Oleh/By :
ABSTRAK
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan jenis satwa yang tidak dilindungi, termasuk dalam kategori
satwa Apendiks II CITES dan merupakan salah satu jenis satwaliar yang terdapat di kawasan Suaka Margasatwa
mangrove Muara Angke. Namun saat ini pada habitat primata tersebut semakin menyempit dan terisolasi diantara
kawasan pemukiman di sekitar Muara Angke. Kondisi ini mengakibatkan terganggunya kestabilan ekosistem
mangrove dikawasan tersebut dapat berdampak pada menurunnya daya dukung habitat monyet ekor panjang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola adaptasi kelompok monyet ekor panjang di kawasan hutan
mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke. Metode yang digunakan adalah transek dengan lebar jalur tetap (Fixed-
width transects), dan Scan Sampling Method.. Hasil dari penelitian diketahui bahwa terdapat 3 kelompok monyet
ekor panjang di SM Muara Angke dan berdasarkan struktur umurnya mempunyai komposisi yang berbeda. Rata-rata
populasi tiap blok untuk kelompok darmaga sebanyak 24 ekor, kelompok sungai sebanyak 31 ekor dan kelompok
pagar sebanyak 35 ekor. Monyet ekor panjang di SM Muara Angke mempunyai kemampuan beradaptasi dengan
perubahan kondisi habitatnya terhadap pola penggunaan waktu aktivitas harian. Perhitungan analisis vegetasi di SM
Muara Angke untuk tingkat anakan, tiang dan pohon menunjukkan bahwa vegetasinya cukup rapat, tetapi frekuensi
vegetasi di kawasan tersebut terbilang rendah yang menyebabkan sumber pakan menjadi tersebar . Sebagian besar
masyarakat mengetahui permasalahan monyet ekor panjang, intensitas konflik tersebut jarang terjadi. Monyet ekor
panjang mencari pakan lain keluar kawasan hutan diantaranya menghampiri rumah masyarakat yang terdapat
tanaman buah, ke tempat sampah dan masyarakat sering memberi makan monyet ekor panjang. Upaya yang telah
dilakukan yaitu pengelola kawasan hutan telah memasang papan-papan himbauan dan melakukan sosialisasi
terhadap pengunjung.
ABSTRACT
The long-tailed monkey (Macaca fascicularis) is an unprotected species, included in the CITES
Appendix II category and is one of the wildlife species found in the Muara Angke mangrove
reserve. However, currently the primate habitat is getting smaller and more isolated among the
residential areas around Muara Angke. This condition results in disruption of the stability of the
mangrove ecosystem in the area which can have an impact on decreasing the carrying capacity
of the long-tailed monkey habitat. The purpose of this study was to determine the adaptation
pattern of long-tailed monkey groups in the mangrove forest area of Muara Angke Wildlife
Reserve. The methods used are fixed-width transects, and Scan Sampling Method. The results of
1
Alumnus Fakultas Kehutanan, Universitas Nusa Bangsa; E-mail : deasoniafiranty@yahoo.com
2
Dosen Fakultas Kehutanan, Universitas Nusa Bangsa Bogor
3
Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi/ Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa; E-mail:
sofianiskandar@yahoo.com
this study show that there are 3 groups of long-tailed monkeys in Muara Angke Wildlife Reserve
and based on their age structure, they have different compositions. The average population of
each block for the darmaga group is 24 individuals, for the river group as many as 31
individuals and for the fence group as many as 35 individuals. The long-tailed monkeys in
Muara Angke Wildlife Reserve have the ability to adapt to changes in habitat conditions to the
usage patterns of daily activity time. The calculation of vegetation analysis in Muara Angke
Wildlife Reserve for the level of tillers, poles and trees shows that the vegetation is quite dense,
but the frequency of vegetation in the area is relatively low which causes food sources to be
scattered. Most of the people are aware of the problem of long-tailed monkeys, the intensity of
this conflict rarely occurs. Long-tailed monkeys look for other food outside the forest area,
including approaching community houses where there are fruit plants, to trash bins and people
often feeding long-tailed monkeys. Efforts that have been made include forest area managers
that have installed warning boards and conducted outreach to visitors.
E. Kerangka Pemikiran
Adapun kerangka pemikiran dalam
penelitian “Populasi dan Perilaku Adaptasi
kelompok Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) Pada Habitat Hutan Mangrove di
Suaka Margasatwa Muara Angke, Jakarta”
disajikan pada Gambar 1.
50m
Gambar 2. Jalur Transek Dengan Lebar Jalur Tetap
2. Pengamatan aktivitas harian dilakukan dilakukan dengan sensus atau total sampling
dengan metode Scan Sampling Method, (Hasan, 2003).
yaitu mengamati aktivitas dan perilaku 4. Ekologi habitat mencakup komposisi dan
kelompok satwa (Altmann, 1974) terhadap struktur vegetasi, serta potensi. Pengambilan
aktivitas makan, bergerak, sosial dan data vegetasi yaitu kombinasi metode jalur
istirahat. dengan metode garis berpetak dengan
3. Wawancara dilakukan secara langsung intensitas sampling 5%. Ukuran petak
kepada Pengelola Kawasan Hutan Angke contoh untuk tingkat semai adalah 2 m x 2
Kapuk. Kuisioner untuk mendapatkan m, pancang 5 m x 5 m, tiang 10 m x 10 m
informasi tentang potensi konflik monyet dan pohon 20 m x 20 m. Bentuk jalur
ekor panjang kepada masyarakat yang inventarisasi tumbuhan disajikan pada
berbatasan langsung dengan kawasan hutan, Gambar 3.
10 m
D
Arah rintis
C
A
B
10 m
10 m 10 m
Keterangan : A : 2 m x 2 m C : 10 m x 10 m
B : 5 m x 5 m D : 20 m x 20 m
Berdasarkan tabel diatas, terdapat tiga kelompok Menurut Santosa (1993), seks rasio
monyet ekor panjang di Suaka Margasatwa merupakan suatu perbandingan antara jumlah
Muara Angke yaitu kelompok darmaga, jantan potensial reproduksi terhadap banyak
kelompok sungai dan kelompok pagar. betina potensial reproduksi (seks rasio spesifik).
Pengamatan yang dilakukan terhadap Identifikasi jenis kelamin populasi
struktur umur Monyet ekor panjang kelompok monyet ekor panjang di kawasan Suaka
darmaga diantaranya terdapat bayi 2 ekor Margasatwa Muara Angke hanya dilakukan pada
(8,33%), anak 7 ekor (29,17 %), muda 6 ekor kelas umur dewasa dan muda, sedangkan kelas
(25%), dewasa 9 ekor (37,50 %), kelompok umur anak dan bayi tidak dilakukan karena
sungai diantaranya terdapat bayi 5 ekor mengalami kesulitan. Dengan demikian,
(16,13%), anak 9 ekor (29,03 %), remaja 9 ekor penyajian komposisi jenis kelamin monyet ekor
(29,03%), dewasa 8 ekor (25,81%), kelompok panjang pada ketiga kelompok tersebut hanya
pagar diantaranya terdapat bayi 5 ekor (14,29%), terbatas pada kelas umur dewasa dan muda.
anak 12 ekor (34,29%), muda 8 ekor (22,85%), Hasil pengamatan seks rasio ketiga kelompok
dewasa 10 ekor (28,57%). monyet ekor panjang disajikan pada Tabel 2.
B. Saran
1. Upaya pencegahan terjadinya kontak
langsung antara kelompok monyet ekor
panjang dengan manusia sangat diperlukan,
misalnya memagari kawasan hutan dengan
pagar beraliran listrik rendah dan penjagaan
yang lebih ketat dari polisi hutan.
2. Penggunaan tempat sampah yang terbuka di
dalam kawasan hutan dapat memungkinkan
monyet ekor panjang meraih sampah di
dalamnya, maka sebaiknya digunakan tempat
sampah yang tertutup.
3. Sosialisasi rutin minimal sebulan sekali
kepada masyarakat atau pengunjung.
DAFTAR PUSTAKA