Disusun Oleh :
Naufal Hafizh
(1805110010037)
Indonesia memiliki kekayaan alam yang tak ternilai harganya baik yang
berupa sumberdaya alam hayati maupun non hayati terutama yang terdiri dari flora
dan fauna yang dikenal mempunyai keanekaragaman (biodiversitas) yang cukup
tinggi. Namun, Indonesia masih termasuk dalam daftar Negara dimana berbagai
jenis spesies organismenya terancan punah. Spesies yang terancam punah tersebut
antara lain 26 spesies burung, 63 spesies mamalia, dan 36 spesies reptil, sedangkan
521 spesies fauna dan 36 spesies flora dilindungi secara hokum (Mallombasang,
2012).
Anoa merupakan salah satu satwa endemik Sulawesi yang tergolong satwa
liar yang langka dan dilindungi berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian RI
No: 421/KPTS/ UM/8/1970 dan surat Keputusan Menteri Pertanian No:
90/KPTS/2/1972.Upaya pelestarian terhadap satwa ini sangat penting terutama
untuk menjaga keseimbangan ekosistem di alam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Groves (1969), di Sulawesi terdapat dua jenis anoa, yaitu anoa
dataran rendah (Bubalus depressicornis) dan anoa gunung (Bubalus quarlesi).
Anoa memiliki warna bulu coklat kemerahan hingga hitam. Seekor anoa dapat
mencapai umur sekitar 20-25 tahun. Periode bunting adalah 276 - 315 hari dan
biasanya melahirkan satu anak.
Menurut Mustari (1995) yang disitasi oleh Hügi et al. (1999) jenis satwa
yang mencari pakan dengan meramban, cenderung hidup sendiri atau berpasangan
untuk menghindarkan kompetisi dalam mendapatkan pakannya. Dilaporkan juga
bahwa anoa mempunyai kesenangan berendam di dalam air dan berkubang di
dalam lumpur. Hasil pengamatan Mustari (1995), anoa aktif di pagi dan sore
menjelang malam hari.
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Klas : Mammalia
Sub Klas : Theria
Infra Klas : Metatheria
Ordo : Artiodactyla/Cetartiodactyla
Sub Ordo : Ruminantia
Famili : Bovidae
Tribe : Bovini
SubTribe : Bubalina
Genus : Bubalus
Subgenus : Anoa
Spesies : Bubalus quarlesi (Ouwens 1910)
Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) di alam liar mampu hidup hingga usia
antara 20-25 tahun. Matang secara seksual (dewasa) saat berusia 2-3 tahun. Dalam
satu masa kehamilan, anoa ini hanya melahirkan satu bayi. Masa kehamilannya
sendiri berkisar 276-315 hari. Saat lahir, bayi anoa memiliki bulu berwarna cokelat
keemasan atau kekuningan yang sesuai usia beranjak berubah menjadi lebih gelap.
Anak anoa akan mengikuti induknya hingga berusia dewasa meskipun saat umur 9-
10 bulan telah disapih. Sehingga tidak jarang satu induk terlihat bersama dengan 2
anak anoa yang berbeda usia.
A. Perilaku Sosial
Di alam, anoa hidup soliter, sering ditemukan satu individu, kadang dua
individu, jarang tiga individu atau lebih. Apabila ditemukan dua individu anoa,
kemungkinan merupakan pasangan jantan dan betina dewasa saat musim kawin
atau masa estrus, atau induk dan anak. Apabila ditemukan anoa dalam kelompok
kecil tiga ekor, meskipun jarang, biasanya adalah induk dan dua anaknya yang
berbeda usia. Dua anak yang ikut induk adalah anak usia muda (1,5–2,5 tahun) dan
anak yang masih tergolong bayi (juvenile, 0–6 bulan). Keduanya merupakan kakak
dan adik. Anak anoa jantan ikut lebih lama bersama dengan induknya dibanding
anak anoa betina. Anoa betina disapih lebih cepat oleh induknya dibanding dengan
anak anoa jantan. Oleh karena itu, anoa yang berumur sekitar dua setengah tahun
atau lebih dan ditemukan masih ikut induknya umumnya adalah anak anoa jantan.
B. Perilaku Harian
Anoa memiliki kebiasaan menggaruk tanah dengan kuku kaki pada jalur
yang biasa dilaluinya. Di beberapa lokasi, tempat menggaruk tersebut terdapat
feses atau urine anoa. Anoa menggosokkan kuku pada lokasi tertentu di sepanjang
lintasannya yang diduga juga bagian dari perilaku penandaan wilayah jelajah
(mungkin wilayah teritori). Perilaku ini sering ditemukan pada satwa ungulata
khususnya di mana terdapat kelenjar hormonal di antara kedua celah kukunya
untuk menandai teritorinya. Beberapa bekas garukan di tanah tersebut berdekatan
dengan feses anoa.
Lokasi yang disukai anoa berlindung atau beristirahat adalah lereng bukit,
kaki tebing, tanah menjorok di kaki tebing menyerupai gua, puncak bukit, lubang
besar gerowong pohon tumbang, sekitar akar papan atau banir, di bawah liana,
rumpun bambu, rotan, dan gua.
Pada siang hari yang terik, anoa biasa ditemukan berlindung di bawah
rindang pepohonan di sekitar mata air, di sekitar rawa, di sekitar tempat berkubang
atau mandi. Demikian pula pepohonan sekitar sumber mata air panas seperti yang
terdapat di hutan Suaka Margasatwa Nantu di hulu Sungai Paguyaman Gorontalo,
anoa sering menjadikannya tempat istirahat. Satwa ini juga dapat dijumpai
beristirahat di hutan riparian atau di puncak bukit yang aman dari gangguan
manusia. Ketika istirahat, anoa memamah biak, mengunyah kembali makanannya
di bawah pohon, di kaki bukit dan tebing, sekitar akar banir atau akar papan.
Berbagai cara dilakukan oleh satwa dalam memelihara diri, untuk menjaga
kesehatannya atau agar tubuhnya senantiasa dalam kondisi yang baik. Anoa
memelihara diri misalnya menjilat bagian tubuhnya, kulit dan rambut, serta
menjilat tungkai dan kaki. Untuk mengusir serangga yang mengganggu, anoa
senantiasa menggerakkan atau mengibaskan ekornya. Selain itu anoa secara teratur
berkubang atau mandi, selain menyejukkan badannya, mandi dan berkubang
dilakukan untuk mengusir serangga misalnya nyamuk dan lalat dari tubuhnya. Saat
terik matahari sekitar pukul 11.00–14.00 saat suhu udara sekitar 28–31 oC dan
kelembapan 60–70%, anoa sering dijumpai berendam di tempat berkubang di
hutan, atau di sekitar mata air terlebih apabila terdapat mata air panas mengandung
belerang, anoa sangat menyukai tempat seperti ini.
F. Perilaku Allelomimetik
G. Perilaku Agonistik
Ada yang menganggap anoa satwa yang agresif, berbahaya, sering melukai
orang, bahkan tidak jarang membunuh manusia dengan tanduknya yang sangat
tajam. Namun sifat agresif anoa sering kali dilebihkan karena pada dasarnya anoa
selalu menghindari manusia. Penciuman anoa sangat tajam, aroma keringat dan
bau asap rokok menyebabkan anoa menghindar.
Anoa agresif dalam tiga keadaan. Pertama ketika anoa dalam masa birahi,
periode Agustus– Oktober, yaitu pada musim kemarau, anoa jantan cenderung
agresif karena memperebutkan betina. Kedua, induk betina yang memiliki anak
sangat agresif dan protektif karena nalurinya untuk melindungi dan menjaga
anaknya. Beberapa kasus penduduk lokal yang masuk hutan untuk mencari hasil
hutan tiba-tiba diseruduk anoa betina beranak. Ketiga, anoa yang luka cenderung
agresif dan dapat menyerang dengan ganas.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Anoa merupakan salah satu hewan mamalia yang hidupnya soliter. Perilaku
meniru anak - anoa yakni mendeteksi adanya bahaya atau predator. Berkubang,
mandi, minum dan mencari tempat berlindung dipelajari anak selama bersama
dengan induknya karena anak anoa masih terus bersama dengan induknya sampai
umur sekitar 1,5–2 tahun. Setelah itu anak disapih untuk selanjutnya hidup
mandiri. Anak anoa jantan ikut lebih lama bersama dengan induknya dibanding
anak anoa betina. Anoa betina disapih lebih cepat oleh induknya dibanding dengan
anak anoa jantan. Oleh karena itu, anoa yang berumur sekitar dua setengah tahun
atau lebih dan ditemukan masih ikut induknya umumnya adalah anak anoa jantan.
DAFTAR PUSTAKA
Groves CP. 1969. Systematics of the anoa (Mammalia, Bovidae). Beaufortia 17: 1–
12.
Jahidin. 2003. Populasi dan perilaku anoa pegunungan (Bubalus (Anoa) quarlesi
Ouwens) di Taman Nasional Lore Lindu. [Tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.