Elang flores merupakan burung pemangsa endemik flores (Nusa Tenggara) yang kini
menjadi raptor yang paling terancam punah lantaran populasinya diperkirakan tidak melebihi
250 ekor sehingga dan masuk dalam daftar merah (IUCN Redlist) sebagai Critically
Endangered (Kritis).
Elang flores hanya bisa ditemukan di pulau Flores, Sumbawa, Lombok, Satonda, Paloe,
Komodo, dan Rinca.
Penangkapan liar, hilangnya habitat hutan, serta daerah burung ini ditemukan sangat
terbatas menyebabkan populasi burung ini cepat menyusut dan terancam punah dalam
waktu singkat.
Dan akhirnya Jalak Bali dinilai statusnya sebagai kritis di dalam IUCN Red List serta
didaftarkan dalam CITES Appendix I.
2. Rusa Bawean (Axis kuhlii)
Spesies ini tergolong langka dan diklasifikasikan sebagai terancam punah oleh IUCN.
Populasinya diperkirakan hanya tersisa sekitar 300 ekor di alam bebas.
Rusa bawean (Axis kuhlii) merupakan sejenis rusa yang saat ini hanya ditemukan di Pulau
Bawean di tengah Laut Jawa, yang mana secara administratif pulau ini termasuk dalam
Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Burung Tokhtor sumatera (Carpococcyx viridis) merupakan burung endemik Sumatera yang
termasuk dalam 18 burung paling langka di Indonesia.
Burung Tokhtor sumatera didaftar sebagai satwa Kritis yakni status konservasi dengan
keterancaman paling tinggi. Diduga populasinya tidak mencapai 300 ekor.
4. Katak Darah Atau Merah ( L. cruentata )
Katak darah merupakan salah satu hewan endemis Indonesia itu berarti hewan ini hanya
ditemukan di Indonesia.
Katak merah ini termasuk nama hewan langka dan dilindungi karena keberadaannya sudah
hampir punah.
Hewan tersebut hanya dapat ditemui di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan
Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Badak Jawa nama latinya Rhinoceros sondaicus juga disebut sebagai Badak Bercula Satu.
Badak Jawa adalah hewan endemik jawa yang hanya bisa dijumpai di Taman Nasional Ujung
Kulon (Banten) dengan populasi hanya 35 hingga 45 ekor saja (hasil sensus Badak 2011).
6. Kanguru Pohon ( Wondiwoi Tree- kangaroo atau Mayr Tree-kangaroo )
Terdapat 12 spesies kangguru pohon dan sebagian besar kangguru pohon merupakan
hewan yang terancam punah akibat perburuan dan kehilangan habitat. Kangguru pohon
mendiami hutan hujandi Australia dan Papua, Queensland, dan pulau-pulau terdekat
Pesut mahakam yang nama Latinya Orcaella brevirostris ini adalah sejenis hewan mamalia
yang juga sering disebut dengan lumba-lumba air tawar.
Hewan ini hampir punah karena berdasarkan data tahun 2007, populasi pesut mahakam
tinggal 50 ekor saja dan menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah.
Secara taksonomi, pesut mahakam merupakan subspesies dari pesut (Irrawaddy dolphin)
NAMA NAMA HEWAN LANGKA BESERTA GAMBARNYA( JENIS AMFIBI )
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan, penangkapan liar, serta daerah dan populasi di
mana mcan tutul jawa ini ditemukan sangat terbatas.
Macan tutul jawa dievaluasikan sebagai Kritis sejak 2007 di dalam IUCN Red List dan
didaftarkan dalam CITES Appendix I. Satwa ini dilindungi di Indonesia, yang tercantum di
dalam UU No.5 tahun 1990 dan PP No.7 tahun 1999.
Badak Sumatra sekarang terancam punah, dengan hanya enam populasi yang cukup besar
di alam liar: empat ada di Sumatera, dan satu di Kalimantan, dan satu lagi di Semenanjung
Malaysia.
Jumlah badak sumatera sulit ditentukan karena hewan bercula ini adalah hewan penyendiri
yang tersebar secara luas, akan tetapi dapat diperkirakan kalau jumlahnya kurang dari 100
ekor.
Ada keraguan mengenai kelangsungan hidup populasinya di Semenanjung Malaysia, dan
salah satu populasi di Sumatera mungkin sudah punah.
Jumlah mereka saat ini mungkin hanya 80 ekor. Pada tahun 2015, para peneliti
mengumumkan bahwa badak sumatera timur di bagian utara Kalimantan (Sabah, Malaysia)
telah punah.
Baning Sulawesi (Indotestudo forstenii) dan dalam bahasa Inggris kura-kura ini dikenal
sebagai Forstens Tortoise atau Sulawesi Tortoise.
Hewan berkaki empat ini merupakan sejenis kura-kura darat dari Sulawesi. Hewan ini
menyebar cukup luas dari perbukitan Lembah Palu sampai sekitar Gorontalo.
Baning Sulawesi dikatagorikan mudah terancam punah. Terutama oleh ancaman eksploitasi
yang berlebihan dan kehilangan habitat. Oleh sebab itu IUCN memasukkan baning Sulawesi
ke dalam status Endangered (EN, terancam kepunahan) [3], dan CITES memasukkannya ke
dalam Appendiks II. Hewan ini belum dilindungi oleh undang-undang RI.
12. Celepuk Siau (Otus siaoensis)
Celepuk siau (Otus siaoensis) merupakan spesies burung hantu dalam famili Strigidae.
Burung ini adalah endemik di Pulau Siau, Kepulauan Sangihe.
Sebelumnya adalah subspesies Celepuk sulawesi (Otus manadensis siaoensis), akan tetapi
telah diketahui bahwa Celepuk siau adalah subspesies dari Celepuk maluku (Otus magicus
siaoensis).
Celepuk siau terancam punah dan spesiesnya sekarang hanya berjumlah kurang dari 50 saja.
Kacamata sangihe (Zosterops nehrkorni) adalah spesies burung dari keluarga burung
kacamata ( plecy). Dan burung kacamata sangihe merupakan hewan endemik Kepulauan
Sangihe, Indonesia.
Keberadaan burung kacamata sangihe terancam punah yang mana oleh IUCN Redlist dan
birdlife dimasukkan ke dalam status konservasi kritis (Critically Endangered).
Alasan status keterancaman tertinggi lantaran diperkirakan burung endemik Sangihe ini
jumlahnya kurang dari 50 ekor burung dewasa.
Gagak banggai atau Corvus unicolor, merupakan burung dari anggota gagak dari famili
Banggai di Indonesia.
Burung gagak banggai ini terdaftar sebagai Spesies Kritis oleh IUCN dan pernah dianggap
punah, akan tetapi akhirnya ditemukan kembali pada survei di Pulau Peleng pada
2007/2008.
Tarsius merupakan primata dari genus Tarsius, suatu genus monotipe dari famili Tarsiidae
dan satu-satunya famili yang bertahan dari ordo Tarsiiformes.
Meskipun grup ini dahulu kala memiliki penyebaran yang luas, namun semua spesies yang
hidup sekarang jumlahnya terbatas dan ditemukan di pulau-pulau di Asia Tenggara.
16. Beruk Mentawai Bokoi atau bokkoi (Macaca pagensis)
Bokoi atau bokkoi (Macaca pagensis) atau lebih dikenal dengan Beruk Mentawai adalah
sejenis monyet yang menyebar terbatas (endemik) di Kepulauan Mentawai, lepas pantai
barat Sumatera.
Beruk Mentawai kini keberadaannya terancam punah. Daftar Merah IUCN memasukkan
bokkoi ke dalam kategori Kritis (Critically Endangered).
Perburuan beruk mentawai yang berlebihan membuat jumlah populasi beruk ini semakin
berkurang. Pada sisi yang lain, pertambahan penduduk di Kepulauan Mentawai
menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal dan lahan perkebunan meningkat.
Hal tersebut berdampak pada tutupan hutan yang ada di kepulauan tersebut, yaitu banyak
hutan yang dibuka menjadi daerah pemukiman dan perkebunan.
Populasi bokoi atau beruk mentawai kini hanya tersisa sekitar 2.100-3.700 ekor. Padahal
pada tahun 1980-an populasinya masih tercatat sebanyak 15.000 ekor
17. Gajah Sumatera (Elephas maximus ssp. sumatranus)
Gajah sumatera merupakan subspesies dari gajah asia yang hanya berhabitat di pulau
Sumatera.
Gajah sumatera memilki postur lebih kecil daripada subspesies gajah india.
Populasi gajah sumatra semakin menurun dan menjadi spesies yang sangat terancam.
Sekitar 2000 sampai 2700 ekor gajah sumatera yang tersisa di alam liar berdasarkan survei
pada tahun 2000.
Sebanyak kurang lebih 65% populasi gajah sumatera lenyap karena dibunuh manusia, dan
30% ada kemungkinan dibunuh dengan cara diracuni oleh manusia.
Dan sekitar 83% habitat gajah sumatera telah menjadi wilayah perkebunan akibat
perambahan yang agresif.
Pada tahun 2002, World Conservation Union menempatkan spesies ini dalam IUCN Red List
dengan status kritis
19. Simakobu (Simias concolor)
Simakobu merupakan hewan yang masih satu keluarga dengan kera. Simakobu ditemukan di
Indonesia yang mana tepatnya di Pulau Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan, serta di
Pulau Siberut.
Diperkirakan populasi simakobu terus menurun, pada sepuluh tahun terakhir hewan ini
mengalami penurunan sebesar 90%.
Hewan ini kini bestatus hewan langka. Kelangkaan dari simakobu diakibatkan karena
perburuan yang berlebihan serta banyak habitat asli hewan ini yang rusak dan hilang.
Hutan primer sebagai habitat simakobu sekarang terus berkurang dikarenakan banyaknya
hutan yang dibuka untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit.
Simakobu juga banyak diperjual belikan oleh masyarakat setempat sehingga hewan ini
banyak diburu.
20. Kakatua-Kecil Jambul-Kuning
Burung Kakatua-kecil jambul-kuning ini hampir semua bulunya berwarna putih. Dan di
kepalanya terdapat jambul yang berwarna kuning yang dapat ditegakkan.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk
diperdagangkan, serta daerah dan populasi di mana burung ini ditemukan sangat terbatas,
sekarang kakatua-kecil jambul-kuning dievaluasikan sebagai kritis di dalam IUCN Red List.
Kakatua-kecil jambul-kuning ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.
Trulek jawa (Vanellus macropterus) merupakan salah satu burung langka yang hanya
terdapat (endemik) di Jawa.
Burung dari suku Charadriidae ini pada tahun 1994 pernah dinyatakan punah (Extinct) oleh
IUCN, akan sejak tahun 2000 statusnya direvisi menjadi Kritis.
22. Katak Sumatera (Duttaphrynus sumatranus)
Telah ditemukan sepanjang, aliran yang jelas kecil di hutan sekunder. Hal ini secara lokal
umum tetapi terdaftar sebagai sangat terancam spesies karena berbagai terbatas dan terus
hilangnya habitat (konversi habitat ke sawah, menyebabkan pendangkalan sungai).
Philautus jacobsoni merupakan spesies katak dalam keluarga Rhacophoridae . Dan termasuk
hewan endemik untuk Indonesia .
Alamnya habitat lembab dataran rendah subtropis atau tropis hutan dan lembab subtropis
atau tropis hutan pegunungan . Hal ini terancam oleh hilangnya habitat.
24. Ekidna Moncong Panjang Barat (Zaglossus bruijnii)
Ekidna moncong panjang barat (Zaglossus bruijni) merupakan satu dari empat ekidna yang
masih hidup dan satu dari tiga spesies Zaglossus yang terdapat di Papua. Fosil dari spesies
ini juga ditemukan di Australia.
Spesies ini masuk daftar spesies terancam punah oleh IUCN, jumlah spesies ini telah
berkurang karena habitatnya telah berkurang akibat aktivitas manusia dan perburuan.
Ekidna moncong panjang barat juga enak untuk dimakan, dan walaupun perburuan spesies
ini telah dilarang oleh pemerintah Indonesia dan juga Papua Nugini, perburuan tradisional
masih saja diperbolehkan.
Kuskus Beruang Talaud (Ailurops melanotis) merupakan spesies marsupial dari keluarga
Phalangeridae.
Kuskus Beruang Talaud adalah hewan endemik dari Pulau Salibabu bagian dari Kabupaten
Kepulauan Talaud. Hewan ini memiliki habitat pada iklim subtropik atau di hutan tropik.
1) Macan Tutul Amur
Seekor bayi macan tutul amur berumur 3 bulan bersama induknya di Kebun Binatang
Mulhouse, Prancis. Foto:Sebastian Bozon, AFP/Getty Images
Satwa ini diburu secara massif untuk diambil kulitnya yang berbulu indah, Macan
Tutul Amur (Panthera pardus orientalis) adalah salah satu kucing besar paling langka di
dunia. Satwa yang ini ditemukan di sepanjang daerah perbatasan antara Rusia
bagian tenggara dan timur laut China menghadapi perusakan habitat besar-besaran
dan hilangnya hewan-hewan mangsanya, juga karena perburuan. Kini hanya sekitar
30 individu macan tutul Amur hidup di alam liar.
2) Gajah Sumatera
Anak
gajah sumatera. Foto: Chik Rini
Inilah spesies gajah terkecil Asia, populasinya terus menurun secara mengejutkan,
turun sekitar 80 % dalam kurun waktu kurang dari 25 tahun akibat deforestasi,
hilangnya habitat dan konflik dengan manusia di pulau Sumatera. Kini hanya tersisa
sekitar 2.400 hinga 2.800 individu gajah sumatera yang bertahan hidup di alam liar.
Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) jantan memiliki gading yang relatif kecil,
namun pemburu tetap saja membunuh untuk diambil gadingnya dan menjualnya di
pasar gelap yang menyebabkan rasio antara jantan dan betina sangat tidak seimbang
untuk membuatnya mampu mempertahankan kelangsungan hidup spesies asli pulau
Sumatera ini.
3) Badak Jawa
Induk betina
badak jawa dengan anaknya. Foto: International Rhino Foundation
Spesies badak bercula satu yang hidup di hutan tropis, badak Jawa (Rhinoceros
sondaicus) sejak masa kolonial hingga paruh abad lalu merupakan spesies yang
paling diburu untuk diambil culanya yang berharga mahal. Dengan hanya menyisakan
sekitar 58 individu yang berada di Taman Nasional Ujung Kulon di Jawa, spesies ini
sangat rentan terhadap kepunahan karena bencana alam, perburuan, penyakit dan
keragaman genetik yang rendah.
4) Penyu Belimbing
Peneliti Indonesia bersama tim peneliti dari University of Alabama, NOAA dan WWF Indonesia
melakukan penelitian paling ekstensif bagi spesies penyu belimbing yang terus berkurang di Papua
Barat, pada Juli 2003 di sebuah wilayah terpencil di Papua. Tim tersebut memasang alat pemantau
satelit pada penyu tersebut. Foto : Scott R. Benson, NOAA/AP
Inilah spesies penyu laut terbesar di dunia dan salah satu yang paling sering bermigrasi.
Populasi penyu belimbing (Dermochelys coriacea) telah sangat menurun dalam beberapa
tahun terakhir karena perburuan, terkena jaring nelayan tanpa sengaja, memakan sampah
plastik, perburuan telurnya, hingga hilangnya habitat dan perluasan pembangunan kawasan
pesisir yang merusak pantai tempat penyu bertelur.
Meskipun berburu dan membunuh spesies ini adalah ilegal, gorilla dataran rendah
(Gorilla gorilla gorilla) ini terus dibunuh untuk diambil dagingnya yang dianggap
lezat, sementara bayi-bayi mereka ditangkap dan disimpan sebagai hewan
peliharaan. Virus Ebola yang mematikan juga telah menghancurkan populasi kera liar
ini. Di hutan Minkb di Gabon saja, virus ini telah membunuh lebih dari 90 persen
populasi gorilla dan simpanse di kawasan itu.
6) Saola
Foto saola yang diambil pada tahun 1993 dan dirilis oleh WWF. Foto ini menunjukkan satu dari dua
Saola yang dapat ditangkap hidup-hidup di Vietnam Tengah, tapi keduanya sebulan kemudian mati di
tempat penangkaran. Foto: WWF/AP
Dikenal sebagai unicorn Asia, saola (Pseudoryx nghetinhensis) sangat jarang terlihat di
alam liar, dan satwa ini tidak ada di penangkaran. Populasi saola saat ini
diperkirakan hanya tersisa dalam hitungan puluhan ekor saja. Saola terus diburu
untuk memasok kebutuhan bahan baku obat tradisional di Cina dan dijadikan
konsumsi di Vietnam dan Laos. Hewan ini juga dibunuh untuk diambil tanduknya
untuk hiasan rumah di kedua negara tersebut. Saola dalam Bahasa lokal berarti
hewan yang sopan , sangat jinak pada manusia, sehingga sangat mudah diburu.
Hilangnya habitat dan keragaman genetik yang terus berkurang juga mengancam
spesies yang memang sudah diambang kepunahan ini.
7) Vaquita
Vaquita. Foto: Wikipedia common
Vaquita (Phocoena sinus) adalah salah satu satwa laut yang benar-benar berada
ambang kepunahan dengan populasi kurang dari 100 individu yang tersisa di dunia.
Inilah satwa paling laut paling langka.
Ditemukan di Teluk California, satu dari setiap lima vaquita terjerat dan tenggelam
oleh pukat yang dilempar untuk menangkap spesies lain yang juga terancam punah,
totoaba yang insangnya berharga sangat mahal, sekitar $4.000/pon.
8) Harimau Siberia
Harimau siberia. Foto: Wikimedia common
Juga dikenal sebagai harimau amur, harimau siberia (Panthera tigris altaica) adalah
kucing terbesar di dunia. Satwa ini diburu untuk digunakan sebagai bahan baku
pengobatan tradisional China. Perburuan, pertambangan, kebakaran hutan,
penegakan hukum yang buruk, kerusakan hutan dan pembalakan liar terus
mengancam keberadaan spesies ini. Diperkirakan populasinya kini hanya tersisa
sekitar 400 -500 individu di alam liar.
9) Gorilla Gunung
Gorilla gunung. Foto: Brent Stirton/AFP/Getty Images
Perubahan iklim, pembalakan liar, perburuan dan berkurangnya bambu secara drastis
telah membuat satwa langka ini kemungkinan tidak bertahan lebih lama lagi di alam
liar.
Dikenal sebagai panda air raksasa, lumba-lumba yang bernama ilmiah Neophocaena
phocaenoides ini adalah makhluk cerdas yang paling terkenal yang ditemukan di
Sungai Yangtze, sungai terpanjang di Asia.
Karena penangkapan yang berlebihan, penurunan pasokan makanan, polusi dan
perubahan kondisi sungai akibat pembangunan dam dan bendungan, populasi lumba-
lumba ini terus menurun dan kini diperkirakan hanya tersisa 1.000 sampai 1.800
individu saja di alam liar. Sepupu dekat lumba-lumba ini, yakni lumba-lumba baiji,
telah dinyatakan punah akibat aktivitas manusia.