Anda di halaman 1dari 88

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN KAWASAN HUTAN

PENELITIAN CIKOLE SEBAGAI DESTINASI EKOWISATA


IPTEK

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi
Program Strata -1

Oleh :
VAIZ LAZUARDIAN
201419708

PROGRAM STUDI DESTINASI PARIWISATA


JURUSAN KEPARIWISATAAN
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadiratan Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini yang berjudul
“DAYA DUKUNG LINGKUNGAN KAWASAN HUTAN PENELITIAN
CIKOLE SEBAGAI DESTINASI EKOWISATA IPTEK”. Penelitian skripsi ini
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan pada
Program Strata-1 Studi Destinasi Pariwisata, Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
tahun 2019.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan penelitian ini,
kepada :

1. Bapak Faisal Kasim MM.Par., CHE. selaku ketua Sekolah Tinggi


Pariwisata Bandung.
2. Bapak Andar Danova L. Goeltom, S.Sos,. M.Sc selaku Kepala Bagian
Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan, beserta jajaran staf yang
bertugas.
3. Bapak R. Wisnu Rahtomo, S.Sos, MM. Selaku Ketua Jurusan Pariwisata.
4. Ibu Endah Trihayuningtyas, S.Sos. M.M.Par selaku ketua Program Studi
Destinasi Pariwisata.
5. Kak Vyana Lohjiwa, M.P.Par selaku Sekretaris Program Studi Destinasi
Pariwisata.
6. Bapak Heri Sigit Cahyadi, Dr., MM.Par, selaku dosen pembimbing I yang
telah sabar membimbing dan memberi masukan terhadap penyusunan
penelitian ini.
7. Ibu Beta Budisetyorini, Dr., M.Sc, selaku dosen pembimbing II, sekaligus
menjadi pencerah dan pengarah yang sangat baik sehingga penelitian ini
sehingga penyusunan penelitian ini dapat berjalan lancar.
8. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf akademik di lingkungan Program Studi
Destinasi Pariwisata.

i
9. Kedua orang tua penulis Ibu Agustina dan Bapak Anang Sigit dan seluruh
keluarga yang tak lelah selalu memberikan semangat, motivasi dan juga
menjadi pembimbing yang sangat besar bagi penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini.
10. Ibu Ayun dan Bu Silvy serta seluruh jajaran Penelitian dan Pengembangan
Hutan Bogor yang telah membantu dalam perijinan dan pengumpulan data
yang dibutuhkan peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini.
11. Kepada Bapak Ondik dan keluarga serta Bapak Dani selaku petugas
lapangan hutan penelitian Cikole yang sudah membimbing pengumpulan
data serta keramahtamahan yang sudah diberikan selama peneliti
mengumpulkan data di lapangan.
12. Erlian Zakia Ayu Anggarani yang sudah setia menemani dan ikut serta
mengawal penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
13. Sahabat-sahabat terkasih Hanif “Bunder” Abrooriansyah dan Rizkha
“Apoy” Prahastyo yang selalu memberikan wejangan-wejangan semangat
kepada peneliti.
14. Nurul F. Amalia, Sintia Ratna K, Anissa Novriyanti, Devi Andita, Stenli
Nopelius, serta kawan-kawan seperjuangan SDP 2014 yang membantu
memberikan motivasi dan dukungan.
15. Seluruh pihak yang selalu bertanya “Kapan sidang?”, “Kapan lulus?” serta
“Kapan wisuda?”.
16. Dan seluruh pihak yang terlibat dan tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu.

Semoga Allah SWT dapat membalas semua kebaikan kalian. Penulis menyadari
bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat memperbaiki usulan
penelitian ini.

Bandung, 16 Oktober 2019

Penulis

ii
ABSTRAK

Hutan Penelitian Cikole adalah kawasan hutan lindung yang dikelola oleh Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hutan (PUSLITBANGHUT) Bogor dan menjadi
kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK). Dengan mengusung konsep
ekowisata sebagai pedoman pengembangan wisata di kawasan Hutan Penelitian
Cikole, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bekerjasama
dengan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) mengembangkan Hutan
Penelitian Cikole Sebagai Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK Cikole
yang diresmikan pada 12 Februari 2018. Untuk mengantisipasi dampak negatif dari
pengembangan wisata tersebut perlu adanya kajian daya dukung lingkungan dalam
pengelolaan ekowisata. Nugraha et al., (2013) menjelaskan bahwa konsep daya
dukung lingkungan dikembangkan untuk meminimalkan kerusakan atau degradasi
sumber daya alam dan lingkungan sehingga kelestarian, keberadaan, dan fungsinya
dapat tetap terwujud dan pada saat yang bersamaan, masyarakat atau pengguna
sumber daya tidak dirugikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2019
dengan tujuan untuk menghitung daya dukung lingkungan serta proyeksi pasar pada
Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole. Metode yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif dengan dasar rumus Cifuentes (1992) yang terdiri dari daya
dukung fisik, riil dan ekologis. Pengumpulan data dilakukan dengan survei
lapangan, wawancara, checklist dan studi literasi. Hasil penelitian menunjukkan
dalam periode waktu 10 tahun dari 2019 hingga 2028, Kawasan Hutan Penelitian
Ekowisata Iptek Cikole memiliki proyeksi kunjungan sebesar 5618 wisatawan per
tahun atau kurang lebih 16 orang per hari. Dimana hal ini belum melewati batas
daya dukung lingkungan dengan rincian daya dukung fisik sebesar 4877 wisatawan
per hari, daya dukung riil sebesar 662 wisatawan per hari dan daya dukung ekologis
73 wisatawan per hari. Sehingga jumlah wisatawan masih dapat dioptimalkan
hingga 77% dengan mengembangkan ragam aktivitas namun harus tetap
berpedoman pada batas yang sudah ditetapkan agar kawasan tetap berkelanjutan.

Kata Kunci : Hutan Penelitian Cikole, Daya dukung lingkungan, ekowisata

iii
ABSTRACT

Cikole Research Forest is a protected forest area managed by the Center for Forest
Research and Development (PUSLITBANGHUT) Bogor and is a special purpose
forest area (KHDTK). By carrying out the concept of ecotourism as a guideline for
tourism development in the Cikole Research Forest area, the Ministry of
Environment and Forestry (KLHK) in collaboration with the Bandung Institute of
Tourism (STPB) developed the Cikole Research Forest as the Cikole Science and
Technology Ecotourism Research Forest which was inaugurated on February 12,
2018. For anticipating the negative impacts of the development of tourism, it is
necessary to have an environmental carrying capacity study in ecotourism
management. Nugraha et al., (2013) explained that the concept of environmental
carrying capacity was developed to minimize the damage or degradation of natural
resources and the environment so that its sustainability, existence and function can
remain realized and at the same time, the community or users of resources are not
harmed. This research was conducted in March 2019 with the aim of calculating
the environmental carrying capacity and market projections in the Cikole Science
and Technology Ecotourism Research Forest Area. The method used is descriptive
qualitative based on the formula of Cifuentes (1992) consisting of physical, real
and ecological carrying capacity. Data collection is done by field surveys,
interviews, checklists and literacy studies. The results showed that within a period
of 10 years from 2019 to 2028, the Cikole Science and Technology Ecotourism
Research Forest Area had projected visits of 5618 tourists per year or
approximately 16 people per day. Where this has not exceeded the carrying
capacity of the environment with details of the physical carrying capacity of 4877
tourists per day, the real carrying capacity of 662 tourists per day and the
ecological carrying capacity of 73 tourists per day. So that the number of tourists
can still be optimized up to 77% by developing a variety of activities but must still
be guided by the limits that have been set for the destination to remain sustainable.

Keywords: Cikole Research Forest, Carrying capacity, ecotourism

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


ABSTRAK ............................................................................................................ iii
ABSTRACT .......................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 7
E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 8
A. Kajian Teori .............................................................................................. 8
1. Ekowisata ............................................................................................................ 8
2. Daya Dukung Kawasan ...................................................................................... 10
3. Proyeksi Pasar ................................................................................................... 15
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 19
C. Kerangka Pemikiran................................................................................ 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 21
A. Desain Penelitian .................................................................................... 21
B. Objek Penelitian ...................................................................................... 21
C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 22
D. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 23
E. Operasional Variabel .............................................................................. 24
F. Analisis Data ........................................................................................... 27
G. Jadwal Penelitian .................................................................................... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................. 32
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 32
1. Daya Dukung Kawasan Hutan Penelitian Cikole ............................................... 32

v
2. Proyeksi Pasar ................................................................................................... 39
B. Pembahasan............................................................................................. 41
1. Daya Dukung Fisik ............................................................................................. 41
2. Daya Dukung Riil ............................................................................................... 44
3. Daya Dukung Ekologis ....................................................................................... 55
4. Proyeksi Pasar ................................................................................................... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 63
A. Kesimpulan ............................................................................................. 63
B. Saran ....................................................................................................... 65
LAMPIRAN ......................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 76
BIODATA ............................................................................................................ 78

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola Penghitungan Ruang dan Lahan .............................................. 17

Gambar 2.2 Pola Penghitungan Proyeksi Pasar ................................................... 18

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 20

Gambar 4.1 Peta Petak Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK Cikole ..... 33

Gambar 4.2 Peta Blok Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole ......... 34

Gambar 4.3 Peta Jalur Sepeda Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole

............................................................................................................................... 36

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Turnover Factor .......................................................................... 15

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 19

Tabel 3.1 Tabel Operasional Variabel ................................................................. 24

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian.................................................................................. 31

Tabel 4.1 Luas Blok Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK Cikole ........ 35

Tabel 4.2 Pengembangan dan Pembangunan Sarana dan Prasarana Kawasan Hutan

Penelitian Ekowisata Iptek Cikole ........................................................................ 37

Tabel 4.3 Perencanaan Waktu Kunjungan Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata

Iptek Cikole ........................................................................................................... 38

Tabel 4.4 Proyeksi Wisatawan yang Berkunjung ke Kawasan Hutan Penelitian

Cikole .................................................................................................................... 40

Tabel 4.5 Asumsi Tingkat Partispasi Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek

Cikole .................................................................................................................... 41

Tabel 4.6 Rata-rata Kunjungan Wisatawan pada Kawasan Wisata Pesaing ........ 43

Tabel 4.7 Jenis Species pada Sampel Diversitas Flora ........................................ 46

Tabel 4.8 Diversitas Flora Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole dan

Perhitungan IDS .................................................................................................... 47

Tabel 4.9 Tingkat kemiringan Trek ..................................................................... 49

Tabel 4.10 Luas Lahan Curam Kawasan Pemanfaatan Wisata............................ 50

Tabel 4.11 Tabel Curah Hujan 10 Tahun Terakhir, Kecamatan Lembang .......... 53

Tabel 4.12 Nilai Faktor Koreksi .......................................................................... 55

Tabel 4.13 Proyeksi Wisatawan 10 tahun kedepan Kawasan Hutan Penelitian

Ekowisata Iptek Cikole ......................................................................................... 59

viii
Tabel 4.14 Proyeksi Pasar Harian Kawasan Hutan Penelitian Iptek Cikole ........ 60

Tabel 4.15 Asumsi Tingkat Partisipasi ................................................................ 61

Tabel 4.16 Proyeksi Pasar Seketika ..................................................................... 61

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan Penelitian Cikole adalah kawasan hutan lindung yang

dikelola oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

(PUSLITBANGHUT) Bogor dan menjadi kawasan hutan dengan tujuan

khusus (KHDTK). Hutan Penelitian Cikole berada di Kampung Cikole,

Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung yang dibangun

pada tahun 1954 dengan luas 39,80 ha oleh Lembaga Penelitian Kehutanan.

Menurut administrasi kehutanan. Hutan penelitian Cikole termasuk dalam

Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Cikole, Bagian Kesatuan Pemangkuan

Hutan (BKPH) Lembang, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung

Utara, Jawa Barat.

Hutan Penelitian Cikole memiliki topografi yang bergelombang

hingga berbukit dengan ketinggian 1.350 – 1.500 m diatas permukaan laut

(mdpl). Bentuk kontur wilayah bergunung dengan kemiringan yang curam

>25% dan lereng mengarah ke selatan. Lokasi Geografis Hutan Penelitian

Cikole terletak di 6º45'30" - 6º47'30" LS dan 107º39'59" - 107º41'30" BT.

Menurut Schmidt dan Ferguson, klasifikasi curah hujan di kawasan Hutan

Penelitian Cikole bertipe A, dengan rata-rata curah hujan tahunan sebesar

2.996 mm. Curah hujan tertinggi berkisar pada bulan Maret sebesar 427 mm

dan terendah pada bulan September sebesar 113 mm.

Dari tahun 1954, di dalam kawasan Hutan Penelitian Cikole telah

memiliki kekayaan koleksi flora sebanyak 47 jenis yang diantaranya adalah

1
28 jenis pohon eksotik, 17 jenis pohon endemik, dan 2 jenis bambu asli

Indonesia, dengan dominasi jenis Pinus dan Eucalyptus. Terdapat juga

beragam fauna seperti Elang Jawa (Spizaetus Bartelsi), Surili (Presbytis

Comata), Musang Luwak (Paradoxurus Hermaphroditus), dan lain

sebagainya.

Keanekaragaman hayati yang dimiliki Hutan Penelitian Cikole

tersebut memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan pariwisata.

Sesuai dengan Permen RI No. 34 Tahun 2002 tentang tata hutan dan

penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaan

kawasan hutan dijelaskan bahwa pemanfaatan hutan lindung tidak

diperkenankan untuk mengubah fungsi pokok pada hutan tersebut, dalam

hal ini Hutan Penelitian Cikole adalah sebagai hutan lindung dan hutan

penelitian. Pada pasal 20 ayat 3 dijabarkan pemanfaatan jasa lingkungan

pada hutan lindung adalah berupa usaha wisata alam, usaha olahraga

tantangan, usaha pemanfaatan air, usaha perdagangan karbon dan usaha

penyelamatan lingkungan. Undang-undang nomor 41 tahun 1999 tentang

Kehutanan menjelaskan bahwa pemanfaatan hutan dilakukan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian

hutan tersebut. Dalam hal ini pemanfaatan hutan lindung dapat berupa

pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan dan pemungutan hasil

hutan bukan kayu. Maka perlu dikembangkan kawasan wisata yang sesuai

dengan karakteristik Hutan Penelitian Cikole yaitu hutan lindung dan hutan

penelitian

2
Pengembangan yang sesuai dengan kawasan Hutan Penelitian

Cikole adalah Ekowisata. Awal mula Ekowisata diperkenalkan oleh

Ceballos-Lascurain pada tahun 1983 yang mendefinisikan ekowisata

sebagai kunjungan ke kawasan yang masih bersifat alami, belum terganggu

dan terpolusi dengan tujuan untuk belajar, mengagumi serta menikmati

pemandangan alam dan satwa liar serta kebudayaan (baik budaya masa lalu

maupun sekarang) yang terdapat di kawasan tersebut. Hafild (1995) dalam

Kesuma (2000), menjelaskan bahwa ekowisata terdapat 3 dimensi, yaitu

sebagai konservasi, pendidikan dan sosial. Menurut The Ecotourism Society

(Eplerwood, 1999 dalam Fandelli 2000), menyebutkan prinsip-prinsip

kegiatan ekowisata yang terdiri dari delapan poin yaitu:

1. Мencegah dan mеnanggulangi dari aktivitas wisatawan yang

mеngganggu terhadaр alam dan budaya.

2. Рendidikan konsеrvasi lingkungan.

3. Рendapatan langsung untuk kawasan.

4. Рartisipasi masyarakat dalam рerencanaan

5. Мeningkatkan рenghasilan masyarakat.

6. Мenjaga kеharmonisan dengan alam.

7. Мenjaga daya dukung lingkungan dan,

8. Мeningkatkan dеvisa untuk рemerintah.

Dengan mengusung konsep ekowisata sebagai pedoman

pengembangan wisata di kawasan Hutan Penelitian Cikole, Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bekerjasama dengan Sekolah

Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) mengembangkan Hutan Penelitian

3
Cikole Sebagai Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK Cikole yang

diresmikan pada 12 Februari 2018. Dikutip dari puslitbanghut.or.id, Kapus

Litbang Hutan, Dr. Kirsfianti L. Ginoga dalam sambutannya pada acara

penandatanganan perjanjian kerjasama dan peresmian Hutan Penelitian

Cikole mengatakan bahwa kerjasama ini adalah sebuah upaya bersama yang

bertujuan untuk mengembangkan kawasan hutan penelitian Cikole sebagai

sarana pendidikan, penelitian, dan pengabdian serta pemberdayaan

masyarakat melalui inovasi ilmu kepariwisataan dengan penerapan konsep

ekowisata dan IPTEK yang berkelanjutan. Beliau juga berpesan bahwa

kegiatan kerjasama ini perlu mengedepankan aspek ekologi sehingga tidak

membawa dampak negatif pada tegakan yang telah ada.

Untuk mengantisipasi dampak negatif dari pengembangan wisata

tersebut perlu adanya kajian daya dukung lingkungan dalam pengelolaan

ekowisata sesuai dengan prinsip hutan lindung serta batasan-batasan

kewajaran. Daya dukung lingkungan merupakan konsep dari pengelolaan

sumber daya alam dan lingkungan demi menjaga kelestariannya

berdasarkan kemampuan lahan. Nugraha et al., (2013) menjelaskan bahwa

konsep ini dikembangkan untuk meminimalisir kerusakan atau degradasi

sumber daya alam dan lingkungan sehingga kelestarian, keberadaan, dan

fungsinya tetap terwujud dan pada saat yang sama tidak merugikan

masyarakat atau para pengguna sumber daya yang lain. Perhitungan daya

dukung kawasan berfungsi untuk mengurangi pemanfaatan yang berlebihan

serta mencegah degradasi ekosistem.

4
Soemarwoto (2004) menjelaskan bahwa daya dukung lingkungan

wisata alam adalah kemampuan sebuah kawasan dalam menampung jumlah

pengunjung dengan luas serta satuan waktu tertentu. Daya dukung wisata

merupakan daya dukung biofisik, sosial ekonomi dan sosial budaya dari

suatu kawasan wisata dalam menunjang kegiatan pariwisata tanpa

menimbulkan penurunan kualitas lingkungan dan penurunan kepuasan

wisatawan untuk menikmati kawasan wisata. Bila aktivitas wisata

melampaui kemampuan daya dukungnya akan berakibat rusaknya

ekosistem dan lingkungan, hal ini dapat berimplikasi pada hilangnya

manfaat ekologis dan manfaat ekonomi kawasan tersebut. Pada sisi lain,

tingkat kenyamanan wisatawan juga dapat berkurang apabila terjadi

pelonjakan kunjungan yang tinggi (Gunn.C.A., 1994 dalam Muhamad,

2013). Menurut Sasmita et al (2014), daya dukung fisik kawasan wisata

merupakan alat ukur jumlah maksimum wisatawan yang mampu ditampung

oleh luas area menggunakan pertimbangan kebutuhan wisatawan akan area

untuk berkegiatan wisata dengan nyaman serta faktor rotasinya.

Dikarenakan baru akan dikembangkan maka untuk meminimalisir dampak

negatif diperlukan juga proyeksi pasar untuk mendukung konsep daya

dukung kawasan karena kawasan Ekowisata IPTEK Cikole belum memiliki

pengunjung (wisatawan).

Muta’ali (2012) menyatakan bahwa perencanaan yang tepat

seharusnya disesuaikan dengan kondisi aktual serta daya dukung

lingkungannya, sehingga indikasi penurunan daya dukung lingkungan dan

potensi terjadinya bencana dapat diantisipasi dan di minimalisir (Faisal,

2016). Hal ini didukung oleh Yunita Sari (2015) bahwa Daya dukung dalam
5
manajemen ekowisata menjadi aspek penting yang harus dikelola dengan

tujuan untuk menjamin kualitas hidup jangka panjang bagi lingkungan serta

menjadi faktor penentu tingkat keberlanjutan suatu kegiatan ekowisata.

Mengingat pentingnya penelitian daya dukung lingkungan untuk

mengurangi dampak negatif dari pengembangan wisata di kawasan hutan

lindung, peneliti ingin mengetahui bagaimana kemampuan lahan biofisik di

Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK Cikole. Biofisik adalah segala

sesuatu yang bersifat fisik di suatu lingkungan yang saling mempengaruhi.

Lingkungan biofisik meliputi tanah, air, udara, iklim, vegetasi dan termasuk

ekosistem di dalamnya. Dalam hal ini peneliti akan meneliti ketersediaan

lahan serta mengetahui jumlah efektif wisatawan yang dapat memasuki area

kawasan Hutan Penelitian dengan penelitian yang berjudul “Daya Dukung

Lingkungan Kawasan Hutan Penelitian Cikole sebagai Destinasi

Ekowisata Iptek”

B. Rumusan Masalah

Dari penjabaran latar belakang di atas, maka terbentuklah

pertanyaan penelitian yang akan digunakan sebagai dasar penelitian ini,

yaitu :

1. Bagaimana daya dukung fisik, riil dan ekologis yang terdapat di

Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK Cikole?

2. Bagaimana proyeksi pengunjung harian dan seketika di

Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK Cikole?

6
3. Berapa batas maksimum optimal wisatawan yang dapat

berkunjung di Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK

Cikole?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memiliki beberapa tujuan, yaitu :

1. Untuk menghitung daya dukung kawasan Hutan Penelitian

Ekowisata IPTEK Cikole.

2. Untuk menghitung proyeksi pasar Kawasan Hutan Penelitian

Ekowisata IPTEK Cikole.

3. Untuk menghitung batas maksimum yang dapat berkunjung di

Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK Cikole.

D. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

kurangnya data yang didapatkan karena Kawasan Hutan Penelitian

Ekowisata IPTEK Cikole masih dalam tahap pengembangan.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi

referensi dan berkontribusi dalam ilmu kepariwisataan dan menjadi

kajian yang dapat digunakan dalam bidang studi daya dukung kawasan

berbasis ekowisata.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Ekowisata

Definisi Ekowisata pada awalnya diperkenalkan oleh The

Ecotourism Society pada tahun 1990 yang mendeskripsikan Ekowisata

sebagai salah satu bentuk kegiatan wisata yang bertanggungjawab

terhadap kelestarian alam, memberikan manfaat ekonomi dan

mempertahankan budaya bagi masyarakat. Menurut Fandeli (2009),

penyebutan Ekowisata lebih populer dan banyak di gunakan dibanding

dengan terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism, yaitu

ekoturisme. Terjemahan yang seharusnya dari ecotourism adalah wisata

ekologis. Pada tahun 1995, Yayasan Alam Mitra Indonesia

menerjemahkan ecotourism dengan ekoturisme.

Anisaldi (2013) menjelaskan bahwa Ekowisata merupakan jenis

wisata alam yang pengelolaannya menggunakan pendekatan

konservatif, yaitu dengan memberi perhatian lebih pada kondisi alam

dan lingkungan. Menimbang bahwa kondisi saat ini pengembangan

ekowisata di berbagai kawasan hutan di Indonesia memiliki ragam

potensi sumber daya alam yang dapat menjadi daya tarik, maka dari itu

pengembangan berbasis sumber daya alam dengan menggunakan

konsep ekowisata sangat perlu di lakukan secara Intensif

Menurut Sudiarta (2006) Ekowisata merupakan salah satu produk

pariwisata alternatif yang memiliki tujuan seiring dengan pembangunan

8
pariwisata yang berkelanjutan. Hal ini berkaitan dengan penetapan

kawasan hutan menjadi objek wisata alam dalam salah satu upaya

pemanfaatan sumber daya alam hayati dan seluruh ekosistemnya secara

bijaksana sehingga kawasan tersebut dapat menjalankan fungsi pokok

hutan dan tetap lestari (Nugroho, 2011).

Dowling (1996), dalam Hill & Gale (2009) menyatakan bahwa

ekowisata dapat dilihat berdasarkan keterkaitannya dengan 5 elemen

pokok yaitu, bersifat alami, berkelanjutan secara ekologis, memiliki

sifat edukatif, memberikan keuntungan pada masyarakat lokal, serta

mampu menciptakan kepuasan bagi wisatawan.

Selain sebagai hutan lindung, Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK

Cikole juga difungsikan sebagai hutan penelitian. Dalam

pengembangan ekowisata fenomena pendidikan sangat diperlukan

untuk mendukung kegiatan wisata. Hal ini didukung oleh Australian

Department of Tourism dalam Black (1999), yang mendefinisikan

ekowisata adalah wisata yang berbasis pada alam dengan mengikutkan

aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan

budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian secara ekologis.

Pengembangan ekowisata dilakukan hampir sama dengan

pengembangan pariwisata pada umumnya. Fandeli (2009) menjelaskan

bahwa terdapat 2 aspek yang perlu di pertimbangkan yaitu, aspek

destinasi dan aspek pasar. Meskipun aspek pasar perlu

dipertimbangkan, hal tersebut harus melihat macam, sifat dan daya tarik

wisata serta budaya agar tetap menjaga kelestarian dan keberadaannya.

9
Definisi dari Black dan aspek yang dikemukakan oleh Fandeli

tersebut menegaskan bahwa aspek yang terkait tidak seperti bisnis

pariwisata pada umumnya namun lebih diarahkan pada wisata minat

khusus atau Special Interest Tourism sehingga pengembangan

ekowisata perlu mengalkulasi daya dukung kawasan serta analisis pasar

untuk mengetahui jumlah maksimum wisatawan yang dapat

berkunjung.

2. Daya Dukung Kawasan

Lucyanti et al. (2013) berpendapat bahwa pengembangan wisata di

kawasan konservasi seperti taman nasional dan hutan lindung terkadang

tidak diimbangi dengan manajemen yang tepat dalam memanfaatkan

daya tarik wisatanya. Pengembangan cenderung lebih mengutamakan

kualitas atraksi wisata serta pelayanan agar dapat meningkatkan minat

dan kepuasan wisatawan dan dapat meningkatkan jumlah kunjungan ke

kawasan wisata. Namun sebaliknya, dalam upaya perlindungan dan

pelestarian kawasan wisata dari aspek biofisik lingkungan masih

seringkali diabaikan, salah satunya adalah daya dukung lingkungan.

Menurut Douglass (1978), dalam menampung banyaknya jumlah

wisatawan setiap kawasan wisata memiliki tingkat kemampuan

tersendiri (Luchman, 2004).

Daya dukung atau carrying capacity merupakan konsep ekologi

dimana jumlah unsur hayati dapat dijamin kelestariannya pada suatu

kondisi lingkungan tertentu (Fandeli, 2002). Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

10
Hidup Pasal 1 ayat 7 menyebutkan, daya dukung lingkungan hidup

adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung peri kehidupan

manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya.

Menurut Papageorgiou dan Brotherton (1999) Daya dukung

merupakan tingkat maksimum kemampuan pemanfaatan untuk

kegiatan wisata dalam hal jumlah dan aktivitas yang bisa diterima oleh

suatu kawasan atau ekosistem sebelum degradasi nilai ekologi yang

tidak dapat ditopang dan tidak dapat diubah tersebut terjadi.

Daya dukung lingkungan pada dasarnya adalah sebuah

perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan permintaan atau

Supply and Demand. Hal ini didasari karena pada umumnya

ketersediaan bersifat terbatas, sedangkan kebutuhan tidak terbatas.

Daya dukung lingkungan dilakukan dengan membandingkan

kebutuhan dengan ketersediaan lahan yang ada. Menurut Kementerian

Lingkungan Hidup tahun 2014 menjelaskan bahwa ketersediaan lahan

ditentukan berdasarkan data total produksi aktual setempat dari setiap

komoditas di suatu wilayah dengan menjumlahkan produk dari semua

komoditas yang ada di wilayah tersebut.

Hakim (2004) menyatakan bahwa daya dukung lingkungan dapat

menurun karena terjadinya dua faktor, yaitu faktor internal dan

eksternal. Kerusakan karena faktor-faktor internal timbul dikarenakan

karena aktivitas natural dari alam itu sendiri, seperti gempa bumi,

letusan gunung api, kebakaran alam (kebakaran alami), tanah longsor,

gempa laut yang mengakibatkan meningginya gelombang air (tsunami)

11
dan badai. Kerusakan karena faktor eksternal dapat terjadi karena ulah

dari kegiatan manusia, seperti polusi air, tanah dan udara, perusakan

dan penebangan hutan, eksploitasi sumberdaya alam, konversi lahan,

dan sebagainya. Menurut Soemarwoto (2004) penyebab rusaknya

ekosistem yang dipakai untuk pariwisata dan penurunan kualitas

lingkungan akibat dari pengelolaan wisata yang tidak memperhatikan

daya dukung lingkungan, sehingga pada akhirnya akan menghambat

bahkan menghentikan perkembangan pariwisata tersebut.

Sebagai batas bagi pengelola dalam merencanakan pengembangan

pariwisata di kawasan hutan lindung yang berkelanjutan, pertimbangan

terhadap aspek biofisik lingkungan di kawasan hutan lindung penilaian

daya dukung lingkungan wisata sangatlah penting dilakukan untuk

mengetahui batas maksimum jumlah pengunjung yang berada di areal

tersebut pada waktu yang bersamaan.

Soemarwoto (2004) menjelaskan bahwa daya dukung kawasan

obyek wisata alam merupakan kemampuan suatu kawasan untuk

menampung wisatawan yang dinyatakan dalam jumlah wisatawan per

satuan luas per satuan waktu. Menurut Departemen Kebudayaan dan

Pariwisata (2009), aspek dari daya dukung di kawasan ekowisata yang

perlu dipertimbangkan adalah jumlah turis/tahun; lamanya kunjungan

turis; berapa sering lokasi yang “rentan” secara ekologis dapat

dikunjungi, dll.

12
Lagmoj (2013) menjelaskan terdapat 6 tipe dari daya dukung

(Carrying Capacity) yaitu :

1. Daya Dukung Fisik (Physical Carrying Capacity)

Daya dukung fisik pertama kali diterapkan untuk sumber

daya alam. Dalam teknik ini, status fisik SDA dijelaskan dengan

mempertimbangkan kinerjanya bahwa tidak ada gangguan fisik

yang mengakibatkan eksploitasi berlebihan. Seringkali, daya

dukung ini digunakan sebagai alat manajerial di kawasan yang

dilindungi dan tergantung pada penentuan ambang batas di

mana perubahan lingkungan, gangguan dan masalah terjadi.

2. Daya Dukung Psikologis (Psychological Carrying Capacity)

Daya dukung psikologis adalah tingkat keinginan dan

manfaat terendah yang siap diterima oleh pengguna di kawasan

yang di kembangkan sebelum memulai pencarian untuk

menemukan tempat alternatif untuk penggunaan yang sama.

3. Daya Dukung Sosial (Social Carrying Capacity)

Daya dukung sosial akan menentukan jumlah efek yang

diberikan yang dihasilkan dari wisatawan pada masyarakat tuan

rumah serta tingkat toleransi kepadatan oleh wisatawan.

4. Daya Dukung Ekonomi (Economic Carrying Capacity)

Daya dukung ekonomi termasuk kemampuan untuk

menarik dan menerima kegiatan baru tanpa mengganggu

kegiatan ekonomi tradisional penduduk asli.

13
5. Daya Dukung Ekologis (Ecological carrying capacity)

Daya dukung ekologis diidentifikasi berdasarkan

evaluasi populasi suatu ekosistem yang dapat ditoleransi. Ini

juga termasuk sejumlah ketegangan yang diterapkan pada

ekosistem tergantung pada jumlah orang dan kegiatan

kunjungan yang menyebabkan nilai ekologis ekosistem menjadi

tidak dapat diterima (berkurang).

6. Daya Dukung Lingkungan (Environmental carrying capacity)

Daya dukung lingkungan adalah estimasi dari total daya

dukung dan mewakili daya dukung internal. Selain klasifikasi

tersebut, klasifikasi lain yang digunakan dalam penelitian ini

dipilih berdasarkan teknik yang diterapkan evaluasi daya

dukung dalam pedoman serikat internasional konservasi alam

dan sumber daya alam yang disarankan pada tahun 1997 untuk

menghitung daya dukung wilayah yang sesuai untuk pariwisata

di kawasan lindung (Fick, 2003).

Dari pengertian di atas daya dukung kawasan yang dapat

digunakan untuk menentukan batasan maksimal wisatawan

pada kawasan Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK Cikole adalah

sebagai berikut :

a. Daya dukung fisik yaitu metode yang digunakan untuk

mengetahui luas areal yang dibutuhkan bagi wisatawan untuk

secara bebas dan tanpa mengurangi pengalaman berwisata.

14
b. Daya dukung ekologis yaitu perhitungan angka daya dukung

dengan mempertimbangkan faktor pemulihan atau natural

recovery yang diperkenalkan oleh Douglass (1975) sebagai

Turnover Factor dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1
Tabel Turnover Factor

NO Aktivitas TF

1 Rekreasi 1.5

2 Berkemah 1.0

3 Berenang 1.5

4 Berperahu 2.0

c. Daya dukung riil yaitu jumlah pengunjung maksimum yang

diperkenankan berkunjung ke objek dengan faktor koreksi atau

Correction Factor (CF) yang diambil dari karakteristik objek

diterapkan pada daya dukung fisik. Faktor koreksi diperoleh

dengan mempertimbangkan faktor biofisik lingkungan seperti

curah hujan, tingkat kecuraman lereng, diversitas flora dan

fauna, dll.

3. Proyeksi Pasar

Proyeksi atau peramalan adalah kegiatan atau memprediksikan apa

yang akan terjadi di masa yang akan datang dalam waktu yang relatif lama,

proyeksi tidak dibutuhkan untuk waktu tenggang yang singkat

(Wheelwright dan McGee dalam Makridakis, 1998).

15
Kegunaan kegiatan proyeksi pada umumnya adalah ditujukan untuk

sebagai berikut :

a. Sebagai alat bantu perencanaan yang efektif dan efisien.

b. Untuk menentukan kebutuhan sumber daya di masa yang akan

datang

c. Pembuat keputusan yang tepat.

Butterworth-Heinemann pada bukunya yang berjudul Forecasting

tourism demand: methods and strategies (2011), mengatakan bahwa

industri pariwisata, dan seluruh pihak yang tertarik pada keberhasilan dalam

berkontribusi pada kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat, perlu

mengurangi risiko keputusan, yaitu, mengurangi peluang bahwa suatu

keputusan akan gagal mencapai tujuan yang diinginkan. Salah satu cara

penting untuk mengurangi risiko ini adalah dengan memproyeksikan

peristiwa atau lingkungan tertentu di masa yang akan datang dengan lebih

jelas. Salah satu peristiwa yang paling penting adalah permintaan akan

produk pariwisata, baik itu produk, layanan atau paket layanan seperti

liburan atau apa yang ditawarkan destinasi.

Semua bidang industri pasti menginginkan pengurangan risiko

seperti itu. Namun, kebutuhan ini mungkin lebih beresiko di industri

pariwisata daripada industri lain dengan produknya, karena berbagai alasan

seperti produk pariwisata yang bersifat semu, wisatawan yang tidak dapat

dipisahkan dari proses konsumsi-produksi, kepuasan pelanggan tergantung

pada layanan pelengkap, permintaan pariwisata sangat peka terhadap

16
bencana alam dan ulah manusia dan pasokan wisata yang membutuhkan

investasi besar.

Proyeksi kunjungan wisatawan (pasar) dibutuhkan dalam mendukung

konsep daya dukung lingkungan. Staf ahli menteri Pariwisata Indonesia,

Drs. Noviendi Makalam M.A. menjelaskan pada handout nya tentang

Penghitungan Investasi Awal pada update 2011, proyeksi pasar digunakan

dalam pola penghitungan kebutuhan ruang dan lahan. Pola penghitungan

dijelaskan dalam diagam alir di bawah ini :

Gambar 2.1
Pola Penghitungan Ruang dan Lahan

Gambar bagan di atas adalah skema dari pola penghitungan ruang

dan lahan dimana dalam skema tersebut proyeksi jumlah pengunjung

digunakan sebagai acuan pengembangan untuk menghitung kebutuhan ruang

dan lahan yang diperlukan ketika terjadi pelonjakan jumlah wisatawan.

Dalam penelitian ini skema tersebut diadaptasi dan dimodifikasi hanya

sampai proyeksi jumlah pengunjung untuk selanjutnya mendukung formula

17
dalam menghitung daya dukung lingkungan oleh Cifuentes dan Douglass.

Skema modifikasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2
Pola Penghitungan Proyeksi Pasar

Proyeksi Jumlah Pengunjung

Asumsi Tingkat Asumsi Operasi


Partisipasi Usaha

Proyeksi Jumlah
Pengunjung Harian

Penghitungan Proyeksi Jumlah


Pengunjung Seketika
Data Dasar

18
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul Tahun Deskripsi Penelitian Variabel Perbedaan
1 Rahmat Studi Daya 2016 Penelitian ini 1. Daya Dalam
Walimbo Dukung bertujuan untuk Dukung penelitian ini
Ekowisata mengetahui daya Kawasan tidak
Air Terjun dukung kawasan, (Fisik, menggunakan
Wiyono Di mengetahui potensi Ekologis variabel
Taman flora dan fauna, dan dan Riil) persepsi
Hutan Raya untuk mengetahui 2. Potensi wisatawan dan
Wan Abdul persepsi wisatawan Flora dan masyarakat
Rachman dan masyarakat Fauna lokal.
Provinsi lokal tentang 3. Persepsi
lampung pengembangan wisatawan
Ekowisata Air dan
Terjun Wiyono masyarakat
Tahura WAR lokal
Provinsi Lampung.
2 Shinta Studi Daya 2018 Penelitian ini 1. Daya Dalam
Dewi Dukung bertujuan untuk Dukung penelitian ini
Marcelina Wisata dan mengestimasi Kawasan tidak
Persepsi kapasitas daya (Carrying menggunakan
Wisatawan dukung fisik Capacity) variabel
di Pusat kawasan serta 2. Persepsi persepsi
Pelatihan persepsi wisatawan wisatawan wisatawan.
Gajah terhadap fasilitas
Taman wisata
Nasional
Way
Kambas
3 Silvia Penilaian 2013 Penelitian ini 1. Daya Dalam
Lucyanti, Daya bertujuan untuk Dukung penelitian ini
Boedi Dukung menghitung jumlah Fisik tidak
Hendrarto, Wisata di maksimum 2. Daya menggunakan
Munifatul Obyek wisatawan yang Dukung indikator
Izzati Wisata Bumi berkunjung ke Riil daya dukung
Perkemahan objek wisata Buper 3. Daya Efektif
Palutungan Palutungan. Dukung melainkan
Taman Efektif daya dukung
Nasional Ekologis.
Gunung
Ciremai
Propinsi
Jawa Barat

19
C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan pemaparan di atas, maka kerangka penelitian yang akan

menjadi dasar penelitian ini adalah untuk mengetahui daya dukung kawasan

sesuai dengan konsep ekowisata dengan menghitung daya dukung biofisik

serta memproyeksikan potensi pasar sehingga menghasilkan batas

maksimum kunjungan wisatawan. Maka penggambaran kerangka penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran

Kawasan Hutan Lindung

Ekowisata

Daya Dukung Kawasan

Proyeksi Pasar
• Daya Dukung Fisik
• Daya Dukung
Ekologis
Proyeksi Pasar Proyeksi Pasar • Daya Dukung Riil
Harian Seketika

Batas Maksimum

20
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan metode penghitungan berdasarkan rumus yang

dikemukakan oleh Cifuentes (1992) yang dimodifikasi yang terdiri dari

Daya Dukung Fisik (Physical Carrying Capacity/PCC), Daya Dukung Riil

(Real Carrying Capacity/RCC) dan Daya Dukung Ekologis (Douglas,

1975) untuk mengetahui jemlah efektif wisatawan yang dapat berkunjung

ke Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK Cikole.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian berdasarkan Sugiyono (2009:38) adalah suatu

atribut atau sifat atau nilai orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Selain itu menurut I Made Wirartha (2006 : 39)

objek penelitian (Variabel penelitian) adalah karakteristik tertentu yang

mempunyai nilai, skor, atau ukuran yang berbeda untuk unit atau individu

yang berbeda atau merupakan konsep yang diberi lebih dari satu nilai.

Objek yang akan di teliti dalam penelitian adalah kondisi biofisik

Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK Cikole dan kondisi pasar yang

terdapat di sekitar Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK Cikole

dengan karakteristik wisata yang sama.

21
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2012:119) Populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek/subyek yang mempengaruhi kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi penelitian ini adalah Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata

IPTEK Cikole dengan besar kawasan 39,80 ha serta kondisi pasar dari

kawasan wisata pesaing yang berada di sekitar Kawasan Hutan

Penelitian Ekowisata IPTEK Cikole.

2. Sampel

Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah fasilitas

pendukung wisata, amenitas, serta daya tarik wisata yang terdapat di

Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK Cikole, serta jumlah

kunjungan wisatawan 5 tahun terakhir yang diperoleh dari data

sekunder Laporan Studi Kelayakan Investasi HPEI Cikole tahun 2019.

Dalam hal ini proyeksi dibutuhkan dalam mengetahui jumlah

kunjungan wisatawan dikarenakan Hutan Penelitian Cikole masih

dalam tahap New-Development dimana Hutan Penelitian Cikole

dikembangkan dari nol dan pendataan jumlah kunjungan wisatawan

masih belum dilakukan secara tertulis dikarenakan belum adanya

penetapan retribusi tiket masuk.

Peneliti menggunakan konsep sampling dari Sugiyono (2016)

dengan metode Non Probability Sampling. Non Probability Sampling

adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau


22
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis,

kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball. Penelitian ini

menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016).

Penggunaan teknik purposive sampling dikarenakan tidak semua

sampel memiliki kriteria yang sama seperti objek penelitian. Dalam

penelitian ini yang menjadi sampel adalah kawasan wisata dengan

kriteria tertentu, yaitu kawasan wisata yang berada pada hutan

penelitian atau hutan di bawah pengawasan dari Perum Perhutani

sebagai pengelola hutan negara, dan kawasan wisata yang menerapkan

Ekowisata yang sejenis tersebut yaitu Cikole Jayagiri Resort, Bandung

Treetop, Orchid Forest, PAL 16 dan Geger Bintang Matahari (GBM).

D. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif

yaitu data yang dinyatakan dalam angka-angka yang menunjukkan nilai

terhadap besaran atau variabel yang diwakilinya. Data daya dukung

kawasan diperoleh dengan menggunakan checklist. Data proyeksi

pasar di dapat dari wawancara dan studi literasi pada Pusat Penelitian

dan Pengembangan Hutan Bogor serta 5 kawasan wisata pesaing di

sekitar Desa Cikole yang memiliki karakteristik yang sama dengan

Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK Cikole.

23
E. Operasional Variabel

Tabel 3.1
Tabel Operasional Variabel

Variabel Sub-Variabel Dimensi Indikator Instrumen Penelitian


Daya Daya Dukung Daya Dukung Fisik PCC (Physical Carrying Checklist, Studi Literasi
Dukung BioFisik PCC = A x 1/B x Rf Capacity): dan dokumentasi ,
Kawasan • A : Luas Area Wawancara
(Douglas, 1975) Wisata
• B : Luas Area
(Cifuentes, 1992 dengan rumus Fandeli &
Muhammad, 2009) Yang Dibutuhkan
Oleh wisatawan
Untuk Berwisata
dengan tetap
memperoleh
kepuasan dan tidak
merusak
lingkungan
• Rf : Faktor Rotasi

24
Daya Dukung Riil RCC (Real Carrying
RCC = PCC x 100-Cf1 x 100-Cf2 x 100-Cf3 Capacity):
100 100 100 • Cf : Faktor Koreksi
• Mt1 : Batas Besaran
(Cifuentes, 1992) Variabel
• Mt2 : Batas
Cf = Mt1 x 100 Variabel Total
Mt2

(Zacarias et al, 2011)

Daya Dukung Ekologis AR (Area Minimal


AR = Dxa _____ Kegiatan Wisata):
CD x TF x 43.560 • D : Rata-rata
Jumlah
Pengunjung Per
tahun
(Douglas, 1975) • A : Kebutuhan
Area Wisata

25
• CD : Kapasitas
Pemakaian
• TF : Faktor
Pemulihan
Proyeksi Pasar Proyeksi Pasar Harian • Proyeksi Jumlah
Pengunjung
• Asumsi Tingkat
(Drs. Noviendi Partisipasi
Makalam, MA., Proyeksi Pasar Seketika • Proyeksi Jumlah
2002) Harian
• Asumsi Operasi
Usaha

26
F. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini akan dilakukan secara deskriptif.

Data dan informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini

memiliki 3 aspek utama yaitu, kondisi biofisik kawasan hutan penelitian

Cikole, daya dukung lahan pariwisata termasuk tata ruang, dan kondisi

pasar.

1. Kondisi biofisik, kebutuhan data menyangkut kondisi biofisik

meliputi studi pustaka mengenai iklim, vegetasi, topografi lahan,

fauna dan status kepemilikan lahan

2. Daya dukung lahan, kebutuhan data menyangkut daya dukung

lahan meliputi pencarian data melalui observasi dan penghitungan

lapangan dengan checklist dan studi pustaka tata ruang lahan untuk

memenuhi formula dalam menghitung daya dukung kawasan yang

dipergunakan untuk pariwisata.

a) Daya Dukung Fisik (Physical Carrying Capacity)

Penghitungan daya dukung fisik dilakukan untuk

mengetahui jumlah maksimal dari kunjungan wisatawan

secara fisik sehingga diketahui ambang batas maksimal

wisatawan per rotasi kunjungan.

Metode yang digunakan adalah dari Cifuentes (1992)

dengan rumus Fandeli (2002).

27
1
𝑃𝐶𝐶 = 𝐴 𝑥 𝑥 𝑅𝑓
𝐵

Keterangan :

PCC = Physical Carrying Capacity (Daya Dukung Fisik)

A = Luas area yang dipergunakan sebagai wisata (m2)

B = Luas area yang dibutuhkan wisatawan untuk

melakukan kegiatan wisata.

Rf = Faktor Rotasi (1 malam = 1 rotasi)

Nilai PCC merupakan nilai dasar yang digunakan

untuk menghitung nilai daya dukung riil yang dibatasi faktor

biofisik lingkungan berdasarkan observasi di lapangan.

b) Daya Dukung Ekologis

Penghitungan daya dukung ekologis memperhatikan

kondisi dari biofisik lingkungan demi menjaga

keseimbangan vegetasi dan ekosistem yang ada untuk

mempertahankan kualitas dari ekowisata pada kawasan

tersebut. Hal ini untuk mengurangi ancaman kerusakan

vegetasi yang dapat mengurangi daya tarik ekowisata.

Metode yang digunakan adalah rumus yang

dikemukakan oleh Douglass (1975).

𝐷𝑥𝐴
𝐴𝑅 =
𝐶𝐷 𝑥 𝑇𝑓 𝑥 43.560

28
Keterangan :

AR = Kebutuhan area minimal untuk kegiatan wisata

tertentu

D = Rata-rata jumlah kunjungan pertahun

A = Kebutuhan area wisata tertentu (907 feet2)

CD = Kapasitas pemakaian per hari (dalam 1 tahun)

TF = Turnover Factors

43.560 = Konstanta

c) Daya Dukung Riil (Real Carrying Capacity)

Penghitungan daya dukung riil memperhatikan

faktor biofisik sebagai koreksi atau batasan dengan tujuan

menjaga kenyamanan wisatawan.

Metode yang digunakan dalam mencari nilai daya

dukung riil adalah menggunakan rumus dari Cifuentes

(1992).

100 − 𝐶𝑓1 100 − 𝐶𝑓2 100 − 𝐶𝑓3


𝑅𝐶𝐶 = 𝑃𝐶𝐶 𝑥 𝑥 𝑥
100 100 100
𝑀𝑡1
Dimana 𝐶𝑓 = 𝑥 100
𝑀𝑡2

Keterangan :

RCC = Real Carrying Capacity (Daya Dukung Riil)

Cf = Faktor Koreksi

Mt1 = Batas Besaran Variabel

Mt2 = Batas Variabel Total

29
Faktor biofisik yang diidentifikasikan sebagai faktor

pembatas atau faktor koreksi dalam penghitungan daya

dukung riil. Faktor pembatas setiap kawasan memiliki

parameter yang berbeda sesuai dengan kondisi kawasan yang

diteliti. Pada kawasan Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK

Cikole ditemukan beberapa parameter yang sesuai antara lain

adalah diversitas flora (Cf1), kemiringan lahan (Cf2) dan

curah hujan (Cf3). Sustri (2009) menyatakan bahwa dalam

menghitung curah hujan, harus berdasarkan pada Indeks

Curah Hujan selama 10 tahun terakhir dengan

membandingkan bulan basah dan kering. Sedangkan

penghitungan keanekaragaman flora dihitung menggunakan

rumus Indeks Diversitas Simpson (IDS).

∑ 𝑛𝑖 (𝑛𝑖 − 1)
𝐼𝐷𝑆 = 1 − λ Dimana λ =
𝑛 (𝑛 − 1)

Keterangan :

ni = Jumlah individu jenis ke-i

n = Jumlah individu semua jenis

3. Proyeksi Pasar

Pengumpulan data mengenai proyeksi pasar dilakukan

dengan wawancara dan studi pustaka pada data sekunder yang

diperoleh dari Laporan Studi Kelayakan Investasi HPEI Cikole

tahun 2019.

30
G. Jadwal Penelitian

Penyusunan skripsi ini dimulai di bulan Desember 2018 dengan

agenda penyusunan TOR dan Judul hingga sampai dengan sidang Skripsi

pada bulan April 2019. Berikut rincian jadwal penelitian dalam tabel :

Tabel 3.2
Jadwal Penelitian
Bulan
No Kegiatan DES JAN FEB MAR JUN JUL SEP OKT
2018 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019
Pemyusunan
1
Ususlan Penelitian
Presentasi Usulan
2
Penelitian
3 Pengambilan Data

4 Analisis
Penyusunan
5
Skripsi
6 Presentasi Skripsi

31
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian berupa data

primer hasil temuan di lapangan dan data sekunder yang selanjutnya di

analisis menggunakan formula yang telah dikemukakan pada bab

pembahasan.

1. Daya Dukung Kawasan Hutan Penelitian Cikole

Hutan Penelitian Cikole memiliki luas 39,80 Ha atau 398.000 m2

dengan topografi bergelombang dan berbukit dan berada di ketinggian 1.350

hingga titik tertinggi di 1.500 mdpl dan memiliki kemiringan lereng sebesar

>25% menghadap ke selatan. Hutan penelitian Cikole terbagi dalam 131

petak tanaman dengan pembagian seperti gambar 4.1 berikut ini,

32
Gambar 4.1
Peta Petak Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK Cikole

Sumber : Masterplan Hutan Penelitian Cikole, RCSC STP Bandung (2018)

Dalam pengembangannya, Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole

membagi lahan pengembangan ekowisata menjadi 4 Blok utama yaitu Blok

A (Radix), Blok B (Flos), Blok C (Folia), dan Blok D (Cortex) dengan

pemanfaatan sebagai berikut :

a. RADIX (Research, Education, Science dan Technology Area)

Blok ini memiliki fungsi sebagai pusat dari kegiatan

penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang

memiliki keterkaitan dengan berbagai ilmu pengetahuan

meliputi lingkungan, kehutanan, pariwisata, dan teknologi

informasi.

b. FLOS (Eco-Recreation Area)

33
Blok ini merupakan pusat hiburan dan rekreasi ekowisata,

termasuk di dalamnya sentra kuliner produk hasil hutan.

c. FOLIA (Eco-Adventure Area)

Blok ini merupakan area yang dipergunakan untuk aktivitas

petualangan berbasis ekowisata seperti trekking, bersepeda off-

road, perburuan berprinsip terkendali, dan melihat burung alam

liar.

d. CORTEX (Safety and Security Area)

Blok ini berfungsi sebagai area penjagaan, pertolongan

pertama, keselamatan, dan keamanan.

Pengembangan kawasan ekowisata ini kemudian dipetakan pada

Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole sehingga membentuk area seperti

gambar berikut,
Gambar 4.2
Peta Blok Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole

Sumber : Masterplan Hutan Penelitian Cikole, RCSC STP Bandung (2018)

34
Dengan keterangan luas kawasan ekowisata hasil pengolahan

pengindraan menggunakan Google Earth Pro sebagai berikut :

Tabel 4.1
Luas Blok Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK Cikole

Blok Nama Luas

A RADIX 54.986 m2

B FLOS 42.654 m2

C FOLIA 292.330 m2

D CORTEX 8.033 m2

Total 398.000 m2

Sumber : Olahan Peneliti (2019)

Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole memiliki trek

dengan panjang total 2.881 m atau 2,9 km yang dibagi menjadi 2 rute, yaitu

rute Soft (Pinus Radiata) dengan panjang trek pejalan kaki 2.669 m atau 2,7

km yang termasuk di dalamnya trek sepeda sepanjang 818 m dan rute Hard

(Agathis Alba) dengan panjang trek 2775 m atau 2,8 km serta termasuk di

dalamnya trek sepeda sepanjang 825 m.

35
Gambar 4.3
Peta Jalur Sepeda Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole

Sumber : Masterplan Hutan Penelitian Cikole, RCSC STP Bandung (2018)

Untuk mendukung kegiatan wisata di kawasan Hutan Penelitian

Ekowisata Iptek Cikole, pihak RCSC STP Bandung dan

PUSLITBANGHUT Bogor juga mempersiapkan pengembangan dan

pembangunan sarana dan prasarana wisata agar wisatawan umum maupun

wisatawan khusus dalam hal ini wisata minat khusus penelitian dapat

melakukan aktivitasnya dengan nyaman. Perencanaan pengembangan dan

pembangunan sarana prasarana antara lain,

36
Tabel 4.2
Pengembangan dan Pembangunan Sarana dan Prasarana Kawasan Hutan Penelitian
Ekowisata Iptek Cikole

No Nama Bangunan LB/m2 Jumlah T. LB /m2

1 Pintu Ticketing 15.75 1 15.75

2 Food And Beverages (FnB) 242 1 242

3 Perpustakaan 177 1 177

4 Musholla 144 1 144

5 Penangkaran Hewan 716.3 1 716.3

6 Green House 52.65 4 210.6

7 Canopy Walk 302.4 1 302.4

8 Pusat Penelitian 221.6 2 443.2

9 Bird Watch Tower 243.3 3 729.9

10 Toilet 7.4 8 59.2

11 Pos Jaga 20 4 80

12 Skywalk 3491.8 1 3491.8

13 Rest Area 8.5 5 42.5

14 Pagar Pembatas 8812.5 1 8812.5

15 Sirkulasi Pengkerasan 29135.58 1 29135.58

Total 35 44602.73

Sumber : Masterplan Hutan Penelitian Cikole, RCSC STP Bandung (2018)

Kegiatan wisata di kawasan Hutan Penelitian Ekowisata

Iptek Cikole dapat dinikmati mulai pukul 7 pagi hingga 9 malam. Namun,

sarana wisata seperti Research Center, Green house, penangkaran Fauna dan

Bird Watch hanya dapat dilakukan pada waktu operasional pukul 8 pagi

37
hingga 5 sore. Hal ini berkaitan dengan keadaan alam Hutan Penelitian yang

rawan jika dilakukan kegiatan pada malam hari. Wisatawan dapat

melakukan reservasi jika kegiatan yang akan dilaksanakan membutuhkan

waktu lebih awal atau berakhir lebih lama dari jam operasional yang

ditentukan dengan menyerahkan surat ijin dari institusi asal wisatawan.

Perencanaan waktu kunjungan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3
Perencanaan Waktu Kunjungan Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole

No. Aktivitas dan Fasilitas Waktu Operasional

07.00 – 21.00
1. Pintu Masuk
(untuk permintaan khusus melalui reservasi)

08.00 – 17.00
2. Research Center
(untuk permintaan khusus melalui reservasi)

08.00 – 17.00
3. Green House
(untuk permintaan khusus melalui reservasi)

4. Food and Beverages 08.00 – 20.30

08.00 – 17.00
5. Penangkaran Fauna
(untuk permintaan khusus melalui reservasi)

Eco-Adventure (Birdwatching, Eco 08.00 – 17.00


6.
Hunting) (untuk permintaan khusus melalui reservasi)

7. Forest Healing dan Forest Bathing 07.00 – 21.00

Sumber : Masterplan Hutan Penelitian Cikole, RCSC STP Bandung (2018)

Untuk menjaga kelestarian hutan dan memberikan waktu bagi hutan

untuk beristirahat, kegiatan wisata di Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata

38
Iptek Cikole juga dibatasi per tahunnya. Dalam satu tahun terdapat 2

Semester masing-masing semester kawasan Hutan Penelitian Ekowisata

Iptek Cikole akan ditutup selama 15 hari atau kurang lebih 2 minggu.

Penutupan akan dilakukan oleh pihak pengelola dalam hal ini

PUSLITBANGHUT Bogor jika dirasa perlu untuk menjaga dan memberi

ruang pada kawasan hutan penelitian agar tetap asri.

2. Proyeksi Pasar

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola kawasan

Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole, PUSLITBANGHUT Bogor

menargetkan wisatawan minat khusus sebagai segmen utama dalam

menarik wisatawan. Wisatawan minat khusus dapat dari golongan peneliti

yang memiliki fokus meneliti tentang kehutanan, ilmiah, ekowisata hingga

para birdwatcher yang ingin melihat keindahan burung-burung alam liar

yang berada di kawasan Hutan Penelitian. Diharapkan para peneliti yang

menjadi wisatawan dalam kawasan Hutan Penelitian juga dapat

berkontribusi pada pelestarian alam sehingga kawasan Hutan Penelitian

Cikole dapat berkembang lebih baik lagi untuk menjaga keanekaragaman

flora dan fauna tetap lestari maupun untuk meningkatkan kenyamanan para

wisatawan umum lain dalam melakukan kegiatan wisatanya di dalam Hutan

Penelitian Ekowisata Iptek Cikole.

Kondisi aktual wisatawan yang berkunjung ke kawasan Hutan

Penelitian Ekowisata Iptek Cikole sebenarnya sudah mulai ada sejak tahun

2017, namun dikarenakan belum ada keputusan dari menteri KLHK untuk

menentukan retribusi tiket masuk, jumlah wisatawan yang berkunjung

39
belum dapat di data jumlahnya sehingga pihak PUSLITBANGHUT Bogor

masih menggunakan proyeksi pasar yang di dapat dari jumlah wisatawan

yang berkunjung di Kabupaten Bandung Barat untuk memperkirakan

jumlah kunjungan per tahun selama 10 tahun mendatang. Berikut hasil

proyeksi pasar dari jumlah wisatawan yang berkunjung di daerah Cikole,

Kabupaten Bandung Barat.

Tabel 4.4
Proyeksi Wisatawan yang Berkunjung ke Kawasan Hutan Penelitian Cikole

Tahun Jumlah Wis.


2019 4.679
2020 4.867
2021 5.061
2022 5.264
2023 5.474
2024 5.693
2025 5.921
2026 6.158
2027 6.404
2028 6.660
Rata-rata 5.618
Sumber : Laporan Studi Kelayakan Investasi HPEI Cikole (2019)

Selain melakukan proyeksi pasar, PUSLITBANGHUT Bogor juga

melakukan Studi Kelayakan Investasi Hutan Penelitian Ekowisata Iptek

Cikole yang di dalamnya termuat asumsi tingkat partisipasi di setiap atraksi

wisata yang ditawarkan. Data Asumsi tingkat Partisipasi dapat dilihat pada

tabel berikut,

40
Tabel 4.5
Asumsi Tingkat Partispasi Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole

No. Nama Atraksi Asumsi


1. Usaha Atraksi Ekowisata 100%
2. Usaha Lab Ekowisata Iptek 70%
3. Usaha Green House 70%
4. Usaha Penangkaran Hewan 100%
5. Forest Bathing 60%
6. Usaha Berkemah 60%
7. Usaha Bike tracking 50%
8. Usaha makan minum 100%
9. Skywalk 100%
10. Canopy walk 70%
11. Birdwatching 50%
Sumber : Laporan Studi Kelayakan Investasi HPEI Cikole (2019)

B. Pembahasan

1. Daya Dukung Fisik

Perhitungan daya dukung fisik kawasan Hutan Penelitian Ekowisata

Iptek Cikole dilakukan di 3 blok utama dari kawasan total yang

dimanfaatkan sebagai area wisata, yaitu Blok A Radix, Blok B Flos,

dan Blok D Cortex. Hal ini dikarenakan untuk Blok C Folia hanya

digunakan untuk wisatawan minat khusus yang melakukan kegiatan di

dalam Blok C Folia, serta harus ada pendampingan dari pihak pengelola

karena lokasinya mencakup inti dari kawasan terdalam hutan sehingga

peneliti di sini membatasi perhitungan daya dukung fisik hanya

meliputi kawasan wisata yang dapat digunakan oleh wisatawan minat

khusus maupun wisatawan umum. Metode penghitungan berdasarkan

41
pada konsep Cifuentes (1992) dengan rumus Fandeli (2002), untuk

menghitung daya dukung fisik terdapat beberapa parameter yang diukur

seperti luas area wisata, luas area yang dibutuhkan wisatawan agar

kegiatan dapat memperoleh kepuasan dengan tidak merusak

lingkungan, serta faktor rotasi. Formula yang digunakan adalah sebagai

berikut :

1
𝑃𝐶𝐶 = 𝐴 𝑥 𝑥 𝑅𝑓
𝐵

Dengan keterangan sebagai berikut :

A = Luas area wisata,

B = Luas area yang dibutuhkan oleh wisatawan agar tetap mendapatkan

kepuasan dan tidak merusak alam

Rf = Faktor rotasi

Luas area wisata yang menjadi objek penelitian adalah total luas area

wisata yang meliputi Blok A Radix, Blok B Flos dan Blok D Cortex

yang secara berurutan memiliki luas 54983 m2, 42654 m2 dan 8033 m2

dengan total luas 105670 m2. Nilai B ditentukan oleh penelitian

Douglass (1975) untuk standar kegiatan wisata berpiknik atau rekreasi

sebesar 65 m2 dengan tetap memperoleh kepuasan dan tidak merusak

lingkungan (Fandeli & Muhammad, 2009). Faktor rotasi ditentukan

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑤𝑖𝑠𝑎𝑡𝑎


dengan rumus : . Dalam hal ini peneliti
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑢𝑛𝑗𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑤𝑖𝑠𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑛

menetapkan waktu operasional dimana kegiatan dapat dilakukan

42
maksimal adalah ketika waktu mulai beroperasinya sarana wisata yaitu

pukul 08.00 hingga pukul 17.00 dengan durasi operasional 9 jam. Rata-

rata kunjungan wisatawan didapatkan dari observasi lapangan dan

wawancara kepada pengelola wisata pesaing di sekitar kawasan Hutan

Penelitian Ekowisata Iptek Cikole dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 4.6
Rata-rata Kunjungan Wisatawan pada Kawasan Wisata Pesaing

Rata-rata Kunjungan
No. Nama Kawasan Wisata
Wisatawan (Jam)

1. Cikole Jayagiri Resort 3

2. Bandung Treetop 2,5

3. Orchid Forest 3

4. PAL 16 2,5

5. Geger Bintang Matahari (GBM) 4

Rata-rata 3

Sumber : Olahan Peneliti (2019)

Dari tabel di atas didapatkan rata-rata kunjungan wisatawan adalah

selama 3 jam, sehingga faktor rotasi dapat dihitung dengan formula

9 (𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙)
𝑅𝑓 = = 3 𝑗𝑎𝑚
3 (𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑢𝑛𝑗𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛)

Dengan demikian :

1
𝑃𝐶𝐶 = 𝐴 𝑥 𝑥 𝑅𝑓
𝐵

43
1
𝑃𝐶𝐶 = 105670 𝑥 𝑥3
65

𝑃𝐶𝐶 = 4877

Nilai hasil PCC kawasan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole

adalah 4877 wisatawan/hari. Dari formula di atas dapat disimpulkan

bahwa dihitung dari segi daya dukung fisik, Kawasan Hutan Penelitian

Ekowisata Iptek Cikole dapat menampung 4877 wisatawan per harinya

dengan tetap mendapatkan kepuasan dan tidak merusak lingkungan.

Perhitungan daya dukung fisik ini sangat perlu dilakukan bagi destinasi

wisata yang sedang berkembang agar dalam pengembangannya

terhindar dari pembangunan yang cepat dan terkendali yang justru

nantinya akan merugikan pengembangan kawasan dengan konsep

ekowisata tersebut (Pitana & Diarta, 2009).

2. Daya Dukung Riil

Daya dukung riil adalah penghitungan jumlah pengunjung yang

dapat melakukan kunjungan wisata pada suatu kawasan tertentu dengan

mempertimbangkan kondisi biofisiknya. Parameter biofisik dapat

ditentukan dengan melakukan pengamatan di lapangan maupun studi

literatur serta melakukan wawancara dengan pengelola kawasan.

Parameter biofisik yang ditetapkan memiliki aspek khusus yang dapat

membatasi kegiatan wisata, sehingga nilai dari daya dukung riil akan

lebih rendah daripada daya dukung fisik.

Berbagai parameter biofisik dapat digunakan untuk menghitung

daya dukung riil. Zakarias et al. (2011) menggunakan parameter biofisik

44
curah hujan, kecepatan angin, sinar matahari, erosi pantai dan penutupan

sementara dalam penelitiannya di kawasan pantai Praia de Faro,

Portugal. Walimbo (2017) menggunakan 3 parameter biofisik yaitu

diversitas flora, diversitas fauna, dan curah hujan pada penelitiannya di

Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung. Sedangkan

Lucyanti (2013) menggunakan parameter biofisik curah hujan,

kelerengan, erosivitas, vegetasi dan satwa burung sebagai pembatas daya

dukung lingkungan obyek wisata Buper Palutungan, Taman Nasional

Gunung Ciremai, Jawa Barat.

Dari hasil pengamatan dan wawancara kepada pengelola, parameter

biofisik yang dapat dianggap menjadi pembatas kegiatan wisata di

kawasan Hutan Penelitian antara lain, Diversitas Flora (Cf1), Kemiringan

Lahan (Cf2), dan Curah Hujan (Cf3). Diversitas flora dipilih menjadi

parameter dikarenakan produk inti dari hutan penelitian Cikole adalah

koleksi tanamannya yang beragam. Sedangkan untuk keanekaragaman

fauna tidak dijadikan parameter karena keberadaan fauna di dalam

kawasan hutan bersifat acak dan menetap di segala penjuru hutan dan

belum terdapat identifikasi lebih lanjut tentang pendataan

keanekaragaman fauna.

Untuk menghitung diversitas flora, peneliti menggunakan Indeks

Diversitas Simpson (IDS) dengan formula sebagai berikut :

𝐼𝐷𝑆 = 1 − 𝜆

45
Dimana untuk mengukur besar 𝜆 menggunakan formula di bawah

ini :

𝑛𝑖 (𝑛𝑖 − 1)
𝜆= Σ
𝑛 (𝑛 − 1)

Dengan keterangan sebagai berikut :

ni = Jumlah individu jenis ke-i

n = Total individu dari seluruh species

Untuk mendapatkan jumlah individu, peneliti mengambil sampel

dari 11 petak yang berlokasi dekat dengan pintu keluar dan pintu masuk

kawasan Hutan Penelitian Iptek Cikole. Petak yang dipilih sebagai

sampel adalah petak 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 18, 20 dan 22 dengan rincian

yang ditampilkan pada tabel berikut :

Tabel 4.7
Jenis Species pada Sampel Diversitas Flora

No Nomor Petak Nama Species Jml. Species


1 Petak 2 Agathis Loranthifolia 46
2 Petak 3 Pinus Merkusii 71
Pinus Montezumae 24
3 Petak 5
Pinus Merkusii 35
4 Petak 6 Cryptomeria Javanica 41
5 Petak 7 Agathis Loranthifolia 50
6 Petak 8 Pinus Merkusii 72
7 Petak 9 Eucalyptus Saligna 37
Curpressus Superrvirens 9
8 Petak 10
Pinus Merkusii 2
9 Petak 18 Eucalyptus Alba 36

46
10 Petak 20 Eucalyptus Microcorys 40
11 Petak 22 Eucalyptus Microcorys 39
Sumber : Olahan Peneliti (2019).

Berdasarkan tabel di atas, dari 11 petak yang dipilih sebagai sampel

di dalamnya terdapat 8 jenis spesies yang mendominasi di kawasan

Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole yaitu jenis pohon Pinus dan

Eucalyptus. Jenis pohon dan jumlah individu pada tabel tersebut

kemudian dianalisis kembali agar dapat diolah dengan formula IDS.

Maka hasil penganalisisan dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 4.8
Diversitas Flora Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole dan Perhitungan IDS

No. Jenis Pohon Ini ni (ni – 1)


1 Agathis Loranthifolia 96 9120
2 Pinus Merkusii 180 32220
3 Pinus Montezumae 24 552
4 Cryptomeria Javanica 41 1640
5 Eucalyptus Saligna 37 1332
6 Cupressus Superrvirens 9 72
7 Eucalyptus Alba 36 1260
8 Eucalyptus Microcorys 79 6162
Jumlah n 502 52358
n (n - 1) 251502
Sumber : Olahan Peneliti (2019).

Maka perhitungan menggunakan formula IDS menjadi seperti berikut :

𝑛𝑖 (𝑛𝑖 − 1)
𝜆=
𝑛 (𝑛 − 1)

52358
𝜆=
251502

47
𝜆 = 0.2081

𝜆 = 0.21 (𝑝𝑒𝑚𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑎𝑛)

𝐼𝐷𝑆 = 1 − 𝜆

𝐼𝐷𝑆 = 1 − 0.21

𝐼𝐷𝑆 = 0.79

Berdasarkan formula IDS di atas dapat diketahui bahwa nilai koreksi

diversitas flora (Cf1) di kawasan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek

Cikole dengan menggunakan Indeks Diversitas Simpson (IDS) yakni

sebesar 0,79 dan dikonversikan dalam bentuk persentase adalah 79%.

Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole memiliki kontur

yang berbukit dan curam, hal ini dapat menjadi pembatas kegiatan

wisatawan dalam melakukan wisata. Dalam brosur yang di terbitkan oleh

PUSLITBANGHUT Bogor, Hutan Penelitian Cikole memiliki

kemiringan lereng yang sangat curam (>25%). Semakin terjal atau curam

lahan dan trek yang dilalui wisatawan maka akan semakin besar juga

tenaga dan waktu yang dikeluarkan. Berdasarkan observasi lapangan

serta penggunaan citra pengindraan Google Earth Pro yang telah

dianalisis dengan teknik Image Overlay menggunakan peta kontur dan

peta kawasan wisata, dalam klasifikasi lereng berdasarkan Van Zuidam

(1985), area pada blok A Radix, Blok B Flos, dan Blok D Cortex dan 14

titik trek memiliki klasifikasi AC (Agak Curam) yaitu yang memiliki

sudut kemiringan 8° - 16° (15%-30%), dan C (Curam) dengan sudut

kemiringan 16° - 35° (30% - 70%). Untuk mengukur persentase sudut

kemiringan menggunakan rumus Slope yaitu :

48
𝛥ℎ
𝑆= 𝑥 100%
𝐷

Dengan keterangan sebagai berikut :

S = Slope (Kemiringan)

Δh = Selisih titik tertinggi dan titik terendah

D = Jarak titik tertinggi dan titik terendah

Berikut ini adalah tabel dari perhitungan panjang trek curam di

kawasan Hutan Penelitian Iptek Cikole :

Tabel 4.9
Tingkat kemiringan Trek

h1 h2
Titik Δh S Ket. D (m)
(mdpl) (mdpl)
1 1382 1368 14 23% AC 62
2 1389 1383 6 55% C 11
3 1394 1373 21 43% C 49
4 1373 1393 20 38% C 52
5 1390 1395 5 33% C 15
6 1397 1389 8 42% C 19
7 1392 1396 4 57% C 7
8 1409 1399 10 56% C 18
9 1399 1410 11 35% C 31
10 1408 1415 7 54% C 13
11 1436 1422 14 29% AC 48
12 1435 1445 10 33% C 30
13 1477 1440 37 21% AC 170
14 1398 1387 11 61% C 18
Total 543
Sumber : Olahan Peneliti (2019).

49
Berdasarkan tabel di atas panjang trek curam (Cf2a) adalah

sepanjang 543 m dari panjang trek total 2881 m. Untuk menghitung

faktor koreksi dari panjang trek curam (Cf2a) adalah :

𝑀𝑡1
𝐶𝑓2𝑎 = 𝑥 100%
𝑀𝑡2

543
𝐶𝑓2𝑎 = 𝑥 100%
2881

𝐶𝑓2𝑎 = 18%

Dengan keterangan Mt1 adalah panjang trek curam dan Mt2 adalah

panjang total trek. Perhitungan Cf2a menunjukkan bahwa faktor koreksi

panjang trek curam kawasan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole

adalah sebesar 18%.

Penghitungan juga dilakukan pada kemiringan lahan yang

dimanfaatkan sebagai wisata yaitu pada blok A Radix, blok B Flos dan

blok D Cortex dengan rincian pada tabel berikut ini :

Tabel 4.10
Luas Lahan Curam Kawasan Pemanfaatan Wisata

Luas
Luas Curam
No Blok Petak Pemanfaatan Total
2
(m2)
(m )
58, 59, 60, 61, 63, 64,
12420
65, 78
1 Blok A Radix 54983
108, 111, 112, 113, 114,
13595
115, 116, 117, 112, 123
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10 17425
2 Blok B Flos 42654
71, 72, 74, 79, 86, 87 2936
3 Blok D Cortex 8 8033 2189

50
99 3608
107 2236
Total 105670 47883
Sumber : Olahan Peneliti (2019).

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa area curam pada blok A

Radix memiliki luas 12420 m2 dan 13595 m2 dengan total 26015 m2.

Pada blok B Flos memiliki luas area curam 17425 m2 dan 2936 m2

dengan total luas sebesar 20361 m2. Sedangkan blok D Cortex memiliki

luas curam masing-masing sebesar 2189 m2, 3608 m2 dan 2236 m2

dengan total 8033 m2. Maka keseluruhan area curam pada lahan wisata

sebesar 47883 m2. Berdasarkan hasil tersebut maka penghitungan faktor

koreksi luas area lahan curam (Cf2b) adalah sebagai berikut :

𝑀𝑡1
𝐶𝑓2𝑏 = 𝑥 100%
𝑀𝑡2

47883
𝐶𝑓2𝑏 = 𝑥 100%
105670

𝐶𝑓2𝑏 = 0.453137 𝑥 100%

𝐶𝑓2𝑏 = 45.31%

Dengan keterangan Mt1 adalah luas area lahan curam dan Mt2 adalah

total area lahan pemanfaatan wisata. Berdasarkan penghitungan di atas,

faktor koreksi untuk lahan curam (Cf2b) adalah sebesar 45.31%.

Berdasarkan hasil penghitungan dari panjang trek curam dan luas

area lahan curam yang dimanfaatkan sebagai lahan wisata didapatkan

faktor koreksi dari kemiringan lahan curam dengan formula sebagai

berikut :

51
𝐶𝑓2𝑎 + 𝐶𝑓2𝑏
𝐶𝑓2 =
2

18.00% + 45.31%
𝐶𝑓2 =
2

63.31%
𝐶𝑓2 =
2

𝐶𝑓2 = 31.65%

Formula faktor koreksi dari luas lahan curam (Cf2) di kawasan

Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole di atas didapatkan hasil sebesar

31.65%.

Mengingat kegiatan wisata di Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata

Iptek Cikole sebagian besar dilakukan di luar ruangan atau Outdoor,

maka faktor cuaca menjadi faktor utama penghambat kegiatan wisata.

Semakin tinggi curah hujan di kawasan tersebut maka menjadi sedikit

pula kegiatan yang dapat dilakukan wisatawan dan dapat mengurangi

tingkat kenyamanan wisatawan. Berdasarkan pada klasifikasi Schmidt &

Ferguson, tipe curah hujan di kawasan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek

Cikole adalah tipe A, dengan jumlah curah hujan rata-rata tahunan

sebesar 2996 mm (PUSLITBANGHUT, 2018).

Berdasarkan data dari Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, untuk

daerah Kecamatan Lembang dan sekitarnya, dalam 10 tahun terakhir

yaitu dari tahun 2008 hingga 2018, Kecamatan Lembang menurut

klasifikasi curah hujan Schmidt & Ferguson memiliki 85 bulan basah, 14

52
bulan lembab dan 33 bulan kering. Untuk perinciannya dapat dilihat

dalam tabel berikut :

Tabel 4.11
Tabel Curah Hujan 10 Tahun Terakhir, Kecamatan Lembang

Curah Hujan (mm)


Tahun JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SPT OKT NOV DES
2008 229,7 129,4 310 278 78,6 24,5 - 53,5 23,8 137 277,3 221,1
2009 207,5 204,8 418 195,5 169 54,9 31,3 1,4 10,8 153,5 301,4 202,2
2010 306,8 435,9 551,9 90 331,6 102,8 176,3 145,2 298,6 285,6 401,2 277,9
2011 54,6 63,7 80,5 175,5 182,5 22,3 36,5 1,9 7,5 86,5 504,9 320,5
2012 133,2 347,5 171,7 178,2 185,4 478,4 22,1 - 31 43 328 414
2013 236 259 198 262 116 138 171 21 1 118 154 397
2014 280 64 244 162 142 169 129 29 3 32 168 324
2015 282 289 264 323 78 8 1 - 36 4 356 283
2016 168,0 214,0 342,0 310,0 269,0 111,0 123,0 89,0 194,0 359,0 381.0 102,0
2017 89 204 338 144 137 80,5 50,9 2 70,1 242,9 366 98
2018 248 155 267 149 77 46 0 17 14 66 342 361
Sumber : Stasiun Geofisika Kelas I Bandung (2018).

Keterangan
Bulan Basah (>100 mm)
Bulan Lembab (60 – 100 mm)
Bulan Kering (<60 mm)

Untuk menghitung faktor koreksi curah hujan (Cf3) batas

besaran variabel (mt1) ditentukan menggunakan formula Q Model yang

digunakan Schmidt & Ferguson dalam menetapkan klasifikasi iklim

pada daerah tertentu. Perhitungan batas besaran variabel curah hujan

menggunakan formula Q Model adalah sebagai berikut :

53
𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑄=
𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ

33
𝑄=
85

𝑄 = 0.38

Dari perhitungan Q Model dapat diketahui bahwa curah hujan di

kawasan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole pada periode 2008 -

2018 adalah sebesar 0.38 yang termasuk dalam kategori iklim C yaitu

Agak Basah. Untuk batas variabel total (mt2) adalah sebesar 7

didapatkan dari indeks tertinggi dalam klasifikasi iklim yang di

tetapkan oleh Schmidt & Ferguson. Maka perhitungan faktor koreksi

curah hujan dapat dilakukan dengan formulasi berikut :

𝑀𝑡1
𝐶𝑓3 = 𝑥 100%
𝑀𝑡2

0.38
𝐶𝑓3 = 𝑥 100%
7

𝐶𝑓3 = 0,0542 𝑥 100%

𝐶𝑓3 = 5.42%

Berdasarkan formulasi di atas diperoleh nilai dari faktor koreksi

curah hujan (Cf3) adalah 5.42%.

Dengan diperolehnya ketiga nilai faktor koreksi yang yaitu

Diversitas Flora (Cf1), Kemiringan Lahan (Cf2) dan Curah Hujan (Cf3),

maka nilai dari daya dukung riil dapat diketahui. Ketiga nilai faktor

koreksi dapat diringkas dalam tabel berikut ini :

54
Tabel 4.12
Nilai Faktor Koreksi

No Faktor Koreksi Nilai

1. Diversitas Flora 79.00%

2. Kemiringan Lahan 31.65%

3. Curah Hujan 5.42%

Sumber : Olahan Peneliti (2019).

Berdasarkan tabel di atas, maka perhitungan daya dukung riil

(RCC) dapat diketahui dengan menggunakan formula sebagai berikut :

100 − 𝐶𝑓1 100 − 𝐶𝑓2 100 − 𝐶𝑓3


𝑅𝐶𝐶 = 𝑃𝐶𝐶 𝑥 𝑥 𝑥
100 100 100

100 − 79.00 100 − 31.65 100 − 5.42


𝑅𝐶𝐶 = 4877 𝑥 𝑥 𝑥
100 100 100

𝑅𝐶𝐶 = 4877 𝑥 0.21 𝑥 0.6835 𝑥 0.9458

𝑅𝐶𝐶 = 662.0791

𝑅𝐶𝐶 = 662

Hasil penghitungan daya dukung riil (RCC) dengan faktor

koreksi menunjukkan jumlah dari wisatawan yang dapat terima oleh

kawasan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole adalah sebanyak 662

orang per hari.

3. Daya Dukung Ekologis

Perhitungan daya dukung dari segi ekologis

mempertimbangkan faktor pemulihan kawasan untuk mengukur

kemampuan kawasan wisata untuk menampung jumlah pengunjung.

55
Perhitungan ini dilakukan untuk menjaga kondisi biofisik lingkungan

suatu kawasan dalam melakukan natural recovery. Douglass (1975)

memperkenalkan metode perhitungan ini sebagai Turnover Factor.

Dalam menghitung daya dukung ekologis digunakan formula

perhitungan berikut ini :

𝐷𝑥𝐴
𝐴𝑅 =
𝐶𝐷 𝑥 𝑇𝑓 𝑥 43.560

Dengan keterangan sebagai berikut :

AR = Area Minimal Kegiatan Wisata

D = Rata-rata jumlah pengunjung per tahun

A = Kebutuhan area wisata (m2)

CD = Kapasitas pemakaian kawasan wisata (per tahun)

Tf = Faktor pemulihan

43.560 = Konstanta (didapatkan dari hasil konversi acree ke

feet)

Kegiatan wisata di kawasan Hutan Penelitian Ekowisata

Iptek Cikole dalam satu tahun dimanfaatkan selama 335 hari dimana

30 hari kawasan hutan penelitian di tutup untuk pemulihan kawasan

hutan. Kegiatan utama wisata di kawasan Hutan Penelitian Ekowisata

Iptek Cikole adalah kegiatan penelitian dan rekreasi. Dalam kategori

Douglass (1975) kegiatan wisata rekreasi dapat di masukan dalam

kategori piknik sehingga kegiatan wisata di kawasan Hutan Penelitian

56
Ekowisata Iptek Cikole memiliki Turnover Factor sebesar 1.5.

Douglass (1975) juga menetapkan untuk standar kebutuhan area untuk

melakukan kegiatan wisata adalah sebesar 907 feet2.

Menurut hasil proyeksi pasar yang dilakukan oleh pengelola

Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole dalam hal ini adalah

PUSLITBANGHUT Bogor, dalam proyeksi 10 tahun ke depan periode

waktu 2019 – 2028 pengunjung kawasan Hutan Penelitian Ekowisata

Iptek Cikole mempunyai rata-rata pengunjung 5.618 wisatawan per

tahun.

Berdasarkan data di atas, maka formula untuk menghitung daya

dukung ekologis dapat diselesaikan sebagai berikut :

𝐷𝑥𝐴
𝐴𝑅 =
𝐶𝐷 𝑥 𝑇𝑓 𝑥 43560

5618 𝑥 907
𝐴𝑅 =
335 𝑥 1,5 𝑥 43560

5095526
𝐴𝑅 =
21888900

𝐴𝑅 = 0,23 ℎ𝑎2

Dari hasil formula di atas didapatkan area minimal kegiatan

wisata di kawasan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole adalah

sebesar 0,23 ha2. Maka untuk kapasitas daya tampung wisatawan adalah

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑛𝑗𝑢𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛


=
𝐴𝑅

57
5618
=
0,23

= 24426 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑒𝑘𝑡𝑎𝑟𝑒

Formulasi tersebut menunjukkan bahwa dalam satu tahun

kawasan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole dapat menampung

24426 wisatawan per hektar per tahun atau sekitar 73 wisatawan per

harinya.

4. Proyeksi Pasar

Bagi destinasi yang akan berkembang, proyeksi pasar sangat

dibutuhkan untuk mengetahui tingkat pelonjakan kunjungan wisatawan

sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam pengembangannya.

Setelah melakukan pengamatan lapangan dan wawancara kepada

pihak pengelola kawasan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole, sejak

diresmikannya Hutan Penelitian untuk menjadi KHDTK, Hutan

Penelitian Ekowisata Iptek Cikole sudah memiliki pengunjung, namun

belum di lakukan pendataan sehingga jumlahnya tidak diketahui pasti.

Sehingga sangat dibutuhkan proyeksi pasar harian dan seketika agar

dapat dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari formulasi daya

dukung fisik, daya dukung riil dan daya dukung ekologis untuk menjadi

alat bantu pengelola kawasan Hutan Penelitian Iptek Cikole dalam

menciptakan keputusan yang efektif dan efisien untuk pengembangan ke

depannya.

58
Dalam laporan Studi Kelayakan investasi HPEI Cikole yang telah di

laksanakan oleh PUSLITBANGHUT Bogor pada tahun 2019 didapatkan

proyeksi wisatawan 10 tahun kedepan periode tahun 2019 – 2028 dengan

melihat kondisi pasar di daerah Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai

berikut :

Tabel 4.13
Proyeksi Wisatawan 10 tahun kedepan Kawasan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek
Cikole

Jumlah
Tahun
Wis.
2019 4.679
2020 4.867
2021 5.061
2022 5.264
2023 5.474
2024 5.693
2025 5.921
2026 6.158
2027 6.404
2028 6.660
Rata-rata 5.618
Sumber : Laporan Studi Kelayakan Investasi HPEI Cikole (2019).

Untuk menentukan proyeksi pasar harian, hasil dari proyeksi

wisatawan tahunan di atas selanjutnya dibagi hari operasional kawasan

Hutan Penelitian Iptek Cikole yaitu 335 hari dimana dalam satu tahun

terdapat 365 hari dan dikurangi 30 hari sebagai hari pemulihan hutan.

Sehingga untuk proyeksi pasar harian dapat dilihat dalam tabel berikut

ini :

59
Tabel 4.14
Proyeksi Pasar Harian Kawasan Hutan Penelitian Iptek Cikole

Tahun Wis/Hari
2019 14
2020 15
2021 15
2022 16
2023 16
2024 17
2025 18
2026 18
2027 19
2028 20
Sumber : Olahan Peneliti (2019).

Dari tabel di atas diketahui dalam kurun waktu 10 tahun kedepan,

proyeksi wisatawan di kawasan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole

masih belum melebihi batas daya dukung fisik, riil dan ekologis dengan

jumlah wisatawan 14 hingga 20 orang per harinya.

Untuk mendapatkan proyeksi pasar seketika, pihak pengelola

kawasan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole telah menetapkan

asumsi tingkat partisipasi. Asumsi tingkat partisipasi adalah asumsi

persentase wisatawan yang menggunakan fasilitas wisata yang telah

disediakan oleh pengelola kawasan dalam waktu satu hari. Dalam hal ini

data asumsi tingkat partisipasi sudah termasuk dalam laporan Studi

Kelayakan Investasi HPEI Cikole dengan data yang disajikan dalam tabel

berikut ini :

60
Tabel 4.15
Asumsi Tingkat Partisipasi

Nama Usaha Asumsi


Usaha Atraksi Ekowisata 100%
Usaha Lab Ekowisata Iptek 70%
Usaha Green House 70%
Usaha Penangkaran Hewan 100%
Forest Bathing 60%
Usaha Berkemah 60%
Usaha Bike tracking 50%
Usaha makan minum 100%
Skywalk 100%
Canopy walk 70%
Birdwatching 50%
Sumber : Laporan Studi Kelayakan Investasi HPEI Cikole (2019)

Sehingga proyeksi pasar seketika di kawasan Hutan Penelitian

Ekowisata Iptek Cikole per tahunnya dapat menggunakan perumusan

= 𝐴𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑠𝑖𝑝𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑃𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑛𝑗𝑢𝑛𝑔 𝐻𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛

Dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.16
Proyeksi Pasar Seketika

Nama Unit 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
Usaha Atraksi
14 15 15 16 16 17 18 18 19 20
Ekowisata
Usaha Lab Ekowisata
10 10 11 11 11 12 12 13 13 14
Iptek
Usaha Green House 10 10 11 11 11 12 12 13 13 14
Usaha Penangkaran
14 15 15 16 16 17 18 18 19 20
Hewan
Forest Bathing 8 9 9 9 10 10 11 11 11 12

61
Usaha Berkemah 8 9 9 9 10 10 11 11 11 12
Usaha Bike Tracking 7 7 8 8 8 10 9 9 10 10
Usaha F&B 14 15 15 16 16 17 18 18 19 20
Skywalk 14 15 15 16 16 17 18 18 19 20
Canopy Walk 10 10 11 11 11 12 12 13 13 14
Birdwatching 7 7 8 8 8 8 9 9 10 10
Sumber : Olahan Peneliti (2019).

Dalam Laporan Studi Kelayakan investasi HPEI Cikole pihak pengelola

menetapkan asumsi terbesar pada usaha atraksi ekowisata, usaha penangkaran

hewan, usaha makan minum dan skywalk. Hal ini dikarenakan potensi utama adalah

keanekaragaman tanaman koleksi dan penangkaran hewan yang dapat dijadikan

sebagai bahan peneliti untuk melakukan penelitian. Dengan trek curam dan panjang

maka usaha makan dan minum pasti akan sangat dicari oleh wisatawan untuk

kembali mengisi tenaga atau hanya untuk beristirahat. Canopy Walk dapat menjadi

tujuan utama yang dicari oleh pangsa pasar milenial yang mencari lokasi untuk

berswafoto.

62
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari BAB pembahasan di atas didapatkan simpulan hasil penelitian

ini adalah kondisi daya dukung lingkungan di kawasan Hutan Penelitian

Ekowisata IPTEK Cikole dalam Studi Kelayakan Investasi yang dilakukan

oleh PUSLITBANGHUT Bogor untuk mengetahui proyeksi wisatawan

yang berkunjung ke kawasan Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK Cikole

dalam 10 tahun mendatang periode tahun 2019 hingga 2028 masih belum

melampaui batas maksimum daya dukung fisik, daya dukung riil dan daya

dukung ekologis dengan rincian sebagai berikut :

1. Daya dukung fisik (PCC) kawasan Hutan Penelitian Ekowisata

IPTEK Cikole dengan menggunakan metode Cifuentes (1992)

dalam Fandeli (2002) adalah sebesar 4877 wisatawan per hari.

Dengan proyeksi pasar wisatawan yang memiliki rata-rata

sebesar 19 orang per harinya, nilai tersebut masih belum

melebihi daya dukung fisik sehingga wisatawan masih dapat

melakukan kegiatan wisata dengan tidak merusak lingkungan

dan tetap mendapatkan kepuasan berwisata.

2. Daya dukung riil (RCC) dengan melibatkan 3 parameter biofisik

yang sesuai dengan karakteristik kawasan Hutan Penelitian

Ekowisata IPTEK Cikole yaitu Diversitas Flora, Kemiringan

63
Lahan dan Curah hujan didapatkan hasil maksimal kunjungan

wisatawan per harinya adalah sebesar 662 orang.

3. Daya dukung ekologis (ECC) dengan memperhatikan kondisi

biofisik lingkungan dalam melakukan Natural Recovery

mendapatkan hasil penghitungan sebesar 24426 wisatawan per

hektar dalam satu tahun atau kurang lebih 73 wisatawan per

harinya.

Dari penghitungan daya dukung lingkungan di kawasan Hutan

Penelitian Ekowisata IPTEK Cikole didapatkan hasil yang menunjukkan

bahwa hasil PCC lebih besar dari RCC dan hasil RCC lebih besar dari hasil

ECC atau dapat disederhanakan dengan bagan matematis PCC > RCC >

ECC yang kemudian dapat dikatakan bahwa daya dukung lingkungan dapat

menampung wisatawan dengan segala aktivitas wisata yang ditawarkan

dengan baik.

Untuk penelitian lanjutan disarankan untuk memperbarui data

terbaru dengan parameter yang berbeda.

Proyeksi pasar yang ditunjukkan dalam laporan Studi Kelayakan

Investasi HPEI Cikole yang dilaksanakan oleh pengelola kawasan Hutan

Penelitian Ekowisata IPTEK Cikole yaitu PUSLITBANGHUT Bogor pada

tahun 2019 menunjukkan rata-rata wisatawan yang berkunjung di kawasan

Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK Cikole dalam periode 10 tahun yaitu

2019 hingga 2028 memiliki rata-rata sebesar 5618 wisatawan per tahunnya

dan kurang lebih 16 orang per hari. Dengan membandingkan hasil

64
penghitungan daya dukung ekologis sebagai metode dengan hasil paling

rendah, jumlah wisatawan kawasan Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK

Cikole masih dapat di optimalkan lagi hingga 77%.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang studi pasar dengan

menaikkan tingkat pertumbuhan pasar. Dalam hal ini perlu juga

untuk memasukkan faktor peak season dan low season

dikarenakan dapat mempengaruhi jumlah dan tingkat pelonjakan

wisatawan.

2. Dalam pengembangan New-Development seperti kawasan

Hutan Penelitian IPTEK Cikole dibutuhkan juga penelitian lebih

lanjut tentang tingkat persaingan kawasan atau SWOT yang

dapat mempengaruhi motivasi wisatawan untuk mengunjungi

kawasan lain yang sejenis. Letak dari kawasan Hutan Penelitian

IPTEK Cikole yang berada di belakang kawasan Perhutani yang

juga dijadikan kawasan wisata seperti Bandung TreeTop dan

Jayagiri Resort dapat menjadi Opportunity atau kesempatan

menaikkan jumlah kunjungan wisatawan namun dapat juga

menjadi Threat atau ancaman.

3. Diperlukan pendataan lebih lanjut tentang satwa liar di kawasan

Hutan Penelitian Ekowisata IPTEK Cikole, dengan pendataan

65
satwa liar juga dapat menjadi suatu daya tarik tersendiri untuk

wisatawan minat khusus serta sebagai acuan bagi pengelola

destinasi untuk meningkatkan keamanan serta kenyamanan

pengunjung karena satwa liar selain dapat menjadi daya tarik

juga dapat menjadi penghambat kegiatan wisata.

4. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk penghitungan dimensi

Daya Dukung Efektif dimana mempertimbangkan kapasitas

manajemen / pegawai. Penghitungan ini dapat meminimalisir

kerusakan lingkungan dengan menunjukkan jumlah wisatawan

yang dapat di layani secara optimal oleh sumber daya manusia

yang dimiliki oleh pengelola sehingga kegiatan wisata dapat di

pantau.

5. Pengoptimalan kunjungan wisatawan dapat diarahkan ke

pengembangan atraksi yang dapat lebih divariasi dengan

menambahkan ragam aktivitas yang dapat dilakukan oleh pasar

wisatawan umum maupun pasar wisatawan khusus (wisatawan

dengan tujuan kunjungan penelitian) namun tetap harus

mempertimbangkan batas kemampuan lahan dan kunjungan

wisatawan agar tidak terjadi over development.

66
LAMPIRAN

Lampiran 1

Checklist Penelitian

DATA CHECKLIST

A. Informasi Umum

1. Nama Kawasan : Hutan Penelitian Cikole

2. Luas Area : 39,80 Ha

3. Lokasi Administrasi : Kampung Cikole, Desa Cikole, Kecamatan

Lembang, Kabupaten Bandung.

4. Titik Koordinat : 6º45'30" - 6º47'30" LS

107º39'59" - 107º41'30" BT

5. Pengelola : Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Cikole,

Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan

(BKPH) Lembang, Kesatuan Pemangkuan

Hutan (KPH) Bandung Utara, Jawa Barat.

B. Topografi

1. Ketinggian : 1.350 – 1.500 Mdpl.

2. Iklim : Tipe A

3. Kemiringan Lereng : >25%

4. Curah Hujan : 2.996 mm

C. Luas Fisik

1. Luas Kawasan Total : 39,80 Ha / 398.000 m2

2. Luas Kawasan Wisata : 105.670 m2

3. Rasio Perbandingan : 26,55%

67
D. Luas Sarana & Prasarana

1. Lahan Parkir : ..........................................................

2. Kantin (F&B) : 242 m2

3. Perpustakaan : 177 m2

4. Mushola : 144 m2

5. Area Penangkaran Hewan

• Total : 713,6 m2

6. Area Green House : 210,6 m2

7. Canopy Walk : 302,4 m2

8. Pusat Penelitian : 221,6 m2

9. Birdwatching : 729,9 m2

10. Toilet Umum : 59,2 m2

11. Rest Area : 42,5 m2

12. Jalur Track

• Jalur Primer : 2.881 m2

• Jalur Bike Track : 1.643 m2

68
Lampiran 2

Pengindraan Google Earth Pro

Image Overlay (Peta kontur, Peta Ketinggian dan Peta Jalur Trek)

Image Overlay (Peta Blok Pengembangan Kawasan, Titik trek curam)

69
Lampiran 3

Turnitin

70
71
Lampiran 4

Surat Ijin Penelitian

72
73
Lampiran 5

Formulir Bimbingan

74
75
DAFTAR PUSTAKA

Affandy, W. 2004. Studi Daya Dukung Pengelolaan Pariwisata Air Terjun Wiyono
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung. Skripsi.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Cifuentes, M. 1992. The Technical Report. Buku. Turrialba. Costa Rica.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2009. Prinsip dan Kriteria Ekowista


Berbasis Masyarakat. Kerjasama Direktorat Produk Pariwisata, Ditjen
Pengembangan Destinasi Pariwisata dan WWF-Indonesia: Jakarta.

Douglass, R.W. 1975. Forest Recreation. Buku. Pergamon Press. New York.

Fandeli,C., & Suyanto, A., 1999. Kajian Daya Dukung Lingkungan Obyek dan
Daya Tarik Wisata Taman Wisata Grojogan Sewu, Tawangmangu. Jurnal
Manusia dan Lingkungan: Yogyakarta

Fandeli, C., Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Univ.


Gadjah Mada: Yogyakarta

Fandeli, C., & Muhammad, 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Mengkonservasi Lanskap.


Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

Herlambang, Moch. Faisal Rafif, dkk. 2016. Kemampuan Daya Dukung


Lingkungan Wisata Tirta Nirwana Songgoriti. Jurnal. Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya: Malang.

Kusmayadi dan Sugiarto, E. 2000. Metodologi Penelitian dalam bidang


Kepariwisataan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Lagmoj, Masoumeh Amiry, et al. 2013. Defining the Ecotourism Carrying Capacity
of Langeroud City (Case Study: Khorma Forest). Jurnal. Greener Journal of
Social Sciences : Iran.

Lucyanti, S, Hendrarto, B dan Izzati, M. 2013. Penilaian Daya Dukung Wisata di


Obyek Wisata Bumi Perkemahan Palutungan Taman Nasional Gunung
Ciremai Provinsi Jawa Barat. Jurnal. Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro: Semarang.

Makalam, N., 2000. Pola Penghitungan Kebutuhan Ruang dan Lahan. Handout.:
Bandung.

Makridakis, Wheelwright dan Mcgee. 1998. Metodologi dan Aplikasi Peramalan.


Jilid I. Terjemahan Ir. Hari sumianto : John Wiley & ons, inc.

Muhamad. 2013. Kapasitas Daya Dukung Fisik dan Lingkungan Optimal Sebagai
Daya Dukung Kepariwisataan Alam Yogyakarta Utara Setelah Pascaerupsi

76
Merapi 2010. Jurnal. Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada:
Yogyakarta.

RCSC Sekolah Tinggi Pariwisata NHI Bandung. 2018. Laporan Akhir Penyusunan
Masterplan Hutan Penelitian Ekowisata Iptek Cikole, Kabupaten Bandung
Barat. Sekolah Tinggi Pariwisata NHI Bandung: Bandung.

Sari, Yunita, dkk. 2015. Analisis Potensi dan Daya Dukung Sepanjang Jalur
Ekowisata Hutan Mangrove di Pantai Sari Ringgung, Kab. Pesawaran,
Lampung. Jurnal. Fakultas Pertanian Universitas Lampung: Bandar
Lampung.

Sustri. 2009. Daya dukung wisata alam di Taman Nasional Kepulauan Togean
Sulawesi Tengah. Tesis. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 148 p.

77
BIODATA

DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Vaiz Lazuardian
Alamat : Jl. Sasono Mulyo G-54, Perumnas Rejomulyo RT
030 / RW 009, Kel. Rejomulyo, Kec. Kartoharjo,
Kota Madiun.
Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 21 Mei 1996
Telepon : +628892700770 / (0351) 492082
e-mail : vaiz.lazuardian29@gmail.com
Kewarganegaraan : Indonesia

DATA ORANG TUA


Nama Ayah : Anang Sigit Daryoko
Nama Ibu : Agustina Kurniasih
Alamat Orang Tua : Jl. Branjangan No. 29 Jiwan, Kabupaten Madiun

PENDIDIKAN FORMAL
2000 – 2002 : T.K. Raudhatul Athfal Masyitoh Madiun
2002 – 2008 : Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah 03 Madiun
2008 – 2011 : SMP Negeri 02 Madiun
2011 – 2014 : SMA Negeri 03 Madiun
2014 – Sekarang : Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

78

Anda mungkin juga menyukai