Disusun oleh:
Ayu Shagiira Rahmatika 16/393963/KT/08164
Riana Nur P 16/393978/KT/08215
Krisna Adi G. 16/398333/KT/08328
Regriya Figo Primadana 16/398361/KT/08356
Rendy Dwi Ramadhan 16/398362/KT/08357
BAB I. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari
Praktek ini adalah :
1. Mengetahui ukuran populasi dan sebaran Banteng jawa di TN Baluran.
2. Mengetahui kondisi habitat Banteng jawa di Resort Bama TN Baluran.
3. Mengidentifikasi potensi ancaman terhadap kelestarian Banteng jawa di resort
Bama TN Baluran.
4. Mengetahui tingkatan partisipasi masyarakat dalam program pelestarian
Banteng jawa di Resort Bama TN Baluran.
5. Mengetahui efektifitas pelaksanaan pelestarian Banteng jawa di TN Baluran.
1.5. Output
Praktek yang dilakukan diharapkan memberikan output berupa rekomendasi
pengelolaan pelestarian Banteng jawa (Bos javanicus) di Taman Nasional Baluran.
Rekomendasi pelestarian Banteng jawa (Bos javanicus) berasal dari tujuan
dilakukannya praktek ini yang ditinjau dari aspek populasi, sebaran, kondisi habitat,
masyarakat serta efektivitas program yang telah ada.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
3.2 Flora
Menurut RPTN Bauran (2013) Flora Baluran didominasi oleh flora eksistem
kering, sebanyaknya 475 spesies ditemukan termasuk dalam 100 famili. Dari 475
spesies, 7 spesies termasuk dalam spesies tumbuhan yang dilindungi, antara lain Buni
(Antidesima bunius L. Spring), Kemiri (Aleutus moluccana (L) Wild), Kepuh (Sterculia
foetida L), Kesambi (Schleichera oleosa Merr), Mundu (Garcinea dulcis Kurz),
Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb) dan Trenguli (Cassia fistula L).
3.3 Fauna
Secara garis besar keanekaragaman fauna dalam kawasan TN Baluran dapat
dikelompokkan kedalam ordo mamalia (28 jenis), aves (155 jenis), pisces dan reptilia.
Dari jenis-jenis yang diketahui tersebut 47 jenis merupakan satwa yang dilindungi
undang-undang yaitu insektivora 5 jenis, karnivora 5 jenis, herbivora 4 jenis, burung 32
jenis dan reptilia 1 jenis. Mamalia besar yang khas di TN Baluran adalah banteng (Bos
javanicus), kerbau liar (Bubalus bubalis), rusa (Cervus timorensis), kijang (Mutiacus
muntjak) , babi hutan (Sus scrova) , macan tutul (Panthera pardus) , kucing batu (Felis
bengalensis) , kucing bakau (Felis viverrina) dan ajag (Cuon alpinus) . Sedangkan untuk
jenis primata adalah kera ekor panjang (Macaca fascicularis) dan lutung/budeng
(Trachypithecus auratus cristatus) . Dari ± 155 jenis burung di TN Baluran jenis-jenis
yang mudah untuk dijumpai antara lain adalah merak hijau (Pavo muticus) , ayam hutan
merah (Gallus gallus) , ayam hutan hijau (Gallus varius) , kangkareng (Anthracoceros
convexus) dan rangkong (Bucheros rhinoceros) (Balai TNB, 2007).
Agenda Hari ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Presentasi Proposal
Presentasi Hasil
Alat Fungsi
GPS (Global Positioning System) Menentukan jarak dari sumber air, marking
point,
4.3.2. Bahan
Bahan yang digunakan di kegiatan ini adalah
a. Banteng di Taman Nasional Baluran
b. Pengelola Taman Nasional Baluran
c. Masyarakat di sekitar Resort Bama Taman Nasional Baluran
d. Kondisi habitat Taman Nasional Baluran yang menjadi habitat Banteng
4.4. Metode Pengumpulan Data
4.4.1. Estimasi Ukuran Populasi
Estimasi ukuran populasi Banteng jawa dilakukan dengan metode
Concentration Count pada tempat potensial perjumpaan. Pengamatan dilakukan
pada malam hari sesuai dengan temuan Pudyatmoko (2017) dimana Banteng jawa
di Taman Nasional Baluran melakukan kegiatan pada malam hari. Pengamatan
akan dilakukan pukul 18.00 - 20.00 untuk mengamati Banteng jawa.
Concentration Count d ilakukan pada titik potensi ditemukannya Banteng jawa
yaitu di sekitar kubangan air Mangrove Kajang, kolam air di Savana Bekol, dan
tipe habitat Akasia.
4.4.2. Persebaran Populasi
Persebaran populasi banteng berdasarkan penemuan Banteng jawa secara
langsung dan tidak langsung. Pertemuan dengan Banteng jawa nantinya ditandai
dengan menggunakan GPS. Observasi langsung d igunakan untuk mencari jejak
dari Banteng jawa. Titik penemuan nantinya digambarkan dalam peta sebagai
sebaran dari Banteng jawa. Pengamatan dilakukan pada pukul 08.00 - 12.00
untuk mencari jejak yang ditinggalkan oleh Banteng jawa maupun pertemuan
secara langsung dengan Banteng jawa.
4.4.3. Kondisi Habitat
Kondisi habitat Banteng diambil melalui komponen ruang (space),
tutupan/pelindung (cover), air, pakan dan kondisi fisik. Sebaiknya untuk
kelompok hutan yang luasnya 10.000 ha atau lebih dipakai intensitas 2%
(Soerianegara dan Andry, 2005). Namun, pada praktek kali ini menggunakan IS
sebesar 0,1% dengan pertimbangan waktu, biaya serta tenaga yang dibutuhkan.
Pengukuran kondisi habitat dilakukan menggunakan metode systematic sampling
karena lebih tepat untuk keperluan penelitian ekologi hutan (Soerianegara dan
Andry, 2005). Pengambilan data dilakukan pada masing-masing tipe habitat di
Resort Bama Taman Nasional Baluran. Berdasarkan hasil pemodelan desain
sampling, diketahui bahwa di Tipe Habitat Savana dengan luasan 476 ha dibuat
12 plot, Hutan Evergreen l uasannya 119 ha dibuat 3 plot, Hutan Sekunder
luasannya 1.180 ha dengan jumlah 29 plot, dan Belukar luasannya 190 ha dengan
jumlah 5 plot sehingga total plot pengamatan sebanyak 49 plot.
a. Ruang (space)
Data ruang bisa didapatkan dengan cara menandai titik-titik perjumpaan
melalui pengamatan di lapangan yang berupa jejak dan kotoran yang merupakan
tanda kehadiran satwa yang diamati dalam bentuk perjumpaan langsung maupun
tidak langsung. Data titik perjumpaan kemudian dipetakan dan data spasial
tersebut diubah dalam format shapefile (shp) (Hermawan et al. 2012).
b. Pelindung (cover)
Pengambilan data untuk komponen vegetasi mulai dari pancang, tiang dan
pohon. Data semai tidak diambil dalam praktek ini dikarenakan untuk pelindung
bagi Banteng, semai yang berukuran anakan pohon dengan tinggi kurang dari 1,5
m belum mampu menjadi pelindung bagi Banteng yang memiliki ukuran panjang
tubuh 190-225 cm, tinggi bahu 160 cm, panjang ekor 65-70 cm dan berat badan
600-800 kg (Grzimek 1975; Lekagul and Mc. Neely 1977, dalam Alikodra,
1983). Kerapatan vegetasi digunakan untuk mengetahui ruang yang dimiliki
Banteng untuk bergerak dan variabel lain yang berhubungan dengan kondisi
habitat Banteng menggunakan petak bersarang atau nested sampling. Ukuran 5x5
m untuk tingkat pertumbuhan pancang, 10x10 m untuk tingkat pertumbuhan tiang
dan 20x20 m untuk tingkat pertumbuhan pohon.
Data tutupan tajuk diambil untuk mengetahui seberapa banyak cahaya yang
masuk ke lantai bumi dan seberapa mampu tajuk mampu melindungi Banteng.
Pengambilan data tutupan dilakukan dengan menggunakan GLAMA (Gap Light
Analysis Mobile App). Aplikasi GLAMA merupakan program untuk perhitungan
indeks tutupan tajuk dengan mengestimasi tutupan tajuk dari hemispherical
photograph. Menurut penelitian Landert (2016) GLAMA mampu menunjukkan
perkiraan tutupan kanopi yang konsisten dengan metode berbasis teknologi yang
terbaik. Cara pengambilan datanya yaitu dengan mengambil gambar melalui
kamera handphone d i 4 titik sudut plot, aplikasi akan memproses foto sesuai
dengan apa yang ditetapkan sebagai area terang dan gelap yang akan menentukan
penutupan kanopi atau keterbukaan kanopi di akhir proses.
c. Air
Pengukuran Jarak sumber air yang berupa kubangan, kolam, maupun
sumber mata air diukur berdasarkan jarak terdekat dari titik perjumpaan.
Perjumpaan Banteng baik secara langsung maupun tidak langsung Jarak antar
titik perjumpaan dengan sumber air dapat diukur digunakan menggunakan GPS
dan kemudian diolah menggunakan ArcGis.
d. Pakan
Ketersediaan pakan Banteng menggunakan plot ukur 1x1 meter. Untuk
mengetahui ketersediaan pakan dilakukan dengan memotong rumput sedekat
mungkin dengan tanah (Gaol, 20017). Rumput yang telah dipotong kemudian
dipisahkan dan ditimbang berdasarkan jenisnya sehingga diperoleh produksi
rumput segar (berat basah) untuk masing-masing plot dan masing-masing jenis
(Hersalida, 2001). Identifikasi rumput untuk mengetahui berapa banyak pakan
yang tersedia atau menghitung produksi per unit luas lokasi pengamatan sehingga
diketahui kuantitas dan kualitas pakan satwa. Pengambilan data biomassa pakan
untuk Banteng dilakukan di masing-masing tipe habitat dengan jumlah plot sesuai
dengan jumlah plot untuk pengamatan habitat.
Keterangan:
0-8% datar
8-15% landai
25-45% curam
≥ 45 % sangat curam
Alikodra HS, Palete R. 1980. Laporan Potensi Makanan Banteng (Bos javanicus) di Cagar
Alam Ujung Kulon. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Alikodra HS, Palete R. 1983. Ekologi Banteng (Bos javanicus d’Alton) di Taman Nasional
Ujung Kulon. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Alikodra, H.S. 1987. Manfaat taman nasional bagi masyarakat di sekitarnya. Media
Konservasi. Indonesia.
Alikodra, H. S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Bogor (ID): Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Alikodra, H.S., 2012. Konservasi Sumber Daya dan Lingkungan. Pendekatan Ecosophy Bagi
Penyelamatan Bumi 1st ed. Gajah Mada. Yogyakarta.
Andreina, Kiki. 2016. Struktur dan Pola Distribusi Tegakan Acacia nilotica Berdasarkan
Kelas Tinggi dan Diameter Pohon di Savana Bekol Taman Nasional Baluran.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Bismark, M. 2011. Prosedur Operasi Standar (SOP) Untuk Survei Keragaman Jenis Pada
Kawasan Konservasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan
Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Balai Taman Nasional Baluran. 2007. Secuil Afrika di Jawa: Sekilas Potensi Wisata Taman
Nasional Baluran. Situbondo, Jawa Timur.
Balai Taman Nasional Baluran. 2013. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Baluran
2014-2023. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.
Kementerian Kehutanan.
Dharmawan, I.W dan Pramudji. 2014. Panduan Monitoring Status Ekosistem Mangrove.
COREMAPCTI. Pusat Penelitian Oseanografi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Djufri. 2013. Penurunan Kualitas Savana Bekol sebagai Feeding Ground bagi Rusa (Cervus
timorensis) dan Banteng (Bos javanicus) di Taman Nasional Baluran Jawa Timur.
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah Darussalam Banda Aceh.
Francis, C. 2008. A Guide to the Mammals of South-East Asia. Princeton University Press.
Princeton, New Jersey, and Oxford. United Kingdom.
Fuad, N. 1994. Analisis Vegetasi Habitat Banteng di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur.
Skripsi. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Gaol, R. Potensi Produksi Hijauan Pakan Ternak Ruminansia pada Pastura Alami di Pulau
Samosir Kabupaten Samosir. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Sumatera Utara.
Garsetiasih, R., H.S. Alikodra., R. Soekmadi., M. Bismark. 2012. Potensi dan Produktivitas
Habitat Pakan Banteng (Bos javanicus d’Alton 1832) di Padang Perumputan Pringtali
dan Kebun Pantai Bandealit Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur. Jurnal
ol 9 No 2. Pp 113-123.
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. V
Garsetiasih, R dan N.M Heriyanto. 2014. Karakteristik Vegetasi Habitat Banteng (Bos
javanicus d’Alton 1832) di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur. Pusat Litbang
Konservasi dan Rehabilitasi. Jurnal Pendidikan Hutan dan Konservasi Alam. Vol 11
No 1.
Garsetiasih, R., Reny, S., Anita, R. 2019. Bioekologi dan Konservasi Banteng di Indonesia.
Forda Press. Bogor
Halder, U. 1976. Okologie und Verhalten Des Banteng (& javanicus) in Java. Verlag Paul
Parey, Hamburg, Berlin. 123 pp.
Hardjana, A. 2013. Model Hubungan Tinggi dan Diameter Tajuk Dengan Diameter Setinggi
Dada pada Tegakan Tengkawang Tungkul Putih (Shorea macrophylla (de Vriese) P.S.
Ashton) dan Tungkul Merah (Shorea stenoptera Burck.) di Semboja, Kabupaten
Sanggau. Jurnal Penelitian Dipterokarpa. Vol. 7 No.1.
Hedges S. 2000. Bos javanicus. In : IUCN 2009. IUCN Red List of Threatened Species.
Hermawan, M., M. Baiquni., M. Ali. 2012. Perlindungan Ruang Jelajah Banteng dalam
Kesenjangan Sistem Kawasan Konservasi di Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa
Timur. Jurnal Ilmu Kehutanan. Vol 6 No 2.
Hersalida, V. 2001. Studi Produktivitas Rumput sebagai Sumber Pakan Rusa Jawa (Cervus
timorensis rusa, Mull & Schl.) di Penangkaran Rusa Jawa Wanawisata Monumen Suryo
Ngawi. Skripsi. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Hockings, M., Stolton, S., Leverington, F., Dudley, N. and Courrau, J. 2006. Evaluating
Effectiveness: A framework for assessing management effectiveness of protected areas.
2nd edition. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK.
Hockings, M., Stolton, S., Leverington, F., Dudley, N. MacKinnon, K., and Whitten, T. 2007.
Management Effectiveness Tracking Tool - reporting Progress at Protected Area Sites.
2nd edition. Gland. WWF.
Hoogerwerf. 1970. Ujung Kulon. The Land of The Last. Java Rhinoceros. Leiden. E.J. Brill.
Husein, Umar. 2008. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta. PT
Rajagrafindo Persada.
Innayah, F.H, 2011. Karakteristik Habitat Banteng (Bos javanicus d’Alton, 1832) di Taman
Nasional Meru Betiri, Jawa Timur. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Ekowisata IPB. Bogor.
Imron, M. Ali, Satyawan P, dan Wahyu M. 2012. Pengembangan Pendekatan Habitat
Suitability Index Map Untuk Prediksi Persebaran Banteng (Bos Javanicus D’alton
1832) Di Taman Nasional Alas Purwo. Penelitian Kerjasama Institusi. Universitas
Gadjah Mada.
Isbandi, Rukminto Adi. 2007. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunitas: dari
Pemikiran Menuju Penerapan. Depok: FISIP UI Press.
IUCN [International Union for Conservation of Nature and natural Resources]. 2004. IUCN
Species Survival Commission the IUCN Red List of Threatened Species.
Jenning, S., N.D Brown., D. Sheil. 1999. Assessing forest canopies and understorey
illumination: canopy closure, canopy cover and other measure. Forestry 72. Vol 1 Pp
59-74.
Kartasapoetra, A. 2004. Klimatologi : Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi
Aksara. Jakarta.
Kementrian Kehutanan. 2012. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Banteng (Bos javanius)
tahun 2010 - 2020. Neulus Cipta Karya. Jakarta
KLHK. 2017. Efektivitaas Pengelolaan Kawasan Konservasi di Indonesia. Direktorat
Kawasan Konservasi. DITJEN KSDAE.
Kementrian Kehutanan. 2012. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Banteng (Bos javanius)
tahun 2010-2020. Neulust Ciptakarya. Jakarta
Landert, K. 2016. Comparing Photographic and GIS-based Applications for Estimating
Canopy Cover in Southern Appalachian Bogs. Proceedings of The National Conference
On Undergraduate Research (NCUR) 2016 University of North Carolina Asheville
Asheville, North Carolina.
MacKinnon, J., K. MacKinnon, G. Child dan J. Thorsell. 1993. Pengelolaan Kawasan yang
Dilindungi di Daerah Tropika. UGM Press, Yogyakarta.
Manan, F. 2017. Pendugaan Indeks Produktivitas Tegakan Hutan Alam Menggunakan Indeks
ekolah Pasca Sarjana
Luas Daun Di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Tesis. S
IPB. Bogor
Mardiono, D. 2010. Penggunaan Habitat Oleh Banteng (Bos javanicus) di Perkebunan
Treblasala-Banyuangi. Tesis. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Marsono, D. 1977. Diskripsi Vegetasi dan tipe Vegetasi Tropika. Yayasan Pembina Fakultas
Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Moen, A.N., 1973. Wildlife ecology : an analitycal approach. San Francisco:Cornell
University, W.H. Freaman and Company.
Morrison, M.L. 2002. Wildlife Restoration : Technique for habitat Analysis and Animal
monitoring. Island Press. Washington.
Noon, B.R. 1981. Techniques for sampling avian habitats. pp. 42-52. In: The use of
multivariate statistics in studies of wildlife habitat. Capen, D.E. (ed). U.S. Department
of Agriculture, Forest Service, General Technical Report RM-87. Rocky Mountain
Forest and Range Experiment Station, Fort Collins, CO.
Nugroho, R. 2002. Studi Pakan Banteng (Bos javanicus) d engan Metode Analisis Kotoran di
Padang Penggembalaan Sadengan Taman Nasional Alas Purwo Banyuangi. Skripsi.
Universitas tma Jaya. Yogyakarta.
Prayetno, A., 2015. Kerja Sama Komunitas ASEAN 20115 dalam Menghadapi ATHG
(ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Terbuka. Yogyakarta
Nurcahyono, M.E. 2010. Seleksi Habitat Oleh Banteng (Bos javanicus) di Taman Nasional
Baluran). Skripsi. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Pudyatmoko, S., Ali, I. Murdyatmaka, W. 2012. Pengembangan Pendekatan Habitat
Suitability Index Map Untuk Prediksi Persebaran Banteng (Bos Javanicus D’alton
1832) Di Taman Nasional Alas Purwo. Laporan Penelitian Fakultas Kehutanan UGM.
Yogyakarta.
Pudyatmoko, S. 2004. Does the banteng (Bos javanicus) have a future in Java? Challenges of
the conservation of a large herbivore in a densely populated island. Report of the 3rd
IUCN World Conservation Congress. Bangkok.
Purnomo, D. W. 2003. Studi Jenis Pakan dan Tingkat Kesukaannya Pada Rusa Jawa (Cervus
ul.&Schl) di Wanagama I Gunungkidul. Skripsi tidak dipublikasikan.
timorensis M
Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Santosa, Y dan Delfiandi. 2007. Analisis Pola Penggunaan Ruang dan Wilayah Jelajah
Banteng (Bos javanicus d ’Alton, 1832) di Taman Nasional Alas Purwo Jawa Timur.
Pulikasi Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas
Kehutanan IPB. Bogor.
Scott, J.M., Csuti, B., Jacobi, J.D dan Estes, J.E. 1987. Spesies Richness : A Geographical
Approach to Protecting Biodiversity. Journal Bioscience. Vol 37 : Pp 782-788.
Setiawati T. 1986. Studi Perilaku Banteng (Bos javanicus d’Alton) di Cagar alam Leuweung
Sancang-Garut Jawa Barat. Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor.
Shaw, J.H. 1985. Introduction to Wildlife Management. Mc Graw-Hill Book Co., New York.
So, W. 2017. Struktur dan Komposisi Vegetasi Suaka Margasatwa Egon Ilmedo Kabupaten
Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tesis. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Soerianegara, I. 1978. Ekologi Hutan. Pusat Pendidikan Kehutanan Cepu. Direksi Perum
Perhutani.
Soerianegara, I dan Andy,I. 2005. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Susanto, A., Abdul, R., Poltak, B., Panjaitan. 2008. Analisis Habitat Banteng (Bos javanicus
d’Alton, 1832) di Padang Pengembalaan Butun SPTN WIlayah I P. Panaitan Taman
NAsional Ujung Kulon Propinsi Banten. Jurnal Nusa Sylva. Vol 8 Pp 1-6.
Timmins, R.J., Duckworth, J.W., Hedges, S., Steinmetz, R. dan Pattanavibool, A. 2010. Bos
javanicus. In: IUCN 2010. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2010.4.
www.iucnredlist.org.
Totilisa, E., R. Ayu., Endang, A. 2014. Peta Lokasi dan Kondisi Beberapa Sumber Air Tawar
sebagai Tempat Minum Satwa di Taman Nasional Baluran. Jurusan Biologi Fakultas
MIPA Univeristas Brawijaya. Malang.