koleksi dan selanjutnya dibawa ke laboratorium
6. Identifikasikan dan kelompokkan hewan tanah tersebut menurut taksanya
dan hitunglah jumlahnya.
7. Catatlah suhu tanah, pH tanah, kadar air tanah dan keadaan vegetasi di
sekitar lokasi tempat pemasangan perangkap
8. Dari hasil identifikasi dan penghitungan jumlah individu, hitunglah
kepadatan dan frekuensi kehadiran.
E. Hasil Pengamatan
1. Pitfall 1
No. Jenis Jumlah Gambar Pengamatan Indeks
Organisme organisme
1. Jangkrik 1 0,93
(Gryllus )

2 Semut Merah 4 0
(Salenopsidini)

3 Kodok Kecil 1 0,93


(Anura sp)

4 Semut hitam 1 0,93


(Monomorium
minimum)
2. Pitfall 2
No. Jenis Organisme Jumlah Gambar Pengamatan indeks
yang
tertangkap
1. Coleoptera 1 0,93

2 Lalat Hitam 1 0,93


(Diptera)

3 Nyamuk 2 0,75
(Culex
quinquefasciatus)

4 Kumbang Hitam 1 0,93


3. Pitfall 3
No. Jenis Jumlah Gambar Pengamatan indeks
Organisme yang
tertangkap
1. Laba-laba 2 0,75
(Araneae)

2 Drosophila 2 0,75
melanogaster

3 Semut merah 4 0
(Salenopsidini)

4 Kumbang tanah 1 0,93


(Coleptera)
F. Pembahasan
Praktikum ekologi hewan tentang pitfall trap dilakukan pada tanggal 13
maret 2020. Adapun lokasi penyimpanan ketiga pitfall yaitu di kompleks
malengkeri permai. Pitfall disimpan di 3 area yang berbeda, dengan jarak tiap-tiap
pitfall yaitu 10 meter. Kemudian pitfall ditanam di dalam tanah dengan kedelaman
10 cm disesuaikan dengan dasar permukaan botol yang digunakan, karena harus
sejajar dengan permukaan tanah.
Metode pitfall merupakan metode penangkapan hewan dengan sistem
jebakan, khusunya untuk hewan yang hidup di permukaan tanah. Tujuan dari
metode pitfall trap adalah untuk menjebak hewan-hewan permukaan tanah atau
serangga agar jatuh kedalamnya sehingga bisa dilakukan identifikasi atau untuk
mengoleksi atau mengiventarisasi jenis hewan permukaan tanah yang berada pada
lingkungan perangkap, serta menghitung jumlah populasi, kelimpahan,
keanekaan, dan distribusi jenis-jenis serangga permukaan tanah di area amatan.
Jumlah dan jenis spesies di suatu komunitas tergantung pada kondisi suatu
daerah misalnya faktor abiotik dan biotik. Kemudian suatu spesies yang dapat
beradaptasi dengan lingkungannya dan berinteraksi dengan sesamanya akan dapat
bertahan di lingkungan tersebut. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
komunitas suatu spesies antara lain adalah: suhu, kelembapan, dan pH. Metode
pitfall ini digunakan untuk mendapatkan cerminan komunitas binatang yang ada
di permukaan tanah dan indeks deversitas dari data yang diperoleh.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan spesies yang
ditemukan pada pitfall I yaitu, terdapat jangkrik, dua jenis semut dan kodok kecil.
Pada pitfall ke-II ditemukan hewan dengan ordo Coleoptera, lalat besar, dan
nyamuk, kemudian pada pitfall ke-III di temukan laba-laba, semut merah dan
kumbang tanah.
Pada suatu tempat atau area tertentu terdapat berbagai macam spesies
serangga yang hidup atau hewan lain yang menempati area tersebut, untuk
mengetahui keanekaragaman serangga yang hidup di area tertentu maka dapat
menggunakan perhitungan, menggunakan rumus indeks dominansi (D), indeks
symson (SID), dan shanon wiener (H’).
D= ∑ ( )

Keterangan:
ni: jumlah individu tiap spesies
N: jumlah individu seluruh spesies
G. Kesimpulan
Jumlah dan jenis spesies di suatu komunitas tergantung pada kondisi suatu
daerah misalnya faktor abiotik dan biotik. Kemudian suatu spesies yang dapat
beradaptasi dengan lingkungannya dan berinteraksi dengan sesamanya akan dapat
bertahan di lingkungan tersebut. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
komunitas suatu spesies antara lain adalah: suhu, kelembapan, dan pH. Metode
pitfall ini digunakan untuk mendapatkan cerminan komunitas binatang yang ada
di permukaan tanah dan indeks deversitas dari data yang diperoleh. Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan spesies yang ditemukan pada pitfall I
yaitu, terdapat jangkrik, dua jenis semut dan kodok kecil. Pada pitfall ke-II
ditemukan hewan dengan ordo Coleoptera, lalat besar, dan nyamuk, kemudian
pada pitfall ke-III di temukan laba-laba, semut merah dan kumbang tanah.

H. Daftar Pustaka

Michael, P. E. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan


Laboratorium. Universitas Indonesia : Jakarta.
Odum, Eugene. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah Mada :
Yogyakarta.
Setiadi, Agus. 1990. Pengantar Ekologi. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.
Tim Dosen Ekologi. 2012. Penuntun Praktikum ekologi . IAIN Lampung :
Bandar Lampung.
Wolf, L. 1992. Ekologi Umum. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai