6.006
Populasi (ind/ha)
5.005
4.004 3.27
0,30
2.90
2,90
3.003
2.002
0.97
0,97
1.001 0.180.36
0,18 0,360.01 0.23
0,23 0.06 0.30
0,30
0.000.00
0,01 0,06
0.000
2000
2000 2002
2002 2004
2004 2006
2006
Tahun
Tahun
owa jawa lutung jawa surili
Owa jawa Lutung jawa Surili
Gambar 2. Populasi satwa primata di Kawasan PPKA-Bodogol
Total Pengunjung PPKA Bodogol Tahun 2000-2006
58 Total
Jurnal Primatologi Pengunjung
Indonesia, PPKA
Volume 7, Nomor Bodogol
2, Desember 2010, p.Tahun
2000-2006 55-59
5000
(orang)
Pengunjung
5000
5.000 4062
Pengunjung
4000 4062
4.062
4000
4.000 3621
3000 3.621
3621 3261
Pengunjung
3.000
3000 3005 3.261
3261
2402
2000 3.005
3005 2.402
2402
2.000 2048
Jumlah
2000
1000 2.048
2048
Jumlah
1.000
1000 757
Jumlah
0 757
757
00 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
2000
2000 2001
2001 2002
2002 2003
2003 2004
2004 2005
2005 2006
2006
Tahun
Tahun
Tahun
Pengunjung
Pengunjung
Gambar 3. Total pengunjung di kawasanPengunjung
PPKA Bodogol tahun 2000-2006
Status Primata di Taman Nasional Gunung data) masih dapat dikatakan baik mengingat owa
Halimun-Salak (TNGHS) jawa yang kehidupanya relatif tergantung pada
Luas areal pengamatan 678,6 ha, mewakili kondisi hutan yang belum terganggu. Jenis Macaca
0,60% luas TNGHS. Populasi satwa primata fascicularis menurut informasi masyarakat setempat
tertinggi di kawasan TNGHS terjadi pada tahun sejak sekitar tahun 1990-an keberadaannya sudah
2003 (Gambar 4). Variasi kepadatan populasi tidak ditemukan lagi di jalur Cikaniki (Tobing 1999).
primata di jalur ekowisata terjadi karena pengunjung Penurunan kualitas habitat menurut Tobing
ekowisata dapat memberikan pengaruh terhadap (1999) dapat mempengaruhi stabilitas populasi
kehidupan liar satwa primata khususnya pada dan perilaku satwa primata. Cara untuk melihat
aktivitas bergerak. Sifatnya yang arboreal dan liar kualitas suatu habitat, yaitu dengan melihat
(sensitif dengan kehadiran manusia) membuat satwa ketersediaan pakan sebagai salah satu fungsi
primata tidak bebas berjelajah untuk mencari pakan daya dukung habitat terhadap satwa yang tinggal
guna memenuhi kebutuhannya. didalamnya. Hasil sensus fruit trail yang dilakukan
Tingginya frekuensi perjumpaan dengan dapat dilihat pada Tabel 1.
satwa primata terutama owa jawa karena lokasi Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat
pengamatan yang merupakan dataran tinggi. Hal populasi satwa primata cenderung lebih tinggi pada
ini sesuai dengan sifat kehidupan owa jawa yang kawasan non-ekowisata. Walaupun jalur ekowisata
hidupnya pada habitat dataran tinggi (Napier dan menyediakan sumber pakan yang cukup besar, satwa
Napier 1985). Kondisi ini dapat menunjukkan bahwa primata lebih memilih kawasan non-ekowisata
GRAFIK POPULASI PRIMATA DI TNGH
sebagian kondisi hutan TNGHS (jalur pengambilan untuk mencari pakannya.
1.60
1,60 1,44
1.44
1.40
1,40
Populasi (ind/Ha)
1,20
1.20
Populasi (ind/ha)
1,04
1.04
1.00
1,00
0.80
0,80
0.60
0,60 0,52
0.52 0.51
0,51
0.35
0,35
0.40
0,40 0,28
0.28
0,20 0,11 0,03 0,13
0.13
0.20 0.11 0,08
0.08
0.03 0.01 0,03
0,01 0.03
0,00
0.00
2002
2002 2003
2003 2005
2005 2006
2006
Tahun
Tahun
owa jawa lutung jawa
Owa jawa Lutung jawasurili Surili
Gambar 4. Populasi satwa primata di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak
5000
Jumlah Pengunjung 4062
Total Pengunjung TNGHS tahun 1998-2005
4000 Basalamah et al., Status Populasi Satwa Primata 59
3621
30006000 3261
6.000 Jumlah Pengunjung (orang) 3005
Jumlah pengunjung
2402
2000 5000
5.000
4000
4.000 2048
10003000
3.000
757
02000
2.000
1000
1.000
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
0 0
1998 1999 2000 Tahun
2001 2002 2003 2004 2005
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Tahun
Tahun
Pengunjung
Pengunjung
Gambar 5. Total pengunjung di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak tahun 1998-2005
Pengujung
Tabel 1. Kelimpahan buah berdasarkan fruit Daftar Pustaka
trail di Taman Nasional Gunung
Chivers DJ. 1972. The Siamang and Gibbon in
Halimun-Salak
Malayan Peninnsula. Di dalam Gibbon dan
Kelimpahan Buah (buah/ha) Siamang eds) Basel, Karger, Vol. 1.
Tahun Kappeler M. 1981. The Javan Silvery Gibbon
Jalur Cicemet Jalur Cikaniki
(Hylobates moloch): Habitat, distribution
2003 217,4 106,9 numbers. Zoological Institute of Basel
2005 167,6 210,9 University, Basel.
Napier JR, Napier PH. 1985. The natural history
Simpulan of the primates. Walsworth Publising Co. USA.
Supriatna J, Hendras E. 2000. Panduan Lapangan
Estimasi kepadatan populasi satwa primata
Primata Indonesia. Yayasan Obor Indonesia,
yang berfluktuasi di kawasan PPKAB-TNGP dan
Jakarta.
TNGHS masih sulit menggambarkan meningkat
Tim Biological Scince Club (BScC). 1992.
atau tidak populasinya. Namun, tekanan gangguan
Proceding dan Resume. Workshop Persiapan
yang ada, baik efek pengunjung ataupun kondisi
Organisasi dalam Pengelolaan Taman Nasional
habitat yang mengalami perubahan dapat diduga
Gunung Halimun. BScC-KLH-PHPA-
memengaruhi menurunnya populasi satwa primata
BADRENA. Jakarta.
di dua kawasan taman nasional tersebut.
Tobing ISL. 1999. Pengaruh perbedaan kualitas
habitat terhadap perilaku dan populasi primata
Ucapan Terima Kasih
di Kawasan Cikaniki TNGH Jawa Barat,
Terima kasih kami ucapkan kepada Balai Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor,
Taman Nasional Gunung Halimun-Salak dan Balai Jurusan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Fakultas Lingkungan, Bogor.
Biologi Universitas Nasional, Tatang Mitra Setia, Van Schaik, Azwar CP, Priatna D. 1995.
Sri Suci Utami Atmoko, Imran S. L. Tobing, seluruh Population estimates and habitat preferences of
anggota aktif dan senior “LUTUNG” Forum Studi orangutans based on line transects of nests (eds.
Primata serta seluruh staf PPKA Bodogol yang telah R.D. Nadler, B.M.F. Galdikas, L.K. Sheeran, N.
banyak membantu dalam pelaksanaan kegiatan. Rosen). In: The Neglected Ape. Plenum Press,
New York, pp. 129-147.
Wilson CC, Wilson WL. 1976. Year Book of
Physical Anthropology (In Press).