Anda di halaman 1dari 11

WEBINAR SERIES 1

Pembicara bapak Dhidhit Suryono, S.Hut Kepala Seksi Perencanaan dan Pemanfaatan Balai
Taman Hutan Raya K.G.P.A.A Mangkunagoro I
Pengelolaan Taman Hutan Raya KGPAA Mangkunagoro I
Tahura (Taman hutan raya) merupakan kawasan pelestarian alam di Kawasan
Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah yang bertujuan untuk koleksi tumbuhan dan
satwa. Kawasan tahura dibagi menjadi blok perlindungan, rehabilitasi, blok koleksi, blok
pemanfaatan, dan blok lainnya (religi, budaya dan sejarah).
Dasar hukum dalam melaksanakan pengelolaan di Tahura yaitu Peraturan gubernur
jawa tengah nomor 24 tahun 2018 ( organisasi dan tata kerja dinas lingkungan hidup dan
kehutanan prov jateng), peraturan daerah prov jateng no 3 tahun 2011 (pengelolaan taman
hutan raya mangkunagoro 1 prov jateng), peraturan gubernur jateng no 4 tahun
2017(perubhan tarif retribusi daerah prov jateng).
Asas pengelolaah tahura manfaat dan lestari, kerakyatan,keadilan, kebersamaan,
keterbukaan dan keterpaduan. Pengelolaan tahura memiliki maksud untuk terselenggaranya
pengelolaan tahura yang optimal berdasarkan fungsinya, yaitu sebgaai perlindungan sistem
penyangga khidupan, pengawetan keanekaragaman jensi tumbuhan dan satwa, serta
pemanfaatan secara lestarai sumbuerdaya alam hayati dan ekosistemnnya. Yang
diimplementasikan kedalam (perencanaan,pemeliharaan,pemnafaatan,pengembanga,
rehabilitasi dan perlindungan) brupa kegiatan pencegahan,penanggulangan dan pembatasan
kerusakan kawasa tahura, pengamanan kawasan,pengawetan tumbuhan,satwa serta
habitatnya, pemulihan ekosisten, pemanfaatan jasa lingkungan, kerjasama dalam
penyelenggaraan pengelolaan kawasan dll.
Pengembangan Tahura direncanakan untuk memperluas kawasan yang pengaruhi oleh
Desakan masyarakat agar kawasan gunung lawu menjdai taman nasional dan taman budaya,
semakin menurunnya kondisi tutupan hutan pada DAS Bengawan solo, hutan konservasi di
jateng yang masih sangat kecil hanya sekitar 2,39% dari lua hutan jateng, semakin
meningkatnya tekanan terhadap keanekaragaman hayati serta ekosistem seiring pertambhan
penduduk, perubahan dungsi hutan lindung menjadi hutan konservasi dapat meningkatkan
peran pemerintah daerah dan masyarakat dlam upaya konservasi sumber daya alam dan
ekosistemnya.
Pembicara bapak Riszki Is Hardianto, S.Hut Staf Perlindungan Spesies- Direktorat
Kehutanan Yayasan Auriga Nusantara.
Analisa Data Monitoring Badak dan Mamalia Besar Lainnya
Survey merupakan nilai ajaran satwa liar dapat termasuk kelimpahan dan status di suatu
daerah pada waktu tertentu. Sedangkan monitoring itu sama dengan survey hanya saja
pelaksanaaknnya lebih ke perubahan temporal dari populasi untuk mengatahui update (ada
perubahan pertambahan atau penyusutan dll). Pengelolaan satwa liar upaya yang dilakukan
untuk menyeimbangkan apa yang dibutuhkan untuk menjaga populasi satwa liar yang ada
supaya tidak terjadi kepunahan.
Perlu dilakukannya survey dan monitoring pada satwa liar
Orang utan yang ada di sumatera dan kalimantan , harimau sumatera, badak
sumatera, gajah sumatera mrupakan contoh dari satwa yang kondisinya sudah critically
endangered menurut usn. Untuk Harimau sumatera yang semula sekitar 1100an pada tahun
1972 hingga tahun 2019 hanya sekitar 371 (traffic). Badak sumatera semula 536 pada tahun
1991 sampai tahun 2015 hanya sekitar kurang dari 100 individu. Orang utan masih cukup
banyak tetapi untuk kepadatan polulasinya dari 0,95 ind/km2 tahun 2004 hingga tahun 2016
sekitar 0,67 ind/km2. Gajah sumatera semula 2800-4800 individu tahun 1985 hingga tahun
2021 hanya sekitar 924-1359 individu saja. Kematian gajah pertahun sebanyak 70-76 atau 6/
bulan.
Tujuan monitoring
Pengelolaan populasi
Populasi tinggi dengan dipanen/dikendalikan
Populasi rendah dengan pemulihan
Menilai dampak pengelolaan kawasan
Memahami ekologi satwa : kebutuhan habitat, interkasi dengan daktor lingkungan dan
jenis lainnya, ancamannya.
Seitiap stwa memikiki STRAK (Strategi dan Rencana Aksi Konservasi) ada dilevel
nasioanal dan daerah juga untuk protokol mitigasi konflik.
Aspek yang deperhatikan dalam monitoring
Siklus dan aspek kunci monitoring
Penetuan parameter polulasi meliputi distribusi,ukuran dan struktur, demografi,
kekerabatan dll, lalu akan dilakukan estimasi parameter secra berkala, lalu kemampuan
mendeteksi perubahan yang terjadi, setelah semua data diadaptkan maka akan ditentukan
pengelolaan yang lebih efektif untuk satwa tersebut, lalu dilanjutkan dengan strategi
pengelolaan satwa, lalu saat strateginya sudah berjalan maka kembali lagi ke penentuan
parameter populasi begtu seterusnya.
Siklus monitoring 6 tahapan
Target monitoringnya apa
Design monitoring
Observsi di lapangan seperti apa
Reporting
Komunikasi dengan pihak terkait
Manage lalu di evaluasi lalu dilakukan target monitoring begitu pula sterusnya
Teknik survey monitoring dan analisa. Metode survey/ monitoring satwa liar antar
lain : occupancy, CMR, Tracking (gps scholar,cips), Trajectory (mengikuti satwa), CamTrap
serta DNA (lewat kotoran).
Pendekatan survey yang biasa diterapkan untuk mamalia besar
Okupansi mengetahui sebaran satwa dengan lebih meyakinkan. Mengetahui faktor
menyebabran stawa.
Cmr capture- (mark)-recapture
Dapat menghasilkan estimasi jumlah individu, menghitung peluang deteksi, untuk
estimasi populasi leih akurat karena dilakukan pengulangan
Monitoring populasi multi-teknik
Kamera jebak, dna fekal
Camera trapping merupakan metode dengan bantuan alat berupa kamera yang
diletakan di lapangan yang cukup efektif untuk melakukan monitoring satwa liar.
Petimbanga saat memilih teknik monitoring, yaitu tujuannya, jenis satwa yang
ditargetkan, kondisi medan/ habitat, sumberdaya (manusia,dana dan infrastruktur), akurasi
dan presisi dari power analysis.
Kesalahan umum monoring
 Tidak tahu alasan dan tujuan monitoring
 Tidak bisa membayangkan bagaimana data selnjutnya akan dianalisa,
 Meneliti di satu tempat besar bukan banyak tapi kecil
 Tidak jujur menjelaskan metode yang digunakan
 Pengambilan sampel tidak sistematis
 Langsnng mempercayai hasil, yang bisa saja ada bias atau ketidak tepatan
yang harus dilakukan evaluasi.
 Bereksperimen tapi tidak di “kontrol”
 Tidak menyimpan dan mengelola data dengan baik
 Mengambil smapel jauh leebih banyaj
 Berasumsi bahwa efisiensi samping sma tiap tipe habitat
WEBINAR SERIES 2
Pembicara Bapak Enggal Primananda dari Pusat Riset konservasi Tumbuhan dan
Kebun Raya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
Pengenalan Flora Pegunungan dan Teknik Pengambilan Spesimen
Indonesia merupakan pusat keanekaragman hayati tebesar dunia setelah brazil dan
Colombia dengan tingkat edemisitas tinggi untuk angispremae sekitar >95% yang ada
didunia, yaitu sebesar sekitar 258.000 jenis. Indonesiam meyumbangakan sebasar 24.632
jenis sekitar 9,5%. Untuk record penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan dan jamur di
indoensi terbesar di pulai jawa dan terkcil di Indonesia bagian timur (lesser sunda, maluku
dan papua).
Alur perjalanan rimbawan dan botanis di plaui jawa
1. Tahun 1777, oleh Cari P. Thunberg (Swedia) selama 6 bulan,
2. Tahun 1783 atau 1784 oleh Claes F. Hornstedt swedia
3. Tahun 1786, oleh Fransisco de Norona spanyol selama 3-4 bulan koleksinya
hilang
4. Tahun 1795 oleh Louis A. Deschamps perancis selama 3 tahun saat ke pulang
koleksinya dirampas oleh angkatan laut inggris.
5. Tahun 1805 oleh Louis T. Lechenault perancis
6. Tahun 1810 oelh Thomas Jorsflied amerika
7. 18 Mei 1817 oelh s’-Lands Plantentuin
8. Tahun 1818 oleh Carl L. Blume jerman
9. Tahun 1835 oleh Franz W. Junghuhn
10. Tahun 1842-1848 oleh Heinrich Zollinger swiss
Urgensi pengelolaan hutan pegunungan
 Sebagian besar pegunungan adalah kawan konservasi dan atau hutan lindng
 Di daerah padat penduduk seperti pulau jawa, hutan yang masih ada dan utuh
sebgaaian besar berada di gungung
 Banyak masrakat yang terikat dengan gungung
 Tangkapan utama hutan gunung yaitu air bersih
 Habitat yang masih utuh juga terdapat di hutan gunung
 Gunung menyajikan destinasi wisata yang indah dan menggungha adrenalin
 Banyaj dari kawasan hutan gungung yang memiliki kekhasan flora dn fauna
yang endemik
Indonesia menenpati urutan ke7 untuk banyaknya jumlah tumbuhan yang terncam
kepunahan. Status konservasi tumbuha di Indonesia yang termauk kedalam
Kategori EX extinct/ punah contohnya dari famili Zingiberaceae spesies Etlingera
heyneana
Kategori EW punah dialam tetapi masih di ex situ atau dibudidayaakan di
masyarakat. Contohnya dari famili Zingiberaceae spesies Amomum sumatranum
dan dari famili Anacardiaceae spesies mangifera casturi dan mangifera
rubropetala
sedangkan berdasarkan pulau2, jumlah tumbuhan yang terancam punah paling
banyak di pulai kalimantan lalu disusul sumatera, papua, jawa, sulawesi,
maluku,lesser sunda dan bali.
Tumbuhan yang berada dikawasan gunung lawu terdiri dari 116 famili terdiri dari
196 genus. Famili yang paling banyak diungkap yaiutu Orchidaceae (tumbuhan
anggrek). Potensi anggreknya ada 11 genus dan 13 spesies.
Tujuan pembuatan spesimen herbarium untuk mengidentifikasikan tumbuhan
karena bebrapa spesies akan terlihat karakternya saat kering, banya taksonom
yang bekerja dengan herbairum, untuk membuktikan hasi penelitian yang
dilakukan, pengelompokan /klasifikasi yang dapat berubah pada suatu taksa.

Koleksi, direkomendasikan memilih spesimen dengan bagian2 lengkap dalam satu bagian
agar mudah untu mengidentifikasinya.
Tahapan membuat herbairum
1. Menganmbil spesimen ranting yang terbaik dan lengkap
2. Meletakan herbarium dengan hati2 dengan permukaana daun adaa
yang dibalik.
3. Llau disusun dan dipress dan dilakukan pengovenann.
untuk koleksi basah menggunakan alkohol yang sebelumnya
didokumentasikan terlebih dahulu.
Pembicara Bapak Arie Fajar Septa Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Prov Jakarta,
Kasi Konservasi Sumberdaya Hutan dan DAS
Pengelolaan Hutan Mangrove di Jakarta
Sejarah kawasan hutan jakarta
1. 1928 sk gubernur jenderal no 5
2. 1939 sk gubernur jenderal no 24, luasnya 1.133,79 ha
3. 1977 sk menteri pertanian no 161 1.
4. Smpe 2015 sk menteri LHK no 452 dan 428 434,62 ha
Untuk dinas pertamanan dan hutan kota prov jakarta mendapatkan hak
pengelolaan di hutan produksi 158,35 ha dan hutan lindung 44,76 ha.
Dasar hukum yang menjadi pedoman dalam mengelola kawasan hutan mangrove
yaotu
 Uu no 23 tahun 2014
 Perpres no 73 2012 stratei nasional pengelolaan ekositem mangrove
 Kepres no 24 2018
 perda no 1 2012
 Perda no 1 2018
 Masterplan pesisir jakarta, berisi wajah baru pesisir jakarta
Pengelolaan mangrove di jakarta mencakup kegiatan
penanaman/pemeliharaan, pengamanan kawasa, pelayanan masyarakat, yang
bertujuan untuk pemulihan ekosistem, mitigasi.adaptsi perubahan iklim,
kesejaterahan masyarakat. Pusat edukasi dan informasi satwa liar, kegiatan
mitigasi terhadap konflik satwa. Adanya ekowisata mangrove yang tadinya
berasal dari standart untuk pengelolaan hutan mangrove.
Jenis jenis mangrove yang ditanam di hutanm angrove jakarta antara
lain yaitu Avicennia alba, marina, Bruguiera, Sonneratia alba, Rhizophora
stilosa, mucronata,apiculata. Paling dominan jenis Rhiziphora.
Metode penanaman
 Secara konvensional, penanaman langsung bibit yang telah tumbuh daun
sekitar 2 buah, pada saat ketinggian air 30-50 cm
 Guludan relatif mahal, Relatif banhak kedalaman 2-3m, membuat
guludan2 yang berasalh dari cerucuk bambu yang kemudian diisi tanah
lalu dilakukan pengerasan dengan karung, llau diatasnya diletakan tanah
merah (tanah biasa) setelahnya baru dilakukan penanmana. Untuk
presentase pertumbuhan dengan metode ini biasa mencapai 80-90%.
Untuk mensiasati biaya yg cukup besar hutan mangrove dijakarta bekerja
sama dengan perusahan2 swasta.
 Rumpun berjarak, dikawasan pesisir yang langsung berbatasan dengan
laut. Dilakukan penanaman dengan rumpun2 yang berjarak untuh menahan
gelombang air laut yang cukup kuat.
 Slongsong, kedalaman 2-3 meter, dengan ujung ditanamkan slosong
bambu dengan diamter smpe 10 cm, yang bawahnya dilubangi dengan
tujuan untuk akar tumbuh,lali dobagian atasnya di letakan tanah merah
sebagai media tumbuh mangrove.
Jenis2 flora di kawasan hutan mangrove jakarta antara lain Nipah, Api2,
Pidada, Bakau. Sedangkan untuk faunanya ada berbagai macam burung, makaka,
ular, kadal air, buaya muara.
Hambatan dn permasalahan yang dialami
 Kondisi tempat tumbuh, yang bisa mencapai 2-3 m
 Pencemaran air dan sampah
 Konflik satwa dengan masyarakat
 Hutan mangrove tersekat oleh seperti jalan tol,kanal dan SUTET
 Tekanan penggunaan lain, sperti pembangunan jalan tol, dan
pembangunan2 lainnya.
 Biaya pemeliharaan sarana prasarana yang tinggi
Rencana MANGROVE ECOSYSTEM RESTORATION ALLIANCE (MERA)
MOU 3 pihank dari yayasan konservasi alam nusantara, BKSDA,DINAS.
Untuk runag lingkupnya, penelitian pengembangan, restorasi mangrove,pemberdayaan
masyarakat dll, untuk pendanaan dari pihak YKAN akan menginisiasi aliansi pendanaan dari
beberapa perusahan2 besar yang diharapkan tercovernya biaya dalam jangka waktu 5 tahun.
Potensi pengembangan yaitu jasa lingkungan/wisata aam,pusat studi mangrove,
dan perluasan di luar kawasan hutan.
SEMINAR SERIES 3
Pembicara Bapak Dr. Sony Trison, S. Hut., M.Si., IPU (Dosen Fakultas
Kehutanana dan Lingkungan IPB)
Peranan Perhutanan Sosial dan HHBK dalam Kesejahteraan Masyarakat
Perubahan pengelolaaan hutan memiliki perubahan yang dinamis. Hal menjadi bahan pikir
faktor dilapangan fenomenda yang ada skrng harus menjadi bahan pemikiran kita sebagai
rimbawan. Sebagai rimbawan harus memiliki paradigma/pemikiran komprehensif dan utuh
tentang pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan pengelolaan berbasis paradigma social
forestry.
Upaya pengembangan agrofestry memiliki persoalan2 tentang terbatasnya dukungan
kabijakan dan kemauan politik pemerintah.
Rekapitulasi dari lhk tentang berbagai macam hhbk sebagai contoh kopi,aren,madu,kayu
putih,agroforestry (jagung,kacang,padi,cabe)dll.
Kondisi aktual usaha perhutanan sosialserta kelemahannya (rendahnya kualitas mengelola
usahatani agroforestry,lamahnya kapitas kelembagaan petani,terbatasnya akses petani) dapat
ditekan oleh sinergi agribisnis dan perhutanan sosial.
Dasar pengembangan kawasan perhutanan sosial berbasis cluster kepokm usaha perhutanan
sosial: fokus komoditas, lokasi, integrasi sistem agroforestry bisnis, korporasi petani KUPS).
Lima elemen utama korporasi cluster kups: konektivitas kemitraan,konsolodasi petani
kups,aksesbilitas,terintegrasi dan moderanisasi agroforestry.
Juga Perlu diadakannya pengembangan kawsan perhutanan sisual berbasis cluster kups yang
bertujuanmeingkatkan produktivitas, skala ekonomi serta pendapatan petani dengan contoh
penerapan it, kemudahan akses pembiayan, dukunga logistik dll.
Pembicara Yumantoko, S.Sos., M.A. (Balai Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu BPPTHHBK, Mataram)
Pengenalan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
BPPTHHBK berlokasi di pulau lombok, ntb,
HHBK merupakan produk geogoli selain kayu yang berasal dari hutan. Hasil
hutan hayati nabati maupun hewani serta produk turunan dan budidaya kecuali
kayu yang berasal dari hutan. Sejarah pemanfaatan hhbk mulai dari masyarakat
mesir kuno menggunakan getah arab untuk pengawetan mayat (mumifikasi) serta
mulai mengenal wewangian seeperti cendana.
Perkembangan HHBK memiliki alasan antara lain yaitu
 Perubahan geo politik ekonomi tahun 80 an
 Meningkatnya pemahaman dari ancaman kehancuran hutan
 Keterbatasan pengelolaan hutan
 Konsep pembangunan berkelanjutan
 Ketergantungan masyrakat lokal pada sumberdaya didalam hutan
Jenis jenis hhbk diatur oleh Peraturan menteri kehutanan no 35 tahun 2009. Yang
secra garis besar dikelompokan menjadi resin, kelompok minyak atsiri, lemak,
pati dan buahan, tannin pewarna getah, obat dan tananaman hias, palma dn
bambu, kelompok lainnya, serta hasil hewan.
Permasalahan dalam pengelolaan hhbk memiliki permasalahan, kendala dan
hambatan, seperti conoth
 sagu yang terkendala di akses pasar yang sangat kurang, belum
dikembangkannya teknologi dan industri hilir, untuk ancamannya
deforestasi.
 Getah pinus, terkendala di pengembangan pasar industri hilir, lalu
memiliki ancamatn dari adanya deforestasi dan hama penyakit tanaman
pinus.
Contoh hhbk yang dekembangan di oleh balai lombok dan sekitarnya temasuk
bali
 Bidara laut Strychonus lucida (NTB-Bali/ponsialnya), dimanfaatkan
daun,buah,kulit batang/batang, akarnya sebagai obat mengatasi diare,
malaria, sakit gigi,s ebagai antioksidan, bahan baku kosmetik dll
 Rumput ketak Lygodium circonnatum (hampir seluruh indonesia,
malaysia, filiphina, papua nughini, sabgian autralia bagian utara dll.
Vegetatif spora, generatif rimpang. Dimanfaatkan sebagai obat sengat
hewan lain, kerajinan, tanaman hias sebgai makanan dll.
 Sukun Artocarpus altilis bisa menjadi alternatif pengganti makanan
pokok dikarenakan mengandung banyak nutrisi. Sumber pangan,
kesehatan, dan ekonomi.
 Lebah madu
 Kelulut/Stingless bee. Meliponini. Lebah tanpa sengat. Manfaat sektor
biologi(menjadi agen polinasi), ekologi (pengendali ekosistem) dan
ekonomo (Penghasilan masyarakat dari hasil produk yang dihasilkan
lebah). Pakann kelulut, bila ingin tinggi hasil madu,nektar
ditingkatkan, ingin bee polen tinggi, serbuk sari tinggi (pohon jambu),
propolis maka getahnya (pohon nyamplung dan mangga).
Jenis lebah madu didunia ada lebah bersengat (Apis sp) dan tak
tersengat (kelulut). Pemangsa koloni kelulut :
ayam,taon,kutu,kumbang,cicak,semut,laba2,walet.
Faktpr pengaruh budidaya kelulut
 Kelulut tak menyengat
 Ketersediaan pakan alami spenjang tahun
 Tak membutuhkan area yang luas
 Harga madu 200k/600 ml
 Propolis mentah mencapai 150k/kg
 Bee bread mencapai 200k/kg
 Stup+kolono mencapai 250k/stup
 Lebah sumbawa
Tipe hutan habitat lebah madu sumbawa : hutan lahan kering di
semamung,lahan pertanian campur semak, hutan lahan kering sekunder
batudulang, hbitat semak belukar.
 Cendana Santalum album sebaran alami ntt pulau flores,
adonara,solar,alor,rate timor sumba dll. Juga jawa sulawesi aceh dan
bali. Pertumbuhan cendana sangatlah berngatung pada inanangnya
karena agara pertumbuhannya dapat maksimal yang disesuaikan oleh
umur pohon cendana (inangnya). Wewangian dan kerajinan dll
 Gaharu, diproduksi karena pengaruh permintaan dari luar negeri
sangata tinggi (arab) sedangkan di habibat alamnya rendah,
Penangkaran rusa timor (rusa timorensis) di lombok, kijang (muntiacus muntjak) endemik
ntb. Jenis penangkaran di lobok, tipe ranch/umbaran, tipe pedok.tertutup,kandana. Dengan
pakan rumput gajah,turi dn gamal. Harga daiging 2-2,5 kali harga sapi.
Keunggulan hhbk
 Mengurangi ketergantungan hasil hutan kayu
 Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar hutan
 Meningkatkan nilai dveissa
 Menciptakan banyak lapangan pekerjaan
 Optimalisasi potensi daerah dalampengembangan hhbk rangka sebagai alternatif
kebutuhan.
Keterbtasan
 Input yang rendah
 Pengembangan di lahan sempit
 Kurangnya informasi terkait pengelolaan hhbk
 Pemasaran
Contoh intervensi berbagai pihak dalam pengembangan madu di sumbawa: pemberdayaan
masyarakat oleh kementrian lingkungan hidup dan kehutanan, (LHK), pemungutan hutan di
hutan oleh petani dll.

Anda mungkin juga menyukai