968
Samad, A. et al. 2019. Analisis Vegetasi Pada Habitat … (06): 968-976
969
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 02 No. 6 Edisi Desember 2019
Fsj
4. FR = ------- x 100%
Ftj
970
Samad, A. et al. 2019. Analisis Vegetasi Pada Habitat … (06): 968-976
Tabel 2. Indeks Nilai Penting (%) tingkat tumbuhan bawah pada hutan rawa
Tabel 3. Indeks Nilai Penting (%) tingkat semai pada hutan rawa
971
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 02 No. 6 Edisi Desember 2019
Tabel 4. Indeks Nilai Penting (%) tingkat pancang pada hutan rawa
Selanjutnya adalah perhitungan INP (%) Kemudian perhitungan INP (%) tingkat
tingkat pertumbuhan tiang pada hutan rawa pertumbuhan pohon pada hutan rawa
disajikan pada tabel 5. disajikan pada tabel 6
Tabel 5. Indeks Nilai Penting (%) tingkat tiang pada hutan rawa
Jumlah
No Jenis jenis K(%) KR(%) F(%) FR(%) Do DoR INP(%) LBD
1 Merapat 252 84 93.3 0.90 82.92 287.1 93.8 270 861.4
2 Wawangun 18 6 6.66 0.18 17.07 18.97 6.19 29.93 56.91
Jumlah 270 90 100 1.09 100 306.1 100 300 918.2
Sumber : Data yang diolah (2018)
972
Samad, A. et al. 2019. Analisis Vegetasi Pada Habitat … (06): 968-976
N Jumlah
Selanjutnya hasil perhitungan Nilai
o Jenis jenis N NKM
Keterhidupan Minimum (NKM) pada tingkat
1 Kelakai 92 4600 9,2
pertumbuhan pohon di hutan rawa disajikan
2 Paku piay 58 2900 5,8
pada table 11.
3 Purun 52 2600 5,2
4 Serai merah 48 2400 4,8
5 Jambu burung 48 2400 4,8 Tabel 11. Perhitungan Nilai Keterhidupan
6 Merapat 46 2300 4,6 Minimum (NKM) pada Tingkat
7 Sampiringan 31 1550 3,1 Pertumbuhan Pohon
8 Galam tikus 13 650 1,3
Kantong Jumlah
9 semar 9 450 0,9
No Jenis jenis N NKM
10 Geronggang 6 300 0,6
11 Bindrang 4 200 0,4 1 Merapat 252 12600 25,2
Sumber : Data yang diolah (2018)
2 Wawangun 18 900 1,8
Selanjutnya hasil perhitungan Nilai
Keterhidupan Minimum (NKM) pada tingkat Sumber : Data yang diolah (2018)
pertumbuhan pancang di hutan rawa
disajikan pada table 9.
Dari Tabel 2 Pada tingkat pertumbuhan
Tabel 9. Perhitungan Nilai Keterhidupan bawah didominasi oleh kelakai dengan nilai
Minimum (NKM) pada tingkat INP tertinggi 63,25 disusul oleh jenis purun
pancang dengan nilai INP 40,17 dan selanjutmya
untuk jenis bindrang memiliki nilai INP paling
N Jumla
rendah yaitu 3,14. Hal ini menunjukan
o Jenis h jenis N NKM
bahwa jenis kelakai dan purun yang sangat
1 Merapat 127 6350 12,7 mendomoinasi pada tingkat pertumbuhan
Jambu bawah. Pada tingkat partumbuhan semai di
2 burung 87 4350 8,7 tabel 4 jenis merapat memiliki nilai INP
3 Bati-bati 39 1950 3,9 tertinggi 85,99 disusul oleh jenis jambu
4 Janah 8 400 0,8 burung dengan nilai INP 80,21 dan
selanjutnya jenis geronggang memiliki nilai
5 Galam Tikus 7 350 0,7 INP terendah yaitu 12,86. Hal ini
6 Mawai 2 100 0,2 menunjukkan jenis merapat dan jambu
7 Wawangun 1 50 0,1 burung yang paling mendominasi pada
Sumber : Data yang diolah (2018) tingkat pertumbuhan semai. Dari tabel 4
terlihat bahwa jenis merapat mempunyai
INP tertinggi pada tingkat pancang 85,19,
Berikutnya hasil perhitungan Nilai disusul oleh jenis jambu burung dengan INP
Keterhidupan Minimum (NKM) pada tingkat 64,97. Hal ini menunjukkan bahwa dua jenis
pertumbuhan Tiang di hutan rawa disajikan ini yang paling mendominasi pada tingkat
pada table 10. pancang. Dari tabel 6 terlihat hanya ada dua
jenis tumbuhan pada tingkat tiang yaitu
merapat yang mempunyai INP tertinggi
279,812 dan jenis kedua wawangun dengan
INP lebih rendah 20,187. Dari tabel 7 terlihat
hanya ada dua jenis tumbuhan pada tingkat
973
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 02 No. 6 Edisi Desember 2019
pohon yaitu merapat yang mempunyai INP nilai INP tertinggi merupakan jenis yang
tertinggi 270.06 dan jenis kedua wawangun mampu beradaptasi dan berkompetisi untuk
dengan INP lebih rendah 29,93. memanfaatkan sumberdaya yang tersedia
(cahaya, air dan unsur hara) untuk
Dari hasil penelitian ini menunjukkan,
pertumbuhan dan perkembangbiakannya,
pada tingkat tumbuhan bawah dan semai
serta merupakan jenis-jenis yang banyak
(tabel 3 dan 4) didominasi oleh jenis kelakai.
berperan dalam habitat orangutan. INP
Tingkat pancang (Tabel 4) didominasi oleh
tertinggi pada tingkat pohon adalah jenis
jenis merapat. Kemudian pada tingkat tiang
merapat dan wawangun. Hal ini diduga
(Tabel 5) didomonasi oleh jenis merapat.
karena orangutan menggunakan pohon
Pada pertumbuhan tingkat pohon (Tabel 5)
merapat untuk membuat sarang, selain
juga didominasi oleh jenis merapat. Hal
jenis-jenis lain. Jenis merapat sangat
ini menunjukkan bahwa tumbuhan yang
berperan dalam penyusun habitat orangutan
paling dominan secara keseluruhan dilokasi
pada semua tingkat pertumbuhan.
penelitian ini adalah jenis merapat
karena tumbuhan ini memang cocok Hasil perhitungan derajat keragaman
berkembangbiak di daerah hutan rawa. jenis pada tabel 8 dari setiap tingkat
Hutan rawa di Hutan Haur Gading Desa pertumbuhan yang dianalisis ternyata
Pulantani Kabupaten Hulu Sungai Utara tingkat semai memiliki nilai tertinggi yaitu
termasuk dalam kerapatan sedang, sebagai 1,999, menyusul tingkat pancang 1,27,
akibat dari pembukaan areal hutan yang tingkat pohon 0,326, dan yang terendah
masih berlangsung sampai sekarang tingkat tiang sebesar 0,245, setelah
(perladangan), sehingga pada beberapa disesuaikan dengan kriteria indeks
bagian terdapat areal kosong dan ditumbuhi keragaman jenis (H’), seluruh tingkat
tanaman purun. Kerapatan pohon yang pertumbuhan termasuk kedalam kriteria
tinggi akan memungkinkan orangutan “Rendah”. Rendahnya indeks keragaman
menjadikannya sebagai tempat berlindung jenis ini disebabkan karena hutan rawa
dalam keadaan bahaya. Selain itu sumber (swamp forest) terbentuk dibelakang hutan
makanan yang banyak sehingga lebih mangrove, daerah genangan air sungai bisa
memungkinkan untuk berkemabang biak. pula pada bawah bekas lubang-lubang
Nilai frekuensi menggambarkan penyebaran gunung berapi denagan jenis tanah alluvial
suatu jenis tumbuhan dalam suatu habitat. (tanah lumpur basah), hal inilah yang
Apabila suatu jenis tumbuhan mempunyai membatasi penyebaran dan keragaman
nilai frekuensi yang tinggi , berarti jenis jenis di hutan rawa, selain itu daerah lokasi
tumbuhan tersebut tumbuh secara penelitian ini pada tahun 2014 lahannya
menyebar dan sebaliknya apabila jenis bekas terbakar. Keadaan ini juga didukung
tersebut tumbuh sedkit atau mengelompok oleh pernyataan Soerianegara dan Indrawan
apabila memiliki nilai frekuensi yang rendah (1990) yang dikutip oleh Erwinda (2003),
(Marini, 2000). Dominasi merupakan bahwa secara fisik keadaan lingkungan
karakteristik dari komunitas yang yang jumlah individu sedikit, keadaan
menyatakan satu atau lebih jenis dalam lingkungan yang tidak stabil apabila
komunitas terhadp jenis yang lain sehingga tumbuhan atau vegetasinya hanya berkoloni
populasi jenis yang lain relatif akan (berkelompok-kelompok) dengan jumlah
berkurang dalam jumlah atau daya hidup jenis yang relatif sedikit.
(Marini, 2000). Penentuan tipe komposisi
Dari tabel 8 terlihat bahwa jenis bindrang
jenis yang menyusun tegakan tegakan suatu
mempunyai Nilai Keterhidupan Minimum
areal hutan dapat diketahui dengan cara
(NKM) terendah pada tingkat tumbuhan
melihat Indeks Nilai Penting (INP).
bawah dan semai yaitu 0,4, disusul
INP suatu jenis dalam komunitas
oleh jenis geronggang dengan NKM 0,6
memperlihatkan tingkat kepentingan atau
dan selanjutnya jenis kelakai mempunyai
peranan jenis dalam komunitas. Suatu jenis
NKM tertinggi 9,2. Hal ini menunjukkan
pohon dapat dikatakan dominan apabila
bahwa jenis kelakai sangat terjaga potensi
jenis tersebut terdapat di daerah yang
kelestariannya selanjutnya jenis bindrang
bersangkutan dalam jumlah banyak,
dan geronggang memiliki Nilai
tersebar diseluruh areal dan berdiameter
Keterhidupan Minimum (NKM) paling
besar, sehingga penutupan suatu jenis
terendah yang artinya sedikit terancam
dominan berdasarkan nilai INP yang
kelestariannya. Dari Tabel 9 terlihat bahwa
merupakan gabungan dari tiga nilai yaitu
jenis wawangun mempunyai Nilai
kerapatan relatif, frekuensi relatif dan
Keterhidupan Minimum (NKM) terendah
dominansi relatif. Jenis-jenis yang memiliki
974
Samad, A. et al. 2019. Analisis Vegetasi Pada Habitat … (06): 968-976
pada tingkat pancang yaitu 0,1, disusul oleh KESIMPULAN DAN SARAN
jenis mawai dengan Nilai Keterhidupan
Minimum (NKM) 0,2 dan selanjutnya jenis
merapat memiliki NKM tertinggi 12,7. Hal ini Kesimpulan
menunjukkan bahwa jenis merapat sangat
terjaga potensi kelestariannya sedangkan Kondisi hutan daerah penelitian merupakan
jenis wawangun dan mawai memiliki Nilai kawasan hutan rawa yang berada di tepi
Keterhidupan Minimum (NKM) paling sungai dan komposisi jenis memiliki 15 jenis
terendah yang artinya dua jenis ini sedikit sehingga dapat dikatakan miskin akan
terancam potensi kelestariannya. Hanya ada jenis vegetasi. Pada pertumbuhan
dua jenis tumbuhan pada tingkat tiang yaitu bawah,semai,pancang didominasi oleh
wawangun yang mempunyai Nilai merapat dengan INP 85.99, kelakai 63.25,
Keterhidupan Minimum (NKM) terendah purun 40,17 dan jambu burung 88.46 karena
yaitu 0,6 dan jenis kedua merapat dengan masing-masing memiliki nilai INP (%)
Nilai Keterhidupan Minimum (NKM) lebih tertinggi. Sedangkan jenis vegetasi pada
tinggi 7,8. Dan hanya ada dua jenis pertumbuhan tiang dan pohon didominasi
tumbuhan pada tingkat pohon yaitu oleh jenis merapat dengan INP 279.812 dan
wawangun yang mempunyai Nilai wawangun 29,93 karena memiliki nilai INP
Keterhidupan Minimum (NKM) terendah (%) tertinggi. Memiliki keanekaragaman
yaitu 1,8 dan jenis kedua merapat dengan jenis yang rendah karena pada tingkat tiang
Nilai Keterhidupan Minimum (NKM) lebih dan pohon memiliki keanekaragaman jenis
tinggi 25,2. Dari hasil perhitungan Nilai sangat rendah < 1 dan pada tingkat
Keterhidupan Minimum (NKM) jenis pertumbuhan semai dan pancang memiliki
wawangun yang paling banyak hadir pada keanekaragaman jenis rendah > 1. Nilai
setiap tingkat pertumbuhan dan memiliki keterhidupan minimum (NKM) pada setiap
Nilai Keterhidupan Minimum (NKM) paling pertumbuhan di katakan masih terjaga
rendah dari semua jenis vegetasi yaitu 0,1, kelestariannya, karena memiliki nilai (NKM)
tetapi semua jenis vegetasi pada setiap > 0,1
pertumbuhan bawah, semai, pancang, tiang
dan pohon masih terjaga kelestariannya Saran
karena menurut Brook et. al. (2007), jika
NKM < 0,1 species terancam punah, Perlu pengelolaan dan pengembangan
sedangkan jika NKM > 0,1 species terjaga kawasan yang lebih seksama pada habitat
kelestariannya. Dari semua hasil penelitian orangutan sebagai salah satu bentuk
ini terdapat 1 jenis sumber pakan orangutan pemanfaat jasa hutan dan perlindungan
yang masih ada di Hutan Haur Gading Desa terhadap hutan. Perlu dilakukan kegiatan
Pulantani ini yaitu jenis jambu burung dan pengembangan berbagai jenis vegetasi
hasil jenis ini ditemukan juga termasuk endemik seperti jambu burung, kacapuri,
masih banyak dengan nilai INP 80.21 dan buluan haduk yang merupakan sumber
juga terjaga kelestariannya, tetapi dari hasil makanannya orangutan sehingga
penelitian ini jenis pakan orangutan ini menciptakan habitat yang layak bagi
hanya ditemukan pada tingkat pertumbuhan orangutan yang melibatkan instansi terkait
semai dan pancang saja. Hal ini seperti Dinas Kehutanan Kab. Hulu Sungai
menunjukan bahwa lahan bekas kebakaran Utara serta masyarakat sekitar hutan pada
ini sangat mempengaruhi akan kekayaan lahan bekas kebakaran ini maupun pada
vegetasi yang ada pada habitat orangutan lahan perladangan berpindah.
ini dan menjadikan orangutan menganggap
hutan ini tidak layak untuk menjadi tempat
tinggal atau habitatnya. Perlu sentuhan
khusus untuk menjadikan tempat ini layak
DAFTAR PUSTAKA
untuk tempat tinggal yang nyaman bagi
orangutan seperti mengembangkan jenis
vegetasi dan memperkaya jenis vegetasi Brooks, G.F., Caroll, K.C., Butel, J.S., dan
sumber pakan orangutan sehingga Morse, S.A. 2007. Jawetz, Melnick, &
orangutan yang ada di Hutan Haur Gading Adelberg’s Medical Microbiology. 24th ed.
Desa Pulantani dapat berkembangbiak dan United States of America: The McGraw-
menjadikan hutan ini tempat tinggal serta Hill Companies, Inc.
habitat sepenuhnya.
975
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 02 No. 6 Edisi Desember 2019
976