Anda di halaman 1dari 14

Mata Kuliah : Taksonomi Hewan Vertebrata

Dosen Pengampun :

CRITICAL JOURNAL REVIEW

OLEH :

NAMA : TITI PUSPA NASUTION

NIM : 4161220023

KELAS : BIOLOGI NONDIK –B 2016

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
BAB I

PENGANTAR

A. Identitas Jurnal

Jurnal I

Jenis Jurnal : e-Jurnal

Judul Jurnal : Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe


Habitat Beserta Gangguannya Di Hutan Penelitian
Dramaga, Bogor,Jawa Barat.

Penulis / Editor : Asep Saefullah,Abdul Haris Mustari,Ani Mardiastuti

Ketebalan : Vol. 20 No.2 Hal.117-124

Tahun Penerbitan : 2015

ISSN :-

Jenis Jurnal : Jurnal Media Koservasi

Jurnal II

Jenis Jurnal : e-Jurnal

Judul Jurnal : Keanekaragaman Jenis Burung di Taman Wisata


Alam dan Cagar Alam Panunjang Pangandaraan , Jawa
Barat

Penulis / Editor : Nabila Ghitha Safanah,Cipta Seutia Nugraha,Ruhyat

Partasasmita,Teguh Husodo

Ketebalan : Vol. 3 No.2 Hal. 266-272

Tahun Penerbitan : 2017


ISSN : 2407-8050

Jenis Jurnal : Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon

B. Pengantar Jurnal

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman


hayati yang tinggi, diantaranya dalam kategori burung tercatat 1598 jenis burung
yang ditemukan di wilayah Indonesia Sujatnika et al. (1995). Hal ini menjadikan
Indonesia sebagai negara nomor 4 terkaya di dunia dengan jumlah jenis burung
setelah Columbia, Brazil dan Peru. Sebanyak 372 jenis merupakan jenis burung
endemik dan 149 jenis adalah burung migran. Ironisnya, di Indonesia juga tercatat
118 jenis burung terancam punah menurut IUCN Red list (Sukmantoro et al.
2007). Status keanekaragaman jenis burung khususnya di Indonesia sering
dihubungkan dengan baik dan kurang baiknya lingkungan ditempat kajian burung
tesebut, sehingga dijadikan indikator keseimbangan ekosistem dari wilayah
tersebut .
Burung merupakan satwa yang mempunyai mobilitas tinggi dan menyebar ke
berbagai wilayah serta jumlahnya mencapai 9.000 jenis (Perrins dan Birkhead
1983). Jumlah jenis burung di Indonesia tercatat 1.666 jenis (Susanti 2014) yang
mampu hidup di hutan yang lebat hingga ke perkotaan padat penduduk.

Penelitian mengenai burung penting dilakukan karena jika suatu areal tersebut
memiliki kelimpahan burung yang tinggi, maka bisa menjadi salah satu indikator
bahwa kondisi lingkungan baik (Sujatnika et al. 1995). Hal ini dikarenakan
burung memiliki kemampuan untuk menyebarkan biji, membantu penyerbukan,
predator alami satwa lain, dan lain-lain.
BAB II

RINGKASAN JURNAL

Ringkasan Pada Jurnal I


Penelitian ini bertujuan untuk: 1. menghitung keanekaragaman jenis burung
pada beberapa tipe habitat HPD; 2. mengidentifikasi karakteristik beberapa tipe
habitat HPD; 3. mengidentifikasi aktivitas masyarakat sekitar hutan dalam
memanfaatkan HPD.
Penelitian ini dilakukan di HPD, Bogor, Jawa Barat. Pengambilan data
dilaksanakan pada bulan Juni, Juli, Agustus dan Desember 2014. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain binokuler, kompas, kamera, alat tulis, jam
tangan, meteran, pita ukur, walking stick dan tally sheet. Obyek penelitian ini adalah
burung, habitat dan masyarakat sekitar hutan.
Keseluruhan habitat memiliki karakter habitat yang berbeda-beda. Perbedaan
yang terlihat jelas adalah keterbukaan tajuk pada masing-masing habitat. Habitat
sekitar jalan hutan merupakan areal di dalam hutan yang dilewati oleh jalanan besar
yang mempunyai lebar 7 m. Jalan hutan ini menghubungkan dari Kelurahan Situ
Gede menuju Kelurahan Bubulak serta digunakan untuk jalur alternatif menuju
kampus IPB Dramaga. Tipe habitat sekitar jalan hutan memiliki kerapatan tajuk yang
cukup rapat. Jenis tanaman yang ditemukan adalah Litsea sp., Tracy lobium,
Calophyllum soulatri, Melia excelsa, Dracontomelon dao, Khaya grandifolia,
Strombosia zeylanica, Maesopsis eminii, Terminalia superba dan Pinus merkusii.
Tepian rumah merupakan peralihan antara HPD dengan perumahan warga.
Peralihan ini dibatasi dengan jalan beraspal yang mempunyai lebar 5 m. Jalan ini
cukup baik untuk dilalui oleh kendaraan. Peralihan hutan ini dipisahkan oleh jalan
sehingga tajuk pohon masih cukup menutupi jalan. Namun karena dekat dengan
perumahan, tajuk yang lebar dipangkas agar tidak terjadi patah ranting yang bisa
merusak perumahan warga. Jenis tanaman yang ditemukan ialah Delonix regia,
Ceiba pentandra, Alstonia scholaris, Melia excelsa, Shorea leprosula dan Nephelium
lappaceum.
Tepian sungai merupakan peralihan antara HPD dengan Sungai Cisadane.
Lebar sungai mencapai 25 m dan di seberang sungai merupakan kebun masyarakat
yang ditanami oleh pisang, singkong dan lain-lain. Jenis tanaman yang ditemukan
ialah Pinus merkuisii, Evodia aromatic, Bambusa sp. dan Paraserianthes falcataria.
Habitat daerah interior merupakan areal hutan yang berada di dalam hutan
yang didominasi oleh Pinus merkusii yang berdekatan dengan sungai dan sekitar 200
m dari jalan hutan. Terdapat jalan setapak di antara pepohonan pohon pinus yang bisa
dilalui oleh masyarakat, namun jalan tersebut tertutupi oleh semak-semak.

Kekayaan dan Keanekaragaman Jenis Burung

Jumlah jenis burung yang ditemukan di HPD secara keseluruhan sebanyak 35


jenis burung. Jumlah jenis burung menggunakan metode daftar jenis burung
MacKinnon dengan metode titik hitung terdapat perbedaan. Daftar jenis burung
MacKinnon menghasilkan jumlah jenis burung lebih tinggi yaitu sebanyak 35 jenis,
sedangkan metode titik hitung menghasilkan 26 jenis. Perbedaan ini dikarenakan
metode daftar jenis MacKinnon tidak dibatasi oleh waktu dan batasan jangkauan areal
penelitian. Jenis burung yang ditemui dengan metode MacKinnon, tetapi tidak
ditemukan dengan metode titik hitung sebanyak 9 jenis, yaitu Megalaima javensis,
Hirundo striolata, Hemipus hirundinaceus, Pycnonotus goiavier, Zoothera citrina,
Sitta frontalis, Dicaeum trigonostigma, Lonchura maja dan Passer montanus.

Ringkasan Pada Jurnal II


Keanekaragaman burung saat ini lebih banyak di kawasan yang hutan atau
kawasan konservasi. Beberapa kawasan hutan yang banyak dijumpai berbagai jenis
burung lebih banyak di hutan dataran tinggi seperti hutan gunung Tangkuban parah
(Partasasmita 2009), hutan Gunung tilu (Partasasmita et al 2017), hutan Gunung
Ciremai (Dewi et al 2007), Hutan Wanawisata Gunung Galunggung (Widodo 2014)
dan hutan pegunungan Talaga Bodas Garut (Widodo 2015). Namun keanekaragaman
burung di daerah kawasan konservasi pantai sangat jarang informasi ditemukan.
Padahal kawasan hutan di pantai selain menampung keanekaragaman jenis burung,
juga kegiatan aktivitas manusia yang sangat tinggi. Sebagai contoh kawasan
konservasi TWA dan CA Pananjung Pangandaran dengan pengunjung ± 500.000
orang per tahun (Whitten et al. 1999). Kawasan konservasi Pangandaran, Jawa Barat
merupakan habitat yang unik yaitu berupa batuan kapur yang telah banyak ditumbuhi
tumbuhan sehingga membentuk hutan. Kawasan hutan Pananjung Pangandaran terdiri
dari Taman wisata (37,7 ha) dan Cagar Alam (491,3 ha) (Whitten et al. 1999). Kedua
blok (TWA dan CA Pananjung Pangandaran) tersebut berdasarkan struktur
komunitas dan tipologi komunitas tumbuhan menunjukkan perbedaan (Husodo et al.
2015). TWA lebih didominasi hutan pantai sedangkan CA didominasi hutan dataran
rendah, dengan kesamaan jenis tumbuhan antara TWA (seluruh lokasi sampling
dengan blok Cirengganis) menghasilkan nilai dengan rentang terkecil dibandingkan
perbandingan nilai kesamaan jenis tumbuhan lokasi lainnya di berbagai lokasi CA,
yaitu berkisar antara 0-17,22% (Husodo et al. 2015).
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode point count
(Bibby et al. 2000; Partasasmita 2009). Pengamatan dilakukan pada jam 06.15-11.00
WIB dan 15.00-17.00 WIB pada bulan Mei 2016. Jumlah titik hitung disesuaikan
dengan hasil analisis kecukupan jumlah sampel titik hitung dengan
pempertimbangkan aksesibilitas dan kondisi lapangan. Oleh karena itu, jumlah titik
hitung ditentukan sebanyak sebelas di TWA dan delapan titik hitung di CA. Jarak
antara titik titik hitung adalah 150 meter dengan radius pengamatan 30 meter, dengan
lama pengamatan di titik hitung selama 15 menit. Data yang dicatat meliputi jenis dan
jumlah individu burung. Satu menit pertama di titik hitung tidak dilakukan pencatatan
jenis burung, karena dimaksudkan untuk habituasi agar burung dapat beradaptasi
pada kehadiran pengamat di lokasi tersebut. Jenis dan jumlah individu burung yang
dicatat adalah burung yang ada di dalam radius pengamatan, sedangkan burung yang
berada di luar radius pengamatan atau ditemukan pada waktu perjalanan dari satu titik
hitung ke titing hitung berikutnya tetap dicatat dan dimasukan ke dalam data
inventarisasi saja. Selain itu, wawancara pada polisi hutan (jagawana BKSDA)
dilakukan terutama terhadap keberadaan burung yang kriptif, sensitif dan aktif
malam. Identifikasi jenis burung dilakukan dengan berdasarkan karakteristik
taksonomi dan karakteristik diagnosis morfologi serta perilaku burung, yang mengacu
pada buku panduan lapangan burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan
(MacKinnon et al.2010).
Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan sebanyak 37 jenis burung dari 27
famili, dengan 17 jenis ditemukan di kedua lokasi pengamatan Berdasarkan Tabel 1,
jenis yang ditemukan paling banyak berasal dari famili Pycnonotidae dengan lima
jenis yang teramati, yaitu cucak kuning (Pycnonotus flaviventris), cucak kutilang
(Pycnonotus aurigaster), merbah belukar (Pycnonotus plumosus), merbah cerukcuk
(Pycnonotus goiavier), dan merbah corok-corok (Pycnonotus simplex). Famili
Pycnonotidae banyak ditemukan karena burung dari famili ini memiliki kebiasaan
tinggal pada hutan sekunder, maupun daerah pinggiran hutan (MacKinnon et al.
2010). Hal ini sesuai dengan keadaan lokasi penelitian yang merupakan padang
rumput dan hutan sekunder.
Kelimpahan digunakan untuk mengetahui kepadatan individu dalam suatu
ekosistem. Hasil analisis data,Hasil analisis menunjukkan bahwa beberapa jenis
memiliki kelimpahan yang bervariasi. Berdasarkan kriteria dominansi Helvoort
(1973) dalam Nugroho (2008), bahwa suatu jenis dikategorikan dominan jika
kelimpahan relatifnya lebih besar dari 5%, burung dikategorikan subdominan jika
kelimpahan relatifnya 2%-5%, serta dikategorikan sebagai tidak dominan jika
kelimpahan relatifnya 0-2%.
BAB III

KEUNGGULAN PENELITIAN

A.kegayutan antar elemen

Jurnal 1

Dari jurnal tersebut memiliki beberapa teori yang memang dapat di benarkan adanya,
karena memang benar adanya dengan apa yang di jelaskan pada jurnal tersebut
dengan adanya hubungan antar elemen tersebutlah akan tercipta berbagai hasil karya
yang bermanfaat .Setiap tulisan yang disertakan dalam penelitian mempunyai
karakter tulisan dalam mengkomunikan pemahamannya kepada masyarakat awam.

Jurnal 2

Penulis mampu menyajikan materi secara beruntun ,strukturalis dengan mengurutkan


pengantar masalah serta sistematis dengan membuat materi sedetail m ungkin yang
mendukung terhadap penelitian yang dilakukan dan diakhirin dengan kesimpulan
dan daftar pustaka

B.Originalitas temuan

Jurnal 1

Keoriginalitas penelitan baik dan mencukupi standar untuk melakukan


penelitan.Temuan-temuan data dalam penelitian ini memang dapat kita lihat dari
mana di dapatkan sumbernya

Jurnal 2

Pada jurnal tersebut terlampir materi yang akurat sehingga keoriginalitas penelitian
bisa dikatakan baik dan mencukupi standar untuk melakukan penelitian.Serta
dilengkapi dengan daftar pustaka dari buku-buku lain.

C.Kemutakhiran masalah
Jurnal 1

Masalah yang diangkat kurang mutakhir di atas 5 tahun sehingga penelitian


yang dilakukan sudah lama.

Jurnal 2
Penelitian yang dilakukan mengangkat masalah yang dibawah 5 tahun dan
akan dikembangkan pada setiap zamannya. Oleh karena itu masalah yang diuji oleh
penelitian tersebut cukup mutakhir untuk dikaji zaman sekarang.Dan ,sehingga
penelitian yang dilakukan masih baru.

D. Kohesi dan koherensi isi penelitian


Jurnal 1
Penulis mampu menghubungkan antar gagasan utama dengan topic yang
disampaikan dalam paragraph dan mampu menuliskan penggunaan kata-kata dalam
setiap paragrap Sehingga ke dua jurnal tersebut sudah baik untuk digunakkan
Jurnal 2
Penulis mampu menyajikan materi yang cukup baik dan mampu menyajikan dengan
kohesi dan koherensi,dimana setiap materi yang disajikan tidak lari dari topik yang
disajikan.
BAB IV
KELEMAHAN ARTIKEL/HASIL PENELITIAN
A.kegayutan antar elemen

Jurnal 1

Kita bisa menemukan kelemahannya sedikit saja, dimana elemen-elemen di dalam


jurnal tersebut hanya sebagai contoh dan bahan penjelasan dan tidak menjadi bahan
penlitian lain seperti memberikan contoh dalam menghubungkan satu elemen dengan
elemen yang lain yang berkaitan.
Jurnal 2
Tidak mencantumkan metodologi secara rincu yang memiliki kegayutan satu sama
lain ,hanya materi-materi yang tersebut.

B. Originalitas temuan

Jurnal 1

Pada segi temuan dapat kita lihat kekurangannya seperti kurangya contoh dan
terapan dari temuan lain dan tidak ada penjelasan mengenai hubungan dengan temuan
lain.Sehingga kurangnya keoriginalitas jurnal tersebut.
Jurnal 2
Kurangnya penjelasan mengenai hasil penelitian dan sumber – sumber yang aktual .

C. Kemutakhiran masalah
Jurnal 1
Kekurangan ada pada jurnal tersebut tidak banyak karena jika banyak permasalahan
dalam kemutakhiran pada jurnal maka junal tersebut  tidak baik pada si pembaca
maka dari itu penjelasan kemutakhiran masalah yang ada pada tahun terbitnya yang
sudah lama.
Jurnal 2
Jurnal ini memiliki kemuktahiran yang baik karena tahun terbit jurnal ini yang masih
baru, pada tahun 2017.

D. Kohesi dan koherensi isi penelitian


Penjelasan gagasan yang ada juga teori yang ada pada jurnal tersebut hanya sedikit
saja kekurangannya seperti kurangnya penjelasan secara rinci, dengan sedikitnya
kekurangan dalam segi kohesi, maka dari itu saya hanya menyebutkan bahwa tidak
banyak kekurangan yang di temukan pada segi koherensi dan kohesinya.Sehingga ke
dua jurnal tersebut telah bagus.
BAB V

IMPLIKASI TERHADAP

a)      Teori

Teori yang ada pada jurnal ini merupakan teori yang benar dan dapat di pertanggung
jawabkan kebenarannya, karena dasar dalam penelitian merupakan awal yang
menjadi acuan dan pedoman dalam menciptakan suatu pemikiran dan selalu hadir
dalam segi apapun, sebab dasar merupakan teori awal dalam membuat suatu karya
penelitian yang bermanfaat.

b)      Program pembangunan di Indonesia

Dari beberapa penjelasan dalam jurnal tersebut cukup bagus dalam


memberikan pengetahuan yang lebih baik, dan teori pada jurnal tersebut merupakan
suatu hal yang bagus dalam pembangunan kreatifitas dalam maupun luar negeri
khusunya peneliti indonesia.

c)      Pembahasan dan Analisis

Dalam sajian materi ini membahas tentang keanekaragaman jenis burung


sebagai dasar acuan dalam penelitian dan merupakan dasar awal untuk
mengembangkan pengetahuan terhadap berbagai jenis burung, pengembangan
kemampuan berpikir ditujukan untuk beberapa hal, diantaranya adalah menghasilkan
idea atau ciptaan yang kreatif dan inovatif, mengatasi cara-cara berfikir yang terburu-
buru, kabur dan sempit, meningkatkan aspek kognitif dan afektif, dan seterusnya
perkembangan intelek mereka, jadi jurnal yang saya pelajari cukup memberikan saya
banyak pengetahuan
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Dengan adanya penjelasan dalam materi jurnal tersebut dapat di simpulkan
bahwasannya indonesia memiliki keragaman fauna yang sangat banyak sehingga
dapat dibudidayakan.

SARAN

Dalam menentukan topik, sebaiknya peneliti menggunakan dasar pemikiran yang


utuh dalam mengidentifikasi keanekaragaman maklhluk hidup ntar sesamanya. Dan
agar penulis harus berusaha dalam memahami jurnal, pertama karena terkendala
dalam penggunaan bahasa yang orang awam tidak tau
DAFTAR PUSTAKA

Asep, Saefullah, Abdul, Haris, Mustari, Ani, Mardiastuti.2015.Keanekaragaman Jenis


Burung Pada Berbagai Tipe Habitat Beserta Gangguannya di Hutan Penelitian
Dramaga,Bogor,Jawa Barat. Jurnal Media Konservasi.Vol.20.No.2.

Nabila,Ghitha,Safanah,Cipta,Seutia,Nugraha,Ruhyat,Partasasmita,Teguh,Husodo.
2017.Keanekaragaman Jenis Burung di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam dan
Pananjung Pangandaran,Jawa Barat. Jurnal Pros Sem Nas Masy Biodiv
Indon.Vol.5.No.2.ISSN.2407-8050.

Anda mungkin juga menyukai