Anda di halaman 1dari 8

VIS VITALIS, Vol. 01 No.

1, tahun 2008

PENYEBARAN BIJI OLEH SATWA LIAR


DI KAWASAN PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL
DAN PUSAT RISET BODOGOL,
TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO,
JAWA BARAT

Tatang Mitra Setia


Fakultas Biologi Universitas Nasional

ABSTRAK

Pemencaran tumbuh-tumbuhan secara alami salah satunya dibantu oleh satwa


liar. Penelitian mengenai pemencaran biji oleh satwa liar mempunyai implikasi
pada pelestarian hutan hujan tropis. Oleh sebab itu Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui jenis hewan apa saja dan bagaimana perannya dalam membantu
regenerasi hutan melalui penyebaran biji. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Agustus hingga Oktober 2003. Lokasi penelitian seluas 56 ha, terletak di hutan
PPKA Bodogol dan hutan Pusat Riset Bodogol yang berada dalam kawasan
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Pengumpulan data
dilakukan setiap sabtu-minggu dimulai pada pukul 08.00 hingga pukul 12.00 di
sepanjang jalan setapak yang ada di hutan untuk mencari sampel kotoran satwa
liar, mengamati bagian dan komposisi pakan pada kotoran dan mengamati
perkecambahan biji dari kotoran satwa liar. Hasil penelitian menyimpulkan, ada 3
jenis satwa liar yang mempunyai potensi penyebaran biji melalui kotorannya yaitu:
Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus); Owa Jawa (Hylobates moloch)
dan Burung Kutilang (Picnonotus sp). Setiap jenis satwa liar memakan bervariasi
sumber pakan mulai dari satu sampai lima jenis pakan, terdiri dari binatang
avertebrata; binatang vertebrata kecil dan sebagian besar terdiri dari buah berbiji
keras. Jenis Aprika merupakan sumber pakan yang hampir ada di setiap kotoran.
Biji yang berasal dari kotoran dapat tumbuh dan lebih cepat berkecambah
dibanding biji yang jatuh langsung dari pohon induknya.

Kata kunci : satwaliar, penyebaran biji, konservasi

PENDAHULUAN sumber pakan bagi hewan dan sebaliknya


hewan sangat bermanfaat bagi tumbuhan.
Hutan hujan tropis memiliki Diantaranya adalah hewan bermanfaat
keanekaragaman hayati sangat tinggi, dalam pemencaran biji.
dimana antara fauna dan floranya saling Pemencaran biji secara efektif
berinteraksi satu dengan lain. Diantara dapat mengurangi persaingan antara tum-
hubungan interaksi yang ada adalah buhan dan turunannya serta memungkin-
hubungan saling menguntungkan diantara kan jenis tumbuhan tersebut menyebar
sesama. Desmukh (1992) menjelaskan ketempat baru. Jika tidak ada hewan yang
bahwa interaksi saling menguntungkan memencarkan biji, maka biji dari
antar tumbuh-tumbuhan dan hewan yang tumbuhan induk akan jatuh dan tumbuh
sifatnya herbivora umumnya terjadi di berada di sekitar pohon induk. Keadaan ini
hutan hujan tropis. Tumbuhan merupakan

Setia TM 1
VIS VITALIS, Vol. 01 No. 1, tahun 2008

akan menambah persaingan untuk men- ini bertujuan untuk mengetahui jenis
dapatkan hara di sekitarnya. hewan apa saja dan bagaimana perannya
Menurut Ewusie (1990) pemen- dalam membantu regenerasi hutan melalui
caran biji tumbuhan tertentu dilakukan oleh penyebaran biji. Hasil yang diperoleh
hewan seperti burung, kera, tupai dan dalam penelitian ini setidaknya dapat
kelelawar melalui kotorannya. Regenerasi membantu upaya pelestarian hutan hujan
hutan secara alami sangat terbantu oleh tropis di Kawasan Taman Nasional
hewan dengan biji-biji yang tertelan atau Gunung Gede Pangrango khususnya, dan
ditelan dan kemudian tersebarkan melalui Indonesia umumnya.
kotoran hewan tersebut. Suhandi (1988)
menyim-pulkan dari hasil penelitiannya,
bahwa orangutan Sumatera berperan METODOLOGI PENELITIAN
penting dalam menjaga keseim-bangan
habitatnya, karena orangutan memakan A. Lokasi penelitian
buah-buahan yang bijinya tertelan, secara
tidak langsung dapat membantu regenerasi Kegiatan penelitian ini dilakukan di
hutan dengan menyebarkan biji-biji yang kawasan yang luasnya lebih kurang 56 ha,
yang keluar melalui kotoran dan jatuh di terletak di hutan PPKA Bodogol dan hutan
sepanjang daerah penjelajahannya. Pusat Riset Bodogol yang berada dalam
Indonesia yang terletak di daerah kawasan Taman Nasional Gunung Gede
tropis tentunya mempunyai kawasan hutan Pangrango, Jawa Barat. Lokasi penelitian
hujan tropis yang luas dengan keaneka- telah memiliki beberapa jalur setapak yang
ragaman hayati yang tinggi. Salah satu memudahkan untuk pengum-pulan data di
diantaranya adalah kawasan hutan hujan lapangan.
tropis pe-gunungan Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango. Permasalah yang
B. Bahan dan alat
sering terjadi saat ini adalah sangat
tingginya perambahan hutan untuk kepen-
Dalam penelitian ini dipergunakan
tingan manusia dan perburuan satwa liar
bahan dan alat penelitian sebagai berikut:
untuk diperdagangkan yang tidak terken-
kantung plastik kecil, kantung plastik bibit,
dalikan. Oleh sebab itu keindahan alam
cawan petri, teropong binokuler, jangka
hutan hujan tropis yang merupakan sumber
sorong, kamera Foto, alat tulis dan kertas,
kehidupan bagi manusia untuk meningkat-
pinset, buku identifikasi kotoran satwaliar
kan kualitas hidup, yang tadinya secara
dan identifikasi biji.
alamiah dapat terjaga karena adanya
interaksi fauna flora secara berkeseim-
bangan, kini sudah menjadi tidak seimbang C. Cara kerja
antara interaksi fauna dan flora akibat ulah
manusia. Akibatnya kawasan hutan hujan Penelitian dilakukan setiap Sabtu-
tropis kita semakin terancam. Pada Minggu dimulai pada pukul 08.00 hingga
akhirnya, jika ancaman tadi tidak dicegah, pukul 12.00. Peneliti berjalan di sepanjang
maka kualitas kehidupan kitapun di masa jalan setapak yang ada di hutan untuk
mendatang akan menjadi semakin buruk. mencari sampel kotoran satwa liar dan
Oleh sebab itu perlu suatu mengamati perilaku makan satwa liar. Jika
penelitian mengenai pemencaran biji oleh menemukan kotoran, maka:
satwa liar yang mempunyai implikasi pada 1. Catat lokasi, jam penemuan dan keada-
pelestarian hutan hujan tropis. Penelitian an habitat sekitarnya

Setia TM 2
VIS VITALIS, Vol. 01 No. 1, tahun 2008

2. Catat karakter kotoran (bentuk dan 1. Jenis hewan apa saja yang menyebar-
ukurannya); kondisi dan keadaan kan biji dan apakah setiap hewan
kotoran tersebut (baru/lama; komposisi menyebarkan spesifik biji
isi kotoran tersebut), kemudian 2. Apa saja makanan hewan dan bagaima-
identifikasi jenis kotoran tersebut na biji yang disebarkan hewan dapat
berasal dari satwa liar apa tumbuh
3. Jika kotoran tersebut mengan-dung biji, 3. Bagaimana perbedaan kecepatan per-
catat jumlah dan identifikasi jenis kecambahan biji asal kotoran dan biji
bijinya asal pohon yang jatuh langsung tanpa
4. Koleksi beberapa biji untuk ditanam di melalui kotoran
cawan petri dan ting-galkan beberapa 4. Seberapa jauh biji dapat disebarkan
untuk ditanam di tempat kotoran dari lokasi pohon asalnya
ditemukan
5. Pagari kotoran tersebut agar biji yang
ditinggalkan dapat tumbuh dan tidak HASIL DAN PEMBAHASAN
diganggu hewan lain
6. Periksa berapa jarak lokasi kotoran Hasil penelitian yang diuraikan
ditemukan (yang mengandung biji) dari dibawah ini berdasarkan analisis dari 25
pohon induknya sampel kotoran yang berhasil dikumpulkan
7. Usahakan ambil beberapa biji dari dari jalur setapak di kawasan hutan lokasi
pohon yang jenisnya sama dengan biji penelitian sepanjang lebih kurang 3 km.
dalam kotoran yang ditemukan, Dari sampel tersebut dapat ditaksir jenis
ditanam di labora-torium dan sebagian satwa liar yang mempunyai potensi sebagai
ditanam berdekatan dengan lokasi penyebar biji, jenis pakan dan keberhasilan
kotoran yang ditemukan tadi tumbuhnya biji dari kotoran satwa liar.

Jika menemukan jenis-jenis satwa A. Jenis satwaliar potensial


liar seperti burung, monyet, wau-wau dan penyebar biji
lainnya yang pemakan buah, perhatikan
ciri-ciri dan perilaku makannya dan jenis Selama penelitian, tidak terlihat
pakannya, sehingga dapat mencocokan tepatnya kapan satwa liar membuang
dengan jenis dan isi kotoran yang kotorannya. Hal ini dikarenakan hewan
ditemukan. tersebut umum-nya bersifat nocturnal (aktif
Kemudian sampel biji yang pada malam hari) dan sangat sensitive
dikoleksi dari penemuan kotoran di terhadap kehadiran peneliti. Tetapi masih
lapangan di tanam pada cawan petri di beruntung pada saat penelitian pada pagi
laboratorium. Juga ditanam dalam cawan hari dapat terlihat langsung tiga kali satwa
petri , biji jenis yang sama yang diambil liar secara bergerak cepat berada di sekitar
dari pohon. lokasi kotorannya. Berdasarkan ciri –ciri
Amati kecepatan (keluarnya daun yang dicatat dan keadaan ekologinya
pertama dan tinggi / panjang tumbuhan) (seperti pada Tabel 1) dan dicocokkan
pertumbuhan kecambah: biji di cawan petri dengan keadaan kotorannya yang masih
(untuk biji dari kotoran dan biji dari pohon) segar dan komposisinya, maka dapat
dan biji yang ditanam di lokasi penemuan ditaksir bahwa satwa liar tersebut adalah
kotoran (untuk biji asal kotoran dan biji dari: bangsa Carnivora, yaitu musang
asal pohon). Setelah pengum-pulan data di luwak (Paradoxurus hermaphroditus);
lapangan, diharapkan dapat dianalisis: bangsa Primata (Hylobates moloch) dan

Setia TM 3
VIS VITALIS, Vol. 01 No. 1, tahun 2008

bangsa Passeriformes (Pycnonotus sp). membantu kesinambungan tumbuhan di


Walaupun jenis lainnya seperti binturong alam. s
dan musang akar tidak terlihat secara tegas, Dalam penelitian ini terlihat, bahwa
tapi satwa liar tersebut dari hasil penelitian 68 % biji dari jenis tumbuhan Aprika ada
Ario (2002) juga ditemukan di lokasi yang di setiap kotoran. Aprika merupakan
sama dengan lokasi penelitian ini. Juga, makanan kesukaan satwa dari suku
jika dilihat komposisi pakan dalam kotoran Viverridae dan dengan demikian satwa liar
yang ditemukan selama penelitian (Tabel tersebut dapat menjaga keberlangsungan
2), dan dibandingkan dengan data ekologi sumber pakannya sendiri. Selain Aprika
Payne (2000) sangat memungkinkan satwa ada 6 jenis palem yang dimakan buahnya
tersebut ikut berperan dalam penyebaran oleh suku Viverridae dan bijinya
biji di alam. disebarkan melalui kotorannya. Sesuai
Binturong, musang akar dan musang dengan namanya, musang luwak dikenal
luwak aktif mencari makan pada malam juga sebagai common palm civet, hewan
hari. Walaupun termasuk kedalam hewan yang senang dengan jenis-jenis palem
Carnivora (yang pada umumnya jenis-jenis
yang dimasukkan dalam golongan ini C. Penyebaran biji dan lokasi
adalah pemakan daging) tapi khusus hewan kotoran
ini yang masuk suku Viverridae adalah
pemakan buah dan sedikit tambahan Biji yang dikeluarkan melalui kotoran
memakan juga binatang kecil (Tabel 2). pada umumnya akan dapat berkecambah
Buah yang dimakan dipilih buah yang dan tumbuh lebih cepat dari pada biji yang
matang, setelah masuk ke lambung, jatuh langsung dari pohon induk, misalnya
kulitnya tercerna sedang bijinya yang tidak pada biji dari tumbuhan Aprika yang
tercerna dikeluarkan melalui kotorannya. melalui kotoran dapat berkecambah setelah
Owa Jawa dan burung pemakan buah lebih kurang antara 16 hari sampai 30 hari
biasanya memakan buah berdaging, baik sementara biji yang jatuh langsung dari
yang berukuran besar maupun kecil dan pohon induk, ketika diamati hingga 14 hari
bijinya akan dikeluarkan kembali melalui setelah biji dari kotoran berkecambah
kotorannya juga. belum juga ada tanda akan berkecambah.
Demikian juga untuk jenis beringin walen
B. Komposisi pakan dalam kotoran dan jenis lainnya.
Hasil analisis 25 sampel kotoran Cepatnya biji dari kotoran satwa liar
satwa liar seperti tersebut di atas, dapat berkecambah tentunya karena adanya
diketahui bahwa makanan yang dimakan bantuan dari cairan lambung yang
oleh satwa tersebut sangat bervariasi mempunyai pH 2 (Weisz, 1959). Cairan
komposisinya, mulai dari satu macam yang bersifat asam ini dapat membantu
hingga lima macam makanan yang terdiri melunaknya kulit biji yang keras.
dari buah yang mengandung biji berkulit Sebaliknya biji yang jatuh langsung dari
keras, rumput dan binatang avertebrata dan pohon induk, ketika jatuh di tanah masih
vertebrata ukuran kecil (Tabel 2 dan Tabel tertutupi daging dan kulit buah, sehingga
3). Jika dihitung secara keseluruhan, ada masih memerlukan waktu yang lama untuk
26 jenis pakan. Biji merupakan proporsi proses pelepasan dan per-kecambahan.
terbesar dari komposisi pakan dalam Proses percepatan perkecam-bahan
kotoran. Oleh sebab itu penyebaran biji juga sangat dibantu dengan adanya cahaya
oleh hewan melalui kotorannya sangat matahari yang cukup di hutan. Hasil
penelitian menunjukan, bahwa sampel

Setia TM 4
VIS VITALIS, Vol. 01 No. 1, tahun 2008

kotoran satwa liar lebih banyak berada di DAFTAR PUSTAKA


lokasi tanpa naungan kanopi pohon (60%)
dibanding dengan lokasi yang ada naungan Ario A. Laporan Tahunan 2001-2002
(40%). Kotoran ini dapat terlihat misalnya Stasiun Penelitian Bodogol Taman
pada kotoran musang luak yang biasanya Nasional Gede Pangrango. Konsorsium
membuang kotoran di daerah terbuka tanpa TNGP-CIIP-UI-UNESCO), 2002
naungan kanopi pohon di sekitarnya.
Adanya lokasi tanpa naungan di hutan Bouchner M. A Field Guide In Colour To
sangat membantu cahaya matahari Animal Tracks. Silverdale Books,
menembus hutan, sehingga mempercepat 2000, p. 264.
perkecam-bahan. Salah satu keuntungan
Desmukh I. Ekologi dan Biologi Tropika.
penyebaran biji melalui kotoran hewan
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,
adalah adanya sifat hewan yang
1992, h. 521
mempunyai mobilitas berpindah tempat
yang tinggi, sehingga satwa liar dapat Ewusie JY. Ekologi Tropika. Penerbit
makan di suatu tempat dan membuang ITB, Bandung, 1990, h. 369.
kotorannya yang mengandung biji di lokasi
lain yang dipilih. MacKinnon J, Phillips K, van Balen, B.
Burung-burung di Sumatera, Jawa,
Bali dan Kalimantan. Puslitbang
KESIMPULAN Biologi LIPI dan Birdlife, h. 509.
Dari hasil penelitian ini dapat Payne J, Francis CM, Phillips K dan
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Kartikasari SN. Panduan Lapangan:
1. Ada 3 jenis satwa liar yang mempunyai Mamalia di Kalimantan, Sabah,
potensi penyebaran biji melalui Sarawak dan Brunei Darussalam.
kotorannya yaitu: musang luwak Wildlife Conservation Society (WCS)
(Paradoxurus hermaphroditus); owa Indonesia Program, 2000, h.386.
jawa (Hylobates moloch) dan burung
kutilang (Picnonotus sp). Polunin N.Pengantar Geografi Tumbuhan
2. Setiap jenis satwa liar memakan ber- dan Beberapa Ilmu Serumpun. Gajah
variasi sumber pakan mulai dari satu Mada University Press, 1990, h. 138.
sampai lima jenis pakan, terdiri dari
binatang avertebrata; binatang verte- Suhandi AS. Regenerasi Jenis-jenis
brata kecil dan sebagian besar terdiri Tumbuhan yang Dipencarkan Oleh
dari buah berbiji keras. Jenis Aprika Orangutan Sumatera (Pongo pygmaeus
merupakan sumber pakan yang hampir abelii) di Hutan Tropika Gunung
ada di setiap kotoran. Leuser. Skripsi Sarjana Fakultas
3. Biji yang berasal dari kotoran dapat Biologi Universitas Nasional, Jakarta,
tumbuh dan lebih cepat berkecambah 1988, h. 120.
dibanding biji yang jatuh langsung dari
pohon induknya. Weisz PP. The Science of Biology.
McGraw-Hill Book Company, Inc,
New York, 1959, p.796.

Setia TM 5
VIS VITALIS, Vol. 01 No. 1, tahun 2008

Tabel 1. Jenis satwaliar potensial penyebar biji di Bodogol (Ario, 2002 dan Payne dkk, 2000)

No Ordo Suku Jenis Nama Lokal Karakter Ekologi


/ Inggris
1. Arctictis binturong Binturong (Bear KT: 610- Nocturnal; Arboreal
cat) 965 cm / E: dan Terrestrial;
500-840 cm Makanan=buah
matang (terutama
Carnivora Viverridae Ficus spp) dan
binatang kecil; Hutan
tinggi sekunder.
2. Paradoxurus Musang luwak KT: 420- Nocturnal; Arboreal
hermaphroditus *) (Common palm 500 cm / E: dan Terrestrial;
civet) 330-420 cm Makanan=buah, daun,
arthropoda; cacing
tanah; mollusca;
Hutan tinggi sekunder;
kebun
3 Artogalidia Musang akar KT: 440- Nocturnal; Arboreal
trivirgata (Small-toothed 520 cm / E: dan jarang turun ke
palm civet) 480-630 cm permukaan tanah, tapi
gesit; Makanan=buah
dan binatang kecil;
Hutan tinggi sekunder
4 Primata Hylobatidae Hylobates moloch *) Owa jawa (Javan Diurnal; Arboreal;
Gibbon) Makanan= Buah,
daun; serangga
5 Passeriformes Pynonotidae Picnonotus sp *) Burung kutilang Diurnal; Arboreal;
Makanan= Buah-
buahan kecil; serangga
*)
Keterangan: KT = Kepala-Tubuh ; E = Ekor; = Terlihat Ketika Penelitian

Setia TM 6
VIS VITALIS, Vol. 01 No. 1, tahun 2008

Tabel 2. Komposisi pakan yang ditemukan dalam kotoran satwaliar.

No Jenis Pakan Keterangan


1 Aprika
2 Aprika – Rambut mamalia kecil – Jangkrik berupa kepingan kecil
Jangkrik – Rumput congkok kulit;
Rambut berwarna kecoklatan
3 Aprika – Mangga pari - Jangkrik
4 Aprika
5 Aprika – Bingbin besar
6 Aprika – Capituheur – Rumput daun
kecil
7 *) Aprika – Suangkung besar –
Suangkung jambe – Kokosan –
Bingbin batu
8 *) Kondang – Kikacang
9 **) Benalu – Bunga 1 Tidak diketahui jenis bunganya
10 Bambu cangkorek – Rambut mamalia Rambut berwarna kehitaman
kecil dan kaku
11 Beringin walen – sarang tawon Bekas sarang tawon yang
diambil madunya
12 Beringin walen – sarang tawon
13 Aprika – Rumput congkok
14 Biji ? (1) Tidak diketahui jenis bijinya
15 Aprika – Rumput congkok
16 Suangkung kecil
17 Aprika – Bingbin batu
18 Aprika – Suangkung besar – buah Kalajengking terlihat bagian
rotan – kalajengking capit
19 Aprika – Suangkung besar - Bekicot Bekicot berupa pecahan
cangkang
20 Aprika
21 Aprika
22 Aprika
23 Aprika
24 Aprika
25 Biji rotan – Kaliandra – Biji ? (2) - Kepiting berupa pecahan
Kepiting cangkang cephalothorax

Keteranga: *) = dari kotoran Owa Jawa; **) = dari kotoran burung kutilang

Setia TM 7
VIS VITALIS, Vol. 01 No. 1, tahun 2008

Tabel 3. Pengelompokan Jenis pakan

No. Biji dari Biji Tumbuhan Binatang


Tumbuhan Non Palem
Palem
1 Aprika Bingbin besar Kalajengking
2 Kokosan Bingbin batu Kepiting
3 Benalu Suangkung besar Jangkrik
4 Beringin walen Suangkung kecil Bekicot
5 Bambu cangkorek Suangkung jambe Mamalia kecil (rambut
kecoklatan)
6 Kondang Rotan Mamalia kecil (rambut
kehitaman)
7 Kikacang
8 Mangga pari
9 Kaliandra
10 Biji ? (1)
11 Biji ? (2)
12 Bunga ?
13 Capituheur
14 Rumput Congkok
15 Rumput daun kecil

Setia TM 8

Anda mungkin juga menyukai