Anda di halaman 1dari 11

PERCOBAAN : V

I. Judul Praktikum : Populasi Serangga Permukaan Tanah Nocturnal dan


Diurnal di Desa Waq Toweren, Kabupaten Aceh
Tengah
II. Tanggal Praktikum : 25 Maret 2022
III.Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui keanekaragaman jenis-jenis
serangga permukaan tanah diurnal dan nocturnal.

IV. Dasar Teori :


Penggolongan jenis serangga berdasarkan aktivitasnya, dikenal serangga yang
aktif disiang hari (Diurnal) dan serangga yang aktif dimalam hari (Nocturnal).
Serangga malam hari (Nocturnal) ialah hewan yang tidur pada siang hari, dan aktif
pada malam hari. Serangga Nocturnal umumnya memiliki kemampuan penglihatan
yang tajam. Serangga Nocturnal dapat merasakan gelombang cahaya yang lebih
panjang daripada manusia dan dapat memilah panjang gelombang cahaya yang
berbeda-beda. Panjang gelombang cahaya dari 300-400 nm (mendekati ultraviolet)
sampai 600-650 nm (orange). Redeksi bahwa serangga tertarik pada ultraviolet karena
cahaya itu merupakan cahaya yang diabsorbsi oleh alam terutama oleh daun.1

Serangga juga merupakan hewan yang keanekaragamannya paling tinggi serta


mempunyai jumlah yang paling banyak Lebih dari 72% hewan termasuk golongan
serangga. Serangga dapat dijumpai pada semua daerah di permukaan bumi, di darat,
laut, dan udara. Serangga juga merupakan salah satu hewan tidak mempunyai tulang
belakang yang memiliki sayap.

1
Fadillah Raihan S Harahap,dkk,”Keanekaragaman Serangga Malam (Nocturnal,Diurnal) di
kebun kelapa Sawit PT Cinta Raja”, Jurnal Pertanian Brkelanjutan. Vol.8, No.3, (2020), h.123.
Serangga mempunyai arti yang penting bagi manusia baik secara langsung
maupun tidak langsung, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan.
Serangga yang menguntungkan misalnya sebagai penyerbukan tanaman, penghasil
madu, dan juga sebagai musuh alami dari serangga-serangga hama, sedangkan
serangga yang merugikan manusia seperti serangga hama, parasit, penular penyakit
dan sebagainya.2

Serangga diurnal merupakan serangga yang membutuhkan intensitas cahaya


tinggi, sehingga aktif pada siang hari dan tidak aktif pada malam hari. Serangga
krepskular adalah serangga yang membutuhkan intensitas cahaya sedang atau saat
remang-remang selama peralihan hari yaitu waktu senja dan fajar. Serangga nokturnal
merupakan kebalikan dari serangga diurnal yaitu serangga yang membutuhkan
intensitas cahaya rendah sehingga aktif pada malam hari dan tidak aktif pada siang
hari. serangga nokturnal yang ditemukan pada perkebunan tebu PTPN VII UU Cinta
Manis Kabupaten Ogan Ilir terdiri dari 5 Ordo, yaitu Orthoptera, Blattodea,
Coleoptera, Hemiptera dan Lepidoptera, dengan jumlah jenis sebanyak 22 jenis.3

Keberadaan serangga dapat dijadikan sebagai indikator keseimbangan ekosistem.


Spesies serangga diurnal dan nokturnal juga terdapat di Hutan Sapen. Hal ini
dikarenakan serangga tersebut mendapatkan persediaan makanan dan lingkungan
yang mendukung untuk hidup. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengukur
keanekaragaman, dan kemerataan serangga diurnal dan nokturnal pada Hutan Taman
Kehati Sapen Nusantara. Pengumpulan spesimen dapat dilakukan secara teknik
jelajah, yaitu terjun langsung ke lapangan dalam pengamatan dan pengambilan

2
Tutiliana,”Keanekaragaman Serangga Nocturnal di Kawasan Penyangga Ekosistem Hutan
Lindung Lueng Angen Iboih”,Jurnal Jesbio, Vol.5,No.2,(2016),h.40.
3
M.alvin Kautsar, “Jenis Serangga Nocturnal Di kebun Botani Kampus FKIP Universitas
Sriwijaya Pembelajaran Biologi”, Jurnal Pembelajaran Biologi, Vol.2, No.2, (2019), h.125.
sampel. Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu serangga yang aktif pada pagi
sampai sore (serangga diurnal).4

V. Alat dan Bahan :


a. Alat
1. Pelubang tanah
2. Seperangkat pitfall trap

b. Bahan
1. Larutan gula
2. Formalin/deterjen

VI. Cara Kerja :


1. Dipilih tempat pengamatan serangga misalnya perkarangan, kebun atau
sawah.
2. Dibagi kan tempat pengamatan ini ke dalam beberapa lokasi dan setiap
lokasi tetapkan dua atau 3 statin pengamatan.
3. Di masing masing stasiun lubangi tanah dengan per lubang tanah sesuai
dengan ukuran dan tingginya.
4. Diletakkan tabung atau botol Perangkap pada masing masing lubang tadi
dengan mengusahakan mulut Perangkap rata dengan permukaan permukaan
tanah. Di dalam botol Perangkap berikan larutan gula yang dicampur
dengan Formalin 4%, setinggi 5 - 6 cm dari dasar tabung. Berikan Naungan
sehingga terlindung dari hujan.
5. Diamati selama 12 jam bagi serangga permukaan tanah siang hari atau
malam hari, dan 24 jam bagi serangga permukaan tanah siang malam hari.

4
Endik Deni Nugroho,dkk, “Keanekaragaman Serangga Diurnal Dan Nocturnal pada Hutan
Tanam Kehati Sapen Nusantara”, Jurnal Biology Education, Vol.3, No.2, (2021), h.79.
6. Diamati maka pisahkan serangga dengan cairan gula, lalu lakukan
identifikasi.
7. Dicatat di dalam tabel pengamatan.

VII. Hasil Pengamatan :


Gambar : Semut keterangan
Pembesaran : 40X10

Gambar : Kecoa
Pembesaran : 40X10 keterangan

Gambar : Ngengat gibsi


keterangan
Pembesaran : 40X10
Gambar : Semut Merah
keterangan
Pembesaran : 40X10

Gambar : Jangkrik
keterangan
Pembesaran : 40X10

Gambar : Kecoa Asia keterangan


Pembesaran : 40X10
Gambar : Keong Sawah
keterangan
Pembesaran : 40X10

Gambar : Pinjal
keterangan
Pembesaran : 40X10

Gambar : Kecoa jerman


keterangan
Pembesaran : 40X10
Gambar : Kumbang P
keterangan
Pembesaran : 40X10

Gambar : Semut
keterangan
Pembesaran : 40X10
VIII. Pembahasan :
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di desa waq toweren
kabupaten aceh tengah dapat diketahui bahwa, nocturnal hewan yang beraktivitas
pada malam hari sedangkan diurnal hewan yang beraktivitas siang hari. Hewan
nocturnal umumunya memiliki kemampuan pendengaran dan penciuman serta
penglihatan yang tajam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai jenis-
jenis serangga nocturnal. Pengamatan ini dilakukan mulai jam 12.00 WIB hingga
06.00 WIB pagi.
Dalam penangkapan serangga nocturnal dan diurnal digunakan sebanyak 13
plot, pada plot pertama terdapat 1 spesies Aphaenogaster sardoa ,plot dua terdapat
dua spesies yang terdiri dari Periplaneta dan Pheidole pallidula. Plot ke 4 terdapat
dua spesies yang terdiri dari Lymantria dispar dan Solenopsis, plot ke 6 terdapat
spesies Gyllus mitratu, plot ke 7 terdapat spesies Blatella asahinai. Plot ke 8 terdapat
spesies Pila ampulacea, plot ke 9 terdapat spesies Ctenocephalides canis, plot ke 10
terdapat dua spesies yang terdiri dari Blattella germanica dan Coleopetra. Plot ke 13
terdapat spesies Dytiscus marginalis.
ada beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya populasi serangga
antara lain: Faktor dalam, Kemampuan berkembang biak, dipengaruhi oleh fekunditas
atau kemampuan bertelur imago betina dan juga siklus hidupnya (dari telur menetas
sampai imago meletakkan telur pertama) kedua hal tersebut akan mempengaruhi
kecepatan berkembang biak serangga. Sifat mempertahankan diri, seperti hewan-
hewan lain serangga dapat diserang oleh berbagai musuh.
Faktor luar, dapat mempengaruhi keberadaan dan distribusi serangga meliputi
faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi faktor intraspesifik dan interspesifik.
Faktor intraspesifik muncul karena kepadatan populasi bertambah cepat sehingga
kebutuhan akan makanan, tempat tinggal dan kebutuhan hidup lainnya tidak
mencukupi lagi. Faktor interspesifik dapat disebabkan oleh pemangsaan, parasitisme
dan pathogen. Faktor interspesifik ini hidup yang ada dilingkungan dapat berupa
serangga, binatang lainnya, bakteri, jamur, virus dan lain-lain. Faktor abiotik meliputi
suhu, kelembapan, cahaya matahri, angin dan curah hujan. Umumnya kisaran suhu
yang efektif adalah 150 C, suhu optimum 250 C dan suhu maksimum 450 C.

IX. Kesimpulan :
1. Nocturnal hewan yang beraktivitas pada malam hari sedangkan diurnal hewan
yang beraktivitas siang hari.
2. Hewan nocturnal umumunya memiliki kemampuan pendengaran dan
penciuman serta penglihatan yang tajam.
3. Dalam penangkapan serangga nocturnal dan diurnal digunakan sebanyak 13
plot, pada plot pertama terdapat 1 spesies Aphaenogaster sardoa ,plot dua
terdapat dua spesies yang terdiri dari Periplaneta dan Pheidole pallidula.
4. Plot ke 4 terdapat dua spesies yang terdiri dari Lymantria dispar dan
Solenopsis, plot ke 6 terdapat spesies Gyllus mitratu, plot ke 7 terdapat spesies
Blatella asahinai
5. Faktor luar, dapat mempengaruhi keberadaan dan distribusi serangga meliputi
faktor biotik dan abiotik.

X. Daftar Pustaka
Fadillah Raihan S Harahap,dkk. 2020. ”Keanekaragaman Serangga Malam
(Nocturnal,Diurnal) di kebun kelapa Sawit PT Cinta Raja”.Jurnal
Pertanian Brkelanjutan. Vol.8.No.3.
Tutiliana.2016.”Keanekaragaman Serangga Nocturnal di Kawasan Penyangga
Ekosistem Hutan Lindung Lueng Angen Iboih”.Jurnal Jesbio,
Vol.5.No.2.
M.alvin Kautsar.2019. “Jenis Serangga Nocturnal Di kebun Botani Kampus
FKIP Universitas Sriwijaya Pembelajaran Biologi”.Jurnal
Pembelajaran Biologi, Vol.2.No.2.
Endik Deni Nugroho,dkk.2021. “Keanekaragaman Serangga Diurnal Dan
Nocturnal pada Hutan Tanam Kehati Sapen Nusantara”. Jurnal
Biology Education, Vol.3.No..

Anda mungkin juga menyukai