Anda di halaman 1dari 5

Nama : Alexander Tika Wuwur

Nim : 2104070077
Mata Kuliah : Pemanenan Hasil Hutan

Ringkasan Perencanaan Pemanenan Hasil Hutan

Sebelum kegiatan pemanenan kayu dapat dilaksanakan dihutan secara aktual, maka
sebelumnya harus disusun perencanaan pemanenan kayu terlebih dahulu. Perencanaan
pemanenan kayu itu penting karena untuk bisa memanen kayu harus dikumpulkan beberapa
informasi mengenai hutan yang akan dipanen, besar kecilnya perusahaan (kegiatan yang akan
dilaksanakan), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelancaran pemanenan kayu, dan
akhirnya dapat disusun dan ditetapkan metode dan peralatan _yang digunakan untuk dapat
mencapai target yang telah direncanakan.

Informasi yang harus dikumpulkan


Informasi ini terutama adalah dari areal hutan yang akan dipanen. Semakin banyak
informasi yang dapat dikumpulkan, maka akan semakin sempurna rencana yang akan dibuat.
Informasi yang dikumpulkan berupa kondisi topografi, lokasi, persebaran pohon dan jenis, serta
potensi yang ada.

Data Lapangan
lnformasi yang harus dikumpulkan dari lapangan meliputi : Lokasi dan aksesibilitas.
Lokasi harus dijelaskan dalam peta, berapa derajat terhadap garis bujur (timur dan barat) dan
juga terhadap garis lintang (utara atau selatan). Disamping itu harus juga dijelaskan dilapangan
dengan menetapkan batas-batasnya (sebelah barat, timur, utara dan selatan). Serta
aksesibilitasnya, terhadap jalan, sungai, desa, pabrik, pasar dan tempat- tempat penting lainnya.

Persebaran pohon dan topografi


Mengetahui dengan pasti hal ini, maka pada saat melakukan cruising harus dibuat Pula
"peta pohon" dan peta topografi secara sederhana. Tipe kegiatan yang dapat dilaksanakan Karena
adanya perbedaan kondisi baik hutannya maupun topografinya, maka tipe kegiatan yang
dilaksanakan akan berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang dijumpai. Adapun secara lengkap
jenis kegiatan dalam pemanenan meliputi :
1. Selection of trees for removal. Sebelum dapat dilakukan penebangan dihutan clam yang
berdasarkan "tebang pilih". maka jenis pohon, ukuran pohon yang akan ditebang harus
ditetapkan lebih dahulu. Dalam hal tebang habis, maka pemilihan pohon yang akan
ditebang tidak diberlakukan.
2. Cutting. Kegiatan ini terdiri atas : "felling" (penebangan), "limbing (pembersihan dahan
dan ranting), "bucking" (pembagian batang), dan "topping( pemotongan bagian pucuk
pohon. Cuting dapat dilaksanakan dengan berbagai alat. misalnya dengan kampak,
gergaji tangan (baik manual maupun chain saw) dan juga dengan gergaji mesin (power
saw).
3. Bunching. Kegiatan ini berupa pengumpulan beberapa batang menjadi satu tumpukan,
yang ukurannya sama dengan satu kali muatan traktor sarad (baik dengan Bulldozer
maupun dengan Forwarder). Tujuannya adalah efisiensi baik waktu maupun beaya.
Bunching sering disebut penyaradan pendahuluan (praskidding).
4. Skidding. Kegiatan ini adalah menarik atau membawa kayu dalam jarakpendek, yaitu dari
tunggak sampai ketempat pengumpulan (landing) yang lokasinya masih didalam hutan.
Ada beberapa sistem penyaradan antara lain : ground skidding (penyaradan diatas tanah),
cable yarding (penyaradan dengan kabel), dan Forwarding (penyaradan dengan
Forwarder). Pemilihan sistem mans yang digunakan bergantung kepada banyak hal,
antara lain topografi, keadaan kayu, dan biaya yang disediakan.
5. Loading. Kegiatan ini adalah pemuatan kayu keatas kendaraan pengangkut (truk, kereta
api, dan kapal). Sistem pemuatan dapat dilakukan baik oleh manusia, maupun dengan
mesin, bahkan ada juga yang berdasarkan gaya gravitasi. Untuk di Jawa biasanya
pemuatan dilakukan dengan tenaga manusia, karena kayunya kecil- kecil, dan untuk
kegiatan pemuatan diluar Jawa digunakan traktor pemuat (pay loader).
6. Transportation. Kegiatan ini adalah mengangkut kayu dari tempat pengumpulan dihutan
(TPn) sampai ketempat terakhir, yang mungkin tempat penimbunan kayu (TPK), halaman
pabrik pengolahan, dan mungkin ketempat penjualan kayu. Transportasi kayu dapat
dilakukan melalui daratan (truk dan rel), lewat air sungai dan Taut (rakit dan kapal), dan
dapat juga lewat udara (dengan balon dan helicopter).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemanenan hasil hutan Faktor ini sifatnya bisa
berasal dari dalam maupun dari luar. Faktor dalam misalnya ukuran kayu, fasilitas yang beda,
dan lain-lain. Faktor dari luar misalnya buruh tenaga kerja, peraturan-peraturan, dan lain-lain.
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan adalah :
1. Ukuran hasil. Yang harus diperhatikan adalah pengaruh ukuran hasil terhadap metode dan
slat transpornya. Bila kecil-kecil maka dapat digunakan truk ukuran kecil. Akan tetapi
bila kayunya bedrukuran besar dan panjang maka pengangkutannya harus dengan logging
truck and trailer
2. Lama beroperasi. Waktu bisa dalam waktu harian dan dapat pula waktu bulanan atau
tahunan. Bila perusahaan hanya beroperasi dalam waktu beberapa tahun saja, maka
disarankan untuk membangun sarana yang tidak permanen, karena bangunan permanen
memerlukan investasi tinggi. Bangunan permanen lebih cocok untuk perusahaan yang
jangka operasinya sepanjang masa.
3. Volume yang akan dipanen persatuan lugs (dalam satuan ha). Bila yolume kayunya tinggi
dalam setiap ha, maka dapat digunakan rel untuk pengangkutannya: dan sebaliknya untuk
yang rendah volumenya sebaiknya digunakan truk saja. Tenaga kerja. Lokasi pemanenan
hutan biasanya terletak ditempat yang jauh, dengan demikian maka para buruh harus
dibuatkan perumahan. Buruh yang diperlukan untuk pemanenan kecuali berbadan sehat,
tegap juga harus mempunyai ketrampilan menggunakan mesin, walaupun secara
sederhana.
4. Produksi persatuan waktu. Bila setiap harinya dibutuhkan bahan baku yang sangat tinggi
(banyak), maka diperhitungkan produksinya perhari satuannPengangkutannya dengan
demikian disarankan dengan lokomotif. Tetapi bila bahan baku yang diperlukan tidak
terlalun tinggi, maka produksinya dapat diperhitungkan dengan satuan tahunan.
Pengangkutannya dapat dengan truk.
5. Fasilitas yang telah ada. Ada perusahaan yang mulainya tidak dad awe al. misalnya
melanjutkan dari perusahaan lain. Dalam hal ini maka metode dan peralatan yang akan
digunakan harus memperhitungkan fasilitas yang telah ada. Apakah beaya operasinya
sudah besar sekali, apa belum. Dibandingkan dengan bila membeli alat baru, yang harus
mengeluarkan investasi dan harus menghitung beaya penyusutannya. Semua ini dihitung
berdasarkan produktivitasnya dan beaya pengoperasiannya, Bila alat lama memang sudah
tidak efisien lagi, sebaiknya beli alat baru.
6. Peraturan yang ada. Misalnya pengangkutannya akan direncanakan lewat sungai karena
ada sungai yang mencukupi untuk keperluan itu. Akan tetapi oleh pemerintah daerah
sungai itu tidak boleh dipakai untuk pengangkutan kayu, karena mungkin untuk diambil
airnya untuk air minum atau untuk pembangkit tenaga listrik. Maka hal ini harus
diperhatikan.
7. Kebijaksanaan pemilik hutan. Hutan Indonesia semuanya milik negara, hanya
pengusahaannya dapat dilimpahkan kepada para pemegang HPH. Dengan demikian hal-
hal yang menyangkut kebijaksanaan tentang hutan berada sepenuhnya dibawah
pemerintah. Hutan dimanfaatkan tidak hanya kayunya, tetapi juga untuk pariwisata,
pengatur tanah air, penggembalaan, perlindungan flora dan fauna dan masih banyak lagi
manfaat yang lain. Maka dalam memanennya manfaat yang banyk itu harus juga
mendapatkan perhatian, jangan hanya terfokus pada kayu saja.
8. Pemuliaan tegakan. Diharapkan pada tebang pilih, hasil tebangan pada siklus berikutnya
akan lebih tinggi atau paling tidak sama, tidak menurun hasilnya. Hal ini dapat
diupayakan dengan cara pemuliaan tegakan, yakni dengan cara mematikan jenis yang
dianggap tidak komersial.
9. Perencanaan peralatan pemanenan Tujuan merencanakan kebutuhan peralatan dalam
kegiatan pemanenan kayu adalah untuk dapat mencapai produktivitas yang optimal, yakni
dengan cara membuat keseimbangan antar fase (tahap kegiatan) Bila setiap tahap dapat
berproduksi secara optimal, maka dapat disebut kegiatannya ekonomis dan efisien.
Prinsip keseimbangan antar fase (tahap) adalah adanya aliran kegiatan yang tidak
terputus. Untuk itu diperlukan kerja sama yang baik antara manusia sebagai operatornya
dan alat sebagai mesinnya. Berdasarkan pengalaman para pelaku pembalakan besar, maka
pilihan perlengkapan yang utama (pertama kali) yang harus diperhatikan adalah alat
angkutan. Baru setelah itu diperhitungkan terhadap kapasitas dan produktivitas alat
angkutannya tersebut.

Contoh perhitungan peralatan pemanenan :


-Target tebangan per tahun (AAC) = 50.000 m3
-Dalam satu tahun hanya dapat bekerja selama 9 bulan
-Dalam satu bulan dapat bekerja selama 20 hari
-Produktivitas truk = 75 m3 per hari -Produktivitas pemuatan = 100 m3 per hari
-Produktivitas penyaradan = 60 m3 per hari
-Produktivitas penebangan = 55 m3 per hari
Berapakah jumlah peralatan disetiap tahap, agar dicapai keseimbangan produksi. Hitungan
secara kasar :
Kebutuhan alat angkutan truk : Produktivitas truk dalam satu tahun = 75 x 20 x 9 = 13.500 m3.
Jadi kebutuhannya = 50.000: 13.500 = 3 buah
Produktivitas loader per tahun = 18.000 m3, jadi kebutuhan loader = 2 buah
Produktivitas traktor sarad = 10.800 m3, jadi kebutuhan traktor sarad = 5 buah.
Produktivitas chainsaw dalam satu tahun = 9.900 m3, jadi kebutuhannya = 5 buah.
Jadi agar tercipta keseimbangan dalam setiap tahap, untuk pelaksanaan pemanenan dengan AAC
sebesar 50.000 m3, maka diperlukan peralatan : chainsaw 5 buah, traktor sarad 5 buah, loader 2
buah, dan truk 3 buah.

Anda mungkin juga menyukai