Anda di halaman 1dari 19

Daftar Hewan Langka di Indonesia yang

Terancam Punah
Dalam artikel ini akan dipaparkan sekitar 30 spesies hewan langka yang sudah masuk dalam zona kritis
dan harus dilakukan berbagai upaya untuk melestarikannya. Sebenarnya, dalam dunia konservasi, tidak
dikenal istilah hewan langka, namun disebut sebagai “hewan langka terancam punah”. Istilah ini sudah
lazim dipakai oleh berbagai lembaga atau organisasi konservasi internasional, misalnya IUCN
(International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources). Dengan bekerjasama
dengan berbagai negara, organisasi dunia ini bergerak aktif untuk menangani berbagai sumber daya
alam (flora & fauna) yang sudah masuk dalam daftar terancam punah atau Red List of Threatened
Species.

1. Orang Utan Sumatera dan Kalimantan


Orang utan, baik itu yang hidup di pulau Sumatera atau Kalimantan juga termasuk spesies yang sangat
terancam punah. Menurut laporan IUCN, selama 75 tahun terakhir populasi orang utan Sumatera telah
mengalami penurunan sebanyak 80%. Dalam kurun waktu 1998 dan 1999, laju kehilangan tersebut
dilaporkan mencapai sekitar 1000 orang utan per tahun. Sementara itu, pada tahun 2004, ilmuwan
memperkirakan bahwa total populasi orangutan di Pulau Borneo, baik di wilayah Indonesia maupun
Malaysia terdapat sekitar 54 ribu individu. Kebalikan dari orangutan Borneo, orang utan Sumatera
mempunyai kantung pipi yang panjang pada orang utan jantan.

2. Harimau Sumatera

Mungkin saat ini jumlah populasi Harimau Sumatera tak lebih dari 300 ekor saja, sehingga menurut
WWF spesies yang merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga
saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis atau hewan langka yang terancam punah (critically
endangered). Warna kulit harimau Sumatera merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai
dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua. Tubuhnya juga relatif paling kecil dibandingkan
semua sub-spesies harimau yang hidup saat ini. Semakin sempitnya luas habitat karena aktivitas
pembukaan lahan, membuat mereka semakin terancam punah.
3. Komodo

Habitat komodo (Varanus komodoensis) di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan
karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar
ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman
Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka. Habitat utama kadal raksasa ini hanya ada di
pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Komodo pertama kali
didokumentasikan oleh orang Eropa pada tahun 1910. Nama hewan karnivora ini semakin dikenal
dunia setelah tahun 1912 Pieter Antonie Ouwens, direktur Museum Zoologi di Buitenzorg (kini Bogor),
menerbitkan paper tentang komodo setelah menerima foto dan kulit reptil ini.

4. Burung Jalak Bali

J
alak Bali ditemukan pertama kali pada tahun 1910. Nama ilmiah Jalak Bali dinamakan menurut pakar
hewan berkebangsaan Inggris, Walter Rothschild, sebagai orang pertama yang mendeskripsikan spesies
ini ke dunia pengetahuan pada tahun 1912. Jalak Bali hanya ditemukan di hutan bagian barat Pulau
Bali. Burung ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik Bali dan pada tahun 1991 dinobatkan
sebagai lambang fauna Provinsi Bali. Keberadaan hewan endemik ini dilindungi undang-undang.
Untuk mencegah terjadi ancaman kepunahan yang makin erius, sebagian besar kebun binatang di
seluruh dunia menjalankan program penangkaran jalak Bali (Leucopsar rothschildi).
5. Badak Jawa dan Sumatera

Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) juga menjadi
perhatian penting bagi pemerintah dan para pecinta lingkungan. Badak sumatera (Sumatran rhino) dan
Badak Jawa (Javan rinho) merupakan dua dari 5 spesies badak yang masih mampu bertahan dari
kepunahan, selain badak india, badak hitam afrika, dan badak putih afrika. Namun, kedua badak ini
sudah masuk dalam kategori sangat terancam atau critically endangered. Status konservasi critically
endangered ini disandangkan pada spesies badak di Indonesia sejak 1996.

6. Gajah Sumatera

Mungkin saat ini jumlah populasi Harimau Sumatera tak lebih dari 300 ekor saja, sehingga menurut
WWF spesies yang merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga
saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis atau hewan langka yang terancam punah (critically
endangered). Warna kulit harimau Sumatera merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai
dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua. Tubuhnya juga relatif paling kecil dibandingkan
semua sub-spesies harimau yang hidup saat ini. Semakin sempitnya luas habitat karena aktivitas
pembukaan lahan, membuat mereka semakin terancam punah.
7. Kanguru Pohon Wondiwoi

Rupanya, Kanguru bukan hanya milik Australia saja, karena Indonesia juga memilikinya. Kanguru
Pohon Wondiwoi namanya, merupakan salah satu spesies hewan langka endemik yang hidup di Pulau
Papua. Berdasarkan spesimen yang ditemukan Ernst Mayr, hewan yang memiliki nama ilmiah
Dendrolagus mayri ini diperkirakan mempunyai berat sekitar 9,25 kg. Bulunya berwarna hitam suram
dengan beberapa bagian yang berwarna kekuningan. Daerah pantat dan tungkai berwarna kemerahan
dengan ekor keputihan. Populasi pasti Kanguru Pohon Wondiwoi memang tidak pernah diketahui
secara pasti. Namun menurut IUCN Red List, diperkirakan jumlah populasi kanguru pohon ini sekitar
50 ekor individu saja. Hal inilah yang membuat pihak IUCN Red List memasukkan Kanguru Pohon
Wondiwoi atau Wondiwoi Tree-kangaroo sebagai spesies Critically Endangered atau spesies yang
sangat terancam punah (Kritis).
.

8. Pesut Mahakam

Pesut mahakam atau dalam bahasa Latin disebut Orcaella brevirostris adalah sejenis hewan mamalia
yang sering disebut lumba-lumba air tawar yang hampir punah karena berdasarkan data tahun 2007,
populasi hewan tinggal 50 ekor saja dan menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam
punah. Ilmuwan internasional mengklasifikasikan populasi Pesut Mahakam di Sungai Mahakam,
Kalimantan Timur, dalam kondisi sangat terancam punah. Banyak faktor yang mempengaruhi populasi
pesut. Jumlah pasokan makanan yang makin berkurang di alam, lalu lalang kapal ponton di kawasan
habitatnya, serta penggunaan racun oleh nelayan setempat menjadi biang kerok berkurangnya populasi
ikan pesut.
9. Macan Tutul Jawa

Harimau Jawa telah lama punah, dan spesies sejenis yang masih ada di tanah Jawa adalah Macan Tutul
Jawa atau dalam bahasa Latin disebut Panthera pardus melas. Hewan langka yang menjadi ikon
provinsi Jawa Barat ini merupakan satwa endemik pulau Jawa dan menjadi bagian dari sembilan
subspesies Macan Tutul (Phantera pardus) di dunia. Macan Tutul Jawa yang telah dikategorikan dalam
status konservasi “Critically Endangered” mempunyai dua jenis variasi, yaitu Macan Tutul berwarna
terang dan Macan Tutul berwarna hitam yang biasa disebut dengan Macan Kumbang. Meskipun
berwarna berbeda, kedua kucing besar ini adalah subspesies yang sama. Menurut laporan dari IUCN,
jumlah Macan Tutul Jawa yang masih hidup tak lebih dari 300 ekor di habitatnya.

10. Kura-kura Paruh Betet

Dalam bahasa Inggris kura-kura hutan sulawesi yang endemik pulau Sulawesi ini disebut sebagai
Sulawesi Forest Turtle. Sedangkan resminya, hewan langka ini mempunyai nama latin yaitu
Leucocephalon yuwonoi yang bersinonim dengan Geoemyda yuwonoi dan Heosemys yuwonoi. Kura-
kura hutan Sulawesi ini sering juga dikenal dengan nama kura-kura paruh betet. Pemberian julukan
nama tersebut dikarenakan bentuk mulutnya yang unik seperti burung betet. Kura-kura hutan Sulawesi
(kura-kura paruh betet) ini termasuk dalam salah satu dari 7 jenis reptil paling langka di Indonesia.
Bahkan termasuk dalam daftar The World’s 25 Most Endangered Tortoises and Freshwater Turtles—
2011 yang dikeluarkan oleh Turtle Conservation Coalition. Sebelumnya kura-kura hutan sulawesi
digolongkan dalam genus Heosemys, namun sejak tahun 2000 dimasukkan dalam genus tunggal
Leucocephalon. Kata ‘yuwonoi’ dalam nama ilmiahnya merujuk pada Frank Yuwono yang kali pertama
memperoleh spesimen pertama kura-kura hutan sulawesi ini di pasar di Gorontalo Sulawesi.
11. Elang Flores

Elang flores atau Nisaetus floris merupakan jenis elang berukuran besar sekitar 71 – 82 cm yang turut
memperkaya keragaman burung di nusantara. Meskipun namanya elang flores, burung ini juga dapat
dijumpai juga di Pulau Lombok, Sumbawa, serta pulau kecil Satonda dan Rinca, selain tentu saja di
Pulau Flores, Nusa Tenggara. Kecenderungan populasi elang flores yang terus menurun membuat
Badan Konservasi Dunia IUCN menetapkannya sebagai jenis “satu langkah menuju kepunahan”
(Critically Endangered/CR). Jumlah individu dewasa di seluruh persebarannya diperkirakan sekitar 100
pasang dengan daerah jelajah sekitar 10.000 kilometer persegi. Ciri elang ini adalah tubuh bagian
bawahnya berwarna putih, hidup di kawasan hutan dataran rendah dan submontana hingga ketinggian
1.000 mdpl. Teknik memangsanya yang mudah terlihat adalah berburu dari tenggeran dan terbang
mengangkasa memanfaatkan aliran udara panas.

12. Ekidna Moncong Panjang Barat

Ekidna Moncong Panjang Barat (Zaglossus bruijnii) atau yang dalam bahasa Inggris biasa disebut
dengan Western Long-beaked Echidna merupakan hewan endemik yang berasal dari Papua, dan
Australia (punah) yang hidup di ketinggian 1300-4000 mdpl. Habitatnya adalah padang rumput alpin
dan hutan yang lembap. Ekidna merupakan hewan mammalia yang bertelur (ordo Monotremata) yang
masih bertahan hidup hingga sekarang di samping platipus (Ornithorhynchus anatinus). Sebagaimana
dengan platipus, Ekidna termasuk hewan yang aneh. Ekidna menjadi aneh lantaran hewan mamalia
selayaknya harimau ataupun tarsius tetapi ekidna tidak melahirkan anaknya melainkan bertelur.
13. Kodok Pohon Ungaran

Philautus jacobsoni atau biasa disebut Katak Pohon Ungaran. Memiliki status Critically endangered
(hampir punah) dan masuk dalam daftar The IUCN Red List of Threatened Species tahun 2008. Dalam
pernyataannya, Philautus jacobsoni dinyatakan hampir punah dengan alasan daerah yang menjadi
habitatnya kurang dari 10 km2, semua individu dari jenis katak ini hanya terdapat di Gunung Ungaran,
Semarang, Jawa Tengah.

14. Burung Trulek Jawa

Burung Trulek Jawa (Vanellus macropterus) merupakan salah satu jenis burung endemik Jawa yang
memiliki habitat utama di wilayah rawa yang luas, seperti padang rumput luas yang banjir saat musim
hujan. Menurut data IUCN terbaru tahun 2013, jumlah populasi Trulek Jawa ini sangat kecil,
diasumsikan kurang dari 50 individu saja. Mengerikan bukan? Jumlah populasi yang dimungkinkan
menurun ini, disebabkan oleh gangguan manusia dan konversi habitat untuk budidaya dan pertanian,
serta perburuan. Sejalan dengan itu, menurut data IUCN, dinyatakan bahwa ancaman kepunahan Trulek
Jawa ini adalah masalah lahan dari habitat asli yang telah dialihfungsikan menjadi wilayah agro-
industry farming atau lahan pertanian dan menjadi daerah budidaya air tawar, yaitu tambak.
15. Kakatua Jambul Kuning

Jenis burung yang semakin terancam kelestariannya adalah burung Kakatua Jambul Kuning atau dalam
nama ilmiahnya disebut Cacatua sulphurea. Daerah sebaran kakatua-kecil jambul-kuning adalah
Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Bali, dan Timor, di tempat yang masih terdapat hutan-hutan primer
dan sekunder. Menurut Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Nusa Tengara
Barat Dr Ir Widada MM, seperti dikutip dari Republika, mengungkapkan populasi burung Kakatua
Jambul Kuning yang hidup di alam liar di daerah NTB saat ini tersisa 145 ekor. Bahkan, lanjut Widada,
burung Kakatua jambul kuning telah dinyatakan hewan langka yang masuk kategori kritis oleh
lembaga konservasi dunia (IUCN), karena jumlahnya yang semakin sedikit

16. Simakobu

Simakobu adalah monyet berhidung pesek yang status populasinya paling mengkhawatirkan dan orang
jarang bahkan tidak mengenalnya. Simakobu adalah spesies monoleptik dimana binatang ini tidak
memiliki ‘saudara’ dalam marganya. Russel A. Mittermeier, Presiden Conservation International (CI)
juga menambahkan bahwa Simakobu merupakan satu-satunya monyet pemakan daun yang mempunyai
ekor melingkar pendek dan mempunyai hidung tumpul seperti halnya monyet emas atau monyet
berhidung pesek. Simakobu atau yang bernama ilmiah Simias concolor ini menjadi penting karena
statusnya dalam IUCN yang dikategorikan sebagai spesies yang Critically Endangered atau status
konservasi tingkat keterancaman tinggi (hewan langka) dan dicap sebagai ‘The World’s 25 Most
Endangered Primates’. Hal ini terjadi karena populasi monyet ekor babi selama 10 tahun terakhir
mengalami penurunan hingga 80%.

17. Beruk Mentawai

Selain Simakobu, kawasan Mentawai juga dihuni spesies primata lainnya. Orang lokal menyebutnya
Bokoi atau bokkoi (Macaca pagensis). Mereka adalah sejenis monyet yang menyebar terbatas (edemik)
di Kepulauan Mentawai, lepas pantai barat Sumatera. Nama itu adalah sebutan yang sering digunakan
oleh penduduk Kepulauan Mentawai untuk menyebut hewan tersebut. Nama lainnya adalah beruk
mentawai, sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut dengan nama Pagai Island Macaque. Epitet
spesifiknya, yaitu pagensis, berarti “berasal dari Pagai”; merujuk kepada pulau-pulau Pagai di
Kepulauan Mentawai sebagai habitat asal beruk ini yang kian terancam punah.

18. Tarsius Siau

Tarsius adalah primata dari genus Tarsius, suatu genus monotipe dari famili Tarsiidae, satu-satunya
famili yang bertahan dari ordo Tarsiiformes. Tarsius mempunyai tubuh kecil dengan mata yang sangat
besar; tiap bola matanya berdiameter sekitar 16 mm dan keseluruhan berukuran sebesar otaknya. Kaki
belakangnya juga sangat panjang. Sampai saat ini populasi Tarsius cenderung mengalami penurunan
(IUCN, 2012). Perkiraan kepadatan populasi Tarsius di Tangkoko adalah 156/km2 (Gursky, 1997). Hal
ini karena dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Faktor
luar (eksternal) yang mempengaruhi Tarsius antara lain adalah lingkungan(habitat,sarang, jenis
vegetasi), iklim (suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan curah hujan), predator (kucing hutan, ular
dan manusia), dan pakan.
19. Gagak Banggai

Burung Gagak Banggai atau Corvus unicolor sempat dinyatakan telah punah, kemudian tahun 2007
lalu kawanan spesies ini terlihat kembali di alam liar dengan jumlah terbatas. Hal inilah yang
mendasari bahwa kondisi spesies ini termasuk satwa dilindungi dan terancam punah. Gagak banggai
merupakan salah satu jenis burung endemik Sulawesi. Burung ini sebarannya terbatas hanya pada
daerah Kepulauan Banggai. Gagak Banggai berukuran kurang lebih 39 cm dengan corak tubuh
berwarna hitam dengan iris pucat, ekor yang pendek, berkaki gelap dan leher mungkin menunjukkan
kemilau cokelat kusam. Selain itu suara kicauan burung memberikan 3-4 catatan berderit peluit Kruik,
Kruik, Kruik, Kruik, yang berlangsung 2-3 detik.

20. Burung Kacamata Sangihe

Burung Kacamata Sangihe atau Zosterops nehrkorni merupakan salah satu satwa (aves) yang telah
ditetapkan sebagai burung langka, dan berada dalam kategori status critically endangared oleh IUCN.
Hal ini tidak lain disebabkan karena habitat burung kacamata sangihe yang sangat sempit dan adanya
perburuan liar karena burung ini memiliki suara kicauan yang indah. Bahkan pada tahun 1999 burung
ini sempat dinyatakan punah oleh para peneliti dikarenakan kicauannya tidak terdengar lagi di Gunung
Sahendaruman dan Gunung Sahengbalira di pulau Sangihe. Namun sayangnya, burung yang disebut
mata mawiera oleh penduduk setempat ini belum didaftarkan sebagai burung yang dilindungi oleh
pemerintah Republik Indonesia (RI). Hal ini dibuktikan dengan tidak dicantumkannya nama burung
kacamata sangihe pada lampiran PP No. 7 tahun 1999.
21. Burung Hantu (Celepuk) Siau

Celepuk siau (Otus siaoensis) adalah salah satu burung langka yang masuk dalam kategori terancam
punah di dunia. Burung celepuk siau merupakan burung endemik yang hanya terdapat di sebuah pulau
kecil bernama “Siau” di Kabupaten Sangihe, Propinsi Sulawesi Utara. Sesuai dengan namanya,
Celepuk siau merupakan anggota burung hantu (ordo Strigiformes) yang dalam bahasa Inggris biasa
disebut sebagai Siau Scops-owl. Sedangkan dalam nama ilmiah (latin) celepuk ini diberi nama Otus
siaoensis. Populasi burung endemik ini tidak diketahui dengan pasti, namun berdasarkan persebarannya
yang hanya terbatas di pulau dan penampakan langsung yang jarang sekali, celepuk siau dikategorikan
oleh IUCN Redlist dalam status konservasi Kritis (Critically Endangered) sejak tahun 2000. CITES
juga memasukkan celepuk ini dalam Apendix II sejak 1998.

22. Katak Merah atau Katak Api

Kodok Merah atau dalam bahasa latinnya Leptophryne cruentata merupakan jenis kodok endemik yang
hanya ditemukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun-
Salak. Kodok Merah pun menjadi salah satu hewan langka yang terancam punah. Sehingga tidak
berlebihan jika kemudian IUCN Redlist mencatatnya dengan status Critically Endangered(Kritis).
Meskipun di Indonesia sendiri Kodok ini luput dari daftar satwa yang dilindungi. Kodok Merah sering
kali disebut juga sebagai Katak Darah. Kodok Merah dalam bahasa Inggris disebut sebagai Bleeding
Toad atau Fire Toad. Sedangkan dalam bahasa latin (nama ilmiah) hewan ini disebut Leptophryne
cruentata. Nama latinnya ini mempunyai arti kurang lebih ‘berdarah’.
23. Burung Tokhtor Sumatera

Burung Tokhtor Sumatera memiliki nama latin carpococcyx viridis adalah burung endemik pulau
Sumatera yang termasuk di dalam 18 burung sangat langka di indonesia. Burung tokhtor sumatera telah
terdaftar sebagai salah satu satwa yang langka yaitu status konservasi dengan keterancaman sangat
tinggi. Jumlah populasinya diperkirakan tak sampai mencapai 300 ekor. Burung tokhtor sumatera dulu
sudah dianggap telah punah karena sejak terdiskripsikan pada tahun 1916 tak pernah ditemukan lagi.
Kemudian pada November tahun 1997 seekor tokhtor sumatera sukses difoto untuk pertama kalinya
oleh Andjar Rafiastanto.

24. Rusa Bawean

Rusa Bawean yang dalam bahasa Latinnya Axis kuhlii merupakan hewan endemik yang hidup di Pulau
Bawean, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Jenis rusa ini merupakan rusa yang populasinya
semakin langka dan terancam kepunahan. Rusa Bawean merupakan hewan langka yang hidup
nokturnal, lebih sering aktif di sepanjang malam. Menyukai habitat di semak-semak pada hutan
sekunder yang berada pada ketinggian hingga 500 mdpl. Rusa Bawean memiliki tubuh yang relatif
lebih kecil dibandingkan rusa jenis lainnya. Rusa Bawean mempunyai tinggi tubuh antara 60-70 cm
dan panjang tubuh antara 105-115 cm. Rusa ini mempunyai bobot antara 15-25 kg untuk rusa betina
dan 19-30 kg untuk rusa jantan. Selain itu, ciri lain dari rusa ini adalah memiliki ekor sepanjang 20 cm
yang berwarna coklat dan keputihan pada lipatan ekor bagian dalam. Rusa ini mempunyai kecepatan
berlari yang sangat cepat dan cerdik.
25. Kodok Sumatera

Kodok Sumatera atau nama latinnya Duttaphrynus sumatranus merupakan satwa amfibi paling langka
di Indonesia, bersama dengan Kodok Merah (Leptophryne cruentata) dan Kodok Pohon Ungaran
(Philautus jacobsoni). Kodok-kodok tersebut menyandang status Critically Endangered dari IUCN Red
List. Diketahui kodok endemik ini hanya mendiami daerah ‘Lubuk Selasih’ di sekitar Gunung Talang di
perbatasan tiga kabupaten, Padang Pariaman, Solok dan Pesisir Selatan, provinsi Sumatera Barat.
Berbagai ancaman seperti kerusakan habitat dan alih fungsi lahan menjadi lahan pertanian serta
pendangkalan sungai diduga berpengaruh besar pada tingkat keterancaman kodok endemik Indonesia
ini.

26. Merak Hijau

Merak hijau atau bahasa Latinnya Pavo muticus merupakan salah satu burung dari tiga spesies merak.
Seperti burung-burung lainnya yang ditemukan di suku Phasianidae, merak hijau mempunyai bulu
yang indah. Bulu-bulunya berwarna hijau keemasan. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung
jantan. Bulu-bulunya kurang mengkilap, berwarna hijau keabu-abuan dan tanpa dihiasi bulu penutup
ekor. Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, panjangnya dapat mencapai 300 cm, dengan
penutup ekor yang sangat panjang. Di atas kepalanya terdapat jambul tegak. Merak hijau terdapat di
kepulauan Jawa dan statusnya dilindungi oleh undang-undang karena sebagai hewan langka.

27. Hiu Sentani

Hiu Gergaji atau bahasa ilmiahnya Pristis microdon adalah spesies ikan yang hidup di lautan Indo-
Pacific serta dapat juga hidup di sungai untuk melakukan siklus hidupnya. Pada musim hujan antara
bulan Desember-Maret, ikan ini akan hidup di sungai air tawar. Sedangkan ketika memasuki musim
kering (Mei-Oktober), ikan hiu sentani akan lebih suka tinggal di muara atau teluk yang menyerupai
habitat air laut. Selain di Australia, ikan ini juga menyebar ke Kalimantan, Papua, Vietnam, India,
Madagascar dan Afrika timur. Di Indonesia sendiri ikan hiu gergaji (Pristis microdon) ini menjadi salah
satu hewan endemik yang terdapat di Danau Sentani, Papua. Jumlahnya yang menyusut membuat
spesies ini masuk dalam satwa yang patut dilestarikan.

28. Ikan Arwana Irian

Arowana Irian memiliki bentuk tubuh dengan sisik yang berwarna-warni yang akan menambah
pesonanya sehingga kelihatan cantik dan anggun. Banyak pecinta ikan yang memburu spesies ini
sebagai ikan hias. Populasinya yang terbatas menjadikan ikan ini sebagai salah satu satwa yang
dilindungi. Jadi, tidak sembarang pihak bisa memelihara ikan ini. Bentuk tubuh arwana irian
(Sceloropages leichartidti) comperessed, lebar, dan tebal. Bagian tubuhnya terdapat bercak merah atau
kuning dan warna sirip dan tubuhnya didominasi dengan warna hijau tua. Arwana irian yang
berkualitas baik memiliki sirip dan sisiknya yang utuh, sungutnya tidak patah maupun tertekuk, bola
mata bening dan tidak menderita juling.

.
10 Tumbuhan Langka di Indonesia yang Terancam Punah
Ditulis oleh Bacaterus.com - Diperbaharui 26 Oktober 2019 Dari banyaknya negara di dunia ini,
Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat terkenal dengan kekayaan alamnya. Berbagai
macam tanaman dapat tumbuh subur di sini. Bahkan tidak sedikit dari tanaman tersebut yang bersifat
langka atau sangat sulit sekali untuk ditemukan sehingga harus dilindungi

1. Bunga Bangkai bunga

bangkai Bunga bangkai Bunga bangkai dengan nama latin Amorphophallus titanum merupakan
bunga raksasa yang sangat unik karena dapat mengeluarkan bau busuk seperti bangkai. Bau
busuk tersebut sebenarnya bertujuan untuk mengundang kumbang dan lalat agar hinggap dan
membantu proses penyerbukan. Bunga ini tumbuh tinggi menjulang ke atas hingga bisa
mencapai 4 meter. Ketika mekar, bagian luarnya berwarna putih krem sedangkan mahkotanya
berwarna merah tua keunguan. Bunga ini hanya akan mekar selama 7 hari hingga kemudian
mati atau tumbuh kembali. Bunga bangkai berbunga pada rentang waktu yang cukup lama, bisa
sekitar 5 tahun sekali. Habitat asli bunga ini ada di hutan Sumatera. Akan tetap saat ini sudah
mulai banyak yang dilestarikan di daerah lainnya seperti di Taman Hutan Raya Ir. Djuanda,
Bandung. 2. Rafflesia Arnoldii tumbuhan langka di indonesia rafflessia arnoldi Padma Raksasa
atau Rafflesia Arnoldii juga merupakan bunga raksasa yang mengeluarkan bau busuk
menyengat ketika mekar. Karena sama-sama mengeluarkan bau busuk, terkadang banyak orang
yang keliru menyebut bunga ini sebagai bunga bangkai.
2. Rafflesia Arnoldii

tumbuhan langka di indonesia rafflessia arnoldi Padma Raksasa atau Rafflesia Arnoldii juga
merupakan bunga raksasa yang mengeluarkan bau busuk menyengat ketika mekar. Karena
sama-sama mengeluarkan bau busuk, terkadang banyak orang yang keliru menyebut bunga ini
sebagai bunga bangkai.

Rafflesia Arnoldii tumbuh melebar ke samping dan bukan meninggi seperti bunga bangkai.
Ketika bunganya mekar, diameternya bisa mencapai 1 meter dengan berat hingga 10 kilogram.
Masa tumbuh hingga sampai mekarnya adalah sekitar 9 bulan. Bunga ini hanya akan mekar
selama 7 hari sebelum kemudian layu dan mati. Bunga Rafflesia Arnoldii hidup menumpang
pada tumbuhan lain. Maka dari itu, habitatnya sangat bergantung kepada adanya tumbuhan
inang. Saat ini populasi bungai ini semakin menyusut karena habitatnya yang semakin sempit
karena adanya alih fungsi hutan menjadi area pertanian, pemukiman, ataupun pertambangan.

3. Cendana cendana
Cendana (Santalum album) merupakan salah satu pohon yang memiliki banyak kegunaan di
Indonesia. Kayu cendana dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan dupa, parfum, aroma terapi,
rempah-rempah, hingga sangkur keris (warangka). Konon, harum dari kayu cendana ini bisa
bertahan hingga ratusan tahun lamanya.
Karena berbagai manfaatnya tersebut, tidak salah jika pohon ini sangat terkenal di Indonesia.
Sayangnya pohon cendana bukanlah tumbuhan yang mudah untuk dibudidayakan sehingga saat
ini sudah berstatus sebagai tumbuhan yang ternacam punah. Pada awal kehidupannya,
kecambah cendana merupakan tumbuhan parasit yang hidup menumpang di tumbuhan lainnya
karena ia tidak mampu hidup sendiri. Maka dari itu, pohon cendana saat ini sudah mulai
berkurang populasinya. Minyak dasar kayu cendana juga saat ini sudah sangat mahal karena
langka dan sulit untuk ditemukan.

3. Damar pohon damar

Tumbuhan langka di Indonesia yang selanjutnya adalah pohon damar. Pohon (Agathis dammara
(Lamb.) Rich.) ini memiliki batang yang tingginya bisa mencapai 60 meter. Pohon ini tumbuh
di berbagai daerah di Indonesia dengan berbagai sebutan seperti kisi (Buru), salo (Ternate),
dayungon (Samar), ki damar (Sunda), dan lainnya. Selain kayunya, pohon ini juga
dimanfaatkan getahnya. Getah pohon damar dapat digunakan sebagai bahan pembuatan kopal.
Kopal merupakan salah satu bahan dasar cairan pelapis kertas dan juga lak atau vernis.
4. Tengkawang

. Tengkawang tengkawang Tengkawang (Shorea) merupakan tumbuhan khas Kalimantan yang


banyak dimanfaatkan minyaknya. Pohon ini terdiri dari berbagai macam jenis di mana 12 di
antaranya saat ini sudah dilindungi pemerintah karena terancam kepunahan. Minyak
tengkawang dihasilkan dari biji-biji yang berjatuhan. Biji tersebut kemudian dijemur dan disalai
hingga kering sebelum kemudian diolah menjadi minyak. Biji tengkawang juga merupakan
makanan bergizi bagi babi hutan dan binatang liar lainnya

6. Ulin pohon

Pohon ulin (Eusideroxylon zwageri Teijsm & Binn) atau yang sering disebut juga sebagai
bulian atau kayu besi merupakan tumbuhan khas Indonesia, khususnya Kalimantan. Pohon ini
mampu menghasilkan kayu yang sangat kuat sehingga banyak digunakan untuk konstruksi
bangunan seperti rumah, jembatan, kapal laut, dan sebagainya.
TUGAS
K
L
I
P
I
N
G

OLEH

DELLA RASYIDA
MUH. RISKY

SD NEGERI 2 BAADI

Anda mungkin juga menyukai