Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH
INVENTARSASI PEMANTAUAN SATWA LIAR

OLEH :
JIMI FERNANDO LAPENTO
M1A118043
KONSERVASI

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
b. Tujuan
c. Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

a. Mendapatkan Data penyebaran gajah


b. Mendapatkan Data Penyabaran Babirusa
c. Mendapatkan Data Penyebaran kuskus
d. Mendapatkan Data Penyebaran Banteng
e. Mendapatakan Data Penyebaran Musang Sulawesi

BAB III PEMBAHASAN

a. Kesimpulan
b. Saran

DAFTAR PUSATAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mamalia merupakan bagian dari mega biodiversitas yang dimiliki oleh negara Indonesia.
Mamalia juga merupakan salah satu kelas dalam kingdom animalia yang memiliki beberapa
keistimewaan baik dalam hal fisiologi maupun dalam susunan saraf dan tingkat
intelegensinya. Tercatat 515 jenis mamaliabterdapat di Indonesia dan nilai tersebut
merupakan yang tertinggi di dunia atau12% dari keseluruhan jenis yang terdapat di dunia.
Dari jumlah tersebut tidak kurang dari 210 jenis terdapat di Pulau Sumatra. Mamalia
memegang peranan penting di kehidupan liar sebagai salah satu penyeimbang dalam
ekosistem. Mamalia menempati berbagai trophic level dalam rantai makanan, mulai dari
mamalia herbivora sebagai pemakan tumbuhan pada urutan terbawah hingga mamalia
karnivora sebagai pemangsa pada urutan teratas (top predator)
1.2. Tujuan
a. Mendapatkan data penyebaran gajah
b. Mendapatkan data penyebaran babirusa
c. Mendapatkan data penyebaran kuskus
d. Mendapatkan data penyebaran banteng
e. Mendapatkan data penyebaran anoa
F. Mendapatkan data penyebaran musang Sulawesi
1.3. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperbarui data atau daftar (list) jenis-
jenis keanekaragaman mamalia di indonesia, memperoleh catatan mengenai kondisi habitat
dan lokasi-lokasi (waypoint) penting bagi keanekaragaman mamalia, dan memperoleh data
penyebarannya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 gajah
Populasi gajah sumatera tersebar di tujuh provinsi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam,
Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung (Kotak 2.).
Sementara itu, gajah Kalimantan hanya terdapat di satu provinsi yaitu Kalimantan
Timur (Kotak 3.). Sekalipun satwa ini tergolong dalam prioritas konservasi yang tinggi,
ternyata sampai dengan saat ini kajian dan analisa distribusi danpopulasi kedua satwa ini
belum dilakukan secarakomprehensif dan menggunakan metode ilmiah yang baku
Para otoritas pengelola gajah di Indonesia, Departemen Kehutanan, hanya
memperkirakan populasi gajah di alam dengan menggunakan metoda ekstrapolasi dari
beberapa observasi langsung dan informasi dari para petugas lapangan yang bekerja diTaman
Nasional, Balai Konservasi Sumber DayaAlam dan Dinas Kehutanan.Pada tahun 1980-an,
pernah dilakukan survei gajahdi seluruh Sumatera dengan menggunakan metodepenaksiran
secara cepat (rapid assessment survey).Hasil survei tersebut memperkirakan populasi gajah
sumatera berjumlah 2800-4800 individu dan tersebar di 44 lokasi (Blouch dan Haryanto
1984;
Blouchdan Simbolon 1985). Hasil survey ini tidak pernahdiperbaharui secara sistematis
kecuali di provinsiLampung yang dilakukan oleh Wildlife Conservation
Society (WCS) pada tahun 2000 (Hedges et al. 2005).Hasil penelitian yang komprehensif di
provinsi inimenunjukkan bahwa provinsi Lampung telah kehilangan 9 (sembilan) kantong
populasi gajahdari 12(dua belas) kantong yang ditemukan pada tahun1980 (Hedges et al.
2005).Sebaran gajah sumatera Sebaran gajah sumatera saat ini, terdapat di tujuh provinsi.
Khusus untuk gajah kalimantan, pada tahun 2000dan 2001, Yayasan World Wide Fund for
NatureIndonesia (WWF-Indonesia) telah melakukan surveiuntuk mengkaji populasi dan
distribusi gajah dikabupaten Nunukan, namun survei yang dilakukanhanya melihat
keberadaaan umum populasi gajahdi daerah tersebut (presence-absence survey).
2.2. Babi Rusa
Babirusa merupakan salah satu spesies satwa liar yang memiliki keunikan baik morfologi
maupun habitat dan daerah penyebarannya, jenis initermasuk endemik Sulawesi dan Maluku.
Secara morfologi keunikan babirusa yaitu rambut lebih tipis dan jarang dibandingkan dengan
jenis babi lainnya, pada satwa jantan ditandai adanya taring yang tersulut keluar dari kedua
sisi mulutnya.
Terdapat tiga subspesies atau spesies babirusa yang masih ada sampai dengan saat ini
(Groves, 2001; Groves and Meijaard, 2002). Satu sub spesies terdapat di Pulau Buru, di
sebelah timur Sulawesi, yaitu Babyrousa babyrussa babyrussa. Di Kepulauan Togian
sulawesi tengah terdapat babirusa togian (Babyrousa babyrussa togeanensis) endemik pada
empat pulau yaitu: Malenge, Talatakoh, Togean dan Batudaka. Selanjutnya babirusa
Sulawesi (Babyrousa babyrussa celebensis) yang terdapat di Sulawesi Utara, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan bagian utara, dan Sulawesi Tenggara. Sedangkan Babyrousa
babyrussa bolabatuensis, subspesies babirusa yang terdapat di bagian selatan Provinsi
Sulawesi Selatan dinyatakan telah punah.
Belum ada gambaran menyeluruh mengenai populasi babirusa di habitat alaminya.
Clayton et al. (1997) menyatakan bahwa populasi babirusa in-situ di seluruh Sulawesi tidak
lebih dari 5.000 ekor. Di SM Nantu, Gorontalo dengan luas 32.000 ha, diperkirakan terdapat
500 ekor babirusa, namun jumlah ini terus menurun disebabkantingginya tingkat kerusakan
hutan dan perburuan liar (Clayton,1996).
Data sampai dengan Desember 2011 tercatat sejumlah 80 ekor babirusa (34 individu jantan
dan 43 individu betina, dan 3 belum diketahui jenis kelaminnya) yang ada di beberapa
lembaga konservasi di Indonesia sebagaimana tercantum pada Tabel 1. Kebun Binatang
Surabaya memiliki koleksi babirusa terbanyak yaitu 37 ekor dan Taman Margasatwa
Ragunan sejumlah 14 individu. Terhadap populasi babirusa yang ada di lembaga konservasi
tersebut seharusnya dikelola berdasarkan panduan dari IUCN (2002), dan menjadi bagian dari
koordinasi program pengembangbiakanglobal/internasional untuk menghindari perkawinan
kerabat dekat (inbreeding).
2.3. Kuskus
Kuskus beruang (A. ursinus)merupakan satwa yang dilindungiberdasarkan SK Menteri
Kehutanantanggal 8 September 1992 Nomor :882/Kpts/11/1992 yang terancampopulasinya.
Laporan WildlifeConservation Society tahun 2000,menyatakan bahwa populasi kuskus
beruang (A. ursinus) di Cagar AlamTangkoko cenderung menurun selama beberapa tahun
terakhir, dari 146 ekor/km2pada tahun 1996 menjadi 66,57 ekor/km2 pada tahun 1999. Dan
dari penelitian terakhir yang dilakukan pada tahun 2008didapati perkiraan populasi kuskus
beruang (A. ursinus) sekitar 53 ekor/km2.
2.4. Banteng
Banteng termasuk salah satu satwa yang dilindungi di Indonesia berdasarkan Peraturan
Pemerintah nomor: 7 tahun 1999 tentang Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa liar.
Sedangkan menurut IUCN Banteng termasuk dalam kategori endangered species
(www.iucnredlist.org 2016). Perlindungan terhadap satwa Banteng diwujudkan dalam bentuk
perlindungan terhadap habitatnya. Penyebaran populasi Banteng di dunia meliputi
Bangladesh, Brunei Darussalam, Kamboja, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar,
Thailand dan Vietnam. Sedangkan di Indonesia sendiri populasinya menyebar pada hutan
hujan dan bambu di Pulau Kalimantan, Jawa dan Semenanjung Melayu (IUCN 2002).
Kawasan TN MerBeti juga diketahui menjadi habitat bagi satwa tersebut. Pada tahun 2019
diperkirakan populasi banteng di TN MerBeti sebanyak 69 ekor
Banteng-Banteng yang terdapat di Kawasan TN MerBeti merupakan Banteng yang
hidupnya berkoloni (berkelompok-kelompok) dan terpisah-pisah sesuai koloninya menempati
habitat yang tersebar di beberapa tempat di kawasan TN MerBeti. Habitat Banteng tersebut
terutamanya adalah savana dan juga semak ilalang yang berada di dalam kawasan.
2.5. Anoa
. Perkembangan distribusi anoa berada di wilayah daratan Sulawesi dan Pulau Buton. Saat
ini anoa, baik anoa dataran rendah maupun anoa dataran tinggi sudah tidak memiliki habitat
yang khas lagi. Kadang kala anoa dataran rendah dapat ditemukan juga di dataran tinggi dan
sebaliknya anoa dataran tinggi juga sering dijumpai di daerah-daerah dataran rendah.Populasi
anoa di alam diperkirakan semakin lama semakin menurun. Diperkirakan populasi anoa
kurang dari 2.500 ekor individu dewasa.
Penyebab utama penurunan populasi anoa diduga karena kerusakan pada habitatnya
yang disebabkan oleh pengalihan fungsi hutan dan perburuan liar yang cenderung meningkat
sehingga satwa ini semakin sulit untuk dijumpai. Pengelolaan habitat menjadi sangat penting
untuk mendukung populasi yang sehat dan berkembang biak secara normal. Untuk itu, guna
menjamin kelestarian anoa maka perlu dilakukan kajian terhadap habitat anoa.
Berdasarkan hasil pemantauan di Sulawesi Utara pada akhir abad ke-19 menunjukkan
bahwa Bubalus depressicornis masih mempunyai daerah penyebaran yang luas dari ujung
Utara Sulawesi. Bahkan setengah abad yang lalu Bubalus depressicornis masih dijumpai di
dalam hutan Bolaang Mongondow dan Gorontalo. Kemudian semenjak itu terjadi penurunan
yang sangat drastis, selain karena kerusakan habitat juga akibat.[21] Hasil kesimpulan dari
beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan populasi anoa semakin hari semakin
mengalami penurunan.
2.6. Musang Sulawesi
Pertengahan Desember 2019, jurnal internasional Oryx yang berbasis di Cambridge,
Inggris, merilis hasil temuan musang sulawesi. Jurnal tersebut ditulis Iwan Hunowu dan
Alfons Patandung yang menjelaskan hasil survei yang mereka lakukan di seluruh Sulawesi
Utara. Fokus utamanya di dua kawasan konservasi yaitu TNBNW dan Cagar Alam
Tangkoko.
Dalam laopran itu dijelaskan bahwa musang sulawesi berstatus Rentan [Vulnerable]
dalam Daftar Merah IUCN, karena dugaan menurunnya populasi yang dipicu berkurangnya
hutan primer. Sejauh ini pula, belum ada data berapa jumlah populasi terkini yang dapat
dijadikan rujukan, disebabkan kurangnya survei di lokasi potensial.
Survei yang dilakukan WCS yang bekerja sama dengan TNBNW itu merekam 13 kali
musang sulawesi berada di delapan lokasi di TNBNW, baik yang ada di dalam maupun di
luar kawasan. Temuan itu kemudian menjadi catatan yang pertama kali ditemukan di
kawasan konservasi tersebut.
Meski demikian, pada Maret 2018, tim patroli Balai TNBNW pernah menemukan
musang sulawesi terperangkap jerat yang dipasang warga. Biasanya, jerat ditujukan untuk
menangkap babi hutan, namun satwa yang terperangkap bisa apa saja: anoa, musang, bahkan
burung maleo. Faktor ini yang membuat musang sulawesi rentan terhadap ancaman, selain
berkurangnya hutan sebagai habitat alaminya.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Mammalia merupakan kelas Vertebrata ( bertulang belakang ) yang mempunyai kelenjar
susu yang digunakan untuk menyusui anaknya. Mammalia berasal dari bahasa latin yakni
mammae berarti susu. Mammalia meliputi hewan-hewan yang mempunyai kelenjar susu pada
betinanya, sedangkan jantan mempunyai kelenjar susu tetapi mengalami reduksi
( menyusut ). Sel telur pada mammalia hanya mempunyai kuning telur yang sedikit sehingga
perkembangan embrio itu berlangsung dalam rahim induknya.
Terdapat sekitar 4.000 spesies mammalian yang masih hidup hingga sekarang yang kini
dikelompokkan atau diklasifikasikan dalam beberapa ordo. Klasifikasi mammalian ialah
sebagai berikut.
 Monotremata ( mammalia bertelur ), family Tachyglossidae ( landak semut ),
contohnya Tachyglossus aculeatus dan family Ornithorhynchidae ( paltipus
hewan berparuh bebek ), contohnya Ornithorhynchus anatinus.
 Marsupialia ( mammalian berkantong ), contohnya kuskus ( Phalanger sp )
kanguru merah raksasa ( Megaleia rufa ) dan koala ( Phascolarctos cinereus ).
 Insectivora ( pemakan serangga ), contohnya tikus mondok ( Talpa europea )
dan celurut rumah ( Crocidura russula ).
 Tupaioidea ( tupai ) contohnya tupai ekor jambul ( Dendrogale melanura ).
Tupai panah (Dendrogale murina).
 Rodentia ( hewan pengerat ), contohnya bajing merah ( Sciurus vulgaris ) dan
tikus rumah ( Mus musculus ).
 Edentata ( kukang armadillo ), contohnya pemakan semut ( Myrmecophaga
tridactyla ) dan tubuh berperisai sisik ( Daypus novermcincius ).
 Phalidota ( trenggiling ), contohnya trenggiling berekor panjang ( Manis
tetradactyla ) dan trenggiling jawa ( manis javanica ).
 Carnivora ( singa, harimau, anjing ), contohnya serigala ( Canis lupus ), singa
( Panthera leo ), kucing ( felis silvestris ).
 Primata ( lemur, wau-wau, anjing ) dibagi menjadi beberapa family seperti
Lemuridae contohnya lemur kerdil ekor ekor gemuk ( Cheirogaleus medius ),
Cercopithecidae contohnya monyet rhesus ( Macaca mulatta ), Pongidae
contohnya gorilla ( Gorilla gorilla ), simpanse ( Pan troglodytes ), orangutan
Kalimantan ( pongo pygmaeus ), hominidae contohnya manusia ( Homo
Sapiens ).
3.2. Saran
Semoga dengan makalah ini pengetahuan kita makin mantap dan jelas meskipun makalah
ini jauh dari kata sempurna. Saya selaku penyusun mengucapkan terima kasih apa bila
membantu menyempurnakan makalah ini. Semoga dengan ini ilmu kita lebih berkah bagi
kehidupan kita sekarang ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013, April). Pengertian Karnivora Cara Adaptasi Karnivora. Retrieved Maret 23,
2014, from Pengertian: http://smakita.com/2013/04/pengertian-adaptasi-karnivora.html
Boolootian, R. A. (1979). ZOOLOGY: An Introduction to The Study of Animals. New York:
Macmillan Publishing Co., Inc.
Brotowijoyo, M. D. (1989). Zoolgy Dasar. Jakarta: Erlangga.
Jasin, M. (1984). Sitematika Hewan Vertebrata dan Avertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya
Surabaya.
Rifai, M. A. (2004). Kamus Biologi. Jakarta: Balai Pustaka.
Sukiya. (2005). Biologi Vertebrata. Malang: UM Press.
Sunquist, Mel, & Fiona. (2002). Wild Cats of The World. Chicago: University of Chicago
Press..

Anda mungkin juga menyukai