Anda di halaman 1dari 10

Laporan

Perilaku Anoa Gunung (Bubalus quarlesi)

Disusun Oleh :
Naufal Hafizh
(1805110010037)

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki kekayaan alam yang tak ternilai harganya baik yang
berupa sumberdaya alam hayati maupun non hayati terutama yang terdiri dari flora
dan fauna yang dikenal mempunyai keanekaragaman (biodiversitas) yang cukup
tinggi. Namun, Indonesia masih termasuk dalam daftar Negara dimana berbagai
jenis spesies organismenya terancan punah. Spesies yang terancam punah tersebut
antara lain 26 spesies burung, 63 spesies mamalia, dan 36 spesies reptil, sedangkan
521 spesies fauna dan 36 spesies flora dilindungi secara hokum (Mallombasang,
2012).

Anoa (Bubalus sp) adalah satwa yang dilindungi undang-undang Indonesia.


Oleh organisasi internasional IUCN, Anoa diklasifikasikan endangered dan oleh
CITIES, Anoa dimasukan dalam kategori perlindungan tertinggi di appendix 1. Hal
ini sangat penting terutama untuk menjaga keseimbangan ekosistem seperti yang
tercantum dalam Undang-undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam dan Ekosistemnya. Akan tetapi, masih minimnya informasi mengenai
populasi dan habitat Anoa menjadi salah satu faktor penghambat upaya
pelestariannya.

Anoa merupakan salah satu satwa endemik Sulawesi yang tergolong satwa
liar yang langka dan dilindungi berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian RI
No: 421/KPTS/ UM/8/1970 dan surat Keputusan Menteri Pertanian No:
90/KPTS/2/1972.Upaya pelestarian terhadap satwa ini sangat penting terutama
untuk menjaga keseimbangan ekosistem di alam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Groves (1969), di Sulawesi terdapat dua jenis anoa, yaitu anoa
dataran rendah (Bubalus depressicornis) dan anoa gunung (Bubalus quarlesi).
Anoa memiliki warna bulu coklat kemerahan hingga hitam. Seekor anoa dapat
mencapai umur sekitar 20-25 tahun. Periode bunting adalah 276 - 315 hari dan
biasanya melahirkan satu anak.

Anoa lebih sering ditemukan berpasangan. Kelompok anoa ditemukan


apabila ada anoa betina dalam keadaan bunting dan mempunyai anak. Penelitian
yang dilakukan oleh Mustari (1995) melaporkan bahwa jarang ditemukan
kelompok anoa lebih dari tiga ekor.

Menurut Mustari (1995) yang disitasi oleh Hügi et al. (1999) jenis satwa
yang mencari pakan dengan meramban, cenderung hidup sendiri atau berpasangan
untuk menghindarkan kompetisi dalam mendapatkan pakannya. Dilaporkan juga
bahwa anoa mempunyai kesenangan berendam di dalam air dan berkubang di
dalam lumpur. Hasil pengamatan Mustari (1995), anoa aktif di pagi dan sore
menjelang malam hari.

Jahidin, (2003) menyatakan bahwa penyebaran satwa ini sangat terbatas,


sedangkan populasi dan habitatnya semakin lama semakin menurun baik kuantitas
maupun kualitasnya. Penurunan populasi terjadi akibat kehilangan habitat karena
perusakan habitat, maupun perburuan yang berlebihan. Dalam keadaan-keadaan
demikian spesies dapat berkurang dengan cepat dan menuju kepunahan, untuk itu
perlu adanya upaya pelestarian yang bertujuan khusus untuk melindungi spesies
yang terancam punah.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Klasifikasi Anoa Gunung

Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Klas : Mammalia
Sub Klas : Theria
Infra Klas : Metatheria
Ordo : Artiodactyla/Cetartiodactyla
Sub Ordo : Ruminantia
Famili : Bovidae
Tribe : Bovini
SubTribe : Bubalina
Genus : Bubalus
Subgenus : Anoa
Spesies : Bubalus quarlesi (Ouwens 1910)

3.2 Morfologi Anoa Gunung

Sesuai dengan namanya, Anoa Pegunungan hidup di dataran tinggi. Ukuran


tubuhnya lebih ramping dibanding dengan kerabatnya, Anoa Dataran Rendah.
Panjang tubuh Anoa Pegunungan berkisar antara 122-153 cm, dengan tinggi tubuh
sekitar 75 cm, berat tubuh sekitar 150 kg. Dibanding dengan kerabatnya, jenis ini
memiliki bulu yang lebih lebat, ekor relatif lebih pendek (27 cm), dan tanduk yang
lebih pendek (15-20 cm).Bulu tubuh Anoa Pegunungan berwarna cokelat gelap
hingga hitam. Umumnya, bulu pada pejantan lebih gelap dibanding betina. Baik
pada Anoa jantan maupun betina memiliki tanduk yang sudutnya mengarah ke
belakang.

Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) di alam liar mampu hidup hingga usia
antara 20-25 tahun. Matang secara seksual (dewasa) saat berusia 2-3 tahun. Dalam
satu masa kehamilan, anoa ini hanya melahirkan satu bayi. Masa kehamilannya
sendiri berkisar 276-315 hari. Saat lahir, bayi anoa memiliki bulu berwarna cokelat
keemasan atau kekuningan yang sesuai usia beranjak berubah menjadi lebih gelap.
Anak anoa akan mengikuti induknya hingga berusia dewasa meskipun saat umur 9-
10 bulan telah disapih. Sehingga tidak jarang satu induk terlihat bersama dengan 2
anak anoa yang berbeda usia.

3.3 Perilaku Harian Anoa Gunung

A. Perilaku Sosial

Di alam, anoa hidup soliter, sering ditemukan satu individu, kadang dua
individu, jarang tiga individu atau lebih. Apabila ditemukan dua individu anoa,
kemungkinan merupakan pasangan jantan dan betina dewasa saat musim kawin
atau masa estrus, atau induk dan anak. Apabila ditemukan anoa dalam kelompok
kecil tiga ekor, meskipun jarang, biasanya adalah induk dan dua anaknya yang
berbeda usia. Dua anak yang ikut induk adalah anak usia muda (1,5–2,5 tahun) dan
anak yang masih tergolong bayi (juvenile, 0–6 bulan). Keduanya merupakan kakak
dan adik. Anak anoa jantan ikut lebih lama bersama dengan induknya dibanding
anak anoa betina. Anoa betina disapih lebih cepat oleh induknya dibanding dengan
anak anoa jantan. Oleh karena itu, anoa yang berumur sekitar dua setengah tahun
atau lebih dan ditemukan masih ikut induknya umumnya adalah anak anoa jantan.

B. Perilaku Harian

Di alam, anoa mencari makan, minum, berendam dan berkubang, melakukan


interaksi sosial, serta aktivitas reproduksi pada siang dan malam hari. Siang hari
anoa lebih sering ditemukan mencari makan serta aktivitas lain di hutan. Pada
kawasan hutan yang berdekatan dengan perkebunan dan permukiman, serta pada
hutan di mana sering terdapat gangguan manusia, seperti adanya penebangan
pohon, pencarian hasil hutan non kayu misalnya rotan, madu, berburu, maka anoa
cenderung aktif pada malam hari. Hal ini terkait dengan sifatnya yang peka akan
gangguan manusia.

Anoa selalu menghindari kontak dengan manusia. Sementara pada hutan


yang berada jauh dari permukiman dan aktivitas manusia, secara alami anoa aktif
pada siang dan malam hari. Pada malam hari anoa mulai mencari makan sekitar
pukul 19.00 dan sampai pukul 22.00 kadang dijumpai anoa masih aktif mencari
makan. Anoa yang keluar dari hutan pada malam hari selalu kembali ke hutan pada
dini hari pukul 04.00–05.00. Jejak kaki dan feses anoa sering ditemukan di
sepanjang jalan setapak dan koridor lintasan anoa serta di sekitar sumber air berupa
sungai, rawa dan mata air. Perilaku anoa seperti ini biasa dimanfaatkan oleh para
pemburu dengan memasang jerat kaki di lintasan anoa. Di areal perbatasan hutan
dan kebun (forest edges) tersedia berbagai jenis hijauan berupa terubusan dan tunas
berbagai jenis tumbuhan, rumput, berbagai jenis paku, dan kadang makan tanaman
seperti padi ladang, ubi jalar, singkong, pisang, sayuran dan palawija serta rumput
yang baru tumbuh pada areal bekas pembakaran kebun.

C. Perilaku Menggaruk Tanah (Soil Scratching)

Anoa memiliki kebiasaan menggaruk tanah dengan kuku kaki pada jalur
yang biasa dilaluinya. Di beberapa lokasi, tempat menggaruk tersebut terdapat
feses atau urine anoa. Anoa menggosokkan kuku pada lokasi tertentu di sepanjang
lintasannya yang diduga juga bagian dari perilaku penandaan wilayah jelajah
(mungkin wilayah teritori). Perilaku ini sering ditemukan pada satwa ungulata
khususnya di mana terdapat kelenjar hormonal di antara kedua celah kukunya
untuk menandai teritorinya. Beberapa bekas garukan di tanah tersebut berdekatan
dengan feses anoa.

D. Perilaku Istirahat dan Mencari Tempat Berlindung (Shelter Seeking)

Lokasi yang disukai anoa berlindung atau beristirahat adalah lereng bukit,
kaki tebing, tanah menjorok di kaki tebing menyerupai gua, puncak bukit, lubang
besar gerowong pohon tumbang, sekitar akar papan atau banir, di bawah liana,
rumpun bambu, rotan, dan gua.

Pada siang hari yang terik, anoa biasa ditemukan berlindung di bawah
rindang pepohonan di sekitar mata air, di sekitar rawa, di sekitar tempat berkubang
atau mandi. Demikian pula pepohonan sekitar sumber mata air panas seperti yang
terdapat di hutan Suaka Margasatwa Nantu di hulu Sungai Paguyaman Gorontalo,
anoa sering menjadikannya tempat istirahat. Satwa ini juga dapat dijumpai
beristirahat di hutan riparian atau di puncak bukit yang aman dari gangguan
manusia. Ketika istirahat, anoa memamah biak, mengunyah kembali makanannya
di bawah pohon, di kaki bukit dan tebing, sekitar akar banir atau akar papan.

Tempat lain yang disukai anoa untuk istirahat adalah puncak-puncak


perbukitan, tanah relatif kering dan terdapat pepohonan rimbun. Pemilihan puncak-
puncak perbukitan untuk istirahat atau berlindung dilakukan terutama pada malam
hari atau pada saat musim hujan di mana kondisi tanah di bagian hutan yang lebih
rendah basah atau becek. Tempat lain yang disukai anoa yaitu di bawah tegakan
bambu karena rumpun bambu memberikan perlindungan yang sangat baik dari
terik matahari, apalagi daun mudah dan rebung bambu merupakan salah satu
makanan kesukaan anoa di habitat alaminya. Perilaku mencari tempat berlindung
juga ditunjukkan oleh anoa yang berada di kandang.

Di kandang yang cukup luas, terdapat pepohonan dan shelter, anoa


beristirahat dan mencari tempat berlindung ketika hujan lebat atau angin kencang
disertai petir. Saat istirahat, anoa menyukai bagian lantai kandang yang kering dan
bersih atau pada shelter yang lantainya kering. Hal ini memperkuat temuan di
habitat alam, bahwa ketika berlindung dan istirahat, anoa menyukai tanah lantai
hutan yang kering. Hal ini diduga karena tanah yang kering memberikan
kehangatan pada tubuh anoa, terlebih anoa yang hidup di habitat hutan
pegunungan. Anoa menyukai air dan sering berendam, tetapi ketika istirahat dan
berlindung, anoa akan memilih tempat yang tanahnya cukup kering.

E. Perilaku Berkubang, Berendam dan Mandi

Berbagai cara dilakukan oleh satwa dalam memelihara diri, untuk menjaga
kesehatannya atau agar tubuhnya senantiasa dalam kondisi yang baik. Anoa
memelihara diri misalnya menjilat bagian tubuhnya, kulit dan rambut, serta
menjilat tungkai dan kaki. Untuk mengusir serangga yang mengganggu, anoa
senantiasa menggerakkan atau mengibaskan ekornya. Selain itu anoa secara teratur
berkubang atau mandi, selain menyejukkan badannya, mandi dan berkubang
dilakukan untuk mengusir serangga misalnya nyamuk dan lalat dari tubuhnya. Saat
terik matahari sekitar pukul 11.00–14.00 saat suhu udara sekitar 28–31 oC dan
kelembapan 60–70%, anoa sering dijumpai berendam di tempat berkubang di
hutan, atau di sekitar mata air terlebih apabila terdapat mata air panas mengandung
belerang, anoa sangat menyukai tempat seperti ini.

Di habitatnya, tempat berkubang anoa umumnya berbentuk bulat, oval atau


agak memanjang, dengan diameter berkisar 1,5–5 m dengan kedalaman air 0,4–0,6
m. Lokasi yang dipilih berendam anoa yaitu yang aman dari berbagai gangguan,
terutama gangguan atau kehadiran manusia. Selama berendam, anoa tetap
menunjukkan sikap dan perilaku waspada. Apabila selama berendam dan tiba-tiba
terdapat gangguan atau ancaman, anoa dengan cepat akan meninggalkan tempat
berendam dan seketika mencari tempat yang lebih aman. Kondisi air di tempat
berendam atau berkubang bervariasi, mulai dari air yang cukup bersih dan bening
sampai air yang keruh. Air yang keruh juga dapat dipakai berendam, terutama
ketika musim hujan.

F. Perilaku Allelomimetik

Perilaku allelomimetik yaitu perilaku meniru. Allelomimetik dapat


dilakukan oleh anak yang meniru perilaku induknya atau anoa muda yang belajar
atau meniru perilaku anoa dewasa. Anak anoa yang baru dilahirkan, belajar berdiri,
berjalan dan kemudian berlari adalah bagian dari perilaku allelomimetik, meniru
induknya. Setelah anak mulai mencari makan alami berbagai jenis tumbuhan di
hutan, anak akan belajar dan meniru perilaku induknya. Mulai dari memilih jenis
tumbuhan yang akan dimakan, mencium terlebih dahulu hijauan, menjulurkan
lidah dan kemudian merenggut dan memasukkan ke mulut. Perilaku meniru
selanjutnya termasuk bagaimana mendeteksi adanya bahaya atau predator.
Berkubang, mandi, minum dan mencari tempat berlindung dipelajari anak selama
bersama dengan induknya karena anak anoa masih terus bersama dengan induknya
sampai umur sekitar 1,5–2 tahun. Setelah itu anak disapih untuk selanjutnya hidup
mandiri.

G. Perilaku Agonistik

Ada yang menganggap anoa satwa yang agresif, berbahaya, sering melukai
orang, bahkan tidak jarang membunuh manusia dengan tanduknya yang sangat
tajam. Namun sifat agresif anoa sering kali dilebihkan karena pada dasarnya anoa
selalu menghindari manusia. Penciuman anoa sangat tajam, aroma keringat dan
bau asap rokok menyebabkan anoa menghindar.

Anoa agresif dalam tiga keadaan. Pertama ketika anoa dalam masa birahi,
periode Agustus– Oktober, yaitu pada musim kemarau, anoa jantan cenderung
agresif karena memperebutkan betina. Kedua, induk betina yang memiliki anak
sangat agresif dan protektif karena nalurinya untuk melindungi dan menjaga
anaknya. Beberapa kasus penduduk lokal yang masuk hutan untuk mencari hasil
hutan tiba-tiba diseruduk anoa betina beranak. Ketiga, anoa yang luka cenderung
agresif dan dapat menyerang dengan ganas.

Anoa terluka disebabkan karena terjadinya perkelahian serius sesama


individu jantan dalam memperebutkan pasangan selama musim kawin. Sesama
anoa jantan berkelahi dengan tanduk yang sangat tajam dapat mengakibatkan luka
serius pada lawannya atau luka kedua belah pihak. Luka akibat perkelahian
umumnya terdapat di bagian kepala, samping leher dan bagian badan terutama di
bagian samping dan bawah perut. Perkelahian serius dapat menimbulkan kematian
akibat luka parah. Anoa yang terluka mendekat sumber air untuk minum atau
berendam. Karena itu anoa luka sering ditemukan di dekat sumber air. Beberapa
tengkorak dan tulang belulang ditemukan tidak jauh dari sumber air yang
menandakan bahwa ketika sakit atau terluka parah, anoa mendekati sumber air,
berupa mata air, sungai atau tempat berkubang.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Anoa merupakan salah satu hewan mamalia yang hidupnya soliter. Perilaku
meniru anak - anoa yakni mendeteksi adanya bahaya atau predator. Berkubang,
mandi, minum dan mencari tempat berlindung dipelajari anak selama bersama
dengan induknya karena anak anoa masih terus bersama dengan induknya sampai
umur sekitar 1,5–2 tahun. Setelah itu anak disapih untuk selanjutnya hidup
mandiri. Anak anoa jantan ikut lebih lama bersama dengan induknya dibanding
anak anoa betina. Anoa betina disapih lebih cepat oleh induknya dibanding dengan
anak anoa jantan. Oleh karena itu, anoa yang berumur sekitar dua setengah tahun
atau lebih dan ditemukan masih ikut induknya umumnya adalah anak anoa jantan.
DAFTAR PUSTAKA

Groves CP. 1969. Systematics of the anoa (Mammalia, Bovidae). Beaufortia 17: 1–
12.

Jahidin. 2003. Populasi dan perilaku anoa pegunungan (Bubalus (Anoa) quarlesi
Ouwens) di Taman Nasional Lore Lindu. [Tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.

Mustari AH. 1995. Population and behaviour of lowland anoa (Bubalus


depressicornis Smith) in Tanjung Amolengu Wildlife Reserve, Southeast
Sulawesi, Indonesia [MSc. Thesis]. University of George-August,
Germany.

Ouwens PA. 1910. Contribution a’ la connaissance des mammiferes de Celebes.


Bull Dept Agr Ind Nederland 38 (Zool.,6): 1-7.

Anda mungkin juga menyukai