Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN AKHIR

PENYEBARAN GEOGRAFI POPULASI MONYET EKOR


PANJANG (Macaca fascicularis) DI HUTAN UNJA MENDALO

Dosen Pengampu:

Sean Popo Hadi

Team Peneliti:

Muhammad Arrijal Firdaus (L1A119152)

UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS KEHUTANAN
2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Monyet ekor panjang di Hutan UNJA Mendalo berada dalam beberapa populasi
lokal yang saling terpisah yang diduga berasal dari Jawa. Migrasinya diperkirakan
beberapa kali, dengan migrasi terakhir terjadi ± 18 ribu tahun yang lalu (Eudey 1980;
Fooden 1995). Shoutern (2002) menemukan 43 populasi lokal monyet ekor panjang
yang tersebar di seluruh Jambi. Beberapa populasi tetap merupakan populasi liar yang
hidup di hutan.

Menurunnya daya tampung habitat akibat berbagai sebab dan pertambahan


populasi sering menyebabkan pecahnya populasi dan terbentuknya populasi baru pada
daerah sekitarnya. Bila populasi awal berada dekat perkampungan atau lahan pertanian
penduduk, peningkatan populasi dan menurunnya daya tampung habitat sering
menimbulkan masalah bagi masyarakat sekitar. Monyet yang berada di luar habitat
alami akan merugikan penduduk setempat oleh karena kerusakan pertanian atau
perkebunan yang ditimbulkannya. Sikap masyarakat Jambi pada umumnya sangat unik
dalam memperlakukan monyet ekor panjang.
Pada satu sisi sangat menguntungkan ditinjau dari sudut pandang konservasi.
Sampai saat ini monyet ekor panjang bukan merupakan hewan yang dilindungi. Namun
demikian keberadaannya perlu dijaga sehingga tidak punah, namun tetap tidak menjadi
hama tanaman pertanian masyarakat. Mempertahankan keberadaan jangka panjang
populasi monyet ekor panjang secara in situ sangat penting dan mesti mendapatkan
prioritas perhatian. Untuk mengatasi konsekuensi negatif kelebihan populasi, usaha
penyeimbangan jumlah monyet dengan daya tampung habitat perlu diupayakan. Data
demografi atau struktur populasi, luas habitat, dan jumlah pakan yang tersedia sangat
dibutuhkan untuk dapat mewujudkan usaha tersebut.
Penelitian yang akan dilakukan merupakan usaha untuk memetakan
penyebaran monyet ekor panjang di Mendalo sehingga dapat diantisipasi kemungkinan
masalah yang dapat terjadi akibat keberadaan monyet ekor panjang bagi masyarakat
sekitarnya. Serta dalam usaha mendukung program pembebasan UNJA terhadap
rabies.
B. Perumusan Masalah

Belum ada data ilmiah penyebaran geografi populasi monyet ekor panjang
(Macaca fascicularis) di Hutan UNJA Mendalo.
C. Tujuan Penelitian

Mendapatkan data penyebaran geografi populasi monyet ekor panjang

(Macaca fascicularis) di Hutan UNJA Mendalo.

D. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Memberikan informasi ilmiah mengenai kepadatan populasi monyet ekor panjang di


Hutan UNJA Mendalo.

2. Memberikan informasi ilmiah mengenai struktur umur monyet ekor panjang di


Hutan UNJA Mendalo.

3. Memberikan informasi ilmiah mengenai ukuran kelompok monyet ekor panjang di


Hutan UNJA Mendalo.

4. Sebagai salah satu materi praktikum pada mata kuliah Bahasa Indonesia.

E. Batasan penelitian Batasan dalam penelitian

1. Pengamatan dilakukan terhadap monyet ekor panjang yang ditemukan di lokasi


penelitian di Hutan UNJA Mendalo.
2. Penelitian ini menggunakan III stasiun pengamatan dengan 15 transek menggunakan
metode Total Count
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Populasi Monyet Ekor Panjang


Berdasarkan hasil pengamatan, populasi monyet ekor panjang di lokasi penelitian,
ditemukan 339 individu monyet ekor panjang dengan luas areal pengamatan 100 ha dari
seluruh luas titik. Populasi monyet ekor panjang terbagi kedalam tiga kelompok yaitu titik
I berjumlah 144 individu, titik II berjumlah 139 individu, dan titik III berjumlah 56
individu. Sehingga dapat diketahui kepadatan populasi sebesar 37 individu/40 ha. Yang
sudah dilakukan didapatkan hasil lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian-
penelitian yang sudah dilakukan di kawasan hutan kampus lainnya. Ditemukan kepadatan
populasi sebesar 8 individu/10 ha, dan Internasional Animal Rescue Indonesia (2012:3) di
hutan UNJA depan dengan luas wilayah 40 ha ditemukan kepadatan populasi sebesar 30
individu/10 ha. Jalur pengamatan stasiun I merupakan kawasan mangrove yang berdekatan
dengan pemukiman penduduk. Pada stasiun ini ditemukan 144 individu monyet ekor
panjang, jumlah tersebut tinggi jika dibandingkan dengan titik II dan titik III. Hal tersebut
dapat dipengaruhi dari faktor ketersediaan pakan dari monyet ekor panjang, sebagaimana
yang telah dijelaskan pada titik II. Selain itu vegetasi mangrove yang berada di titik I lebih
terbuka dan tidak terlalu rapat.
monyet ekor panjang cenderung lebih menyukai daerah yang kondisi vegetasinya
lebih jarang dibandingkan dengan vegetasi yang rapat karena kondisi tersebut
dimanfaatkan oleh monyet ekor panjang sebagai tempat bermain. Pada dasarnya monyet
ekor panjang cenderung hidup di pohon (arboreal), akan tetapi sering juga bermain di tanah
dan sepanjang aliran sungai. Menurut Ansella (2008) dalam Prinando (2010:4) monyet
ekor panjang termasuk hewan diurnal salah satu jenis primata arboreal yang menempati
habitat hutan primer, hutan sekunder, tepi sungai, hutan bakau sampai daerah tepi pantai
sesuai dengan wilayah penyebarannya. Stasiun I berada dekat dengan aliran sungai yang
mana kawasan tersebut dapat dimanfaatkan oleh monyet ekor panjang sebagai tempat
bermain dan mencari makanan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Supriatna dan
Wahyono (2000:6), bahwa monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) memiliki habitat
asli di sepanjang lembah yang berbatasan dengan air, baik di daratan terbuka maupun
pinggiran sungai ataupun hutan. Hal ini menyebabkan monyet ekor panjang dapat
beradaptasi dengan keadaan lingkungan dan iklim yang berbeda sehingga monyet ekor
panjang dapat menyesuaikan diri pada kondisi habitatnya.

2. Struktur Umur Monyet Ekor Panjang


Struktur umur monyet ekor panjang di Hutan UNJA Mendalo menunjukkan
distribusi kelas umur yang didominasi kelas umur pre-reproduktif dengan jumlah individu
fase pre-reproduktif remaja yaitu 129 individu (38%), anakan 96 individu (28%) dan bayi
31 individu (9%). Jumlah individu fase reproduktif dewasa yaitu 83 individu (25%).
Struktur umur monyet ekor panjang pada titik I terdiri dari 11 bayi, 40 anakan, 62 remaja,
dan 31 dewasa dengan jumlah 144 individu, titik II terdiri dari 17 bayi, 47 anakan, 36
remaja dan 39 dewasa dengan jumlah 139 individu dan titik III terdiri dari 3 bayi, 9 anakan,
31 remaja dan 13 dewasa dengan jumlah 56 individu. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa struktur umur monyet ekor panjang didominasi oleh individu remaja sebanyak 129
individu (38%), dan anakan 96 individu (28%) dengan kelas umur bayi 31 individu (9%)
paling sedikit ditemukan. Dari hasil tersebut struktur umur monyet ekor panjang dalam
keadaan meningkat, karena jumlah individu yang memiliki fungsi untuk reproduksi dan
melanjutkan perkembangbiakan dengan baik cukup mendominasi. Populasi monyet ekor
panjang di hutan Tropis hutan UNJA Mendalo diperkirakan dapat mengalami peningkatan
di masa mendatang. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya jumlah individu remaja yang ada
dibandingkan dengan jumlah individu dewasa. Selain itu struktur umur monyet ekor
panjang di hutan mangrove hutan UNJA Mendalo termasuk struktur umur yang meningkat.
Hal ini diperkuat oleh Fakhri dkk, (2012:122) yang menyatakan bahwa struktur umur
meningkat jika struktur umur pada populasi dengan kerapatan kelompok umur remaja
paling besar, populasi dengan struktur umur demikian akan mengalami peningkatan
populasi yang cepat pada periode mendatang.

3. Ukuran Kelompok Monyet Ekor Panjang


Monyet ekor panjang hidup secara berkelompok dengan jumlah kelompok yang
bervariasi sesuai dengan kondisi habitatnya. Hasil penelitian Populasi monyet ekor panjang
di kawasan mangrove hutan UNJA Mendalo menunjukan jumlah individu Monyet ekor
panjang dalam tiap kelompok berkisar antara 9-30 individu. Menurut Nowak dalam
Trisnawati (2014:13) Satu kelompok monyet ekor panjang dapat terdiri dalam satu
kelompok 6-100 individu. Perhitungan ukuran kelompok monyet ekor panjang di lokasi
penelitian belum dikatakan dalam kategori yang besar. Hal ini karena satwa hidup dalam
kelompok yang tidak terlalu banyak. Southwick dan Cadigan (1972:49) menyatakan
jumlah individu rata-rata dalam satu kelompok 27 ekor dengan susunan 4 jantan dewasa,
9 betina dewasa, 7 ekor remaja dan, 7 anak – anak. Rata-rata ukuran kelompok monyet
ekor panjang di kawasan mangrove dapat dikatakan lebih kecil dari ukuran kelompok
monyet yang terdapat di Taman Nasional yang dapat mencapai 50 individu dalam 1
kelompok. Kelompok monyet ekor panjang di daerah ini hidup di dalam hutan primer dan
sekunder dataran rendah. Menurut Lekagul dan McNeely (1977) dalam Trisnawati (2014)
umumnya kepadatan populasi monyet ekor panjang di hutan primer lebih rendah
dibandingkan kepadatan populasi di hutan sekunder. Hal ini juga seperti pada penelitian
yang dilakukan oleh Supartono (2001:42) ukuran populasi monyet ekor panjang di
kawasan lindung HPHTI PT. Riau Andalan pulp and paper berkisar 18-22 individu untuk
daerah sepadan sungai, sedangkan di daerah kebun karet berkisar antara 45-53 individu.
BAB IIl

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap populasi monyet ekor


panjang di hutan mangrove Desa Sungai Itik Kecamatan Sadu Kabupaten Tanjung Jabung
Timur dapat disimpulkan, Populasi monyet ekor panjang yang ditemukan berjumlah 339
individu yang terbagi menjadi lima belas transek dengan luas pengamatan 45 ha kepadatan
populasi total sebesar 37 individu/10 ha. Persentase kelompok umur monyet ekor panjang
yang ditemukan didominasi kelas umur pre-reproduktif dengan presentase 9 % bayi,
anakan 28 %, 38 % remaja dan fase reproduktif 25 % dewasa, dengan rata-rata ukuran
kelompok 9-30 individu monyet ekor panjang.

bahwa ada beberapa lokasi baru sebagai tempat populasi monyet ekor panjang
yang ada di hutan UNJA Mendalo. Perkembangan lokasi baru ini tidak lepas dari
maraknya pembukaan hutan untuk dijadikan lahan perkebunan yang terjadi di
sepanjang kawasan hutan yang ada di hutan UNJA Mendalo. Selain itu pertambahan
populasi yang demikian cepat dan jumlah makanan yang relatif banyak akan membuat
monyet-monyet tersebut akan mencari makanan di kebun-kebun milik masyarakat,
terutama yang dekat dengan hutan.
DAFTAR PUSTAKA

Fakhri K, Priyono B, dan Rahayuningsih M. 2012. Studi Awal dan Distribusi Macaca
fascicularis Raffles di Cagar Alam Ulolanang. Unnes Journal of Life Science 1 (2):119-
125.

Kamilah SN, Fitria SR, Juralis, dan Syarifuddin. 2013. Jenis-jenis Tumbuhan Yang
Dimanfaatkan Sebagai Makanan oleh Macaca Fascicularis (Raffles, 1821) di Taman
Hutan Rajolelo Bengkulu. Bengkulu : Jurnal ilmiah konservasi. 9(2):1-6.

Kemp, N.J. dan J.B. Burnett. 2003. A Biodiversity Risk Assessment and
Recommendations for Risk Managementof Long-tailed Macaques ( Macaca fascicularis)
in new Guinea (final report). Washington DC : Indo-Pacific Conservation Alliance.

Leckagul, B, J.A. dan McNeely. 1998. Mammal of Thailand. Thailand: Dharasuntha


Press.

Prinando, M. 2010. Kouta Penangkapan dan Pemanfaatan Monyet Ekor Panjang (


Macaca fascicularis) di Indonesia. Depertemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata. IPB. Bogor

Putra, E.O. 2014. Studi Habitat Dan Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis Raffles, 1821) di hutan mangrove pangkal babu Kabupaten Tanjung Jabung
Barat, skripsi. Universitas Jambi, Jambi.

Rasyid, A. 2008.Populasi dan Habitat Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis


Raffles, 1821) di Sekitar Kampus Pinang Masak Universitas Jambi, Skripsi, Universitas
Jambi, Jambi.
Supartono, T. 2001. Studi Habitat dan Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis Raffles ,1821) di PT. Riau Andalan Pulp and Paper, Skripsi, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Supriatna, J. dan H.E. Wahyono. 2000. Primata Indonesia. Panduan lapangan. Yayasan
Obor Indonesia, Jakarta.

Tobing, I, S.L. 2008. Teknik Estimasi Ukuran Populasi Suatu Spesies Primata. Vis
Vitalis.1 (1) : 43-52.

Trisnawati, S.A. 2014. Studi Populasi dan Habitat Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis Raffles ,1821) di Cagar Alam Pananjung Pangandaran Jawa Barat, Skripsi.
IPB. Bogor

Wahyono, H.E. 2005. Mengenal Beberapa Primata Di Provinsi Nangroe Aceh


Darusalam. Conservation Internasional Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai