Anda di halaman 1dari 15

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PENGUNJUNG TUMBUHAN APOCYNACEAE DI

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


Muhammad Fadhil F. Rozi, Isnaini Amanah Firdaus, Kharisma Alfia Pranadita, Rizki Amalia
Jurusan Biologi-FMIPA-Universitas Negeri Surabaya

ABSTRACT
The purpose of the study was to determine the visitor insect species of Apocynaceae plants, especially at
the its flowers. An inventory of insects visiting Apocynaceae plants had been conducted in State
University of Surabaya during 2,5 months started from Oktober 2015. Observation, scan sampling and
direct collection method by using insect net were used in this study. Insects were identified at Laboratory
of Animal Taxonomy, Biology Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, State
University of Surabaya. The results showed that 23 species of insects that belong to 21 genera, 15
families and 5 orders were recorded. The visitor insects were dominated by Hymenoptera order (59%),
and then followed by Diptera (26%), Lepidoptera (10%), Odonata (3%), and Homoptera (2%).
Keywords : Apocynaceae, insects, visitors , species.

PENGANTAR
Kelas insekta melimpah pada habitat terestrial dan air tawar. Beberapa di antaranya
merupakan insekta berbahaya, tetapi ada juga yang berperan dalam penyerbukan tanaman dan
pengontrolan hama. Interaksi antara serangga penyerbuk dengan tumbuhan berbunga merupakan
hubungan yang saling menguntungkan. Tumbuhan menyediakan sumber pakan berupa serbuk
sari dan nektar, serta sebagai tempat bereproduksi, sedangkan tumbuhan mendapatkan
keuntungan yaitu terjadinya penyerbukan (Schoonhven et al., 1998). Ketersediaan pakan pada
bunga berkaitan dengan keanekaragaman serangga (Sedgley & Griffin, 1989).
Apocynaceae merupakan kelompok tumbuhan Angiospermae. Subdivisi Angiospermae
terdiri atas kelompok tumbuhan berbunga yang memiliki bentuk, ukuran, dan warna bunga yang
bervariasi (Schoonhoven, et al., 1998). Bunga Apocynaceae berada dalam anak payung, malai
rata atau malai, berkelamin dua, dan kebanyakan berbilangan lima. Mahkota bunga berlekatan
dengan letak yang berputar dan biasanya berbentuk corong, lonceng, atau terompet (Steenis et
al., 2008). Tanaman Apocynaceae yang ada di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) antara lain
tanaman mentega, alamanda, tapak dara, bintoro, frangipani, johar manik, dan anting putri
(BCH, 2015).
Berdasarkan penelitian Yuliani, dkk (2013) mengenai keanekaragaman serangga
pengunjung Nerium oleander Linn, (Apocynaceae) di kota Padang didapatkan total serangga
sebanyak 23 jenis yang termasuk dalam 19 genus, 11 famili, dan 4 ordo yaitu Coleoptera terdiri
atas 2 jenis, Diptera terdiri atas 1 jenis, Hymenoptera terdiri atas 7 jenis, dan Lepidoptera terdiri
1

atas 13 jenis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jenis-jenis dan populasi
serangga pengunjung tanaman Apocynaceae di kampus UNESA wilayah Ketintang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasi. Penelitian dilakukan di Universitas
Negeri Surabaya (UNESA) wilayah Ketintang. Kami menentukan 7 titik lokasi penelitian yang
tersebar di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan sekitarnya (Gambar
1). Waktu penelitian dilaksanakan selama 2,5 bulan dimulai dari tanggal 1 Oktober 2015.
Pengamatan keanekaragaman serangga dilakukan pada waktu optimum kunjungan serangga
terhadap tanaman Apocynaceae tertentu yaitu pagi hari antara pukul 09.00-11.00 WIB dan sore
hari pukul 14.30-17.00 WIB.

Gambar 1. Denah titik lokasi tanaman Apocynaceae di Fakultas MIPA UNESA

Alat dan bahan yang digunakan yaitu dua buah jaring serangga, toples, jarum pentul, alat
suntik, sterofom, kamera, tisu atau kapas, klorofom, dan formalin. Pada penelitian ini kami
mengamati jenis-jenis serangga yang mengunjungi tanaman famili Apocynaceae seperti pohon
alamanda pada area 1, berbagai jenis pohon kamboja pada area 1, 2, 3, 6, dan 7, pohon bintoro
pada area 4, serta pohon johar manik pada area 5 (Gambar 1).
Penelitian ini menggunakan metode scan sampling dan pengoleksian langsung.
Pengamatan diawali dengan menentukan titik lokasi tanaman Apocynaceae dan mencatat waktu
kedatangan serangga. Kemudian, serangga ditangkap menggunakan dua buah jaring yang
ditangkupkan sehingga serangga yang telah tertangkap tidak dapat terbang keluar. Setiap
serangga diidentifikasi morfologinya agar tidak terjadi pengulangan sampel yang berakibat pada
kerusakan ekosistem. Identifikasi dilakukan berdasarkan kunci determinasi serangga (Subyanto
dan Sulthoni, 1991). Serangga yang telah tertangkap dibius dengan cara dimasukkan ke dalam
toples yang berisi klorofom. Setelah itu, tubuhnya direntangkan di atas sterofom dan ditusuk
menggunakan jarum pada bagian dada, kaki, dan tepi-tepi sayap. Serangga disuntikkan formalin
2

melalui lubang anusnya agar tubuh serangga tidak busuk saat dibuat insektarium. Permukaan
sterofom ditaburi bubuk kapur barus untuk mencegah datangnya semut yang dapat memangsa
spesimen. Penataan serangga digolongkan berdasarkan ordo. Setelah tubuh serangga kaku,
semua jarum dilepas kecuali yang terdapat pada bagian dada. Hasil pengamatan dapat ditunjang
oleh pengaruh faktor biotik dan abiotik yang terkait dengan keanekaragaman serangga. Faktor
biotik diperoleh dari keterkaitan tanaman Apocynaceae dengan morfologi serangga pengunjung
dan pengamatan serangga pengunjung tanaman famili lain yang berada di sekitar tanaman
Apocynaceae, sedangkan faktor abiotik diperoleh dari pengukuran suhu dan kelembaban udara
dengan alat termohigrometer.
HASIL
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan, diketahui bahwa serangga
pengunjung tanaman Apocynaceae sebanyak 23 jenis yang termasuk dalam 21 genus, 15 famili
dan 5 ordo yaitu Lepidoptera yang terdiri atas 9 jenis, Odonata terdiri atas 3 jenis, Hymenoptera
terdiri atas 7 jenis, Homoptera terdiri atas 1 jenis, dan Diptera terdiri atas 3 jenis (Tabel 1).
Tabel 1. Serangga Pengunjung Apocynaceae di UNESA Ketintang
No
Nama
Nama
Nama
Nama
.
Ordo
Famili
Spesies
Lokal
1. Lepidoptera Pieridae
Eurema
Kupu-kupu
alitha
kuning
2. Lepidoptera Pieridae
Catopsilia
Kupu-kupu
Pomona
putih
3. Lepidoptera Nymphalida Euploea core Kupu-kupu
e
bercak putih
4. Lepidoptera Nymphalida Euploea
Kupu-kupu
e
mulciber
bercak kuning
5. Lepidoptera Nymphalida Hypolimnas
Kupu-kupu
e
bolina
bercak putih
6. Lepidoptera Papilionidae Graphium
Kupu-kupu
doson
bercak biru
7. Lepidoptera Lycaenidae Zizina otis
Ngengat putih
8. Lepidoptera Hesperiidae Erionota
Ngengat
thrax
coklat
9. Lepidoptera Arctiidae
Amata
Ngengat
huebneri
harimau
10. Odonata
Libellulidae Spesimen A
Capung
11. Odonata
Libellulidae Pantala
Capung ciwet
flavescens
12. Odonata
Libellulidae Orthetrum
Capung
sabina
sambar hijau
13. Hymenopte Apidae
Philanthus
Tawon
ra
sp.
penggali liang
14. Hymenopte Apidae
Thyreus
Tawon bercak
ra
nitidulus
biru
15. Hymenopte Anthophori
Xylocopa
Lebah hitam

Lokas
i
Area 1
Area 5
Area 5

Jumlah
1 ekor
1 ekor
1 ekor

Area 1

1 ekor

Area 5

1 ekor

Area 1

1 ekor

Area 1

1 ekor

Area 1
Area 5

1 ekor
3 ekor

Area 1

2 ekor

Area 1
Area 1

2 ekor
1 ekor

Area 1

1 ekor

Area 1
Area 2
Area 1

12 ekor
8 ekor
1 ekor

Area 7

1 ekor

ra
16. Hymenopte
ra

dae
Sphecidae

confusa
Palmodes
dimidiatus

17. Hymenopte
ra

Sphecidae

Palmodes sp.

18. Hymenopte
ra

Sphecidae

Podium
rufipes

19. Hymenopte
ra
20. Homoptera

Formicidae

Lasius
umbratus
Phlepsius
solidaginis

21. Diptera
22. Diptera

Calliphorida
e
Muscidae

23. Diptera

Culicidae

Cicadellidae

Lucilia
sericata
Musca
domestica
Culex
pipiens

besar
Tawon
berpinggang
sempit
Tawon
berpinggang
sempit
Tawon
berpinggang
sempit dan
panjang
Semut
rangrang
Serangga
pelompat
daun
Lalat hijau
botol
Lalat rumah

Area 5
Area 5

5 ekor
25 ekor

Area 4

2 ekor

Area 1

1 ekor

Area 1

20 ekor

Area 1

2 ekor

Area 1
Area 5
Area 1

8 ekor
15 ekor
3 ekor

Nyamuk
rumah

Area 1
Area 5

5 ekor
2 ekor

Keterangan:
Menunjukkan ordo serangga pengunjung.
Menunjukkan famili serangga pengunjung.
Menunjukkan genus serangga pengunjung.
Menunjukkan jumlah spesies serangga pengunjung.
Menunjukkan serangga pengunjung bukan asli tanaman Apocynaceae.
Lepidoptera; 10%
Odonata; 3%

Diptera; 26%

Homoptera; 2%

Hymenoptera; 59%

Gambar 2. Persentase Ordo Serangga Pengunjung Apocynaceae di UNESA Ketintang

Keanekaragaman

serangga

pengunjung

pada

titik

lokasi

berbeda-beda.

Keanekaragaman paling tinggi terdapat pada area 1 yang dikunjungi oleh 5 ordo serangga, antara
lain Lepidoptera, Odonata, Hymenoptera, Homoptera, dan Diptera. Keanekaragaman tertinggi
kedua terdapat pada area 5 yaitu dikunjungi oleh ordo Lepidoptera, Hymenoptera, dan Diptera.
4

Pada area 2, 4, dan 7 hanya dijumpai satu ordo serangga pengunjung, yakni Hymenoptera.
Sementara itu, area 3 dan 6 tidak dijumpai serangga pengunjung. Apabila serangga pengunjung
dari tujuh area ini ditotal, maka diperoleh hasil bahwa Hymenoptera merupakan ordo serangga
pengunjung yang tertinggi yaitu sebanyak 59% (Gambar 2). Serangga yang mendominasi
tanaman adalah tawon yang terdiri atas tawon penggali liang, tawon bercak biru, tawon hitam
besar, dan tawon yang berpinggang sempit (Tabel 1).
Faktor abiotik yang menunjang kedatangan serangga pengunjung antara lain suhu dan
kelembaban udara. Pada pengamatan pagi hari diperoleh suhu sebesar 32C dan kelembaban
udara 72%, sedangkan pengamatan sore hari diperoleh suhu 31,6C dan kelembaban udara 68%.
Faktor biotik ditunjang dari keterkaitan bentuk mahkota bunga dengan panjang probosis
serangga. Selain itu, keanekaragaman serangga tanaman Apocynaceae dipengaruhi pula oleh
serangga pengunjung tanaman famili lain. Pada area 1 tanaman famili lain yang cukup dominan
dalam mengundang kedatangan serangga yaitu pohon mangga, pohon belimbing, dan pohon
batavia. Pada area 5 terdapat pohon palem jawa dan tanaman agave.
PEMBAHASAN
Serangga pertama hingga ke-9 tergolong Ordo Lepidoptera karena mempunyai sayap dan
tubuh yang tertutup oleh bulu-bulu tebal dengan variasi warna yang beragam. Sayap depan lebih
panjang daripada sayap belakang. Ukuran tubuh bervariasi dari kecil hingga besar. Tipe mulut
penghisap. Tarsi biasanya 5 ruas. Kaki-kaki berukuran sama dan tidak memiliki cerci. Antenna
panjang dan beruas-ruas, terkadang termodifikasi seperti tali (filiform), sisir (pectinate) atau
clavate yang semakin menebal ke arah pucuk antenna (clubbed). (Subyanto dan Sulthoni, 1991).
Menurut Farb (1981), kupu-kupu dan ngengat sebenarnya tidak memiliki faktor pembeda
yang pasti. Akan tetapi, ngengat biasanya membuat selangsang kepompong, sedangkan kupukupu tidak. Apabila dalam keadaan diam, ngengat cenderung melipatkan kedua sayap menjadi
tenda, sedangkan kupu-kupu merapatkannya di atas kepalanya. Selain itu, biasanya ngengat
memiliki ukuran tubuh yang lebih gemuk dan warna yang kurang mencolok.
Serangga ke-10 hingga ke-12 tergolong Ordo Odonata. Serangga ini merupakan serangga
predator. Bentuk tubuh silindris dan besar sehingga kuat dalam beterbang. Kepala dapat berputar,
mata besar, mempunyai 3 ocelli, dan antennanya sangat kecil. Sayap terdiri atas 2 pasang yang
bersifat membran dengan vena-vena seperti anyaman jaring. Semua sayap memanjang dengan
bentuk yang hampir serupa. Abdomen panjang dan sempit. Famili Libellulidae memiliki ciri
khas anal loop sayap belakang yang memanjang dan berbentuk seperti kaki. Tepi sayap belakang

bulat. Syap capung jantan berwarna kebiruan, sedangkan betina berwarna hitam dan kuning.
Beberapa jenis lain mempunyai spot atau pita pada sayapnya (Subyanto dan Sulthoni, 1991).
Serangga ke-13 hingga ke-19 termasuk ordo Hymenoptera karena kedua pasang
sayapnya bersifat membran (tembus cahaya). Venasi relatif sedikit, terkadang tidak memiliki
venasi. Ukuran antenna bervariasi dari sedang hingga panjang. Pada beberapa jenis ruas pertama
abdomennya sempit dan memanjang. Sebagian jenis Hymenoptera, ovipositornya mengalami
modifikasi menjadi alat penyengat (Subyanto dan Sulthoni, 1991).
Meskipun tawon dan lebah memiliki kemiripan fisik, tetapi kedua serangga ini
sebenarnya memiliki karakteristik yang berbeda. Tawon memiliki bentuk tubuh yang relatif
ramping, mulut memiliki mandibula, berambut tipis atau tidak berambut, larva umumnya
memakan daging, dan ukuran semua kakinya sama. Lebah memiliki tubuh gemuk, mulut tidak
bermandibula, berambut tebal, larva memakan madu, serta kaki belakangnya lebih besar dan
lebih pipih (Anonim, 2015).
Serangga ke-20 tergolong Ordo Homoptera. Serangga ini memiliki 2 pasang sayap
dimana sayap depan lebih panjang dan lebih besar daripada sayap belakang. Sayap bersifat
membran. Saat istirahat sayap tersusun seperti genting di atas tubuh serangga. Antenna bervariasi
mulai dari pendek hingga sedang. Tipe mulut penghisap. Serangga ini termasuk Famili
Cicadellidae. Menurut Treadwell (2000), famili ini mencari makan di dedaunan tanaman yang
mengakibatkan bercak luka pada daun yang dimakan tersebut. Bercak luka yang ditimbulkan
berperan untuk mengurangi kelebihan getah dan menyumbat floem atau xilem daun (Subyanto
dan Sulthoni, 1991).
Serangga ke-21 hingga ke-23 tergolong Ordo Diptera karena hanya mempunyai sepasang
sayap yang bersifat membran. Sayap belakang tereduksi menjadi halters yang berperan dalam
menjaga keseimbangan pada saat terbang. Tekstur tubuh relatif lunak, antenna pendek, dan mata
majemuk besar. Tipe mulut penghisap. Prothoraks dan metathoraks kecil menyatu menjadi
mesothoraks yang jelas. Serangga ordo ini ada yang merusak tanaman, penghisap darah manusia
dan hewan, penyebar penyakit, dan predator dan parasit bagi hama. Beberapa jenis lainnya
bertindak sebagai mediator penyerbukan bunga (Subyanto dan Sulthoni, 1991).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa serangga pengunjung tanaman Apocynaceae
sebanyak 23 jenis yang termasuk dalam 21 genus, 15 famili dan 5 ordo yaitu Lepidoptera yang
terdiri atas 9 jenis, Odonata terdiri atas 3 jenis, Hymenoptera terdiri atas 7 jenis, Homoptera
terdiri atas 1 jenis, dan Diptera terdiri atas 3 jenis. Sedangkan pada penelitian Yuliani, dkk (2013)
mengenai keanekaragaman serangga pengunjung bunga Nerium oleander Linn. (Apocynaceae)
di kota Padang didapatkan total serangga pengunjung terdiri atas 23 jenis yang termasuk dalam
6

19 genus, 11 famili dan 4 ordo yaitu Lepidoptera terdiri atas 13 jenis, Hymenoptera terdiri atas 7
jenis, Coleoptera terdiri atas 2 jenis, Diptera terdiri atas 1 jenis.
Perbandingan keanekaragaman serangga pengunjung yang ada di kota Padang dengan
Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menunjukkan bahwa keanekaragaman serangga yang ada
di UNESA lebih tinggi daripada yang ada di Padang. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tanaman
yang menjadi obyek penelitian. Pada penelitian yang dilaksanakan di UNESA, sasarannya adalah
beberapa tanaman Apocynaceae, sedangkan di Padang hanya satu tanaman Apocynaceae saja
yaitu Nerium oleander Linn. Jumlah spesies tanaman Apocynaceae yang lebih tinggi ini
mengakibatkan keanekaragaman serangga yang lebih tinggi pula.
Selain itu, pada penelitian Yuliani, dkk (2013) pengunjung tertingginya adalah
Lepidoptera, sedangkan pada penelitian ini pengunjung tertinggi ditempati oleh Hymenoptera.
Rendahnya populasi Lepidoptera pada penelitian ini dikarenakan cuaca yang mendung pada
beberapa waktu penelitian. Menurut Shalihah (2012), aktivitas kupu-kupu sangat dipengaruhi
oleh cuaca. Ketika cuaca mendung, apalagi hujan, maka kupu-kupu enggan untuk terbang.
Kupu-kupu dan ngengat dari ordo Lepidoptera akan beraktivitas dan mengunjungi bunga pada
saat matahari muncul dan cukup bersinar untuk mengeringkan sayap-sayapnya. Sementara itu,
rendahnya populasi Odonata disebabkan oleh area yang jauh dari kawasan perairan. Hal sesuai
dengan pernyataan Subyanto dan Sulthoni (1991) yang menyatakan bahwa capung sering
terbang di kawasan kolam atau rawa.
Bunga tanaman Apocynaceae berada dalam anak payung, malai rata atau malai, dan
berkelamin 2. Mahkota bunga umumnya berbentuk corong, terompet, atau lonceng (Steenis et
al., 2008). Oleh karena itu, serangga yang membantu penyerbukan harus memiki probosis yang
panjang karena nektar bunga terletak pada bagian yang tersembunyi. Probosis merupakan alat
penghisap yang berbentuk belahan tabung yang bersatu. Probosis terletak pada bagian kepala.
Apabila tidak digunakan, probosis akan digulung dan dapat dijulurkan kembali ketika hendak
digunakan. Dalam mengambil nektar, serangga yang membantu penyerbukan seperti kupu-kupu,
lebah, tawon, dan capung dibantu oleh probosis (Bariyah, 2011). Hal ini dipertegas pula oleh
Tjitrosoepomo (2011) yang memaparkan bahwa serangga yang sering mengunjungi bunga ialah
Hymenoptera dan Lepidoptera.
Jenis serangga yang mendominasi tanaman Apocynaceae adalah lebah dan tawon dari
ordo Hymenoptera. Lebah dan tawon mendatangi bunga-bunga untuk membantu penyerbukan
pada tanaman yang dihinggapi sekaligus untuk mendapatkan pakan, yaitu nektar dan polen.
Nektar merupakan senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar nektar tanaman dalam bentuk
larutan gula. Nektar terdapat pada bagian petal, sepal, stamen, dan stigma bunga. Konsentrasi
7

nektar bervariasi antara satu bunga dengan bunga yang lain. Sementara itu, polen atau tepung
sari merupakan sumber protein yang cukup tinggi. Kandungan gizi lain yang terdaapat pada
polen adalah lemak, karbohidrat, dan mineral. Polen diperoleh dari bunga yang dihasilkan oleh
sel kelamin jantan (anther) tanaman (Liferdi, 2008).
Perpindahan tawon dan lebah dari satu bunga ke bunga lain mempercepat terjadinya
proses penyerbukan. Hal ini disebabkan oleh serbuk sari yang menempel pada rambut kaki dan
badan serangga, kemudian serangga meletakkannya di kepala putik. Serbuk sari bergerak masuk
ke dalam tabung putik dan membuahi ovule (Liferdi, 2008).
Palmodes dimidiatus merupakan jenis serangga yang jumlahnya paling banyak dalam
mengunjungi tanaman Apocynaceae yaitu sebanyak 25 ekor. P. dimidiatus berperan penting
dalam proses penyerbukan bunga johar manik. Seperti tawon dan lebah pada umumnya, jenis ini
termasuk tawon yang hidup dalam satu kelompok yang besar yang disebut koloni. Tawon ini
melakukan berbagai macam pekerjaan secara bersama-sama, mulai dari mencari makan,
membesarkan anak-anak, hingga membuat sarang (Anonim, 2015)
Insekta lain yang membantu penyerbukan bunga adalah kupu-kupu dan ngengat dari ordo
Lepidoptera, semut dari ordo Hymenoptera, serta capung dari ordo Odonata. Lalat dari ordo
Diptera terkadang juga membantu penyerbukan, hanya saja perannya tidak seintens serangga
lain. Ordo Homoptera mengunjungi tamanan Apocynaceae, akan tetapi tidak berperan penting
dalam proses penyerbukan.
Keanekaragaman serangga pada tanaman Apocynaceae juga didasari oleh faktor abiotik
seperti temperatur lingkungan dan kelembaban udara yang tidak terlalu tinggi. Waktu optimum
kunjungan serangga pada area 1, 2, dan 7 adalah pukul 11.00 WIB dengan suhu 32C dan
kelembaban udara 72%, sedangkan waktu optimum kunjungan serangga pada area 4 dan 5
adalah pukul 15.00 WIB dengan suhu 31,6C dan kelembaban udara 68%. Untuk area 3 dan 6
kami tidak menemukan waktu kunjungan serangga yang tepat untuk digunakan sebagai waktu
penelitian.
Tanaman Apocynaceae yang ada pada area 3 dan 6 adalah Plumeria sp. atau pohon
kamboja. Meskipun bunga kamboja memiliki tingkat keharuman yang cukup tinggi, tapi ternyata
bunga ini tidak memiliki kandungan nektar (Mamaketol, 2010). Hal ini merupakan penyebab
dari tidak adanya serangga pengunjung di area 3 dan 6. Sementara itu, pohon kamboja yang
terdapat di area 7 hanya dikunjungi oleh satu serangga dari ordo Hymenoptera. Dengan kata lain,
kemampuan bunga kamboja dalam menarik kedatangan serangga tidak sebaik bunga dari
tanaman Apocynaceae lainnya. Selain itu, Fritschi (2014) juga memaparkan bahwa waktu
optimum kunjungan serangga pada bunga kamboja adalah pada malam hari yaitu ketika bau
8

harum yang dihasilkan sangat intensif. Serangga yang biasanya membantu penyerbukan bunga
kamboja adalah ngengat dari ordo Lepidoptera.
Menurut Yuliani (2013), serangga memiliki kecenderungan pada warna-warna bunga
yang mencolok. Bunga-bunga pada tanaman Apocynaceae sangat memenuhi persyaratan ini.
Bunga alamanda dan johar manik mempunyai warna kuning yang sangat cerah. Bunga mentega
berwarna merah muda hingga merah muda tua. Bunga tabertaemontana, anting putri dan bintoro
berwarna putih. Bunga kamboja berwarna merah, merah muda, kuning, atau kombinasi. Bunga
tapak dara berwarna putih, merah, ungu, atau putih bermata kuning (BCH, 2015).
Populasi tanaman famili lain yang ada di sekitar tanaman Apocynaceae juga sangat
mempengaruhi keanekaragaman dan kuantitas kunjungan serangga. Berdasarkan faktor ini, maka
hasil pengamatan keanekaragaman serangga tanaman Apocynaceae, terbagi menjadi serangga
pengunjung asli dan serangga pengunjung bukan asli (Tabel 1). Serangga pengunjung asli
merupakan serangga yang berinteraksi langsung terhadap tanaman Apocynaceae seperti hinggap
di batang, ranting, daun, dan bunga, menghisap nektar bunga, atau melakukan reproduksi,
sedangkan serangga pengunjung bukan asli melakukan interaksi langsung terhadap tanaman
selain Famili Apocynaceae atau hanya terbang di sekitar tanaman Apocynaceae tanpa melakukan
interaksi secara intensif.
Sebagai contoh, pada area 1 selain tanaman Apocynaceae seperti pohon bunga alamanda
dan pohon kamboja, terdapat pula tanaman lain yang cukup dominan dalam mengundang
kedatangan serangga yaitu pohon mangga, pohon belimbing, dan pohon batavia (Gambar 2).
Pohon batavia merupakan pohon yang paling banyak mengundang kedatangan serangga karena
bunganya memiliki warna yang menarik. Di area ini kami temui banyak Philanthus sp. tampak
sedang menghisap nektar dari bunga pohon batavia yang berwarna merah cerah. Berdasarkan hal
ini, Philanthus sp. digolongkan menjadi serangga pengunjung asli pohon Batavia, sedangkan
pada tanaman Apocynaceae digolongkan serangga pengunjung bukan asli. Meskipun demikian,
Philanthus sp. masih berinteraksi dengan tanaman Apocynaceae, yaitu dengan cara hinggap pada
daun alamanda.
Selain itu, keberadaan beberapa tanaman agave pada area 5 berhasil mengundang
Erionota thrax untuk beterbangan di sekitar pohon johar manik. Spesies ini digolongkan menjadi
serangga pengunjung asli tanaman agave karena berinteraksi langsung dengan cara hinggap pada
bagian daun agave, sedangkan pada tanaman Apocynaceae digolongkan serangga pengunjung
bukan asli. Euploea mulciber merupakan serangga pengunjung pohon palem
jawa karena berinteraksi dengan cara hinggap pada dedaunan palem dan
hanya beterbangan di sekitar tanaman Apocynaceae. Catopsilia Pomona
9

juga digolongkan sebagai serangga pengunjung bukan asli tanaman


Apocynaceae karena C. Pomona hinggap di dedaunan pohon kayu putih dan
tidak berinteraksi langsung dengan tanaman Apocynaceae.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan, jumlah serangga pengunjung
tanaman Apocynaceae sebanyak 23 jenis yang termasuk dalam 21 genus, 15 famili dan 5 ordo
yaitu Lepidoptera yang terdiri atas 9 jenis, Odonata terdiri atas 3 jenis, Hymenoptera terdiri atas
7 jenis, Homoptera terdiri atas 1 jenis, dan Diptera terdiri atas 3 jenis.
KEPUSTAKAAN
Anonim.

2015.
Tawon.
Diakses
pada
tanggal
14
Desember
2015
dari
https://id.wikipedia.org/wiki/ Tawon
Amano, K., T. Nemoto and T. A. Heard. 2000. What are Stingless Bees and Why and How to
Use Them as Crop Pollinatior a Review. JARQ. 34 (3): 183-190.
Bariyah, K. 2011. Hubungan Panjang Probosis Kupu-Kupu dengan Prefensi Pakan di Areal
Kampus I Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
BWARS. 2015. Species Accounts. Diakses pada tanggal 3 Desember 2015 dari
http://www.bwars. com/index.php?q=species_gallery.
Engeman, J. G. and Hegner, R. W. 1981. Invertebrate Zoologi. New York: Macmillan Publishing
Co., Inc.
Farb, P. 1981. Serangga. Tira Pustaka: Jakarta.
Fritschi, Hans. 2014. Frangipani: Fuhrt die Motten Hinters Licht. Diakses pada tanggal 13
Desember 2015 dari http://der-farang.com/de/pages/frangipani-fuehrt-die-mottenhinters -licht.
Kastawi, dkk. 2003. Zoologi Avertebrata. JICA: Universitas Negeri Malang.
Liferdi, L. 2008. Lebah Polinator Utama pada Tanaman Holtikultura. Jurnal Balai Penelitian
Tanaman Buah Tropika. 2(1): 1-5.
Mamaketol. 2010. Tentang Frangipani, Bunga Jepun Bali nan Wangi. Diakses pada tanggal 13
Desember 2015 dari http://www.kompasiana.com/mamakketol/tentang-frangipanibunga -jepun-bali-nan-wangi_54ffcd4ea33311766850f9b9.
Natural History Museum. 2015. Bombus. Diakses pada tanggal 3 Desember 2015 dari http://
www.nhm.ac.uk/research-curation/research/projects/bombus/_key_colour_british/ck_cu
ckoos.html.
Schoonhoven, S., L. M. T. Jery and J. J. A. Von Loon. 1998. Insect-Plant Biology. From
Physiology to Evolution 1st Ed. Campman & Hall: Cambridge.
Sedgley, M. and A. R. Griffin. 1989. Sexual Reproduction of Tree Crops. Academic Pr. London.
Shalihah, dkk. 2012. Kupu-Kupu di Kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor. Diakses pada
tanggal 13 Desember 2015 dari https://www.cbd.int/undb/countries/id/undb-id-butter
flies.book. pdf.
Steenis, C. G. G. J. V., S. Bloembergen, and P. J. Eyma. 2008. Flora. PT Pradnya Paramita:
Jakarta.
Subyanto dan Sulthoni, A. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius: Yogyakarta.
Tjitrosoepomo, G. 2011. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Treadwell, L. 1999. Some of The Hymenoptera. University of Florida. Diakses pada tanggal 3
Desember 2015 dari http://www.insectsexplained.com/12 Hymenoptera.htm.
10

Treadwell, L. 2000. Some of The Homoptera. University of Florida. Diakses pada tanggal 3
Desember 2015 dari http://www.insectsexplained.com/07 Homoptera.htm..
Toko. 2015. AW Insect Book: Sawflies, Wasps, Bees & Ants (Hymenoptera). Diakses pada
tanggal 3 Desember dari http://www.sagr.co.za/forum/viewtopic.php?p=247132.
Yuliani, W., Dahelmi, dan Syamsuardi. 2013. Jenis-Jenis Serangga Pengunjung Bunga
Neriumoleander Linn. (Apocynaceae) di Kecamatan Pauh, Padang. Jurnal biologi
Universitas Andalas (J. bio. UA). 2(2): 96-102.

11

LAMPIRAN
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Odonata

Famili

: Libellulidae

Genus

: Pantala

Spesies

: Pantala flavescens

Gambar 3. Capung Ciwet

Capung ciwet mempunyai bentuk tubuh yang silindris dan besar. Kepala dapat berputar,
mata besar, mempunyai 3 ocelli, dan antennanya sangat kecil. Sayap terdiri atas 2 pasang yang
bersifat membran dengan vena-vena seperti anyaman jaring. Semua sayap memanjang dengan
bentuk yang hampir serupa. Famili Libellulidae memiliki ciri khas anal loop sayap belakang
yang memanjang dan berbentuk seperti kaki. Tepi sayap belakang bulat. Abdomen panjang,
sempit, dan berwarna oranye yang cukup cerah. Spesies ini memiliki spot bersayap glider. Sisi
depan kepala dan dada juga berwarna oranye. Pada bagian dada terdapat garis gelap dan berbulu.
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Diptera

Famili

: Calliphoridae

Genus

: Lucilia

Spesies

: Lucilia sericata

Gambar 4. Lalat Hijau Botol

Lalat hijau botol mempunyai sepasang sayap yang bersifat membran. Sayap belakang
tereduksi menjadi halters yang berperan dalam menjaga keseimbangan pada saat terbang. Tekstur
tubuh relatif lunak, antenna pendek, dan mata majemuk besar. Tipe mulut penghisap. Prothoraks
dan metathoraks kecil menyatu menjadi mesothoraks yang jelas. Tubuh Lucilia relatif lebih besar
daripada lalat rumah. Tubuh ini memiliki warna hijau mengkilat disertai dengan garis-garis ruas
tubuh yang berwarna hitam. Lalat hijau berpotensi menimbulkan belatung pada manusia, hewan,
maupun bahan makanan.
12

Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Hymenoptera

Famili

: Formicidae

Genus

: Lasius

Spesies

: Lasius umbratus

Gambar 5. Semut Rangrang

Semut rangrang memiliki tubuh yang dapat dibedakan bagian kepala, dada, dan
abdomennya. Tipe mulut penggigit dan penghisap. Apabila mempunyai sayap, maka sayapnya
bersifat membran dan bervena sedikit. Semut hidup secara berkoloni. Semut rangrang jantan
mempunyai ukuran tubuh 8-10 mm, berwarna coklat tua, dan bersayap. Semut rangrang ratu
betina mempunyai ukuran tubuh kurang lebih 15-16 mm, berwarna coklat tua, namun tidak
mempunyai sayap. Semut pekerja yang berasal dari semut betina yang mandul mempunyai
ukuran tubuh 8-10 mm, berwarna coklat dan tidak bersayap.
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Hymenoptera

Famili

: Sphecidae

Genus

: Palmodes

Spesies

: Palmodes dimidiatus

Gambar 6. Lebah Berpinggang Sempit

Lebah memiliki 2 pasang sayap dimana sayap depan lebih panjang dan lebih besar
daripada sayap belakang. Sayap bersifat membran dan mempunyai vena yang sedikit. Antenna
terdiri atas 10 ruas dan berukuran sedang. Tipe mulut penghisap yang dilengkapi dengan labrum,
labium, sepasang mandibula, dan sepasang maksila. Dada terbagi atas tiga ruas yang masingmasingnya terdapat kaki sepasang. Pada ruas kedua dan ketiga dada terdapat sepasang sayap.
Spesies ini memiliki ciri khas yaitu pada ruas pertama bagian abdomennya menyempit dan
memanjang. Ovipositornya mengalami modifikasi menjadi alat penyengat.
13

Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Homoptera

Famili

: Cicadellidae

Genus

: Phlepsius

Spesies

: Phlepsius

solidaginis
Gambar 7. Serangga Pelompat Daun

Serangga pelompat daun ini memiliki 2 pasang sayap dimana sayap depan lebih panjang
dan lebih besar daripada sayap belakang. Sayap bersifat membran. Saat istirahat sayap tersusun
seperti genting di atas tubuh serangga. Ukuran tubuh kurang lebih 13 mm. Antenna bervariasi
mulai dari pendek hingga sedang. Tipe mulut penghisap.
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Lepidoptera

Famili

: Nymphalidae

Genus

: Euploea

Spesies

: Euploea core

Gambar 8. Kupu-Kupu Bercak Putih

Kupu-kupu mempunyai dua pasang sayap dimana sayap depan lebih panjang daripada sayap
belakang. Ukuran tubuh tergolong sedang, tidak kecil dan tidak terlalu besar. Tarsi sebanyak 5
ruas. Kaki-kaki berukuran sama dan tidak memiliki cerci. Antenna panjang dan beruas-ruas. Tipe
mulut penghisap. Kupu-kupu dewasa memiliki alat mulut berupa tabung yang dikenal dengan
probosis, palpus maxillaris, dan palpus labialis yang berkembang sempurna, sedangkan
mandibula tereduksi. Sayap dan tubuh tertutup oleh sisik atau bulu-bulu tebal yang berwarna
coklat tua dengan bercak putih pada bagian tepi-tepinya. Pada setiap jenis kupu-kupu, sisiknya
sangat mudah terlepas seperti halnya abu kertas dan tidak mempunyai frenulum. Tubuh dan
tungkainya juga tertutupi oleh sisik.

14

Gambar 9. Area 1

Gambar 10. Area 2

Gambar 11. Area 5

15

Anda mungkin juga menyukai