Oleh
Kelompok 2
Monica f prahamesti
2014151043
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2022
I. PENDAHULUAN
Manajemen hidupan liar adalah pengelolaan satwa yang baik secara in situ
maupun ex situ dengan menerapkan konsep konservasi. Manajemen hidupan liar
juga bertujuan untuk melindungi serta meelstarikan satwa liar serta habitatnya
dalam menjaga keseimbangan alam. Kemudian, dalam pengelolaan hidupan liar
itu sendiri terdapat interaksi antar satwa diantara interaksi yang merugikan,
menguntungkan bahkan tidak saling mempengaruhi antara keduanya. Dalam suatu
Ekosistem pada sebuah kawasan terdapat interaksi yang terjadi dan saling
berkaitan dengan kebutuhan hidupnya, misalnya interkasi primer yaitu mencari
makan (Maknun, 2017).
Satwa liar merupakan salah satu bentuk kekayaan alam dan keanekaragaman
sumber daya alam hayati. Kerusakan habitat dan aktifitas manusia merupakan dua
faktor yang mempengaruhi terjadinya penurunan populasi satwa liar. Satwa liar
merupakan sumberdaya alam yang termasuk ke dalam golongan yang dapat
diperbaharui. Jumlah satwa liar pada habitatnya di alam bebas (hutan), merupakan
salah satu bentuk kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alam hayati, karena
itu perlu dilakukan perlindungan dan pelestarian alam. Untuk dapat melakukan
perlindungan dan pelestarian perlu diketahui jumlah dan sebarannya pada habitat
satwa liar (Fandy, 2020).
Satwa merupakan sebagian sumber daya alam yang tidak ternilai harganya,
sehingga kelestariannya perlu dijaga agar tidak punah baik karena faktor alam,
maupun perbuatan manusia seperti perburuan, dan kepemilikan satwa yang tidak
sah. Menurut Pasal 1 ayat 5 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Satwa adalah semua
jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di
udara.
Sedangkan yang dimaksud dengan Satwa liar dalam pasal 1 ayat 7 Undang -
Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya adalah semua binatang yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau
di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun
yang dipelihara oleh manusia, selain itu juga satwa liar dapat diartikan semua
binatang yang hidup di darat dan di air yang masih mempunyai sifat liar, baik
yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia.
Taman Nasional Way Kambas adalah satu dari dua kawasan konservasi yang
berbentuk taman nasional di Propinsi Lampung selain Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan. Yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor 670/Kpts-II/1999 tanggal 26 Agustus 1999, kawasan TNWK mempunyai
luas lebih kurang 125,631.31 ha. Taman Nasional Way Kambas juga merupakan
taman nasional perlindungan gajah yang terletak di daerah Lampung tepatnya di
Kecamatan Labuhan Ratu, Lampung Timur, Indonesia. Selain di Way Kambas,
sekolah gajah (Pusat Latihan Gajah) juga bisa ditemui di Minas, Riau. Gajah
Sumatra (Elephas maximus sumatranus) yang hidup di kawasan ini semakin
berkurang jumlahnya (Pramono dkk., 2020).
Taman Nasional Way Kambas berdiri pada tahun 1985 merupakan sekolah gajah
pertama di Indonesia. Dengan nama awal Pusat Latihan Gajah (PLG) namun
semenjak beberapa tahun terakhir ini namanya berubah menjadi Pusat Konservasi
Gajah (PKG) yang diharapkan mampu menjadi pusat konservasi gajah dalam
penjinakan, pelatihan, perkembangbiakan dan konservasi. Hingga sekarang PKG
ini telah melatih sekitar 300 ekor gajah yang sudah disebar ke seluruh penjuru
Tanah Air. Taman nasional way kambas Berada pada ketinggian antara 0—50
mdpl dengan topografi datar sampai dengan landai, kawasan ini mempunyai 4
(empat) tipe ekosistem utama yaitu Ekosistem hutan hujan dataran rendah,
Ekosistem riparian, Ekosistem hutan pantai, dan Ekosistem hutan mangrove
(Pramono dkk., 2020).
Manajemen hidupan liar adalah pengelolaan satwa yang baik secara in situ
maupun ex situ dengan menerapkan konsep konservasi. Manajemen hidupan liar
juga bertujuan untuk melindungi serta meelstarikan satwa liar serta habitatnya
dalam menjaga keseimbangan alam. Kemudian, dalam pengelolaan hidupan liar
itu sendiri terdapat interaksi antar satwa diantara interaksi yang merugikan,
menguntungkan bahkan tidak saling mempengaruhi antara keduanya. Dalam suatu
Ekosistem pada sebuah kawasan terdapat interaksi yang terjadi dan saling
berkaitan dengan kebutuhan hidupnya, misalnya interkasi primer yaitu mencari
makan (Maknun, 2017).
Habitat adalah sebuah kawasan yang di dalamnya terdapat dua komponen penting
yakni Biotik dan Abiotik. Dari kedua komponen tersebut terjadi sebuah satu
kesatuan dan dipergunakan oleh makhluk hidup sebagai tempat tinggal,
berekmbang biak, maupun berintreaksi satu sama lain serta sebagai tempat untuk
mencari makan. Interaksi mahkluk hidup juga tergantung bagaimana kondisi dari
kawasan yang ada, Interaksi antar makhluk hidup berguna dalam menjaga
keseimbangan ekosistem di habitat tersebut (Anggrita, et al., 2017).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Alat yang digunakan pada praktikum turun lapang kali ini yaitu ATK, cangkul,
dan camera trap. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu bibit dan pupuk.
1. Disiapkan jarak tanam yang sesuai agar pertumbuhan antar tanaman tidak
saling mengganggu dan telah ditandai dengan ajir.
2. Dilakukan pengambilan bibit yang sesuai siap tanam.
3. Buat lubang dengan menggali menggunakan cangkul yang telah disiapkan,
dan buat lubang menyesuaikan bibit yang akan ditanam.
4. Setelah lubang siap, lepas polybag dari bibit dan campurkan tanah dengan
pupuk.
5. Setelah itu timbun akar bibit dengan tanah yang telah dicampur pupuk tadi
sampai rata dengan kondisi lahan
6. Letakkan ajir dekat dengan bibit agar tetap tegak.
Pada hari kedua, dilakukan kegiatan pemberian materi dari pihak Taman Nasional
Way Kambas dan Allert yaitu mengenai penggunaan camera trap yang berlokasi
di rumah sakit gajah. Pemasangan kamera trap atau kamera penjebak ini adalah
kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui keberagaman jenis satwa di hutan.
Dimana Kamera jebak atau camera trap adalah perangkat optik otomatis yang
mampu untuk memberikan informasi, baik visual maupun audio-visual. Camera
trap umumnya digunakan untuk monitoring satwa liar di lapangan, yang
membutuhkan perlindungan dari cuaca ekstrem, untuk kondisi ekstrem kamera
trap didukung dengan bahan anti air dan benturan.
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saaran
Fandi, P., Tasirin, J.S., Pollo, H.N. 2020. Kelimpahan Jenis Satwa Liar Dengan
Menggunakan Kamera Jebakan Di Cagar Alam Gunung Ambang.
Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Pramono, S., Ahmad, I., Borman, R.I. 2020. Analisis potensi dan strategi
pengembangan ekowisata di kawasan penyangga Taman Nasional Way
Kambas. Jurnal Ekowisata Lanskap. 1(1) : 57-67.
Pramono, S., Ahmad, I., & Borman, R. I. 2020. Analisis potensi dan strategi
penembaan ekowisata daerah penyanga Taman Nasional Way Kambas.
Jurnal Teknologi Dan Sistem Informasi. 1(1) : 57-67.