Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)


DI UNIT PELAKSANA TEKNIK DAERAH
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN WILAYAH KABUPATEN
MANGGARAI BARAT DAN
BALAI TAMAN NASIONAL KOMODO

OLEH
GREGORIUS ANTONIUS TOKAN
172385034

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN


JURUSAN KEHUTANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG
KUPANG
2021
LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)
DI UNIT PELAKSANA TEKNIK DAERAH
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN WILAYAH KABUPATEN
MANGGARAI BARAT DAN
BALAI TAMAN NASIONAL KOMODO

OLEH
GREGORIUS ANTONIUS TOKAN
172385034

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Kehutanan
Pada Program Studi Manajemen Sumber Daya Hutan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN


JURUSAN KEHUTANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG
KUPANG
2021

ii
LEMBARAN PENGESAHAN

Praktek Kerja Lapang Di Unit Pelaksana Teknik Daerah Kesatuan Pengelolaan


Hutan Wilayah Kabupaten Manggarai Barat

GREGORIUS A. TOKAN
172385034

Telah dipertahankan di Depan Komisi Penguji dan Pembimbing pada Tanggal:


.............................
Menyetujui,
Pembimbing I Penguji I

Nikade Ayu D. Aryani, S.Hut., M.Sc Fabianus Ranta, S.Hut., M. Si


NIP. 19840127 200604 2 001 NIP. 19710101 200112 1 002

Pembimbing II Penguji II

Yofris Puay, S.Hut.,M.Sc Meilyn Renny Pathibang, S. Hut., MP


NIP. 19850712 200812 1 004 NIP. 19790516 200912 2 001

Mengetahui,

Ketua Ketua Program Studi


Jurusan Kehutanan Manajemen Sumber Daya Hutan

Fabianus Ranta, S.Hut., M.Si Laurentius D. W.Wardhana, S.Hut., M.Si


NIP. 19710101 200112 1 002 NIP. 19801221 200912 1 002

Mengesahkan,
Direktur Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Ir. Thomas Lapenangga, MS


NIP. 19590811 198703 1 002

iii
MOTTO
“SEMUANYA BISA MENJADI MUNGKIN”

Persembahan

1. Bapak Mateus Kapitan Raya dan Mama Agustina Benedikta Prada Uran sebagai
inspirasi dalam hidupku yang selalu mendukung dari segi moril atau material.
2. Alm. Adik Nikodemus Raya Namang yang sudah berbahagia dengan Allah Bapa
di Surga.
3. Oma Sesilia Pulo Lewoleba yang selalu memberi dorongan semangat dan
motivasi untukku.

iv
RIWAYAT HIDUP

Gregorius Antonius Tokan, Dilahirkan di Kabupaten


Lembata, Kecamatan Nubatukan Desa Lewoleba tepatnya di
Kota Baru pada hari Senin, tanggal 25 Mei Tahun 1998 Anak
Pertama ,dari 2 bersaudara, dari pasangan Bapak Mateuss K.
Raya dan Ibu Agustina B.P Uran Penulis menyelesaikan
pendidikan di Sekolah Dasar di SD Katholik Lewoleba pada
tahun 2010, dan Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke
Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Nubatukan dan
tamat pada Tahun 2013,. Penulis melakukan studi pada Sekolah Menengah Atas
(SMA) Katholik Kawula Karya dan memperoleh Ijazah di tahun 2017. Pada tahun
yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa di Program Studi Manajemen
Sumber Daya Hutan, Jurusan Kehutanan, Politeknik Pertanian Negeri Kupang.
Sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Jurusan Kehutanan, Program
Studi Manajemen Sumber Daya Hutan, Politeknik Pertanian Negeri Kupang penulis
dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapang di bawah bimbingan Ibu Nikade
Ayu D. Aryani S,Hut.,M.Sc dan Bapak Yofris Puay, S.Hut.,M.Sc.

v
RINGKASAN

Menurut UU No 41 Tahun 1999 hutan adalah kesatuan ekosistem berupa


hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Hutan dilihat sebagai suatu ekosistem karena hutan dibentuk atau disusun oleh
banyak komponen, yang masing-masing komponen tidak bisa dipisahkan bahkan
saling bergantung antara satu dengan lainnya. Oleh karena itu, komponen-komponen
hutan ini dalam pengambilan dan pemanfaatannya harus secara bijak sehingga hutan
tetap lestari dan dapat digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, serta
bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang.
Salah satu unsur penting untuk mencapai tujuan tersebut diatas dengan cara
memastikan fungsi-fungsi penyelenggaraan pengelolaan hutan dapat terlaksana
dengan baik, dengan tetap berpegang pada prinsip kelestarian hutan. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu penyelengaraan pengelolaan hutan ditingkat tapak, yang disebut
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Menurut PP No.6 Tahun 2007 Pasal 1 angka 1,
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) diartikan sebagai wilayah pengelolaan hutan
sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.
KPH ini dapat berupa Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi
(KPHK). KPH berperan sebagai penyelenggara pengelolaan hutan di lapangan atau di
tingkat tapak yang harus menjamin bahwa pengelolaan hutan dilakukan secara lestari
sesuai dengan fungsinya.
Demikian halnya juga dengan KPH Manggarai Barat sebagai Unit Pelakana
Teknis Daerah (UPTD) KPH Wilayah Kabupaten Manggarai Barat yang melakukan
pengelolaan hutan pada kawasan hutan yang mempunyai luas kurang lebih 62.104
Ha. Dari luasan ini terdiri dari Hutan Lindung seluas kurang lebih 28.714 Ha, Hutan
Produksi Terbatas seluas kurang lebih 14.665 Ha dan Hutan Produksi Tetap seluas
kurang lebih 18.725 Ha. Dengan demikian, UPTD KPH Wilayah Kabupaten
Manggarai Barat menjadi pusat informasi mengenai kekayaan sumberdaya hutan dan
menata kawasan hutan menjadi bagian-bagian yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai
ijin dan/atau dikelola sendiri pemanfaatannya, melalui kegiatan yang direncanakan
dan dijalankan sendiri.
Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) dilakukan selama satu bulan mulai dari
2 Maret –19 Maret 2020 di UPTD KPH Wilayah Kabupaten Manggarai Barat dan
Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) mulai dari tanggal 23 Maret – 29 Maret
2020. kegiatan praktek kerja lapang di Unit Pelaksana Teknik Daerah Kesatuan
Pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah Kabupaten Manggarai Barat meliputi bidang
manajemen hutan pada Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Hutan Lindung Waebobok,
Bidang silvikultur pada Persemaian Serenaru, Bidang konservasi dan ekowisata pada
Habitat Penyu di Perairan Padar Utara BTN Komodo dan Pemanfaatan
Lingkungan/jasa wisata alam Wae Bobok, Bidang teknologi hasil hutan berupa
industry penggergajian kayu di mebel Sinar Jati serta pengelolaan hasil hutan non
kayu berupa sedotan bamboo, serta melakukan patroli pengamanan hutan di Balai
Taman Nasional Komodo Resort Loh Wau..

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat bimbingan Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Lapang (PKL) di Unit Pelaksana Teknik Daerah Kesatuan Pengelolaan Hutan
Wilayah Kabupaten Manggarai Barat. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan
ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan doa dari kedua orang tua dan Keluarga
serta teman-teman. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Nikade Ayu D. Aryani S,Hut.,M.Sc selaku Pembimbing I dan Yofris Puay,


S.Hut.,M.Sc selaku Pembimbing II yang bersedia untuk memberikan waktu dan
membimbing penulis dalam menyusun laporan ini.
2. Fabianus Ranta S.Hut.,M.Si selaku penguji I dan Meilyn Renny Pathibang, S. Hut.,
MP selaku penguji II yang telah bersedia untuk menguji penulis dan memberikan
masukan untuk penyempurnaan laporan ini.
3. Kepada UPTD KPH Wilayah Kabupaten Manggarai Barat beserta seluruh staf
yang sudah menemani, membimbing penulis selama PKL berlangsung.
4. Kepada Balai Taman Nasional Komodo yang sudah menerima dan membimbing
penulis selama kegiatan PKL.
5. Saudara/i tersayang Kakak Wempy , Jilo, Ronald , Abe, dan adik Yanto, Oris,
Renal, Karlos, Bojan, Soge, rio dan Alex yang telah memberikan seluruh
perhatian dan dukungan baik moril maupun material kepada penulis sehingga
penulis bisa menyusun laporan ini.
6. Teman-teman Seperjuangan Angkatan 2017 Program Studi Manajemen Sumber
Daya Hutan (MSDH)
Kupang,. Februari, 2021

Penulis

vii
DAFTAR ISI

COVER
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP............................................................................................. iv
RINGKASAN....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR......................................................................................... vi
DAFTAR ISI........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... x

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 3
1.3 Manfaat ................................................................................................. 3

BAB II. GAMBARAN UMUM


2.1 Profil UPTD KPH Wilayah Kabupaten Manggarai Barat........................... 4
2.1.1 Sejarah Pembentukan UPTD KPH Wilayah Kabupaten
Manggarai Barat........................................................................................... 4
2.1.2 Letak, Luas, dan Batas Wilayah.......................................................... 5
2.1.3 Karakteristik Wilayah KPH Manggarai Barat.................................... 6
2.1.4 Sumber Daya Manusia KPH Manggarai Barat................................... 8
2.2 Profil Balai Taman Nasional Komodo (BTNK).......................................... 15
2.2.1 Sejarah Pembentukan Wilayah BTNK............................................... 15
2.2.2 Letak, Geografis, dan Luas Kawasan.................................................. 18
2.2.3 Biofisik................................................................................................ 18
2.2.4 Sumber Daya Manusia BTNK............................................................ 20

BAB III. METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN


3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)........................ 32
3.2 Alat dan Bahan................................................................................................ 33
3.3 Jenis Data Yang di Kumpulkan....................................................................... 33
3.3.1 Data Primer......................................................................................... 33
3.3.2 Data Sekunder..................................................................................... 33
3.3.3 Metode Pengumpulan Data................................................................. 33
3.4 Prosedur Pelaksanaan................................................................................... 35
3.4.1 Bidang Manajemen Hutan.................................................................. 35

viii
3.4.2 Bidang Silvikultur............................................................................... 35
3.4.3 Bidang Konservasi dan Ekowisata...................................................... 36
3.4.4 Bidang Teknologi Hasil Hutan........................................................... 37

BAB IV. HASIL DAN PEMAHASAN


4.1 Bidang Manajemen Hutan........................................................................... 38
4.1.1 Hutan Kemasyarakatan....................................................................... 38
4.1.2 Pemanfaatan Jasa Lingkungan (Wisata Alam)................................... 40
4.2 Bidang Silvikultur........................................................................................ 41
4.2.1 Persemaian Serenaru........................................................................... 41
4.3 Bidang Konservasi dan Ekowisata............................................................... 43
4.3.1 Identifikasi Habitat Penyu di Perairan Padar Utara BTNK................ 43
4.3.2 Patroli Pengamanan Hutan di BTNK Resort Loh Wau...................... 46
4.4 Bidang Teknologi Hasil Hutan.................................................................... 49

BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan.................................................................................................... 54
5.2 Saran.............................................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA

ix
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman


1. Kondisi Kelerengan KPH Wilayah Kabupaten Manggarai Barat..................... 6
2. Aksesibilitas Menuju KPH Wilayah Kabupaten Manggarai Barat................... 7
3. Uraian Tugas Kepala UPT KPH........................................................................ 10
4. Uraian Tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha.................................................. 12
5. Uraian Tugas Kepala Seksi perencanaan dan Pengelolaan Hutan.................... 14
6. Uraian Tugas Kepala Seksi Perlindungan, Konservasi Sumber Daya Alam
Ekosistem dan Pemberdayaan Masyarakat.......................................................
..........................................................................................................................15
7. Rangkaian Kegiatan Praktek Kerja Lapangan................................................... 32
8. Jenis Tanaman, Jumlah Anakan dan Sumber Benih Yang Terdapat di
Persemaian Serenaru.........................................................................................
..........................................................................................................................40
9. Identifikasi Habitat Penyu di Pulau Padar Utara BTNK.................................. 46
10. Jenis, Fungsi dan Gambar Alat Penggergajian................................................ 49

x
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


1. Struktur Organisasi UPTD KPH Wilayah Manggarai barat.............................. 8
2. Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Komodo........................................ 20
3. Lahan HKm Wae Bobok................................................................................... 39
4. Persemaian Serenaru......................................................................................... 41
5. Patroli Kawasan Hutan Loh Wau...................................................................... 44
6. Penyu Hijau (Chaelonia Nydas)........................................................................ 46
7. Kondisi Habitat Penyu Hijau di Pulau Padar BTNK......................................... 47
8. Wisata Alam Wae Bobok.................................................................................. 48
9. Pengolahan Sedotan Bambu.............................................................................. 52

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut UU No 41 Tahun 1999 hutan adalah kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Hutan dilihat sebagai suatu ekosistem karena hutan dibentuk atau disusun oleh
banyak komponen, yang masing-masing komponen tidak bisa dipisahkan bahkan
saling bergantung antara satu dengan lainnya. Oleh karena itu, komponen-komponen
hutan ini dalam pengambilan dan pemanfaatannya harus secara bijak sehingga hutan
tetap lestari dan dapat digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, serta
bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang.
Prinsip kelestarian hutan merupakan salah satu unsur penting untuk
memastikan fungsi-fungsi penyelenggaraan pengelolaan hutan dapat terlaksana
dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan suatu penyelengaraan pengelolaan hutan
ditingkat tapak, yang disebut Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Menurut PP No.6
Tahun 2007 Pasal 1 angka 1, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) diartikan sebagai
wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat
dikelola secara efisien dan lestari. KPH ini dapat berupa Kesatuan Pengelolaan Hutan
Lindung (KPHL), Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK).
KPH berperan sebagai penyelenggara pengelolaan hutan di lapangan atau di
tingkat tapak yang harus menjamin bahwa pengelolaan hutan dilakukan secara lestari
sesuai dengan fungsinya. Keberadaan KPH menjadi kebutuhan Pemerintah dan
Pemerintah Daerah sebagai “pemilik” sumberdaya hutan sesuai mandat Undang-
undang, dimana hutan dikuasai negara dan harus dikelola secara lestari. Dalam
prakteknya, penyelenggaraan pengelolaan hutan pada tingkat tapak oleh KPH bukan

xii
memberi ijin pemanfaatan hutan, melainkan melakukan pengelolaan hutan, termasuk
mengawasi kinerja pengelolaan hutan yang dilakukan oleh pemegang ijin.
Unit Pelakana Teknis Daerah (UPTD) Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah
Kabupaten Manggarai Barat yang melakukan pengelolaan hutan pada kawasan hutan
yang mempunyai luas kurang lebih 62.104 Ha. Dari luasan ini terdiri dari Hutan
Lindung seluas kurang lebih 28.714 Ha, Hutan Produksi Terbatas seluas kurang lebih
14.665 Ha dan Hutan Produksi Tetap seluas kurang lebih 18.725 Ha. Dengan
demikian, UPTD KPH Wilayah Kabupaten Manggarai Barat menjadi pusat informasi
mengenai kekayaan sumberdaya hutan dan menata kawasan hutan menjadi bagian-
bagian yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai ijin dan/atau dikelola sendiri
pemanfaatannya, melalui kegiatan yang direncanakan dan dijalankan sendiri.
UPTD KPH Wilayah Kabupaten Manggarai Barat menjadi garis depan untuk
mewujudkan harmonisasi pemanfaatan hutan oleh berbagai pihak dalam kerangka
pengelolaan hutan lestari, jika peran UPTD KPH Wilayah Kabupaten Manggarai
Barat dapat dilakukan dengan baik. Selain UPTD KPH Wilayah Kabupaten
Manggarai Barat juga terdapat Balai Taman Nasional Komodo yang merupakan unit
pelaksana teknis Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang mengemban tugas pokok dan
fungsi untuk menjaga kelestarian satwa Komodo (Varanus komodensis). Kawasan
Taman Nasional Komodo ditetapkan melalui pengumuman Menteri Pertanian
Republik Indonesia pada tanggal 6 Maret 1980 dan kemudian dikukuhkan dengan
Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 306/Kpts-II/1992 tanggal 29 Pebruari
1992 tentang Perubahan Fungsi Suaka Margasatwa Pulau Komodo, Pulau Rinca,
Pulau Padar seluas 40.728 Ha, serta Penunjukkan Perairan Laut di sekitarnya seluas
132.572 Ha yang terletak di Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara
Timur menjadi Taman Nasional dengan nama Taman Nasional Komodo.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah:
a. Mengetahui kegiatan pengelolaan hutan dari aspek silvikultur di UPTD KPH
Wilayah Kabupaten Manggarai Barat dan Balai Taman Nasional Komodo.

xiii
b. Mengetahui kegiatan pengelolaan hutan dari aspek ekowisata di UPTD KPH
Wilayah Kabupaten Manggarai Barat dan Balai Taman Nasional Komodo.
c. Mengetahui kegiatan pengelolaan hutan dari aspek teknologi hasil hutan di UPTD
KPH Wilayah Kabupaten Manggarai Barat dan Balai Taman Nasional Komodo.

1.3. Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
adalah Sarana pembelajaran dalam pengelolaan hutan dibidang silvikultur, ekowisata
dan teknologi hasil hutan di UPTD KPH Wilayah Kabupaten Manggarai Barat serta
pengamanan hutan (patroli) di Taman Nasional Komodo.

xiv
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI

2.1. Profil UPTD KPH Wilayah Kabupaten Manggarai Barat


2.1.1. Sejarah Pembentukan UPTD KPH Wilayah Kabupaten Manggarai Barat

Status kawasan hutan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami


beberapa kali perubahan, yaitu: pada masa periode sebelum tahun 1980. Berdasarkan
UU No.5 tahun 1967 tentang kehutanan dan peta hutan register, penunjukan parsial
pada zaman pemerintahan Hindia Belanda (residen van timor on onderhoorigheden
ZB.ddo No. 92/ LK, tanggal 15 Agustus 1932) kawasan hutan di provinsi NTT
ditetapkan seluas 1.252.511 Ha dengan 188 Kelompok Hutan (KH), dengan Kawasan
hutan di kabupaten Manggarai Barat berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.432
tahun 1999, memiliki luas 74. 850 Ha. Besarnya usulan perubahan Kawasan Hutan
pada tahun 2013 adalah seluas 2.782,34 Ha, sehingga luas kawasan setelah
pengulangan adalah 72.067,66 Ha (Pemerintah Provinsi NTT, 2013). Dari luasan
Kepala UPT KPH
tersebut, kurang lebih 60.97 Ha diantaranya ditetapkan sebagai areal
Seksi II KPHP Model
Kepala Sub Bagian Seksi I Wilayah Kabupaten
Mabar Perlindungan, Konservasi
Manggarai Barat. Berdasarkan
Tata Perencanaan
Usaha dan SK Mentri Kehutanan
Pengelolaan
Staf No.SK.973/Menhut-11/2013
Staf
sumber daya Alam dan dan
Hutan
Pelaksana Pelaksana
wilayah KPHP Manggarai Barat terdiri dari: Pemberdayaan Masyarakatem,

1. Kawasan Hutan Lindung (HL) Sekitar ± 7.113 Ha.


2. Hutan Produksi (HP) Seluas ± 18.163 Ha, Dan
3. Hutan Produksi Terbatas (HPT) Seluas sekitar ± 14.571 Ha.
Pada Periode 1992-1999, berdasarkan UU No. 24 Tahun 1992 dan melalui
mekanisme paduserasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi luas kawasan
hutan NTT ini berubah menjadi 1.808.981,27 ha. Kemudian pada periode 1999-2005
berdasarkan UU No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi dasar dikeluarkannya
SK Menteri Kehutanan No.423 tahun 1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di
Provinsi NTT kembali merubah luas Kawasan Hutan menjadi 1.808.990 Ha atau
sekitar 38,20% dari luas daratan Provinsi NTT (Dinas Kehutanan Provinsi NTT

xv
2013), dan luas Kawasan Hutan KPH wilayah kabupaten Manggarai Barat adalah
74.850 Ha.
Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.26
tahun 2007 tentang Penataan Ruang, serta fakta di lapangan dengan banyaknya
konflik di kawasan hutan dan pertimbangan dan perkembangan/pemekaran wilayah.
Pada tahun 2013, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota/Provinsi mengusulkan
perubahan kawasan hutan dalam review RTRW provinsi dengan luas usulan
1.581.539,47 Ha atau sekitar 33,40% terhadap luas daratan. Pada tahun 2014
berdasarkan SK No. 3911/Menhut-v11/kuh/2014 tanggal 14 Mei 2014 luas kawasan
hutan provinsi NTT adalah ± 1.286.050 Ha dengan luas kawasan hutan Kabupaten
Manggarai Barat ± 65.963 Ha.
Berdasarkan SK. 591/Menhut-11/2010 tanggal 19 0ktober 2010 tentang
Penetapan 9 Unit KPHP dan 13 Unit KPHL di wilayah Provinsi Nusa Tenggara
Timur, ditetapkan luas KPH Wilayah Kabupaten Manggarai Barat adalah ± 62.009
ha. Sesuai keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutan Republik Indonesia
No. SK. 633/Menlhk-Setjen/2015 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan
Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi
Nusa Tenggara Timur, ditetapkan luas KPH Wilayah Kabupaten Manggarai Barat ±
57.740 ha.
Berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia No. SK 357/Menlhk/Setjen/pla.O/5/2016 tentang perubahan peruntukan
kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan seluas ± 54.163 ha, perubahan fungsi
kawasan hutan seluas ± 11.811 ha di provinsi Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan
keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan kehutanan republik Indonesia Nomor :
664/Menlhk/Setjen/pla.0/II/2017 Tentang Penetapan Wilayah, ditetapkan luas
wilayah KPH Kabupaten Manggarai Barat ± 74.850 ha.

2.1.2. Letak, Luas dan Batas Wilayah UPTD KPH Kabupaten Manggarai Barat
Secara geografis kesatuan pengelolaan hutan (KPH) wilayah kabupaten
Manggarai Barat terletak pada 8’17’0,36’71”LS – 8’47’47,58”LS dan 119’48’49,65”
BT – 120’22’27,42’’ BT. Secara admintrasi terletak di wilayah adminitrasi kabupaten

xvi
Manggari Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur tersebar di 10 kecamatan.Berdasarkan
besarnya provinsi wilayah administrasi yang menjadi wilayah KPH, tiga kecamatan
teratas adalah Kecamatan Macang Pacar (26%), Kecamatan Boleng (20%) dan
kecamatan Komodo (17%). Batas batas wilayah KPHP Manggarai Barat, sebelah
Utara Desa Nggilat kecamatan Mancang Pacar, sebelah selatan Desa Nanga Bere
Kecamatan Lembor Selatan, sebelah Barat Desa Golo Mori-Kecamatan Komodo dan
sebelah timur desa Tentang kecamatan Ndoso. Lokasi KPHP Mangarai Barat yang
terdekat dengan ibu kota kabupaten, Labuan Bajo, adalah Kawasan Hutan produksi di
desa Golo Bilas, kecamatan Komodo dengan jarak sekitar 3 KM. Sedangkan Lokasi
terjauh terletak sekitar 80 KM di sebelah Timur Laut Labuan Bajo, yang merupakan
kawasan Hutan Lindung di Desa Nggilat-kecamatan Macang Pacar. Kondisi jalan ke
lokasi KPH bervariasi dari yang sudah di aspal sampai jalan setapak.

2.1.3. Karakteristik Wilayah KPH Manggarai Barat


A. Topografi
Sebagian besar wilayah KPH Manggarai Barat memiliki kondisi topografi curam
dengan tingkat kelerengan 25-45% dan curam dengan tingkat kelerengan >40% yaitu
32,92% dari total wilayah. Jika dihubungkan dengan kondisi peutupan wilayah maka
dapat dipastikan bahwa sebagian besar wilayah yang berpenutupan hutan sekunder
dan primer berada pada wilayah yang memiliki tingkat kelerengan yang curam dan
sangat curam.

Tabel 1. Kondisi Kelerengan KPH Wilayah Kabupaten Manggarai Barat

No. Kelas Lereng Keterangan Luas (Ha) Persen (%)


1 0-8% Datar 475,50 0,92

2 15-25% Agak Curam 410,99 0,76

3 25-40% Curam 35.222,24 65,40

4 >40% Sangat Curam 17.725,27 32,92

Jumlah 53,854 100

Sumber: KPH Manggarai Barat (2014)

xvii
B. Jenis Tanah
Berdasarkan peta jenis Tanah, tanah di wilayah KPHP Manggarai Barat Terdiri
dari Alluvial,andosol,lambisol,podsolik dan renzina. Jenis Tanah yang paling
Dominan adalah kambisol(56%),renzina(23%) pada podzolik(16%). Pada beberapa
satuan lahan ada yang menunjukan satu lapisan tanah dengan kandungan organik
tinggi atau humik (dicirikan dengan warna tanah gelap/hitam dan berat jenisnya
relatif lebihringan dibanding dengan tanah mineral umumnya. Ketebalan solumnya
bervariasi dari 30 cm-100 cm.

C. Aksesibilitas
Aksesibilitas di kawasan KPHP Manggarai Barat Berdasarkan hasil analisa
spasial yang mempertimbangkan kedekatan kawasan dengan pemukiman atau jalan
menunjukan bahwa sebagian besar wilayah KPHP Manggarai Barat (75%) di
dominasi oleh kelas aksesibilitas rendah. Kelas aksesibilitas di tentukan berdasarkan
kedekatan dengan jalan atau pemukiman,dimana,semakin dekat dengan jalan atau
perumahan maka tingkat aksesibilitasnya tinggi.

Tabel 2. Aksesibilitas menuju KPH Wilayah Kabupaten Manggarai Barat


Jarak Waktu Fasilitas
No. Dari Menuju Tempuh Tempuh Transportasi
(km) (jam) Yang Tersedia
Ibu kota 00.45 Pesawat
1 KPH Mabar
Provinsi 20.00 Kapal Laut
Ibu kota Kendaraan umum
kecamatan 86 03.35 (mikrolet, bis,
paling timur (Komodo) truk)
Ibu kota Kendaraan umum
kecamatan 39 01.30 (mikrolet, bis,
paling barat (Golo mori) truk)
2 Ibu kota
Ibu kota kecamatan Kendaraan umum
kabupaten
paling utara 98 02.57 (mikrolet, bis,
(Macang pacar) truk)
Kendaraan umum
Ibu kota kecamatan
23 02.36 (mikrolet, bis,
paling selatan
truk)
Ibu kota 
3 Desa/Kawasan Hutan Bervariasi Ojek
Kecamatan

xviii
Sumber: KPH Manggarai Barat (2014)

2.1.4 Sumber Daya Manusia KPHL Manggarai Barat


Berdasarkan Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) nomor 90
Tahun 2016 telah ditetapkan Organisasi dan Tata Kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan
Kabupaten Manggarai Barat sebagai dasar hukum pembentukan Kelembagaan UPTD
KPH Kabupaten Manggarai Barat dapat dilihat pada gambar 1.
KEPALA UPTD KPH WILAYAH
MANGGARAI BARAT

SUB BAGIAN
KELOMPOK JABATAN TATA USAHA
FUNGSIONAL

SEKSI PERENCANAAN DAN SEKSI PERLINDUNGAN,KONSERVASI SUMBER


PENGELOLAAN HUTAN DAYA ALAM DAN EKOSISTEM DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

RESORT POLISI HUTAN

Gambar 1. Struktur Organisasi UPTD KPH Wilayah Manggarai barat

Sesuai dengan peraturan di atas wilayah pengelolaan UPTD KPH Wilayah


Manggarai Barat termasuk dalam kategori Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi

xix
(KPH) karena didominasi oleh fungsi hutan produksi terbatas (HPT). Konsekuensi
dari penetapan sebagai KPH adalah pengelolaan hutan yang dititik beratkan pada
upaya optimalisasi hutan produksi untuk usaha skala besar atau kecil, disamping juga
mempertahankan fungsi lindung serta melakukan usaha-usaha produksi pada areal
hutan produksi tanpa mengubah fungsi lindung dari kawasan.
Tugas pokok atau fungsi dari masing-masing jabatan sebagai berikut

1. Kepala UPTD KPH Manggarai Barat


a. Merencanakan langkah-langka operasional KPH berdasarkan rencana kerja
dan hasil evaluasi tahun sebelumnya serta sumber data yang ada untuk
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan tugas.
b. Membagi tugas, memberi petunjukdan memeriksa hasil kerja bawahan agar
tercapai efektifitas pelaksanaan tugas.
c. Melaksanakan dan mengkoordinasi- kan pelaksanaan tugas di bidang
Kesatuan Pengelolaan Hutan.
2. Kelompok Jabatan Fungsional
a. Melaksanakan sebagian tugas teknis sebagai bidang keteramplian dan
keahliannya.
3. Kepala sub bagian tata usaha.
a. Menyusun program kegiatan ketata usahaan.
b. Menginventarisasi kebutuhan pelaksanaan kegiatan ketata usahaan.
c. Melaksanakan surat menyurat, kearsipan, kepegawaian dan keuangan.
4. Kepala seksi perencanaan dan pemanfaatan hutan.
a. Menyiapkan bahan dalam rangka koordinasi dan bimbingan evaluasi
terhadap penatagunaan hutan pelaksanan rencana pengelolaan hutan.
b. Menyiapkan bahan dalam rangka menyusun rencana provinsi dan neraca
sumber daya provinsi
5. Kepala seksi perlindungan, konservasi SDA, ekosistem dan pemberdayaan
masyarakat.

xx
a. Menyusun bahan perumusan kebijakan, melaksanakan pembinaaa,
pengawasan, koordinasi serta evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan
seksi perlindungan, konservasi dan pemberdayaan masyarakat.
b. Melaksanakan pembinaan dan bimbingan dibidang perlindungan dan
pengendalian kerusakan hutan.
6. Resort
a. Melaksanakan tugas, proyek dan pekerjaan secara langsung.
b. Menegakan aturan yang telah diatur oleh KPH.

Tabel 3. Uraian Tugas Kepala UPT KPH


No Uraian Tugas
1. Merencanakan langkah-langkah operasional Kesatuan Pengelolaan Hutan
berdasarkan rencana kerja dan hasil evaluasi tahun sebelumnya serta sumber data
yang ada untuk digunakan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
2. Membagi tugas, memberi petunjuk dan memeriksa hasil kerja bawahan agar
tercapai efektivitas pelaksanaan tugas;
3. Mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan tugas Kepala Sub Bagian Tata
Usaha, para Kepala Seksi, para Kepala Resort KPH, Pejabat Fungsional dan staf
agar terjalin kerjasama yang sinergis;
4. Melaksanakan kegiatan tata hutan KPH meliputi ; inventarisasi hutan, pembagian
blok dan petak, tata batas wilayah dan pemetaan wilayah kerja serta kegiatan
pembukaan wilayah hutan;
5. Menyusun rencana pengelolaan hutan jangka panjang dan penetapan rencana
pengelolaan hutan jangka pendek di wilayah KPH;
6. Melakukan pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan perpetaan dalam
pengelolaan hutan di wilayah KPH;
7. Melakukan pengawasan dan pengendalian pemanfaatan dan penggunaan kawasan
hutan di wilayah KPH;
8. Melaksanakan pengelolaan DAS, reklamasi hutan dan perbenihan tanaman hutan di
wilayah unit KPH;
9. Melakukan pengawasan dan pengendalian penilaian dan pelaksanaan penggunaan
kawasan hutan dan /atau tukar menukar kawasan hutan di wilayah KPH;
10. Melakukan pengawasan dan pengendalian penatausahaan hasil hutan, iuran
kehutanan, peredaran hasil hutan di wilayah KPH;
11. Melakukan pengembangan investasi, kerja sama, kemitraan dalam pengelolaan
hutan, pengolahan dan pemasaran hasil hutan di wilayah KPH.
12. Melakukan kegiatan rehabilitasi luar kawasan hutan meliputi; hutan rakyat, hutan

xxi
No Uraian Tugas
kota, hutan adat, turus jalan dan perlindungan mata air;
13. Melakukan tata usaha hasil hutan kayu dan bukan kayu (mengukur dan menguji
hasil hutan, mengesahkan dan menerbitkan dokumen hasil hutan);
14. Melaksanakan perlindungan hutan, pengamanan hutan, penegakan hukum,
pemberian advokasi, konsultasi dan bantuan hukum bidang kehutanan, pelatihan
perlindungan/pengamanan hutan, pembentukan forum dan pengembangan sistem
informasi perlindungan/pengamanan hutan di wilayah unit KPH;
15. Melaksanakan pengendalian kebakaran hutan dan lahan, pelatihan, pendidikan,
sosialisasi, penyuluhan, pembentukan forum kolaboratif dan pengembangan sistem
informasi pengendalian kebakaran hutan dan lahan di wilayah unit KPH;
16. Melaksanakan konservasi sumber daya alam dan ekosistem di wilayah unit KPH;
17. Melakukan pembinaan dan pengembangan kapasitas kelembagaan masyarakat di
daerah penyangga kawasan hutan;
18. Melakukan penyuluhan dalam rangka pemberdayaan masyarakat di wilayah unit
KPH;
19. Melakukan fasilitasi dan pendampingan pengembangan perhutanan sosial (HKm,
HTR, HD dan Kemitraan), masyarakat hukum adat serta penanganan konflik
sosial/tenurial di wilayah unit KPH;
20. Melakukan inventarisasi dan perlindungan satwa yang tidak termasuk dalam
lampiran CITES;
21. Melaksanakan kegiatan bidang kehutanan di luar kawasan hutan;
22. Memberikan pertimbangan teknis kepada pihak ketiga terkait rencana rehabilitasi
dan reklamasi hutan serta pelaksanaan rehabilitasi hutan dan pengelolaan daerah
aliran sungai untuk memulihkan dan mempertahankan fungsi hutan sebagai sistem
penyangga kehidupan;
23. Memberikan pertimbangan teknis berkaitan dengan pemberian rekomendasi oleh
dinas Kehutanan Provinsi terhadap permohonan dan/atau perpanjangan izin
pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan dalam wilayah KPH;
24. Berkoordinasi dengan para pihak untuk membuka peluang investasi dan mobilisasi
pendanaan pembangunan KPH serta terbentuknya jaringan pemasaran untuk
tercapainya tujuan pengelolaan hutan;
25. Melaksanakan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan serta mengevaluasi
pelaksanaan tugas bawahan di wilayah KPH sesuai kegiatan yang telah
dilaksanakan;
26. Melaksanakan pembinaan disiplin terhadap bawahan sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku agar terciptanya PNS yang handal, profesional dan
bermoral;

xxii
No Uraian Tugas
27. Melakukan koordinasi tugas dengan instansi dan pihak terkait agar terjalin
kerjasama yang baik;
28. Membuat laporan bulanan dan tahunan Kesatuan Pengelolaan Hutan serta laporan
pelaksanaantugas kedinasan lainnya sesuai dengan sumber data yang ada dan
berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan agar dipergunakan sebagai bahan
masukan atasan ;
29. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan baik secara lisan
maupun tertulis sesuaitugas dan fungsinya untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

Tabel 4. Uraian Tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha


No Uraian Tugas
1. Menyusun rencana kegiatan Sub Bagian Tata Usaha berdasarkan rencana kerja dan
hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya serta sumber data yang ada untuk
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
2. Membagi tugas, memberi petunjuk dan memeriksa hasil kerja bawahan agar
tercapai efektifitas pelaksanaan tugas;
3. Mengoreksi konsep Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU) dan memeriksa
catatan penerimaan dan distribusi alat tulis dan alat perlengkapan kantor
berdasarkan usulan dari dan untuk masing-masing Seksi agar terpenuhinya
kebutuhan dalam rangka dukungan penyelesaian tugas;
4. Mengoreksi konsep rencana kebutuhan pegawai dan bezeting formasi, kenaikan gaji
berkala, usulan kenaikan pangkat, mutasi pegawai, ujian dinas, pendidikan,
pelatihan, sumpah jabatan, penghargaan, tanda jasa dan sanksi pegawai serta
mengoreksi catatan data kepegawaian sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku
agar terpenuhinya hak dan kewajiban pegawai yang telah memenuhi syarat;
5. Mengoreksi konsep rencana kebutuhan biaya dan membuat catatan penerimaan,
pengeluaran, pembukuan dan atau pertanggungjawaban keuangan serta catatan surat
perintah perjalanan dinas sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku agar tertib
administrasi dalam pertanggungjawaban;
6. Menyusun konsep naskah dinas yang berkaitan dengan kegiatan unit sesuai
prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
7. Memberikan layanan administrasi yang meliputi perlengkapan, rumah tangga,
keuangan dan kepegawaian serta urusan umum sesuai prosedur dan ketentuan yang
berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
8. Memeriksa dan/atau mengecek catatan naskah dinas yang masuk dan keluar serta
catatan tanda terima naskah dinas yang telah diterima pada buku agenda agar tertib

xxiii
No Uraian Tugas
administrasi;
9. Menyiapkan bahan penyusunan rencana dan program kerja dengan mengkompilasi
rencana kerja dari masing-masing Seksi agar tersusunnya rencana kerja yang
akomodatif;
10. Melaksanakan dan mengecek kegiatan pengelolaan arsip baik arsip aktif, in aktif
maupun arsip statis agar mudah dan cepat ditemukan apabila dibutuhkan;
11. Melaksanakan kegiatan urusan rumah tangga dalam menata maupun membersihkan
ruangan agar terasa nyaman dalam melaksanakan tugas;
12. Merencanakan dan melaksanakan pengelolaan perlengkapan kantor untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas;
13. Mengkoordinir penyusunan laporan pelaksanaan Budaya Kerja, Pengawasan
Melekat, Akuntabilitas Kinerja Pemerintahan, LKPJ, LPPD dan Laporan Kinerja
Keuangan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk digunakan sebagai
bahan pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja;
14. Melaksanakan pembinaan disiplin terhadap bawahan sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku agar terciptanya PNS yang handal, profesional dan
bermoral;
15. Melakukan konsultasi pelaksanaan kegiatan dengan unit/instansi atau lembaga
terkait untuk mendapatkan masukan dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas;

Tabel 5. Uraian Tugas Kepala Seksi Perencanaan Dan Pengelolaan Hutan


No Uraian Tugas
1. Menyusun rancangan Perencanaan dan Pengelolaan Hutan untuk kelancaran dan
ketepatan pelaksanaan tugas;
2. Membagi tugas dan memberi petunjuk kepada bawahan melalui arahan sesuai
dengan permasalahan dan bidang tugas masing-masing agar tercapai efektifitas
pelaksanaan tugas;
3. Memeriksa hasil kerja bawahan berdasarkan rencana kegiatan guna penyempurnaan
lebih lanjut;
4. Melaksanakan kegiatan tata hutan KPH meliputi ; inventarisasi hutan, pembagian
blok dan petak, tata batas wilayah dan pemetaan wilayah kerja serta kegiatan
pembukaan wilayah hutan;
5. Menyusun rencana pengelolaan hutan jangka panjang dan penetapan rencana
pengelolaan hutan jangka pendek di wilayah KPH;
6. Melakukan pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan perpetaan dalam
pengelolaan hutan di wilayah KPH;
7. Melakukan pengawasan dan pengendalian pemanfaatan dan penggunaan kawasan

xxiv
No Uraian Tugas
hutan di wilayah KPH;
8. Melaksanakan pengelolaan DAS, reklamasi hutan dan perbenihan tanaman hutan di
wilayah unit KPH;
9. Melakukan pengawasan dan pengendalian penilaian dan pelaksanaan penggunaan
kawasan hutan dan atau tukar menukar kawasan hutan di wilayah KPH;
10. Melakukan pengawasan dan pengendalian penatausahaan hasil hutan, iuran
kehutanan, peredaran hasil hutan di wilayah KPH;
11. Melakukan pengembangan investasi, kerja sama, kemitraan dalam pengelolaan
hutan, pengolahan dan pemasaran hasil hutan di wilayah KPH.
12. Melakukan kegiatan rehabilitasi luar kawasan hutan meliputi ; hutan rakyat, hutan
kota, hutan adat, turus jalan dan perlindungan mata air;
13. Melakukan tata usaha hasil hutan kayu dan bukan kayu (mengukur dan menguji
hasil hutan, mengesahkan dan menerbitkan dokumen hasil hutan);
14. Melakukan koordinasi dan konsultasi kegiatan dengan unit/instansi dan pihak
terkait agar terjalin kerjasama yang baik
15. Membuat laporan bulanan, triwulan, tahunan dan hasil pelaksanaan tugas kedinasan
sesuai dengan sumber data yang ada dan berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan
untuk dipergunakan sebagai bahan masukan atasan;
16. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan baik secara
lisan maupun tertulis sesuai tugas dan fungsinya untuk kelancaran pelaksanaan
tugas.

Tabel 6. Uraian Tugas Kepala Seksi Perlindungan, Konservasi Sumber Daya Alam Dan
Ekosistem, Dan Pemberdayaan Masyarakat

No Uraian Tugas
1. Menyusun Rencana Perlindungan, Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
(KSDAE) dan Pemberdayaan Masyarakat untuk kelancaran dan ketepatan
pelaksanaan tugas;
2. Membagi tugas dan memberi petunjuk kepada bawahan melalui arahan sesuai
dengan permasalahan dan bidang tugas masing-masing agar tercapai efektifitas
pelaksanaan tugas;
3. Memeriksa hasil kerja bawahan berdasarkan rencana kegiatan guna penyempurnaan
lebih lanjut;
4. Melaksanakan perlindungan hutan, pengamanan hutan, penegakan hukum,
pemberian advokasi, konsultasi dan bantuan hukum bidang kehutanan, pelatihan

xxv
No Uraian Tugas
perlindungan/pengamanan hutan, pembentukan forum dan pengembangan sistem
informasi perlindungan/pengamanan hutan di wilayah unit KPH;
5. Melaksanakan pengendalian kebakaran hutan dan lahan, pelatihan, pendidikan,
sosialisasi, penyuluhan, pembentukan forum kolaboratif dan pengembangan sistem
informasi pengendalian kebakaran hutan dan lahan di wilayah unit KPH;
6. Melaksanakan konservasi sumber daya alam dan ekosistem di wilayah unit KPH;
7. Melakukan pembinaan dan pengembangan kapasitas kelembagaan masyarakat di
daerah penyangga kawasan hutan;
8. Melakukan penyuluhan dalam rangka pemberdayaan masyarakat di wilayah unit
KPH;
9. Melakukan fasilitasi dan pendampingan pengembangan perhutanan sosial (HKm,
HTR, HD dan Kemitraan), masyarakat hukum adat serta penanganan konflik
sosial/tenurial di wilayah unit KPH;
10. Melakukan inventarisasi dan perlindungan satwa yang tidak termasuk dalam
lampiran CITES;
11. Melakukan koordinasi dan konsultasi kegiatan dengan unit/instansi dan pihak
terkait agar terjalin kerjasama yang baik ;
12. Membuat laporan bulanan, triwulan, tahunan dan hasil pelaksanaan tugas kedinasan
sesuai dengan sumber data yang ada dan berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan
untuk dipergunakan sebagai bahan masukan atasan;
13. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan baik secara
lisan maupun tertulis sesuai tugas dan fungsinya untuk kelancaran pelaksanaan
tugas.

2.2. Profil Balai Taman Nasional Komodo (BTNK)


2.2.1 Sejarah Pembentukan Wilayah BTNK
Satwa Komodo menjadi terkenal di dunia ilmu pengetahuan sejak tahun 1911
ketika P.A.Ouwens seorang kurator pada Museum Zoologi Bogor menerima laporan
tentang penemuan satwa ini dari Perwira Pemerintah Hindia Belanda J.K.H. Van
Steyn, yang selanjutnya diberi nama Varanus Komodensis Ouwens pada tahun 1912
pada tulisan P.A. Ouwens yang berjudul "On a Large Species from The Island of
Komodo". Dari penemuan ini muncul kesadaran dari berbagai pihak untuk menjaga
kelestarian satwa ini, hal ini terlihat adanya beberapa peraturan yang memuat upaya
perlindungan Satwa Komodo, yaitu:

xxvi
1. SK. Sultan Bima tahun 1915 tentang Perlindungan Komodo (Verordening van
het Sultanat van Bima).
2. SK Pemerintah Daerah Manggarai tahun 1926 tentang Perlindungan Komodo
(Besluit van het Zelfbestuur van het Landschap Manggarai).
3. SK Residen Timor tahun 1927 tentang pengesahan SK Pemerintah Daerah
Manggarai pada butir 2 di atas.Adapun Kronologis Pembentukan Taman Nasional
Komodo Adalah Sebagai Berikut:
1. Zelfbestuur van Manggarai, verordening No.32/ 24 September 1938 tentang
Pembentukan Suaka Margasatwa Pulau Padar, Bagian Barat dan Selatan
Pulau Rinca.
2. Residen van Timor en onder horigheden No.19/ 27 Januari 1939
(Pengesahan Peraturan Daerah pada butir 1)
3. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.66/Dep.Keh/1965 tanggal 21
Oktober 1965 tentang Penunjukkan Pulau Komodo sebagai Suaka
Margasatwa seluas 31.000 Ha.
4. Surat Keputusan Gubernur KDH Tk. I Nusa Tenggara Timur No.32 Tahun
1969 tanggal 24 Juni 1969 tentang penunjukkan Pulau Padar, Pulau Rinca
dan Daratan Wae Wuul/Mburak sebagai Hutan Wisata/ Suaka Alam seluas
20.500 Ha.
5. Surat Keputusan Dirjen Kehutanan No.97/Tap/Dit Bina/1970, tentang
Pembentukan Seksi PPA di Labuan Bajo.
6. Pengumuman Menteri Petanian tanggal 6 Maret 1980 tentang Pembentukan
Taman Nasional Komodo.
7. Keputusan Dirjen PHPA No.46/Kpts/VI-Sek/84 tanggal 11 Desember 1984
tentang Penunjukkan Wilayah Kerja Taman Nasional Komodo.
8. Keputusan Menteri Kehutanan No.306/Kpts-II/92 tanggal 29 Pebruari 1992
tentang Perubahan Fungsi Suaka Margasatwa Pulau Komodo, Pulau Rinca,
Pulau Padar seluas 40.728 Ha serta Penunjukkan Perairan Laut di sekitarnya
seluas 132.572 Ha yang terletak di Kabupaten Dati II Manggarai Propinsi

xxvii
Dati I Nusa Tenggara Timur menjadi Taman Nasional dengan nama Taman
Nasional Komodo.
9. Tahun 1992, Komodo ditetapkan oleh Presiden RI sebagai Simbol Satwa
Nasional melalui Keppres No. 4 Tahun 1992 tanggal 9 Januari 1992.
10. Tahun 1992, Perubahan fungsi Suaka Margasatwa P.Komodo, P. Rinca dan
P. Padar seluas 40.728 Ha dan Penunjukan Perairan Laut seluas 132.572 Ha
menjadi Taman Nasional Komodo.
11. Tahun 2000, ditetapkan kawasan pelestarian alam perairan oleh Menteri
Kehutanan dengan luas 132.572 Ha.
12. Tahun 2006, TN. Komodo termasuk 21 Taman Nasional Model di Indonesia
sesuai dengan SK Direktur Jenderal PHKA Nomor SK.128/IV-Sek/2006
tentang Perubahan Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor
13. SK.69/IV-Set/HO/2006 tentang penunjukkan 20 (Dua puluh) Taman
Nasional sebagai Taman Nasional Model.

2.2.2. Letak Geografis dan Luas Kawasan


Kawasan Taman Nasional Komodo terletak di wilayah Kabupaten Manggarai
Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan posisi geografis: 8° 24’ 35”- 8° 50’2”
LS, 119° 20’95” – 119° 49’ 20” BT. Untuk mencapai kawasan Taman Nasional
Komodo dapat ditempuh dengan menggunakan pesawat terbang Kupang – Manggarai
Barat selama sekitar 40 menit. Selanjutnya perjalanan dapat dilanjutkan dengan
kendaraan darat dengan menggunakan mobil atau bus truk (bus kayu) menuju daerah
Labuan Bajo. Luas kawasan Taman Nasional Komodoadalah 1,733 Km Taman
Nasional ini terdiri atas tiga pulau besar pulau Komodo, pulau Rinca, dan pulau Padar
serta beberapa pulau kecil. Wilayah darat Taman Nasional ini 603 km2 dan wilayah
total adalah 18172.

2.2.3. Biofisik
A. Klimatologi
Kawasan Taman Nasional Komodo beriklim tropis dengan curah hujan
rendah atau sama sekali tidak berhujan selama sekitar 7-8 bulan dalam satu tahun,

xxviii
dan sangat di pengaruhi oleh hujan musim dengan tingkat kelembaban tinggi.
Berdasarkan klasifikasi Schmidt-Ferguson, iklimnya termasuk tipe F (sangat kering),
dengan nilai Q = 1,97. Bulan kering antara April-Oktober dan bulan basah antara
November-Maret. Curah Hujan rata- rata 200–1500 mm /tahun. Suhu umumnya
berkisar antara 17- 34derajat celcius dengan tingkat kelembaban 36%.Tanah dan
iklim berpengaruh langsung terhadap keanekaragaman flora dan fauna beserta
ekosistem yang ada diatasnya.

B. Kondisi Geologis
Kawasan Taman Nasional Komodo terletak pada pertemuan dua lempengan
kontinen sahul dan sunda. Gesekan antara kedua lempengan ini telah menimbulkan
letusan vulkanis besar,tekananannya juga menyebabkan pengangkatan terumbu
karang dan gejalah gejalah vulkanis inilah yang menjadikan pulau- pulau di kawasan
taman nasional komodo. Komodo barat oleh para ahli diperkirakan terbentuk pada era
jurasic atau sekitar 130 juta tahun lalu,sedangkan komodo timur,Rinca, dan Padar di
perkirakan terbentuk sekitar 49 jita tahun lalu dalam era Eosin.pulau- pulau ini
berubah terus menerus melalui proses erosi dan penumpukan. Berdasarkan peta
geologis berskala 1 ; 250.000 oleh Van bemmelen tahun 1949 formasi,batu yang
tersebar di taman nasional komodo adalah formsi andesit,deposit, vulkanis, dan
formasi efosif.
Pulau Komodo Barat terdiri dari konglomerat kapur, tanah liat, batu vulkanis,
dan batu kapur agaknya mendominasi struktur tanah di pulau komodo timur, Rinca,
dan Padar. Berdasarkan peta tanah tahun 1970 (skala 1 ; 250.000 ) dari lembaga
penelitian tanah, taman Nasional Komodo memiliki jenis- jenis tanah sebagai
berikut ;Tanah mediteranea merah kuning, terdapat di pulau Rinca dan beberapa
pulau kecil di sekitarnya. Tanah ini termasuk jenis tanah komplek, terdapat di pulau
komodo pulau padar dan pulau – pulau kecil di sekitarnya.jenis tanah ini berwarna
coklat keabuan dan merupakan komposit dari beberapa jenis tanah, termasuk latosol
dan grumusol yang pekat terhadap erosi.

xxix
2.2.4. Sumber Daya Manusia BTNK
A. Organisasi Pengelola
Taman Nasional Komodo dikelola oleh sebuah Unit Pengelolaan yang bernama Balai
Taman Nasional Komodo yang secara struktural berada di bawah Direktorat Jenderal
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan
Republik Indonesia. Kantor Balai Taman Nasional Komodo berada di Kota Bajo
dengan alamat Jalan Kasimo,Labuan Bajo Manggarai Barat,NTT. Terdapat tiga Seksi
Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) yaitu di Padar, Rinca dan Komodo. Kantor
Seksi PTN Wilayah I Rinca, Seksi PTN Wilayah II Komodo dan Seksi PTN Wilayah
III Padar sudah tersedia. SPTN I Rinca terdiri dari Resort Kampung Rinca , Resort
Loh Baru,Resot Kampung Kerora, dan Resot Loh Buaya Sedanglan SPTN II Pulau
Komodo terdiri dari Resort Loh Liang, Resort Loh Wau, Resort Loh Wenci, Resot
Loh Sebita,dan Resot Kampung Komodo, dan SPTN III terdiri dari Resot Padar dan
Resot Papagarang. Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Komodo dapat dilihat
pada gambar 2.

xxx
KEPALA BALAI
KOORD TATA USAHA
UMUM

KOORD URUSAN
KEPEGAWAIAN

KEPALA SUB BAG KOORD URUSAN


TATA USAHA KEUANGAN

KOORD RT DAN
PERLENGKAPAN

KOORD PERENC DAN


PROGRAM

KOORD KERJASAMA,
PELAYANAN,
PENGUNJUNG DAN
MASYARAKAT

KSPTN WIL.P.RINCA KSPTN WIL.P,KOMODO KSPTN WIL.PADAR

RST RST
PADAR PAPAGARAN

RST RST RST KPG RST RST RST RST RST RST
KPG LOH KERORA LOH LOH LOH LOH LOH KPG
RINCA BARU BUAYA LIANG WANG WENCI SINCA
KOMODO

KASAD POLHUT KOORD PEH KOORD PENYULUH

Sumber: Komodo-park.com
Gambar 2. Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Komodo

xxxi
B. Tugas pokok dan fungsi jabatan
Tugas pokok masing masing struktur organisasi balai TN Komodo adalah
sebagai berikut:
a. Kepala Balai Taman Nasional Komodo
1. Mengatur pelaksanaan kebijakan operasional konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya dan pengelolaan kawasan taman nasional
berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku;
2. Mengkoordinasikan pelaksanaan konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya dan pengelolaan kawasan taman nasional, koordinasi teknis
pengelolaan taman hutan raya dan hutan lindung serta konservasi
tumbuhan dan satwa liar diluar kawasan konservasi;
3. Memberikan bimbingan teknis dan pelayanan teknis bidang konservasi
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan pengelolaan taman
nasional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4. Melaksanakan pengelolaan pelaksanaan administrasi bidang konservasi
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan pengelolaan kawasan
taman nasional berdasarkan peraturan perundang-undanganyang berlaku;
5. Menyusun pedoman kerja kawasan taman nasional, serta konservasi
tumbuhan dan satwa liar dari kawasan taman nasional;
6. Menyusun penataan zona / blok, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan
dan evaluasi pengelolaan kawasan taman nasional serta konservasi
tumbuhan dan satwa liar dari kawasan taman nasional;
7. Mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan pendidikan, perlindungan
dan pengamanan hutan, hasil hutan dan tumbuhan dan satwa liar dari
kawasan taman nasional;
8. Menyusun strategi operasional, mengatur, dan mengkoordinasikan
pelaksanaan pengendalian kebakaran dikawasan taman nasional,
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
9. Mengatur dan mengkoodinasikan pelaksanaan pemanfaatan jasa
lingkungan dan plasma nutfah secara terbatas serta pengembangan bina

xxxii
cinta alam dan penyuluhan konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
10. Mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
di sekitar dan di dalam (enclave) kawasan konservasi berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku;
11. Mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama pengelolaan
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya serta pengembangan
kemitraan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku;
12. Menyusun rencana, pemantauan, evaluasi dan melakukan hasil kegiatan
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan kinerja kerja
Balai;
13. Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai;
14. Pengelolaan pelayanan perijinan lingkup Balai;
15. Menyusun dan mengelola anggaran lingkup Balai;
16. Melaksanakan pembinaan lingkup Balai;
17. Memberikan saran dan usulan kepada pimpinan;
18. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan baik lisan maupun
tertulis yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Balai.
b. Penata Usaha Umum pada Sub Bagian Tata Usaha
1. Menerima dan menyeleksi surat masuk;
2. Memasang lembar kendali / diposisi
3. Mengagenda surat masuk dan surat keluar
4. Menyampaikan surat masuk pada Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan
Kepala Balai untuk diparaf/ditandatangani/disposisi
5. Membaca disposisi dan mendistribusikan surat masuk
6. Menyampaikan surat keluar kepada caraka untuk dikirim
7. Mengarsip/menyimpan surat masuk dan keluar
8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan

xxxiii
c. Pemroses Kepegawaian pada Sub Bagian Tata Usaha
1. Mengagenda surat keluar dan masuk, berupa pemberian nomor, tanggal
surat
2. Membuat konsep surat/ dokumen yang akan dikirim
3. Memperbaiki konsep surat/dokumen yang telah dikoreksi atasan
4. Memilah berkas yang harus dikembalikan ke pengelola
5. Memilah surat/dokumen sesuai dengan klasifikasi surat/dokumen dalam
rangka memproses urusan kepegawaian
6. Mengarsipkan surat/dokumen sesuai dengan klasifikasi
7. Melakukan penelahaan arsip surat/dokumen
8. Melaksanakan tertib administrasi pengarsipan dokumen kepegawaian
9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.
d. Penata Administasi Kepegawaian pada Sub Bagian Tata Usaha
1. Mengagenda surat keluar dan masuk, berupa pemberian nomor, tanggal
surat
2. Membuat konsep surat/ dokumen yang akan dikirim
3. Memperbaiki konsep surat/dokumen yang telah dikoreksi atasan
4. Memilah berkas yang harus dikembalikan ke pengelola
5. Memilah surat/dokumen sesuai dengan klasifikasi surat/dokumen dalam
rangka memproses urusan kepegawaian
6. Mengarsipkan surat/dokumen sesuai dengan klasifikasi
7. Melakukan penelahaan arsip surat/dokumen
8. Melaksanakan tertib administrasi pengarsipan dokumen kepegawaian
9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.
e. Penata Usaha Keuangan pada Sub Bagian Tata Usaha
1. Mengagenda surat keluar dan masuk, berupa pemberian nomor, tanggal
surat.
2. Membuat konsep surat/ dokumen yang berkaitan dengan tata usaha
keuangan.
3. Memperbaiki konsep surat/dokumen yang telah dikoreksi atasan.

xxxiv
4. Melengkapi surat, dokumen yang harus dikirim.
5. Menyusun dan merekapitulasi data keuangan.
6. Memilah berkas yang harus dikembalikan ke pengelola.
7. Memilah surat/dokumen sesuai dengan klasifikasi surat/dokumen.
8. Mengarsipkan surat/dokumen sesuai dengan klasifikasi.
9. Melakukan penelahaan arsip surat/dokumen.
10. Melaksanakan tertib administrasi pengarsipan dokumen Keuangan.
11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.
f. Penata Kerjasama, Humas, dan Pelayanan Pengunjung pada Sub Bagian Tata
Usaha
1. Menyiapkan bahan untuk pelayanan perijinan dan melakukan pemantauan
pelayanan perijinan.
2. Mengumpulkan, mengolah data dan menyusun konsep program kerjasama,
memonitor dan evaluasi pelaksanaan kerjasama.
3. Mengumpulkan, mengolah dan menyusun bahan untuk pelayanan perijinan
dan melakukan pemantauan perijinan.
4. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat.
5. Menyiapkan program kegiatan sosialisasi peraturan dan kegiatan dan
persyaratan perijinan.
6. Mempersiapkan bahan-bahan penyuluhan, perlindungan, dan pencegahan
kebakaran.
7. Menyiapkan bahan pemasyarakatan, dokumentasi dan penyajian informasi
bidang KSDH dan Ekositem serta pembinaan hubungan antar lembaga dan
hubungan masyarakat.
8. Mengumpulkan dan menyusun bahan informasi dan Promosi.
9. Melaksanakan pelayanan perijinan penelitian, shoting film, pendidikan dan
wisata alam.
10. Mengumpulkan, menyusun dan menyiapkan konsep bahan bimbingan
teknis dan evaluasi pengembangan kerjasama, kemitraan dan partisipasi
antar berbagai pihak.

xxxv
11. Menyusun dan mengkompilasi data kerjasama dan pelayanan sebagai
bahan masukan dalam penyusunan laporan bulanan, triwulan, tahunan,
buku rencana kegiatan Balai Taman Nasional Komodo, statistic
12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.
g. Penata Perlengkapan pada Sub Bagian Tata Usaha
1. Mengagenda surat keluar dan masuk, berupa pemberian nomor, tanggal
surat.
2. Membuat konsep surat/ dokumen yang berkaitan dengan tata usaha
perlengkapan.
3. Memperbaiki konsep surat/dokumen yang telah dikoreksi atasan.
4. Melengkapi surat, dokumen yang harus dikirim.
5. Menyusun dan merekapitulasi data perlengkapan
6. Memilah berkas yang harus dikembalikan ke pengelola.
7. Memilah surat/dokumen sesuai dengan klasifikasi surat/dokumen.
8. Mengarsipkan surat/dokumen sesuai dengan klasifikasi.
9. Melakukan penelahaan arsip surat/dokumen.
10. Melaksanakan tertib administrasi pengarsipan dokumen Perlengkapan
11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan
h. Penganalisis Data Perencanaan pada Sub Bagian TU
1. Merencanakan kegiatan yang berkaitan dengan penyiapan bahan rencana
kegiatan, rencana anggaran lingkup Balai Taman Nasional Komodo.
2. Mengelola penyelesaian penyiapan bahan rencana kegiatan, rencana
anggaran.
3. Membimbing penyelesaian pelaksanaan penyiapan bahan rencana kegiatan,
rencana anggaran.
4. Memantau, mencermati, dan memeriksa pelaksanaan dan hasil penyiapan
bahan rencana kegiatan, rencana anggaran.
5. Mengoreksi surat dan draf penyiapan bahan rencana kegiatan, rencana
anggaran.

xxxvi
6. Memberikan saran/telaahan kepada pimpinan berupa usulan dan konsep
pelaksanaan kebijakan yang berkaitan dengan penyiapan bahan rencana
kegiatan, rencana anggaran.
7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan baik secara lisan
maupun tertulis.
i. Penganalisis Bahan Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan, Data dan Informasi
pada Sub Bagian Tata Usaha
1. Merencanakan kegiatan yang berkaitan dengan pengumpulan dan analis
data statistik, pemantauan dan evaluasi, pelaporan.
2. Melaksanakan penyelesaian pengumpulan dan analis data statistik,
pemantauan dan evaluasi, dan pelaporan.
3. Menyusun statistik, melakukan analis data dan evaluasi serta laporan
pelaksanaan tugas Balai Taman Nasional.
4. Memantau, mencermati dan memeriksa pelaksanaan tugas dan hasil
pengumpulan dan analisa data statistik, pemantauan dan evaluasi
pelaporan.
5. Mengoreksi surat dan draf pengyumpulan dan analisa data statistik,
pemantauan dan evaluasi dan pelaporan
6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan baik secara lisan
maupun tertulis.
j. Penata Usaha Perleng. pada Sub Bagian Tata Usaha
1. Mencatat kondisi speed boat / kapal pada buku khusus
2. Menyiapkan sarana dan prasarana perawatan/pemeliharaan Speed boat /
kapal
3. Memelihara kondisi speed boat /kapal sehingga layak digunakan
4. Membersihkan kendaraan speed boat/ kapal sebelum dan sesudah
digunakan
5. Melaporkan kondisi speed boat / kapal dinas kepada atasan
6. Mengusulkan pergantian komponen dan perbaikan speed boat/ kapal
7. Mengemudikan speed boat/ kapal dengan baik sesuai tata tertib pelayaran

xxxvii
8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.
k. Juru Kapal pada Sub Bagian Tata Usaha
1. Mencatat kondisi speed boat / kapal pada buku khusus
2. Menyiapkan sarana dan prasarana perawatan/pemeliharaan speed boat /
kapal
3. Memelihara kondisi speed boat /kapal sehingga layak digunakan
4. Membersihkan kendaraan speed boat/ kapal sebelum dan sesudah
digunakan
5. Melaporkan kondisi speed boat / kapal dinas kepada atasan
6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan Target operasi pada
kegiatan patroli kali ini adalah pelaku illegal fishing(kegiatan perikanan
yang tidak sah),pemburu liar,dan oknum yang masuk ke dalam Kawasan
Taman Nasional Komodo tanpa ijin selama kebijakan penutupan sementara
diberlakukan, akan diamankan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan. Wilayah pemantauan kegiatan patroli mencakup daerah-daerah
yang rawan akan tindak pidana Kehutanan ,khususnya pulau Komodo
bagian barat hingga bagian selatan pulau Rinca.Selama diterapkannya
penutupan sementara kawasan dari kunjungan wisatawan,kapal-kapal yang
sebelumnya untuk melayani wisatawan beralih profesi menjadi nelayan
atau mengalihfungsikan kapal wisatanya menjadi kapal nelayan baik dari
masyarakat yang tinggal di dalam kawasan maupun di daerah penyangga
(buffer zone).Kegiatan patroli dilakukan oleh satu kelompok berjumlah 6
orang
l. Pramu Kantor pada Sub Bagian Tata Usaha
1. Mengajukan permintaan kebutuhan bahan serta alat kebersihan.
2. Membuka ruangan kantor dan ruang rapat pada jam kantor.
3. Menutup dan mengunci ruangan kantor setelah jam kantor selesai
4. Membersihkan ruangan dan peralatan kantor
5. Mengatur dan menata barang serta peralatan kantor sesuai dengan perintah
atasan.

xxxviii
6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan baik secara lisan
maupun tertulis
m. Polisi Kehutanan Penyelia/Kasat Polhut/Penata Bina Konservasi dan
Perlindungan pada Sub Bagian TU
1. Penata Bina Konservasi dan Perlindungan/Kasat Polhut
2. Membaca disposisi dan isi surat yang berkaitan dengan bina konservasi dan
perlindungan sebagai dasar dalam pelaksanaan tugas.
3. Mengumpulkan, mengolah dan menyusun rencana penjagaan, patroli,
operasi, penyelidikan dan penyidikan.
4. Mengumpulkan, mengolah dan menyusun bahan perpetaan, identifikasi
batas, pemeliharaan jalur batas, rekontruksi batas, evaluasi fungsi.
5. Mengumpulkan, mengolah dan menyusun bahan rencana kegiatan
konservasi kawasan, flora dan fauna.
6. Mengumpulkan, mengelolah dan menyusun data dan kebutuhan tenaga
pengamanan (PPNS) Polhut dan tenaga pengamanan hutan lainnya) dan
brigade pengendalian kebakaran hutan.
7. Mengumpulkan, mengelolah dan menyusun bahan dan sarana pencegahan
kebakaran, pemadaman kebakaran dan penanganan pasca kebakaran.
8. Mempersiapkan bahan-bahan penyuluhan/peragaan pencegahan kebakaran.
9. Menyusun dan mengkompilasi data-data bina konservasi dan perlindugan
sebagai bahan masukan dalam penyusunan laporan bulanan, triwulan,
tahunan Balai Taman Nasional.
10. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.
n. Polisi Kehutanan Muda / Koordinator Polhut Perlindungan pada Sub Bagian
Tata Usaha
I. Polisi Kehutanan Muda
1. Melakukan patroli didaerah kawasan Taman Nasional dengan cara
melakukan ceking laporan guna meningkatkan upaya pengamanan
Hutan kawasan

xxxix
2. Memeriksa perbekalan yang dibawah oleh pengunjung serta
mengawasi gerak dan tindakan yang dilakukan selama berada
dalam kawasan Taman Nasional
3. Menangkap pelanggara kemananan hutan dan menyita sementara
barang bukti yang dibawa atas pelanggaran yang dilakukan
4. Membuat laporan huruf A yang berdasarkan laporan kejadian
sebagai bahan informasi kepada atasan.
5. Memberikan penerangan dan penyuluhan kepada para pengunjung
yang akan memasuki kawasan Taman Nasional tentang manfaat
Konservasi kawasan hutan sebagai usaha penanggulangan
gangguan keamanan hutan.
6. Melaksanakan tugas lain atas perintah atasan.
II. Penata Bina Konservasi dan Perlindungan/Koordinator
Polhut
1. Membaca disposisi dan isi surat yang berkaitan dengan Bina
konservasi dan perlindungan sebagai dasar dalam pelaksanaan
tugas
2. Mengumpulkan, mengolah dan menyusun rencana penjagaan,
patroli, operasi, penyelidikan dan penyidikan
3. Mengumpulkan, mengolah dan menyusun bahan perpetaan,
identifikasi batas, pemeliharaan jalur batas, rekontruksi batas,
evaluasi fungsi.
4. Mengumpulkan, mengolah dan menyusun bahan rencana kegiatan
konservasi kawasan, flora dan fauna.
5. Mengumpulkan, mengelolah dan menyusun data dan kebutuhan
tenaga pengamanan (PPNS) Polhut dan tenaga pengamanan hutan
lainnya) dan brigade pengendalian kebakaran hutan.
6. Mengumpulkan, mengelolah dan menyusun bahan dan sarana
pencegahan kebakaran, pemadaman kebakaran dan penanganan
pasca kebakaran.

xl
7. Mempersiapkan bahan-bahan penyuluhan/peragaan pencegahan
kebakaran.
8. Menyusun dan mengkompilasi data-data bina konservasi dan
perlindugan sebagai bahan Menyusun dan mengkompilasi data-
data bina konservasi dan perlindugan sebagai bahan dalam
penyusunan laporan bulanan, triwulan, tahunan Balai Taman
Nasional.
9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.
III. Polhut Pelaksana Lanjutan/Pada Resort Loh Liang di SPTN
Wil. II P. Komodo
Polhut Pelaksana Lanjutan
1. Melakukan patroli di daerah kawasan taman nasional dengan cara
melakukan ceking laporan guna meningkatkan upaya pengamanan
Hutan kawasan.
2. Memeriksa perbekalan yang di bawa oleh pengunjung serta
mengawasi gerak dan tindakan yang dilakukan selama berada
dalam kawasan taman nasional.
3. Menangkap pelanggara kemananan hutan dan menyita sementara
barang bukti yang dibawh atas pelanggaran yang dilakukan
4. Membuat laporan huruf A / register yang berdasarkan laporan
kejadian sebagai bahan informasi kepada atasan.
5. Memberikan penerangan dan penyuluhan kepada para pengunjung
yang akan memasuki kawasan Taman Nasional tentang manfaat
Konservasi kawasan hutan sebagai usahapenanggulangan
gangguan keamanan hutan.
6. Melaksanakan tugas lain atas perintah atasan.

xli
BAB III
METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1. Waktu dan Tempat Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) dilakukan selama satu bulan mulai dari
2 Maret –19 Maret 2020 di UPTD KPH Wilayah Kabupaten Manggarai Barat dan
Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) mulai dari tanggal 23 Maret – 29 Maret
2020. Adapun rangkaian kegiatan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rangkaian Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL)


No Hari/Tanggal Kegiatan Lokasi
1 Senin, 02 Maret 2020 Lapor diri Kantor Dinas Kehutanan
UPT KPH Wilayah
Manggarai Barat
2 Selasa, 03 Maret 2020 Persemaian Desa Wae Kelambu
3 Rabu, 04 Maret 2020 Pengelolaan Hasil Hutan non Kantor Dinas Kehutanan
Kayu UPT KPH Wilayah
Manggarai Barat
4 Kamis, 05 Maret 2020 Persemaian
5 Senin, 09 Maret 2020 HKm Kantor Dinas Kehutanan
UPT KPH Wilayah
Manggarai Barat
6 Selasa, 10 Maret 2020 Penggergajian kayu Sernaru
7 Rabu, 11 Maret 2020 Perlindungan hutan dan Wae bobok
keamanan hutan (PATROLI)
8 Kamis, 12 Maret 2020 Pengambilan data sekunder Kantor Dinas Kehutanan
mengenai profil KPH UPT KPH Wilayah
Manggarai Barat

9 Senin, 16 Maret 2020 Pengemasan Madu Kantor Dinas Kehutanan


UPT KPH Wilayah
Manggarai Barat
10 Selasa, 17 Maret 2020 Lapor Diri Kantor Balai Taman
Nasional Komodo

11 Rabu, 18 Maret 2020 Perencanaan hutan Kantor Dinas Kehutanan


UPT KPH Wilayah
Manggarai Barat
12 Kamis, 19 Maret 2020 Pemanfaatan Ekowisata Wae Bobok

xlii
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang (PKL) yaitu
sebagai berikut :
1. Alat tulis menulis (bullpen, pensil, penghapus, pensil, dan HVS)
2. Buku panduan
3. Kamera
4. Tally sheet
5. Pita meter

3.3. Jenis Data yang Dikumpulkan


Data yang dikumpulkan dalam melakukan praktek pengelolaan hutan ini
terbagi menjadi dua, yakni data primer dan data sekunder.
3.3.1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik
melalui wawancara maupun observasi langsung dilapangan. Adapun data primer yang
diambil antara lain : Hutan Kemasyarakatan (HKm), persemaian, perlindungan hutan
dan keamanan hutan (patroli), wisata alam, pemanfaatan kawasan konservasi jasa
lingkungan air, ekowisata , dan penggergajian kayu.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung. Data ini
berisi tentang profil KPH Manggarai Barat (sejarah pembentukan wilayah KPHP
Manggarai Barat; letak, luas dan batas wilayah; karakteristik wilayah KPHP
Manggarai Barat(topografi, jenis tanah, aksesibilitas), profil BTNK (sejarah
pembentukan wilayah BTNK; letak geografis dan luas kawasan), Biofisik
(klimatolgi; kondisi geologis; Daerah Aliran Sungai (DAS) sekitar kawasan) dan
sumberdaya manusia (struktur organisasi KPH Manggarai Barat dan BTNK , tugas
dan fungsi jabatan).

3.3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan selama kegiatan PKL adalah
sebagai berikut :

xliii
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui beberapa
pertanyaan kepada narasumber secara langsung. Teknik wawancara yang digunakan
yaitu mengajukan pertanyaan kepada pembimbing lapang, ketua dan anggota
Kelompok Tani Mekar, pemilik perusahaan kayu, serta pemilik budidaya lebah
madu.
b. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
pengamatan langsung di lapangan metode ini dilakukan pada setiap kegiatan yang
dilakukan melalui pengamatan langsung oleh penulis. Data yang dikumpulkan
melalui observasi adalah data tentang jenis tanaman yang ada di lahan agroforestry,
data tentang tahapan budidaya lebah madu, data tentang persuteraan alam dan data
tentang jenis vegetasi yang ada di lokasi kegiatan analisis vegetasi.
c. Praktek Langsung
Praktek langsung merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
suatu kegiatan di lapangan selama kegiatan. Data yang dikumpulkan menggunakan
metode praktek langsung selama kegiatan PKL yaitu data tinggi pohon dan keliling
pohon dalam kegiatan analisis vegetasi, data titik koordinat dalam kegiatan
pengukuran serta data jenis dan tingkatan vegetasi dalam kegiatan analisis vegetasi.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data di lapangan melalui pengambilan
gambar, rekaman video. Kegiatan dokumentasi dilakukan selama rangkaian kegiatan
PKL berlangsung dengan cara pengambilan gambar.
d. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan pengumpulan data melalui media sosial (internet)
/website- website, buku cetak, buku perpustakaan, buku panduan, jurnal, artikel, buku
/materi KPH yang digunakan penulis untuk melengkapi laporan kegiatan PKL.

xliv
3.4. Prosedur Pelaksanaan
3.4.1 Bidang Manajemen Hutan
Kegiatan yang dilakukan pada bidang manajemen hutan ini adalah :

1. Hutan Kemasyarakatan (HKm)


Tahapan – tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam praktek ini yaitu :
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
b. Menentukan lokasi kegiatan HKm
c. Melakukan wawancara
d. Mencatat hasil wawancara
e. Mengamati lahan HKm
f. Melakukan dokumentasi
g. Mengisi lembaran isian kegiatan

3.4.2 Bidang Silvikultur


Kegiatan praktek silvikultur yang dilakukan meliputi:
1. Persemaian
Tahapan – tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam praktek ini yaitu :
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
b. Menentukan lokasi kegiatan persemaian
c. Melakukan wawancara
d. Mencatat hasil wawancara
e. Mengamati lokasi persemaian
f. Melakukan dokumentasi
g. Mengisi lembaran isian kegiatan
2. Perlindungan Hutan dan Keamanan Hutan
Tahapan – tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam praktek ini yaitu :
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
b. Menentukan lokasi kegiatan
c. Melapor diri di Kantor Desa
d. Melakukan wawancara

xlv
e. Mencatat hasil wawancara
f. Melakukan dokumentasi
g. Mengisi lembaran isian kegiatan

3.4.3 Bidang Konservasi dan Ekowisata


Kegiatan praktek konservasi dan ekowisata yang dilakukan adalah :
1. Wisata Alam
Tahapan – tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam praktek ini yaitu:
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
b. Menentukan lokasi kegiatan
c. Melakukan wawancara
d. Mencatat hasil wawancara
e. Mengamati lokasi wisata alam
f. Melakukan dokumentasi
g. Mengisi lembaran isian kegiatan
2. Pemanfaatan Kawasan Konservasi Jasa Lingkungan
Tahapan – tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam praktek ini yaitu:
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
b. Menentukan lokasi kegiatan
c. Melakukan wawancara
d. Mencatat hasil wawancara
e. Mengamati lokasi bak penampungan air
f. Melakukan dokumentasi
g. Mengisi lembaran isian kegiatan
3. Identifikasi habitat penyu di perairan padar utara BTNK
Tahapan – tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam praktek ini yaitu:
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
b. Menentukan lokasi kegiatan
c. Mengamati aktivitas penyu pada habitatnya
d. Mengambil titik koordinat pada setiap titik sarang bertelur penyu
e. Mencatat setiap potensi yang ditemui

xlvi
f. Mengisi lembaran isian kegiatan
3.4.4 Bidang Teknologi Hasil Hutan
Kegiatan praktek teknologi meliputi kegiatan :
1. Industri Pengolahan Hasil Hutan Kayu (Penggergajian Kayu)
Tahapan – tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam praktek ini yaitu:
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
b. Menentukan lokasi kegiatan pengolahan hasil hutan kayu
c. Melakukan wawancara
d. Mencatat hasil wawancara
e. Mempelajari peralatan dan bahan yang ada di lokasi
f. Melakukan dokumentasi
g. Mengisi lembaran isian kegiatan

2. Pengolahan hasil hutan non kayu


a. Menyiapkan alat dan bahan yang di perlukan
b. Menentukan lokasi kegiatan pengolahan hasil hutan non kayu
c. Membuat pipet berdasarkan ukuran yang di tentukan
d. Menghitung jumlah jumlah produksi yang di buat
e. Melakukan dokumentasi
f. Mengisi lembar isian kegiatan.

xlvii
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Bidang Manajemen Hutan


4.1.1 Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Hutan Lindung Waebobok
Hutan Kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara dengan sistem
pengelolaan hutan yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat (meningkatkan
nilai ekonomi, nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat
pengelola, dan masyarakat setempat), tanpa mengganggu fungsi pokoknya
(meningkatkan fungsi hutan dan kawasan hutan, pemanfaatan kawasan, pemanfaatan
jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
dengan tetap menjaga fungsi kawasan hutan (Cahyaningsih dkk, 2006). Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.37/MenhutII/ 2007 menyatakan bahwa hutan
kemasyarakatan adalah hutan yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk
memberdayakan masyarakat setempat dan hanya diperuntukkan pada kawasan
lindung dan kawasan hutan produksi. Hutan kemasyarakatan bertujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat melalui pemanfaatan sumber daya hutan secara
optimal, adil dan berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian fungsi hutan dan
lingkungan hidup.
Hutan kemasyarakatan hanya diberlakukan di kawasan hutan lindung dan
hutan produksi yang tidak dibebani hak atau izin dalam pemanfaatan hasil hutan
dimana kawasan tersebut menjadi sumber mata pencaharian masyarakat setempat.
Izin usaha pemanfaatan pengelolaan HKm (IUPHKm) diberikan untuk jangka waktu
35 tahun dan diperpanjang sesuai dengan hasil evaluasi setiap lima tahun. HKm
diperuntukkan bagi masyarakat miskin yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan
hutan serta menggantungkan penghidupannya dari memanfaatkan sumberdaya hutan.
Kegiatan HKm di kawasan hutan lindung Waebobok dimulai dari pengajuan usulan
permohonan hak pengelolaan Hutan Kemasyarakatan kepada Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan RI melalui Gubernur Nusa Tenggara Timur. Permohonan ini
diajukan melalui surat Nomor: 01/KPHKm-Jita Sambi/VI/2016, tentang Permohonan

xlviii
Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan di Kawasan Hutan Lindung Wae
Bobok pada lahan seluas 27 Ha. Izin pertama diberikan kepada Kelompok Tani Madu
yang beranggotakan 20 orang dan diketuai oleh Bapak Vinsen. Adapun bentuk
kegiatan Hkmnya berupa penanaman jenis-jenis tanaman perkebunan seperti Kopi,
Coklat, Cengkeh, dan Kemiri yang ditanam tidak beraturan dalam lahan. Selain
tanaman perkebunan terdapat juga tanaman rempah-rempah dan obat-obatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota kelompok tani Madu bahwa
hasil dari tanaman perkebunan akan di jual dengaan cara, pembeli/konsumen datang
langsung ke kebun petani untuk membeli hasil panennya. Penentuan harga sudah
disepakati oleh anggota kelompok sehingga harganya akan sama. Sebagai contoh
harga kemiri dijual dengan harga Rp. 35.000/kg, cengkeh Rp 100.000/Kg, Kopi Rp.
30.000/kg, Cokelat Rp. 35.000/kg. Dari hasil penjualan ini biasanya anggota
kelompok tani Madu akan memperoleh penghasilan kurang lebih dalam setahun
sebesar Rp. 18.000.000., Selain hasil dari tanaman perkebunan yang dapat dipanen,
anggota kelompok tani Madu juga pernah melakukan pemanenan hasil hutan non
kayu berupa madu hutan. Adapun jumlah Madu hutan yang pernah dipanen sebanyak
20 liter dan dijual seharga Rp. 100.000/liter.
Kegiatan HKm ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan
kemandirian dari masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat sumber daya
hutan secara optimal dan adil melalui pengembangan kapasitas dan pemberian akses
kepada anggota kelompok tani Madu yang berada disekitar hutan lindung Wae
Bobok. Selain itu, Masyarakat di Desa Wae Bobok sangat bergantung pada
keberadaan hutan, terutama sebagai lahan pertanian dan sumber air karena kondisi
tanah di wilayah ini relatif masih subur karena kondisi hutan alam yang masih alami
dan terjaga baik. Adapun Lokasi/Lahan HKm Waebobok dapat di lihat pada gambar
3.

xlix
Gambar 3. Lahan HKm Wae Bobok

4.1.2 Pemanfaatan Jasa Lingkungan (Wisata Alam)


Wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang
memanfaatkan potensi sumber daya alam untuk menikmati keindahan alam, baik
dalam keadaan alami agar adanya daya tarik wisata ke tempat tersebut. Terdapat
wisata alam pada KPH Kabupaten Manggarai Barat, Kecamatan Mbeliling dengan
potensi wisata alamnya berupa Hutan Alam sebagai spot wisata baru. Wisata alam ini
merupakan sebuah ide sementara dari kepala KPH untuk dijadikan sebagai tempat
wisata, jika sudah ada surat keputusan (SK) yang nantinya akan dikeluarkan, maka
kawasan wisata alam Wae Bobok akan dikelola secara optimal. Kegiatan pengelolaan
dimulai dengan membangun infrastruktur penunjang dalam memenuhi kebutuhan
wisata alam ini dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat setempat dalam
mengelola sekaligus menjadikannya kontrol untuk pengawasan dan monitoring dalam
kawasan Wae Bobok. Sarana prasarana yang sudah dibuat seperti jaringan jalan,
jembatan, tempat promosi dan tempat rekreasi. Pengembangan wisata alam Wae
bobok bertanggung jawab terhadap kelestarian alam serta memberi manfaat secara
ekonomi dan memperhatikan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Sarana
prasarana wae bobok dapat dilihat pada gambar 4.

l
Gambar 4. Wisata Alam Wae Bobok

4.2 Bidang Silvikultur:


4.2.1. Persemaian Serenaru
Salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan penanaman adalah
ketersediaan bibit berkualitas. Bibit berkualitas ditandai oleh kemampuannya
beradaptasi dengan lingkungan baru, dapat tumbuh dengan baik jika ditanam di
lapangan, sehat, dan seragam. Oleh sebab itu bibit yang akan ditanam harus
memenuhi mutu genetik dan mutu fisik fisiologis. Oleh karenanya, rangkaian kegiatan
pembibitan yang tidak benar akan berdampak pada kualitas bibit. Untuk itu perlu
dikuasai teknik pembibitan yang baik mulai dari penyiapan sarana dan prasarana
pembibitan, pengadaan benih, penyiapan media kecambah dan sapih, perlakuan
benih, penyemaian, pemeliharaan bibit di persemaian, hingga seleksi bibit untuk
penanaman. Semuanya ini akan tercapai dengan dibangunnya sebuah persemaian.
Persemaian adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan
lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan (Irawan dan
Purwanto 2012).
Kegiatan persemaian ini dilakukan di persemaian semi permanen Serenaru.
Kegiatan ini hanya berupa kegiatan wawancara saja karena kegiatan persemaiannya
sudah selesai dilakukan. Persemaian semi permanen Serenaru dibangun pada tahun
2014 dan mempunyai luas ± 1.500 m2. Disebut persemaian semi permanen karena
persemaiannya menggunakan area yang cukup luas dengan sarana prasarana yang
lebih lengkap dibanding dengan tipe persemaian sementara. Berdasarkan hasil
wawancara dan pengamatan langsung di lapangan, persemaian Serenaru ini

li
mempunyai 12 bedeng sapih dengan ukuran 1m x 8 m, yang dapat menampung bibit
sebanyak 1.000 bibit. Adapun ukuran polybag yang digunakan adalah 10 cm x 15 cm
dengan media tanam yang digunakan adalah tanah dan bokhasi dengan perbandingan
3:1. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan bedeng tabur tidak ditemukan lagi
dipersemaian ini karena kegiatan penaburan benih sudah selesai dan semua anakan
sudah dipindahkan kebedeng sapih. Pada persemaian Serenaru ini hanya terdapat
beberapa jenis tanaman perkebunan seperti sirsak madu, mangga, kelengkeng, dan
nangka, sedangkan tanaman kehutanannya hanya jenis tanaman Trembesi. Adapun
jenis tanaman, jumlah tanaman dan sumber benih yang terdapat pada persemaian
Serenaru dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jenis tanaman, jumlah anakan, dan sumber benih yang terdapat di
persemaian Serenaru
No. Jenis Tanaman Jumlah (Polybag) Sumber Benih

1. Sirsak Madu (Annona muricata) 2.000 Jawa Barat

2. Mangga (Mangifera indica) 2.000 Manggarai Barat

3. Kelengkeng (Dimocarpus longan) 2.500 Jawa Barat

4. Trambesi (Samanea saman) 3.000 Kupang

5. Nangka (Artocarpus heterophyllus) 2.500 Kabupaten Ende

Jumlah 12.000

Berdasarkan Tabel 8, jumlah tanaman yang terdapat di persemaian Serenaru


sebanyak 12.000 anakan yang terdiri jenis tanaman Sirsak Madu sebanyak 2.000
anakan, Mangga sebanyak 2.000 anakan, Kelengkeng sebanyak 2.500 anakan,
Trambesi sebanyak 3.000 anakan dan Nangka sebanyak 2.500 anakan. Adapun
sumber benih untuk setiap jenis anakan Sirsak madu berasal dari Jawa Barat, Mangga
dari Manggarai Barat, Kelengkeng dari Jawa Barat, Trambesi dari Kupang dan
Nangka dari Ende. Sumber benih yang diperoleh telah masuk dalam kelas benih
bersertifikat. Pada persemaian Serenaru ini tenaga kerjanya berjumlah 5-10 orang
yang merupakan tenaga kerja musiman/tidak tetap, sedangkan 1 orang dari tenaga

lii
tenaga kerja ini masuk dalam tenaga kerja tetap. Adapun persemaian Serenaru dapat
dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Persemaian Serenaru

4.3 Bidang Konservasi dan Ekowisata


4.3.1 Identifikasi Habitat Penyu di Perairan Padar Utara BTN Komodo
Penyu merupakan reptil yang hidup di laut serta mampu bermigrasi dalam
jarak yang jauh disepanjang kawasan Samudera Hindia, Samudra Pasifik dan Asia
Tenggara. Keberadaannya telah lama terancam, baik dari alam maupun kegiatan
manusia yang membahayakan populasinya secara langsung maupun tidak langsung.
Dari tujuh jenis penyu di dunia, tercatat enam jenis penyu yang hidup di perairan
Indonesia yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata),
penyu abu-abu (Lepidochelys olivacea), penyu pipih (Natator depressus), penyu
belimbing (Dermochelys coriacea), serta penyu tempayan (Caretta caretta)
(Dermawan, 2009). Penyu merupakan reptil yang hidup di laut yang keberadaannya
telah lama terancam, baik dari alam maupun dari kegiatan manusia. Secara
internasional, penyu masuk ke dalam ‘red list’ di IUCN dan Appendix I CITES yang
berarti bahwa keberadaannya di alam telah terancam punah sehingga segala bentuk
pemanfaatan dan peredarannya harus mendapat perhatian secara serius. Oleh karena
itu, upaya konservasi penyu merupakan program penting dan mendesak untuk
melindungi dan menyelamatkan populasi penyu, terutama di Indonesia karena di
Indonesia terdapat 6 dari 7 spesies penyu yang masih ada saat ini. Sejauh ini berbagai
kebijakan terkait pengelolaan penyu sudah cukup banyak dilakukan, baik oleh

liii
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, maupun Departemen Kelautan dan
Perikanan.
Pulau Padar adalah sebuah pulau yang terdapat di Taman Nasional Komodo.
Pulau ini merupakan salah satu tempat peneluran penyu terutama jenis Penyu Hijau.
Topografi pulau Padar relatif datar, pantai berpasir putih, ditumbuhi tanaman tingkat
tinggi seperti Pandan laut, Waru, Asam, Ketapang, dan Terutung. Pulau Padar dapat
dicapai melalui jalur laut dengan menggunakan perahu motor dengan kapasitas mesin
15 PK, dengan waktu perjalanan ± 2.5 -3 jam dari Pelabuhan pantai Labuan Bajo.
Berdasarkan hasil pengamatan di Pulau Padar di temukan sebanyak 7 ekor Penyu
Hijau (Chelonia mydas). Penyu jenis ini adalah salah satu penyu yang sering
mendarat dan bertelur di Pulau Padar. Adapun gambar penyu hijau dapat dilihat pada
gambar 7.

Gambar 7. Penyu Hijau (Chelonia mydas)


Berdasarkan hasil Identifikasi Habitat penyu di pulau Padar BTN Komodo
dapat di lihat pada Tabel 9.

liv
Tabel 9. Identifikasi Habitat Penyu di Pulau Padar Utara BTN Komodo
N Jenis penyu Jumlah Karakteristik Habitat vegetasi Tinggi
o sarang/bekas abrasi
sarang
1 Penyu Hijau 2 (pasif) guettarda speciosa, Pandan 15-30 cm
scaevola taccada Laut
2 Penyu Hijau 4 (pasif) scaevola taccada, Waru 16-24 cm
Sesuvium
portulacastrum,
cemara
3 Penyu Hijau 1 (pasif) sesuvium -Asam 30-48 cm
portulacastrum, -ketapang
pemphis acidula -Teruntung

Berdasarkan tabel diatas ditemukan 3(tiga) penyu hijau dan juga ditemukan 7
sarang tempat bertelurnya penyu hijau yang dalam kondisi pasif. Menurut
Yakardinata (2013) menyatakan pantai yang cocok untuk tempat bertelur Penyu
Hijau (Chylonia mydas) adalah pantai yang tidak terlalu landai, berpasir halus, arus
kuat, dan mempunyai hamparan karang yang ditumbuhi rumput laut. Demikian
halnya juga didapatkan tipe pantai dari perairan padar utara merupakan kawasan
dengan pantai yang tidak terlalu landai dan kondisi pantainya cukup panjang, Selain
itu sepanjang pantai terdapat pasir yang cukup tebal. Pasir ini merupakan tempat yang
cocok untuk habitat penyu dan tempat untuk penyu bertelur. Adapun kondisi habitat
penyu hijau di pulau padar utara dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Kondisi Habitat Penyu hijau di Pulau Padar BTN Komodo

lv
Selain kondisi pantai yang tidak terlalu landai, abrasi pantai juga berpengaruh
terhadap habitat penyu hijau. Abrasi yang paling tinggi yaitu dibagian utara pulau
karena dipengaruhi oleh musim yang sedang berlangsung yaitu musim barat. Tinggi
rata-rata dari abrasi yang terjadi di Pulau Padar kecil berkisar 15-40 cm. Sebagian
besar pada tepi pantai yang terkena abrasi diiringi dengan adanya sampah laut seperti
ranting-ranting dan patahan kayu dengan ukuran besar yang dapat menghambat
penyu untuk bertelur. Vegetasi pada pantai mempunya peran yang sangat penting
bagi penyu untuk melindungi telur terkena langsung sinar matahari, mencegah
perubahan suhu yang tajam di sekitarnya dan melindungi sarang dari gangguan
predator serta memberikan pengaruh terhadap kelembaban, suhu dan kestabilan pada
pasir yang memberikan keamanan saat penggalian lubang sarang.

4.3.2. Patroli Pengamanan Hutan di Balai Taman Nasional Komodo Resort Loh
Wau
Kawasan Taman Nasional Komodo merupakan Kawasan Pelestarian Alam
yang ditetapkan sebagai Taman Nasional Komodo, melalui pengumuman Menteri
Pertanian Republik Indonesia pada tanggal 6 Maret 1980 dan kemudian dikukuhkan
dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 306/Kpts-II/1992 tanggal 29
Pebruari 1992. Luas Kawasan Taman Nasional Komodo adalah 173.300 Ha, yang
terdiri dari 40.728 ha daratan dan 132.572 ha perairan laut. TN Komodo sendiri
sangat populer untuk satwa unik Komodo (Varanus komodoensis),. Dengan predikat
sebagai Warisan Alam Dunia dan Cagar Biosfer oleh UNESCO serta ditetapkan
menjadi satu dari 10 destinasi prioritaspariwisata periode 2016-2019 lewat arahan
Presiden Joko Widodo, tren kunjungan wisata di TN Komodo menunjukkan
peningkatan setiap tahunnya. Sebagai Destinasi Pariwisata Prioritas, Taman Nasional
Komodo bahkan ditargetkan untuk menerima total kunjungan wisatawan manca
negarasetara 500.000 orang pada akhir tahun 2019. Jumlah wisatawan yang besar dan
terus meningkat ini tentunya jika tidak dikelola dengan efektif dapat berdampak
negatif terhadap kawasan.
Gangguan kawasan yang pada umumnya terjadi pada kawasan Taman
Nasional (TN) Komodo adalah gangguan yang diakibatkan oleh perbuatan manusia

lvi
seperti perambahan dan permukiman liar, pencurian kayu, perburuan liar, dan
pencurian hasil hutan lainnya. Salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan
upaya penanganan gangguan kawasan, sebagai faktor utama adalah sumber daya
manusianya, sehingga efektivitas pengelolaan kawasan TN terletak pada peranan
personil di lapangan. Aparatur kehutanan yang bertugas dilapangan yang merupakan
ujung tombak dalam penanganan gangguan kawasan adalah Polisi Kehutanan
(Polhut), dibantu oleh Tenaga Pengaman Hutan Lainnya (TPHL) dan Masyarakat
Mitra Polhut (MMP). Peranan polhut dalam kegiatan pengelolaan kawasan TN
Komodo yaitu dalam bidang perlindungan dan pengamanan hutan, monitoring dan
pengendalian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya serta kegiatan lainnya yang
terkait dengan masyarakat sekitar. Polhut merupakan tenaga fungsional yang strategis
dan sangat penting di TN Komodo dalam perlindungan dan pengamanan kawasan.
Kegiatan Perlindungan dan pengamanan Kawasan dalam bentuk Patroli yang
dilakukan oleh Polhut dilakukan di Resort Loh Wau dengan luas kawasan seluas ±
26. 8830 Ha. Adapun target operasi pada kegiatan patroli kali ini adalah pelaku
illegal fishing, pemburu liar, oknum yang masuk ke dalam Kawasan Hutan Loh Wau
tanpa ijin selama kebijakan penutupan sementara diberlakukan serta pemeriksaan pal
batas. Pada patroli kali ini jumlah personil Polhut sebanyak 6 orang, yang mana 6
personil ini mempunyai tugas melakukan patroli pengamanana hutan pada kawasan
hutan Loh Wau yang mempunyai luas ± 26. 8830 Ha. Dari luasan ± 26. 8830 Ha
dibagi menjadi beberapa zona yaitu:
a. Zona inti 7.186,1 ha merupakan zona yang dilindungi yang di dalamnya
tidak diperbolehkan adanya perubahan dan aktifitas manusia.
b. Zona rimba 338,8 ha merupakan zona daratan yang di dalamnya hanya
dapat dilakukan kegiatan sebagaimana kegiatan pada zona inti dan
kegiatan wisata alamnya terbatas.
c. Wisata bahari 5.026,7 ha merupakan zona perairan laut yang di dalamnya
dapat dilakukan dan di peruntukan bagi pusat pembangunan
sarana/prasarana dalam rangka pengembangan pariwisata alam dan
rekrerasi bahari.

lvii
d. Zona pelagis (perairan dalam penangkapan ikan) 111,8 ha merupakan
zona peralihan yang di dalamnya dapat di ijinkan untuk penangkapan ikan
dari jenis pelagis yang tidak dilindungi dengan cara tradisional dan untuk
perikanan olahraga atau rekreasi, yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut
oleh pengelola Taman Nasional.
Pada kegiatan patroli ini dibagi menjadi 2 shif, yang mana masing –masing
shif terdiri dari 10 hari kegiatan. Adapun alat-alat yang digunakan saat patroli adalah
Sangkur, GPS, Tongkat, dan Senjata. Berdasarkan hasil kegiatan patroli ini,
ditemukan adanya beberapa gangguan hutan seperti:
a. Kebakaran
Kebakaran yang terjadi ditemukan di hutan Savana yang berada di
kawasan hutan Loh Wau. Adapun luas lahan yang terbakar pada lokasi ini
seluas 10 Ha. Berdasarkan hasil pengamatan kebakaran ini tidak menggangu
habitat Komodo, namun berdampak bagi pengunjung atau wisatawan yang
ingin menikmati pemandangan indahnya hutan Savana di sekitar kawasan
hutan Loh Wau.
b. Perburuan liar oleh masyarakat komodo terhadap hewan Rusa dan Babi
Hutan
c. Pengambilan kayu oleh masyarakat setempat.
Jenis kayu yang biasa diambil oleh masyarakat Loh Wau yaitu jenis kayu dari
pohon mangrove yang digunakan untuk kayu bakar, dan pohon lontar yang
digunakan untuk bahan bangunan atau perabotan rumah. Dari jenis-jenis gangguan ini
bila ditemukan pelaku yang melakukan pelanggaran maka tindakan yang dilakukan
oleh petugas Polhut adalah pelaku dibawa ke pos, kemudian diberi pembinaan serta
diberi Surat Peringatan (SP). Surat peringatan ini dapat berupa SP 1, SP 2 dan SP 3.
Jika masih ditemukan dikemudian hari maka pelaku akan diproses lebih lanjut oleh
petugas dan diamankan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Biasanya
wilayah pemantauan kegiatan patroli mencakup daerah-daerah yang rawan akan
tindak pidana kehutanan ,khususnya pulau Komodo bagian barat hingga bagian

lviii
selatan pulau Rinca. Kegiatan Patroli di Kawasan Hutan Loh Wau dapat dilihat pada
Gambar 6.

Gambar 6. Patroli di Kawasan Hutan Loh Wau

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan selama diterapkannya


penutupan sementara kawasan dari kunjungan wisatawan, kapal-kapal yang
sebelumnya untuk melayani wisatawan beralih profesi menjadi nelayan atau mengalih
fungsikan kapal wisatanya menjadi kapal nelayan baik dari masyarakat yang tinggal
di dalam kawasan maupun di daerah penyangga (buffer zone).

4.4 Bidang Teknologi Hasil Hutan


1. Industri Pengolahan Hasil Hutan Kayu (Penggergajian Kayu)
Penggergajian adalah suatu unit kegiatan yang merubah log menjadi kayu
penggergajian dengan menggunakan alat utama gergaji. Perbedaannya dengan
penggergajian kayu adalah alat yang digunakan. Kegiatan penggergajian kayu ini
dilakukan di Mebel Sinar Jati, yang di lakukan oleh tenaga kerja sebanyak 5 orang.
Hasil penggergajian berupa papan, balok, kaso, dan reng yang digunanakan untuk
perabot rumah tangga dan bahan kerajinan lainnya.ketebaalan balok memiliki tebal
5-8 cm dan lebar balok 12-20 cm dan panjangnya 2-4 m,sedangkan ketebalan papan
2-4cm dan lebar 10-30 cm,,untuk ketebalan reng 2-3 cm dan lebar 3-4 cm,sedangkan
kayu kaso berukuran tebal 4-5 cm dengan lebar 5-6 cm. Adapun jenis fungsi dan
gambar alat-alat dapat dilihat pada Tabel 10.

lix
Tabel l0. Jenis Fungsi dan Gambar Alat
No Jenis Alat Fungsi Gambar

1 Mesin somel Mebelah kayu

2 Mesin press Mempres


kayu/menghalusk
an permukaan
kayu

3 Mesin profil Membuat alur


atau ukiran pada
sudut kayu

lx
No Jenis Alat Fungsi Gambar
4 Mesin Bor Membuat lubang
pada kayu

5 Gergaji Untuk memotong


kayu

6 Pahat Memahat kayu


dan membuat
ukiran pada kayu

lxi
No Jenis Alat Fungsi Gambar
7 Siku Untuk mengukur
ketepatan sudut.

8 Meter Untuk mengukur


panjang dan tebal
kayu

9 Tumpukan Digunakan
kayu meranti sebagai bahan
mebeler

2. Pengelolaan Hasil Hutan Non Kayu (Sedotan Bambu)


Sebagai upaya dalam pengurangan sampah plastik di Indonesia, ide membuat
sedotan bambu ini sangat berguna kerena sifatnya yang dapat di gunakan berkali kali
dan akan tahan dalam waktu yang lama. Bahan yang di gunakan untuk membuat
sedotan ramah lingkungan ini adalah Bambu. Pada saat bambu sudah mengering
,batang pada bambu tersebut akan tampak mengkerut. Proses pengerutan ini di mulai
sejak bambu di tebang. Dengan mengerutnya bambu,dapat mengurangi diameter pada

lxii
bambu hingga 16% dan pengurangan ketebalannya hingga 17% ketika bambu sudah
mengering kemudian di lanjutkan dengan proses pembersihan secara menyeluruh.
Bambu yang sudah kering akan di olah,di potong sesuai dengan tinggi yang
telah di tentukan. Setelah sudah mendapatkan bentuk dan tinggi di inginkan,seluruh
permukaan akan di haluskan yakni dengan menggunakan amplas yang menempel dan
kemudian kembali di keringkan menggunakan bantuan sinar matahari. Perjalanan
yang cukup panjang dalam membuat sedotan bambu hingga tahap akhir,sedotan
bambu pun siap untuk di gunakan. Sedotan bambu ini dapat di simpan pada box yang
tertutup rapat.

Gambar 9. Pengolahan Sedotan Bambu

BAB V

lxiii
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan di UPTD KPH wilayah
Kabupaten Manggarai Barat dilakukan dengan memastikan fungsi-fungsi
penyelenggaraan pengelolaan hutan dapat terlaksana dengan baik, dengan tetap
berpegang pada prinsip kelestarian hutan dengan.berdasarkan aspek-aspek/bidang
manajemen hutan pada Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Hutan Lindung Waebobok,
Bidang silvikultur pada Persemaian Serenaru, Bidang konservasi dan ekowisata pada
Habitat Penyu di Perairan Padar Utara BTN Komodo dan Pemanfaatan
Lingkungan/jasa wisata alam Wae Bobok, Bidang teknologi hasil hutan berupa
industry penggergajian kayu di mebel Sinar Jati serta pengelolaan hasil hutan non
kayu berupa sedotan bambu, serta melakukan patroli pengamanan hutan di Balai
Taman Nasional Komodo Resort Loh Wau. Komponen-komponen dalam
pengambilan dan pemanfaatannya dilakukan secara bijak sehingga hutan tetap lestari
dan dapat digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, serta bagi generasi
sekarang maupun generasi mendatang.

5.2. Saran
Diharapkan bagi mahasiswa yang akan melakukan kegiatan Praktek Kerja
Lapangan di Kabupaten Manggarai Barat dapat mempersiapkan diri serta referensi
yang cukup sesuai judul PKL dan memperhatikan alat dan bahan (rol meter, pita
meter, GPS, kamera, kompas, haga) untuk kelancaran pada saat pelaksanakan praktek
di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

lxiv
Anonim 1999. Undang-Undang Nomor 41 . Tahun 1999. Tentang Kehutanan.
Anonim 2007. Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta.
Cahyaningsi, Nurka, Gamal Pasya, Warsito. 2006.HKm Lampung Barat: Paduan
Cara Memproses Perijinan da Kiat Sukses Menghadapi Evaluasi. World
Agroforetry Centre Asia Tenggara dan Dinas Kehuatan dan PSDA Lampung
Barat.
Departemen Kehutanan. 1990. Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Jakarta.
Dermawan A. 2009. PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KONSERVASI
PENYU. Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, Direktorat
Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Departemen Kelautan dan
Perikanan RI. Jakarta.
Irawan, I.S dan E. Purwanto. 2012. Pembuatan Persemaian dan Teknik Pembibitan.
Bogor: Opertion Wallaceae Trust.
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah
Manggarai Barat.
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional Komodo 2015 – 2024
(Review Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional Komodo
2009-2024)
Yakardinata, S. 2013. Studi Ekologi Penyu di Pulau Beringin Kecamatan Linggo Sari
Baganti Kabupaten Pesisir Selatan Sumatra Barat, Skripsi Fpik. Universitas
Bung Hatta.

lxv

Anda mungkin juga menyukai