Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

Segala pekerjaan yang berhubungan dengan penggalian, pemuatan,


pengangkutran, penimbunan, peralatan dan pemadatan tanah atau batuan dengan
alat-alat mekanis (alat-alat besar) disebut pemindahan tanah mekanis.
Pekerjaan-pekerjaan itu banyak terlihat dibidang pekerjaan/bangunan
sipil seperti pembuatan jalan raya, dam-dam,tanggul, saluran irigasi, kanal,
lapanan terbang, dll. Disamping itu juga di lakukan pada tambang-tambang
terbuka, terutama pada pengupasan lapisan tanah atas(Sripping of overburden)
dan pembuatan jalan-jalannya yang menuju ke tambang terbuka.
Untuk pemidahan tanah mekanis ini biasa dipakai alat-alat mekanis yang
akan dibahas satu persatu cara bekerja dan kemampuan kerjanya masing-masing
alat tersebut. Tetapi akan dititik beratkan kepada penggunaan untuk pekerjaan-
pekerjaan yang berhubungan dengan tambang terbuka (Surface mining),
terutama ”open pit mining”.
Meskipun diberi nama pemindahan tanah mekanis tetapi sebenar-
benarnya tidak hanya terbatas pada tanah (sail) saja, tetapi kadang-kadang juga
berhubungan dengan batuan(rock). Dan memang alat-alat mekanis yang akan
dibicarkan juga tidak saja sanggup untuk melayani tanah. Tetapi juga dapat
dipakai untuk melayani batuan.yang dimaksud tanah disini adalah bagian teratas
dari kulit yang relative lunak dan tidak begitu kompak, terdiri dari matrial-
matrial lepas. Sedangkan batuan adalah bvagian kulit bumi yang relative lunak
dan tidak begitu kompak, terdiri dari matrial-matrial lepas. Sedangkan batuan
adalah bagian kulit bumi yang lebih keras dan terdiri dari klumpulan-kumpulan
mineral-mineral.
Karena perbedaan kekerasan dari matrial yang akan digali, maka sering
dilakukan penggolongan-penggolongan sebagai berikut :
a. “Soft” atau “easy digin” : Tanah penutup (soil), pasir, sandy clay, clayey
sand.
b. “Medium hard digging” atau “rock” : clay, wheathered rocks.
c. “Hard diging” shale compacted material, conglomerate, breccia.
d. “very hand digging” atau rock - diperlukan peledakan sebelum digali.

1
Macam-macam material tersebut juga dapat dipengaruhi terhadap “fill
factor” (lihat pfleider: “ surface mining).

BAB II
ANALISA TEMPAT KERJA (JOB CONDITIONS)

2
Untuk dapat membuatat rancangan yang realisis, rapid an teratur harus
dipelajari dengan teliti keadaaan lapangan kerja (tempat kerja).
Faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah:
1. Jalan-jalan & pengangkutan yang ada (accessibility &
transportation).
Adakah cara pengangkutan yang dapat dipakai untuk mengangkut
alat-alat besar dan “supply”ke tempat kerja?
Ada tiga kemungkinan
Tempat itu dekat dengan jalan yang sudah ada.
Tempat itu dilalui jalan K.A
sebelum ada jalan ataupun jalan K.A maka harus
dibuat jalan baru (pioneer road) ke jalan yang terdekat.
2. Tumbuh-tumbuhan (vegetation)
Keadaan tanaman yang tumbuh di tempat kerja perlu di teliti
(hutan belukar, semak-semak, rawa-rawa, pohon-pohon besar yang kuat
akarnya dsb). Sehingga dapat ditetapkan alat apa yang perlu dipakai,
bagaimana cara membersihkannya, beberapa lama dan beberapa
ongkosnya.
3. Macam matrial dan perubahan volume-nya (kind of
material and its change of volume)
Pada dasarnya pemindahan tanah itu merupakan satu pekerjaan
untuk meratakan suatu daerah. Maka sebaiknya penggalian sama dengan
penimbunan. Kebanyakan tanah akan bertambah volume 30% kalau di
gali, dan akan berkurang 10% kal;au sudah dipadatkan di tempat lain.
Factor ini perlu di perhatikan. Selain itu perlu dilihat sifat-sifat tanah
tersebut, seperti: kering atau basah, lengket atau tidak, keras atau lunak,
dsb. Sifat-sifat tersebut akan mempengaruhi kerja alat-alat yang dipakai
dan lamanya pekerjaan harus di lakukan. Tanah yang banyak mengan
dung humus mharus dipisahkan untuk menutupi tempat penimbunan agar
derah itu dapat segerah ditanami.

4. Iklim (elimate)
Di indonesia yang menghambat pekerjaan adalah musim hujan,
sehingga hari-hari menjadi pendek. Kalau hujan sangat lebat tanah jadi

3
becek, alat-alat tidak dapat bekerja dengan baik(terhambat), dan perlu
pengiringan ( drainage) yang baikl. Sebaliknya pada musim panas akan
pimbul banyak debu. Selanjutnya panas atau dingin yang keterlaluan juga
akan mengurangi effsiensi mesin-mesin yang di pergunakan.
5. Ketinggian dari permukaaan air laut (altitude)
Yang sangat terpengaruh disini adalah kemapuan mesin-mesin
yang di pakai,karena tekanan udaranya rendah pada ketinggian yang besar.
Berdasarkan pengalaman,tenaga diesel yang hilang karena semakin
tingginya dari permukaan air laut adalah 3 % setiap naik 1000 ft. ini
menyebabkan turunya volume per jam yang dapat dikerjakan dan
menambah ongkos gali tiap satuan volume.
6. Kemiringan,jarak dan keadaan jalan (haul road
conditions)
Keadaan jalan akan mempengaruhi daya angkut alat-alat yang
dipakai.bilah jal-jalan baik, kapasitas angkut dapat lebih besar dan alat-alat
dapat bergerak lebih cepat. Kemiringan dan jarak harus dapat diukur
dengan teliti, karena halm iotu akan menentukan waktu yang akan
diperlukan untuk mengangkut material tersebut (cycle time). Kecerobohan
dalam menentukan kemiringan, jarak dan kondisi jalan (lebar dan
kekuatannya) akan menurunkan jumlah tanah yang dapat diangkut,dan
menambah ongkos pengangkutan.
7. Effisiensi kerja (operating efficiency)
Pekerjaan atau mesin tidak mungkin selamanya bekerja 60 menit sejam.
Karerna hambatan-=hambatan kecil selalu terjadi, misalnya : munungu
alat, pemiliharaan dan pelumasan mesin-mesin (service & adjustment),dll.
Inmii perlu dibedakan dari hambatan-hambatan kerusakan alat-alat atau
iklim.
Effisiensi kerja adalah: perbndingan antara waktu produktif dengan
waktu kerja yang tersedia. Menurut pengalaman jarang-jarang lebih dari
8%.
8. Syarat-syarat penyelesaian pekerjaan (finishing
specifications).
Sebelum pekerjaan dianggap selesai biasanya ada syarat-syarat
tertenntu yang harus dipenuhi terlebih dahulu.misalnya di tempat-tempat

4
tertentu harus di tanami pohon, bunga atau rumput atau ditempat-tempat
lain syart yang diminta adalah pemasangan pagar atau pemberi kerikil
pada jalan-jalannya.
9. Syarat-syarat penimbuan (fill
specifications)
Timbunan mungkin perlu dipadatkan dengan alat-alat khusus dan
harus dilakukan pada kelembaban tertentu. Hal ini akan menambah
pekerjaan dan ongkos, oleh sebab itu harus pulah diperhitungkan.
Mungkin juga timbunan itu harus rata dan dapat segera ditanami, atau
harus memeiliki kemiringan tertentu.
10. Waktu ( time element).
Pekerjaan pemindahan tanah umumnya harus diselesaikan dalam
jangka waktu yang sudah ditetapkan. Oleh sebab itu kapasitas harian yang
sudah ditentukan hareusn dipenuhi. Untuk itu perlu penetahuan yang ukup
untuk mengkira-kirakan kemampuan alat-alat yang akan dipakai, sehingga
jumlahnya cukup untuk mememnuhi kapasitas harian itu.
Kalau pekerjaan pemindahan tanah itu dikontrakan, maka bila
pekerjaan selesai sebelum batas waktu yang telah ditentukan, kontraktor
berhak menerima premy. Sebaliknya kalu terlambat, harus membayar
ganti kerugian (denda).
11. Ongkos-ongkos operasi ( operating cost)
Ongkos operasi yang harus diperhitungkan adalah :
Ongkos tetap : asuransi, depresiasi, pajak dan bunga
Ongkos operasi : upah pengemudi pemeliharaan dan
pembetulan alat-alat bahan bakar dan minyak pelumas
Ongkos pengawasan : upah mandor,teknisi. Dll.
Ongkos- onkos lain : termasuk “overhead cost”

5
BAB III.
PENGGUNAAAN DAN KEMAMPUAN ALAT-ALAT
(EQUIPMENT APPLICATION)

Alat-alat yang umum dipakai dalam pekerjaan ini adalah:


1) “Bulldozers” : “rubber-tired” atau” track type”
2) “Power Scapers” : “tractordrawn” atau”self propelled”
 “elecating scrapers”
 “standar scrapers
 tandem scrapers”
 “push-pull scapers
3) “Hauling Units” : “rear,botton,side dump truck”
4) “Loading Units” : “shovel”,dragline”,shovel loader”
5) “Rooters”/”Rippers”
6) “Rollers” :”sheepsfoot or tamping” pneumatic tin and
wibrator”,” grid type” smooth ste wheel”.
7) ”Graders”.

1. “Bulldozers”.
Alat ini merupakan alat gali (excavator) dan dorong yang serta
dapat banyak membantu pekerjaan alat-alat muat.
Kemampuannya sangat besar antara lain untuk melakukan:
A. Membabat/menebas (clearing), Yaitu : semua pekerjaan pembersian
tempat kerja dari semak-semak, pohon besar kecil, sampai pohon yang
sudah ditebang, kemudian membuang bagian tanah atau batuan yang
menghadang pekerjaaan-pekerjaan selanjutnya. Seluruh pekerjaan itu
dapat bagian tanah atau bagian yang menghalangi pekerjaan-pekerjaan
selanjutnya. Seluruh pekerjaan itu dapat di kerjakan sebelum
pemindahan tanah itu sendiri dilakukan, atau dikerjakan bersama-sama,
artinya bagian yang telah dibewrsihkan dapat segera dilakukan
pemindahan tanah, sementara pekerjaan pembabatan dan pembersihan
terus dilakukan ditempat lain.

6
Cara-cara pembabatan atau pembersihan itu ada bermaca-macam
tergantung dari keadaan lapangannya.
Bilah hanya semak-semak dan pohon-pohon kecil, cukup
di dorong. Tanah yang berhumus dikumpulkan ,untuk dipakai
kemudian.
Kalau pohon-pohon agak besar (10 cm < 25 cm) dan akar-
akarnya kokoh, maka ada dua cara :
a. Di dorong beberapa kali dengan pelan-pelan untuk menjatuhkan
dahan-dahan atau cabang-cabang yang sudah tua: lalu didorong
sekaligus secara mendadak dengan sedikit mengangkat “blade”-
nya sampai pohon itu rubuh
b. Dengan dua bulldozer yang menarik rantai baja.
Gambar 2
CARA-CARA MELAKUKAN PEMBABATAN.
Kalau pohon-pohonnya besar, yaitu 0 > 25 cm
a. Menggali tanah disekelilingi dulu agar akar-akar putus dan
kekuatan pohon kuran, baru pohon itu di dorong sampai roboh,
hati-hati dengan akarnya.
b. Kalau batang pohon itu tidak juga roboh, dapat dipakai sebuah
rantai untuk menarik pohon itu dengan sebuah “bulldozer”
c. Dengan bahan peledak
Gambar 3
CARA MENUMBANGKAN POHON-POHON BESAR
Bila selain semak terdapat pulah batu-batu besar yang
akan menghalang pekerjaan. Pada dasarnya kalau batu tersebut
sangat besar tidak boleh sekaligus di dorong, karena akna melampaui
batas kemampuan dorongnya. Sebaiknya di dorong sedikit-sedikit
dari sebelah pinggirnya berturut-turut sampai mencapai batas daerah
kerja. Jika ada batu pada lahan maka lerengnya perlu digali dulu agar
tidak terlalu curam (dapat terbalik). Kecuali itu lereng tersebut dapat
pulah dipakai sebagai “ancang.
Gambar 4
CARA MENYINGKIRKAN BATU YANG BESAR.

7
B. Merintis (Pioneering), merupakan kelanjutan dari “Clearing” dan
meliputi pekerjaan-pekerjaana: meratakan, membuat jalan darurat untuk
memuat alat-alat besar, lalu membuat saluran air untuk mengeringkat
tempat kerja bila hal itu diperlukan. Dalam pekerjaan ini yang harus
selalu diperhatikan ialah mempergunakan keuntungan dari gaya-gaya
berat. Jadi kalu misalnya melakukan penimbunan harus diambilkan
tanah dari sebelah atas. Untuk membuat jalan dilereng bukit, maka ada
dua kemungkinan.
 “Bulldozer”dapat naik keatas bukit, lalu di buat jalan dari
sebelah atas.
 Bila tak mungkin harus di buat dari bawah.
Biasanya “bulldozer” itu menggali untuk tempat kerja itu lebih dahulu,
kalu sudah selesai baru mendorong tanah galian ke bagian lereng. Jadi
tanah galian dipakai untuk mengisi bagian bawahnya.
Gambar 5
MEMBUAT JALAN DI LERENG BUKIT
C. “Short haul excavation” (gali angkut jarak pendek), yaitu menggali lalu
mendorong tanah galian itu ke suatu tempat, misalnya pada pembuatan
jalan raya, atau membersihkan suatu tempat penggalian pada tambang
terbuka agar “loading units” bias lebih muda mengangkut material
tersebut. Biasanya dengan “rubber-tired dozer” pekerjaan ini dapat
dikerjakan lebih effisiens dari pada dengan “track-type dozer “. Tetapi
cara demikian itu tidak selalu ekonomis dari pada cara-ara lainnya.
Hanya dalam keadaan istimewa ara diatas bias sangat baik, yaitu bila:
a. Bila jarak doronnya tidak lebih dari 200 ft untuk”track-
type” atau 400 ft untuk ”rubber-tired typy”.
b. material tidak banyak, tidak lebih dari 500 m3, kalau lebih
baik dipakai “srapers.
c. Dipakai cara kerja yang baik dimana dimana alat-alat lain
tak dapat melakukan seperti:
 Selalu mendorong kea rah bawah, jadi mengambil keuntungan
gaya gravitasi untuk menambah tenaga dan kecepatan, ara ini
disebut : “down hill dozing”.

8
 Menggali beberapa kali, dikumpulkan menjadi satu lalu didorong
ke lereng yang curam. Sebelum seluru tanah habis, harus segera
di-rem agar tidak terjungkir ke lereng. Cara ini dinamakan :
“high wall or float dozing.
 Menggali melalui satu jalan yang sama akan menyebabkan
terjadinya semacam dinding, sehingga pada dorongan-dorongan
tanah berikut tidak banyak tanah yang keluar kesamping “blade”.
Disebut : “trenchor slot dozing”
 “side by side dozing”, tanah yang keluar ke salah sebuah arah
(samping) dapat dihindari. Tetsapi ara ini membutuhkan “ope
rators” yang berpengalaman.
D. “Pusher Loading”, yaitu membantu scrapers
dalam mengisi muatannya pada lapisan tanah kohesif. Bantuan ini
diperelukan untuk menahan tenaga agar diperoleh kecepatan mengisi
yang lebih singkat, dan scraper berisi penuh (heaped load). Cara
demikian ternyata lebih ekonomis daripada bekerja sendiri-sendiri.
E. Menyebarkan material (spreading). Maksudnya
menyebarkan material (tanah) ke tempat-temopat tertentu dengan tebal
yang dikehendaki. Misalnya material-material myang tumbuh di suatu
tempat oleh truck atau “hauling units” lainnya, kecuali “scrapers” harus
diratakan kesegalah jurusan dengan tebal tertentu sebelum di padatkan.
Maka” bulldozers” itu tinggi 1 mendorong material tersebut ke segalah
arah dengan “blade”-nya diangkat pada ketebalan yang dikehendaki.
F. Menimbun kembali (bakfilling). Yaitu pekerjaan
penimbunan kembali terhadap bekas lubang-lubang alian seperti :
menutupi saluran air dibawah tanah, menimbun lubang fondasi atau
tiang penyangga bangunan-bangunan besar (jembatan, menara dan
biton,dsb). Dan menutupi kembali pipa minyak, gas atau air minum yan
sudah selesai dipasang. Cara penimbunan ini selalu harus betul-betul
padat dan rapi, sehingga alat-alat besar lainnya akan tidak bdapat
melakukannya, dipandang dari sudut praktis maupun ekonomis.
G. “Trimming and Sloping”, yaitu : pekerjaan
pembuatan kemiringan tertentu pada suatu tempat, seperti : tangul, dam,
kanal-kanal besar tetapi jalan raya, dsb. Pekerjaan ini hanya dapat

9
dilakukan oleh pengemudi yang berpengalaman dan terlatih, terutama
kalau kemiringannya besar. Hal itu disebabkab adanya kemungkinan
“bulldozer” itu tergelincir kebawah, untuk menghindarinya maka
penggalian dilakukan miring kea rah atas, lalu mendorong tanah hasil
penggaliannya kearah bawah. Tetapi pekerjaan yang demikian itu lebih
baik kalau dikerjakan oleh “grader”.
H. “Ditching”: yaitu menggali selokan atau kanal
yang berbentuk V atau U. pada penggalian saluran air yang berbentuk V
dapat dilakukan dengan mengali beberapa kali tegak lurus terhadap arah
saluran atau kanal, kemudian mengali kearah saluran dengan seluruh
bagian “bulldozers” ikut miring. Kalau saluran yang harus di ali cukup
lebar untuk “bulldozers” itu, maka dapat digali searah dengan saluran
tersebut.

2. “Power Scrapers”.
Alat ini dapat menggali muatannya sendiri, mengangkut ke
tempat yan ditentukan lalu menyebar dan meratakan muatan tersebut. Jugan
merupakan suatu alat represif (dengan operator yang terlatih dan
berpengalaman), karena dapat m,enggali tanah sebesar 0,1 inci atau
menimbuni suatu tempat setebal 0,1 inci pula. Dapat p[ula memotong
pundak tanggul/bendungan lereng-lereng atau menggali tanah yang terdapat
diantara bangunan biton, meratakan jalan raya atau lapangan terbang.
Effisiensi tidak tergantung dari dalam tanah galian, jarak angkut
dan macamnya tanah. Bagi tracktor drawn scrapers” jarak angkut yang
ekonomis < 200 ft; untuk “self propelled scrapers” atau tro or four wheel-
rubber tired scrapers” dan memiliki mesin yang mampu bergerak dengan
kecepatan tinggi dapat menyanggi truck untuk pengangkutan jarak sedang (
 5 km).sudah terbukti bahwa alat ini merupakan alat pemindahan tanah
yang termura tiap cuft-nya.

1 = scrapers bowl
2 = blade dan cutting edge
3 = front apron
4 = ejector = trap (sliding) doon

10
5 = goose neck
6 = steering wheel dan levers
7 = engine ( prime (movers)
8 = bumper
Gambar 7
POWER SCRAPPERS
Kemampuan alat ini adalah.
A. Menggali dan mengisi (digging ang
loading).
Untuk memperoleh hasil yang sebaik-baiknya harus dikerjakan dengan
cara sbb :
a. “Pusher Loading” : (lihat pada bulldozer)
“Crawler tractor drawn srapers” dapat mengisi muatan tanpa bantuan
dari alat lain. Tetapi lebih baik kalau didorong “bulldozer” agar
dapat dicapai “heaped load” dalam waktu singkat.
“Self propelled scrapers” harus di Bantu oleh “bulldozer” ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan ini yaitu :
 Pekerjaan ini harus dilakukan paliung tidak dengan cepat 10
ft/men. Tambahan waktu dan jarak pengisian muatan dapat
dilakukan untuk menambah jumlah/isi muatan bila jarak
angkutnya jauh.
 Penyelarasan (synchronization) kecepatan “scrapers” dan
“bulldozer” harus dilakukan, disamping itu harus juga dilakukan
penyelarasan untuk mengurangi waktu untuk menunggu dorong.

Ini akan menambah effesiensi kerja. Diusahakan agar tiap 1 1 2 -


2 menit datang sebuah “scrapers” yang sudah siap untuk di
dorong. Untuk mengkira-kirakan berapa jumlah “scrapers” agar
interval tersebut bdapat dicapai hitunglah :
" Scrapper Cyle time"
" Pusher Cyle time"

Cara ini akan memaksa”pusher dozer” atau “bulldozer”bekerja


dengan effisiensi dan mengindari waktu untuk menunggu
didorong bagi “power scrapers”.

11
Mendorong power scrapers dengan bulldozer kadang-kadang
terjadi apa yang disebut “jak knife effect”, dan bisa
membahayakan operator keadaan ini terjadi bila kecepatan
“bulldozer” (VI pada sketsa) lebih besar dari kecepatan
“scrapers” (V2). Ini akan menyebabkan ban belakang “scrapers
terangkat dan “bulldozer blade”akan mengenai ban itu. Ban bias
rusak atau mungkin “scrapers-nya akan terbalik.

Gambar 8
“JACK KNIFE EFFECT”
 “Bulldozer” terbaru atau yang kondisi mesinya terbaik dan
dijalanklan oleh operator yang terlatih serta berpengalaman harus
dipergunakan untuk “pusher loading”.
b. “ Downhill loading”
Di sini gaya berat atau gravitasi yang membantu “scrapers” dalam
mengisi muatan sehingga waktu pengisian lebih singkat. Bila
tanahnya banyakm mengandung pasir, maka akan sukar masuk ke
dalam”bowl” dalam hal ini “bowl” digerak-gerakan naik turun
selama pengisian. Tetapi hal ini akan mengakibatkan daerah yang
digali itu tidak rata ( undulating).hasil “downhill loading” secara
umum adalah menambah gaya besar 20 lbs/ton/1 % “favorable
grade”.
Contoh :
Bila berat “scrapers” dengan muatannya 30 ton dan menurut lereng
bukit yang mempunyai “grade” = 10 %, maka akan menghasilkan
suatu “drawbar pull” yang sesuai dengan = 20 x30 x 10 = 6000 lbs.
c. “Straddle loading”
Setiap dua kali pengisian di tingalkan bagian tanah ditengahnya
kurang lebih selebar “cutting edge” dari “scrapers” (5 ft). bagian
yang ditingalkan itu dipotong atau digali pada perjalanan yang
berikitnya ( lihat sketsa). Caramikian tenyata lebih banyak memberi
hasil galian, karena penggalian bagian-bagian tengah itu mengalami
lebih sedikit hambatan (resistanse) dari material tersebut. Bilah cara

12
ini digabungkan dengan “downhill loading”, maka effisiensi
pengalian akan naik.
Yang termasuk cara penggalian ini adalah :
 Penggalian berselang-seling

Gambar 10
Pengalian berselang-seling.

Gambar 11
Penggalian sejajar.

Gambar 12
Penggalian yang saling menutupi
d. “Chain or shuttle loading”
Sebuah “pusher/bulldozer” biasanya mendorong lebih dari
satu scrapers. Agar pekerjan itu teratur dan tidak membuang waktu,
maka letak “scraper” yang akan didorng berikutnya harus berada
ditempat-tempat tertentu. Sengga “pusher”-nya mempunyai pola
gerak yang baik. Ada berapa pola gerak (“pusher pattern) yang biasa
di lakukan, yaitu:
o Sehabis mendorong sampai penuh sebua “scrapers”,
kemudian kembali ke belakang dimana sebuah “srapers” sudah
siap intuk di dorong. Car ini dipakai kalau jarak dorongnya

13
terbatas dan penggalian harus dilakukan hanya dari satu arah
saja.

Gambar 13.
Pola gerak untuk daerah yang sempit
o Setelah mendorong sebuah “scrapers” sampai penuh, lalu
mendorong “scraper” lain yang sudah siap di sampingnya. Begitu
seterusnya sampai batas daerah harus digali tercapai, baru
“pusher”-nya kembali ke belakang. Cara ini baik bila mana jarak
dorong ukup panjang dan penggalian hanya mungkin atau harus
di lakukan dari satu arah saja.

Gambar 14
Pola gerak untuk daerah yang panjang
o Cara ini adalah yan terbaik, tetapi hanya dapat dilakukan
bilah penggalian dapat di kerjakan ke semuah arah dan terdapat
lebih banyak “scrapers” dari pada “pusher’-nya.

Gambar 15
Pola gerak untuk kedua arah
Kecuali “pusher-nya harus mempunyai polah gerak yang
baik, maka”srapers” harus demiukian juga. Bebera pola “scrapers”
yang umum dikerjakan adalah :
Tiap satu “cycle” terdiri dari menggali, mengangkut,
mengosongkan, membalik, kembali ke tempat penggalian dan
berputar. Jadi ada dua kali gerakan berputar/membalik tiap cycle.

14
Gambar 16.
Pola gerak untuk daerah yang terbatas
Disini satu “cycleaa” terdiri dari menggali,
mengangkut mengosongkan, dan menggali. Baru kemudian
berputar untuk melakukan satu “cycle” lainnya. Jadi rata-rata
untuk tiap cycle hanya ada sekali gerakan berputar.

Gambar 17
Pola gerak untuk daerah yang luas (panjang)
Dari sketsa terlihat bahwa untuk 5 “:cycles” ada dua
gerakan berputar (berbelok), jadi rata-rata ada 2/5 gerak putar
tiap “cycle”.

Gambar 18
Pola gerak untuk daerah yang lebih luas ( panjang)

Bila daerah Yang dikerjakan itu sangat luas


(lapangan terbang, meratakan tanah untuk bangunan-banunan
besar, dll.), maka gerak putar dari “scrapper” praktis tidak ada.
Gambar 19
Pola Gerak Melingkar Pada daerah Yang Luas
Untuk pola gerak “scrapper” yang terpenting adalah
banyaknya gerak putar alat tersebut, karena waktu yang dibutuhkan
untuk gerakan tersebut sangat besar (rata-rata 15-20 sekon). Kalau
jarak angkutnya cukup jauh, maka waktu yang diperlukan untuk
gerak berputar itu tidak seberapa berpengaruh. Tetapi bila jarak
angkutnya hanya pendek saja, maka hal itu dapat merupakan waktu
terbuang.

15
e. Cara-cara pengalian dan pengisian “srapper” untuk
material yang sulit.
1. Untuk Pasir
Karena kohesi antara partikel-partikelnya sangat kecil, maka
menyebabkan kesukaran dalam memasukkan kedalam “bowl”,
lebih-lebih kalau pasir tersebut sangat kerin. Cara yang baik
untuk mengatasi kesukaran tersebut adalah sebagai berikut :
a. Menjalankan “scrapper” ke tempat penggalian dengan
cepat, “blade” bersama “bowl” diturunkan pelan-pelan.
Dengan momentum yang dimiliki, maka karena kecepatan
tadi, pasir akan didorong kebagian belakang dari “bowl”.
Untuk “scrapper” ber-“gear” (versenelling) empat, sebaiknya
dijalankan dengan memakai “gear” (versenelling) dua atau
tiga.
b. Lalu kecepatan disesuaikan dengan kecepatan “pusher”
yang umumnya lebih rendah. Selama penggalian itu
dilakukan pula “pumping action”. Kalau mungkin “pumping
action” itu dilakukan sbb : “bowl” diturunkan pada lekukan-
lekukan yang telah dibuat sebelumnya, dan segera diangkat
begitu roda-rodanya mulai mencapai lekukan-lekukan
tersebut.
c. Pada akhir pengisian, “blade” diangkat sampai
menutup, dan “bowl dijatuh-jatuhkan beberapa kali agar
muatan jadi padat.
2. Untuk batuan yang agak keras (“shale”, kerikil, pecahan batu).
Merupakan pekerjaan yang sukar untuk “scrapper” dan akan
memakan ongkos pemeliharaan yang besar karena “blade” lekas
aus dan rusak. Untuk sedikit memudahkan pekerjaan bagi
“scrapper”, batuan yang besar dipinggirkan dan diangkat dengan
alat lain (“truck” misalnya).
Ada dua saran untuk mengatasi hal tersebut diatas :
 Bila mungkin, penggalin diambil dari bagian bawah yang
lunak, lalu mengangkut bagian dari sebelah bawahnya.

16
 Kalau bagian bawah sama kerasnya, maka pengisian dan
penggalian dilakukan ditempat yang datar atau sedikit naik
atau menghindari penumpukan batuan di bagian depan dari
“blade” yang hanya menghalangi pengisiannya.
3. Untuk material hasil pembongkaran (rooted material)
Pengisian harus imulai dari bagian yang belum dibongkar kearah
batuan yang sudah dibongkar dengan “rooter”. Pada pengisian
yang berikutnya arahnya dibalik untuk mengusahakan agar ke-
ausan sama kalau kekasaran material dikiri dan di kanan tidak
sama. Di sini harus hati-hati sekali dalam menurunkan “blade”-
nya, jangan sampai terlalu miring, mengenai bagian-bagian yang
belum dibongkar. Akan tetapi kalau alat lain dapat dipakai untuk
pekerjaan pengangkutan hasil-hasil bongkaran, maka “scrappers”
jarang dipakai untuk pekerjaan ini. Dengan teknik-teknik yang
disebutkan diatas, maka penggalian dan pengisian “scrapper”
dapat sangat berhasil.
B. Mengangkut (Hauling)
Yang penting harus diperhatikan adalah kecepatan bergeraknya.
Yang sangat disukai adalah alat-alat yang memakai ban karet karena
memiliki kecepatan yang tinggi. Kalau jalannya baik “scrapper” type
tersebut dapat bergerak dengan kecepatan 35 Mph atau lebih.
Ada beberapa cara memperlancar pengangkutan dengan
“scrapper” tersebut, diantaranya :
a. “Scrapper” yang masih baik dan memiliki kecepatan yan
tinggi jangan dicapur pada jalur jalan yang sama dengan “scrapper”
yang berkecepatan rendah, karena akan mengganggu. Kecuali kalau
jalan itu cukup lebar sehingga memungkinkan “scrapper” yan
berkecepatan tinggi untuk mendahului yang berkecepatan rendah.
b. Belokan-belokan yang tajam atau melingkar terlalu jauh
sedapat mungkin harus dihindari. Waktu berbelok harus diusahakan
agar kurang dari 15 sekon.
c. Jalan-jalan (Haul Road) harus dipelihara dengan baik
agar alat-alat angkut dapat bergerak dengan kecepatan maksimum
yang diperkenankan oleh peraturan-peraturan keamanan. “Grader”

17
harus dipakai untuk meratakan jalan. Kalau mungkin jalan dibuat
lurus, cukup lebar dan tidak naik-turun. Kalau berdebu, dapat
disirami air pada waktu-waktu tertentu.
d. Pengangkutan ke dua arah sangat menguntungkan karena
dapat mengurani waktu yang dipakai untuk membelok. Dengan
memakai pola gerak yang baik seperti membentuk angka delapan,
atau lain-lainnya yang telah diterangkan di muka (I – D), maka
pengangkutan dapat dilakukan dengan effisien.
C. Menyebarkan material (Spreading)
Ada beberapa cara yang baik untuk menyebarkan material atau
mengosongkan muatan sebuah “scrapper”, yaitu :
1. “Apron” dibuka, “talgate” didorong
kedepan agar material keluar dengan teratur. “Blade” jangan
diturunkan terlalu rendah supaya material tersebut tidak terhalang.
Kalau material itu belum keluar karena “apron” belum dibuka,
“tailgate” jangan didorong kedepan sebab “apron”-nya dapat rusak
akibat tekanan yang timbul.
2. Kalau material sangat lengket, maka
perlu “apron” dibuka dan ditutup beberapa kali agar material itu mau
keluar dari “bowl”. Kemudian diturunkan “blade” sampai setebal
penyebaran tanah yang dikehendaki (6-8 inci). Untuk mendorong
material yang lengket itu keluar, maka “tailgate” juga harus sering
didorong kedepan dan ditarik kebelakang beberapa kali.
3. Penyebaran akan merata kalau
kecepatan “scrapper” disesuaikan dengan kecepatan keluarnya
material dari dalam “bowl”. Pada umumnya kalau penyebaran
dilakukn dengan baik seperti itu, waktu yang diperlukan akan kurang
dari 30 sekon.
4. Pasir yang mudah sekali mengalir
keluar dari dalam “bowl” dapat disebarkan dengan kecepatan tinggi,
dan biasanya mudah diperoleh lapisan-lapisan yang tipis serta
merata.
Sebagai ontoh pemakaian “scrapper” di pertambangan ialah pada
pengupasan atau penggalian tanah penutup (overburden) pada tambang-

18
tambang terbuka. Karena bagian tanah penutup di ujung masih terlampau
curam harus di bantu dengan “bulldozer” dulu, sebelum “scrapper” dapat
dipergunakan.
Gambar 20
PENGGALIAN TANAH PENUTUP YANG TIPIS
Bila sudah landai baru digali dengan “srapper”, dan tanah itu
diangkat ketempat lain (lihat Gambar 20).
Gambar 21
PENGGALIAN TANAH PENUTUP YANG TEBAL
Seandainya tanah penutup itu tebal, maka cara menggalinya tidak
kea rah tebing yang uram, tetapi kurang lebih sejajar dengan tebing
tersebut (lihat Gambar 21).

3. “Hauling/transporting units” (alat-alat angkut)


Pengangkutan batuan, endapan bijih, karyawan, “waste”, “timber”,
dan barang-barang keperluan sehari-hari (supply) merupakan suatu hal yang
sangat mempengaruhi operasi penambangan. Untung rugi suatu perusahaan
tambang terletak juga pada lancar tidaknya pengangkutan yang tersedia.
Untuk pengangkutan jarak dekat (kurang dari 5 Km) dapat dipakai
truck dan power scraper. Untuk pengangkutan jarak sedang (5 – 20 Km)
dapat dipakai truck yang berukuran besar, belt conveyor dan cable-way.
Untuk jarak jauh (>20 Km) dipergunakan kereta api dan pipa. Tetapi yang
akan dibahas selanjutnya hanya truck saja.

“Truck”
Banyak dipakai untuk mengangkut : tanah, endapan bijih, batuan
untuk bangunan, dll., pada jarak dekat dan sedang. Karena kecepatannya
yang tinggi (kalau jalanan baik), maka truck memiliki kapasitas tinggi
sehingga ongkos angkut per ton material rendah. Kecuali itu juga “flexible”,
artinya dapat dipakai untuk mengangkut bermacam-macam barang dengan
muatan yang berubah-ubah dan tidak terlalu tergantung pada jalur jalan
(bandingkan dengan lori atau belt conveyor).
Alat ini dapat digerakkan dengan motor bensin, diesel, butane atau
propane. Yang besar-besar biasanya digerakkan oleh mesin diesel.
Kemiringan jalan yang dapat dilalui dengan baik berkisar antara 7 – 18%.

19
Tetapi kalau memakai “motorized wheel” dapat mengambil tanjakan sebesar
35 %.

Skip 40 – 60%
(sebenarnya bisa 100%)

Belt Conveyor
Truck 7 – 8%, max. 14%
(sekarang 14-18%, max.22%)
Lori 3% (sekarang ± 10%)

Gambar 22
PERBANDINGAN KEMAMPUAN MENGATASI KEMIRINGAN JALAN
DARI ALAT- ALAT ANGKUT
Penggolongan Truck
1. Ada bermaca-macam “drive”
“Front wheel drive”, lambat dan lekas aus bannya.
“Rear wheel drive” = standard
“Four wheel drive”
“Double rear wheel drive”
Gambar 23
MACAM-MACAM “WHEEL DRIVE”
Tabel I
PENGARUH UKURAN TRUCK TERHADAP ONGKOS
ANGKUT DAN GALI
Ukuran Banyak- Output Ongkos/jam Ongkos muat Ongkos Jumlah
truck nya truck cuyd Satu Total Satu Per angkut ongkos
cuyd truck cuyd tiap cuyd angkut truck
cuyd
3 5 96 $ 3.75 $18.75 $ 0.09 $0.030 $ 0.195
3 6 102 3.75 22.50 0.09 0.030 0.221
6 3 97 4.90 14.70 0.23 0.038 0.152
6 4 102 4.90 19.60 0.23 0.038 0.192
10 2 89 7.05 14.10 0.54 0.054 0.159
10 3 102 7.05 21.15 0.54 0.054 0.207
15 2 102 10.80 21.60 1.26 0.084 0.212
20 2 102 15.20 30.40 2.36 0.118 0.299

Tabel II
PENGARUH UKURAN ALAT MUAT TERHADAP ONGKOS

20
ANGKUT DAN GALI
Ukuran Output/hr Ongkos Jumlah Ongkos Ongkos Ongkos Ongkos
shovel cu.yd shovel truck truck per gali per angkut total per
per jam jam cu.yd per cu.yd cu.yd
½ 76 $ 8.20 2 $ 21.60 $ 0.108 $ 0.285 $ 0.393
¾ 108 9.30 2 21.60 0.086 0.200 0.286
1* 125 9.60 2 21.60 0.077 0.173 0.250
1 140 9.60 3 32.40 0.069 0.232 0.291
1½ 191 14.25 3 32.40 0.075 0.170 0.245
2* 231 19.85 3 32.40 0.086 0.140 0.226
2 240 19.85 4 43.20 0.083 0.180 0.263
2½ 280 22.45 4 43.20 0.080 0.154 0.234
3 312 26.90 4 43.20 0.086 0.139 0.225
* Kapasitas shovel kecil karena jumlah truck terbatas.

4. “Loading Units” (alat-alat muat)

Untuk pengambilan dan pemuatan material keatas alat angkut (lori,


truck, dsb.) dibutuhkan alat-alat muat yang sangat banyak macam-
macamnya karena keadaan lapangan pekerjaannyapun sangat bermacam-
macam. Tetapi yang akan kita bahas berikut ini hanya “power shovel” dan
“dragline” saja.
a. “Power Shovel”
Merupakan sekop besar yang mekanis, digerakkan oleh mesin
uap, atau mesin bensin, mesin diesel atau kadang-kadang dengan mesin
listrik.
Gambar 24
“POWER SHOVEL” (POSITIVE CHAIN CROWD TYPE)
Besar alat ini diukur dengan “dipper”nya yang dapat digerakkan baik
horizontal maupun vertical. “Power shovel” kecil ukuran “dipper”nya
(1/2) ¾ - 2 cu yd ; yang ukuran sedang 2 – 8 cu yd ; yang berukuran
besar 8 – 35 cu yd atau lebih.
Umumnya semakin keras batuan yang digali, semakin kecil
ukuran “dipper”-nya dan gigi-gigi pada “dipper” itu terbuat dari
“manganese steel”. Cara penggalian tergantung dari cara menggerakkan
“dipper stick”nya.
Gambar 25
CARA MENGGERAKKAN “DIPPER STICK”
Kapasitas “Power Shovel” tergantung dari :
a. Keadaan material : keras atau lunak.

21
b. Keadaan lapangan, misalnya tinggi lereng yang digali.
c. Effisiensi alat muat dan alat angkut
d. Pengalaman operatornya.
Tetapi sebagai gambaran dapat dikatakan bahwa :
 1 ¾ cu yd “dipper” di Mesabi Range,
Kapasitasnya : 200 – 350 ton/jam.
 3 cu yd “dipper” di Mesabi Range,
Kapasitasnya : 300 - 625 ton/jam.
 4 cu yd “dipper” di Mesabi Range,
Kapasitasnya : 500 – 625 ton/jam.
 4 ½ cu yd “dipper” di Mesabi Range,
Kapasitasnya : 625 ton/jam.
Mengenai data untuk yang ¾ cu yd : beratnya 21 ton, kecepatan
berjalan 0,9 mph, mesin 84 HP, swing speed 4 – 5 rpm. Tinggi
penggalian maksimum 25 ½ ft, jari-jarinya : 5 ft, dan tinggi
pengangkatan (dumping height) 18 ft.
Pekerjaan yang dapat dilakukan oleh alat tersebut adalah :
1. Penggalian dilereng bukit (tambang batubara, batu
gamping, tanah biasa, dsb.) dan “stripping” pada umumnya.
2. Memuat (loading) material kesebuah alat angkut (lori,
truck, dsb), yang terletak baik pada tinggi yang sama mupun
ketempat yang lebih tinggi letaknya (alat angkut tsb).
3. Mengangkat dan melepaskan material keatas “belt
conveyor”, “hopper”, “grizzly”, “bin”, dsb.
4. Membuang tanah penutup (dumping top soil into spoil
bank) secara “back filling”.
5. Penggalian kebawah untuk membuat selokan-selokan
atau terusan (kanal), “trench”. Dll.
6. Menggali secara mendatar untuk “grading’ yau
memotong lapisan yang tipis mendatar.
Cara menempatkan alat ini ditempat kerjanya ada bermacam-
macam tergantung dari topografi lapangan dan tujuan kerjanya.
Misalnya :

22
a. Kalau tempat kerja sudah tersedia (misalnya
pada “side hill operation”) tidak perlu dibuatkan jalan masuk.
b. Bila tempat yang akan digali datar, perlu dibuat
oleh alat itu sendiri sebuah jalan masuk. Kemudian kalau sudah
berada ditempat kerjanya harus diletakkan sedemikian rupa, sehingga
gerakan-gerakannya effisien dan cukup tempat untuk alat angkut
mendekatinya.
Gambar 26
BENTUK AWAL TEMPAT KERJA “POWER SHOVEL”
b. “Dragline”
Alat yang dipakai untuk batuan-batuan yang relative lunak dan
sudah lepas, tidak untuk batuan keras dan kompak. Dipakai untuk
dibawah ketempat alat tersebut berdiri.
Gambar 27
“DRAGLINE”
Seperti juga “power shovel”, maka “dragline” juga dapat
digerakkan oleh media diesel, motor listrik, motor bensin atau mesin
uap.
Disini juga besarnya “dragline” ditentukan oleh besarnya
“bucket”-nya. Ukuran yang kecil memiliki “bucket” : ¼ - 2 cu yd, yang
sedang 2 – 8 cu yd, dan yang besar : 8 – 35 cu yd atau lebih.
“Bucket” dengan ukuran yang sama, mungkin mempunyai
berat yang berlainan. Ini tergantung dari kondisi fisik batuan yang digali,
semakin berat “bucket”-nya. Dan berat itu diletakkan dekat pada gigi-
gigi atau bagian depan “bucket”.
Contohnya ; “bucket” dari 3 ½ cu yd mungkin memiliki berat
600 lbs, 7100 lbs, atau 8000 lbs.
“Bucket” tersebut biasanya terbuat dari “manganese steel”,
kecuali bagian atas dan belakangnya. Bentuknya kira-kira seperti sketsa
dibawah ini.
Gambar 28
BENTUK “BUCKET’
Kapasitasnya dipengaruhi oleh empat hal seperti pada “power
shovel”, yaitu :

23
1. Keadaan material : keras ayau lunak.
2. Keadaan lapangan atau tempat kerja
 Penggalian didaerah yang berair atau sungai
menurunkan kapasitasnya sampai 25%, disebabkan banyak
material yang jatuh bersama air yang keluar dari bucket (spill).
 Sebaliknya penggalian-penggalian dangkal
memberi kenaikan kapasitas karena mengurangi gerak “full
swing” yang memakan waktu.
3. Effisiensi alat muat dan alat angkut.
4. Pengalaman operatornya.
Beberapa contoh kemampuan “dragline” :
 5 cu yd, kapasitas rata-ratanya : 2,200 cu
yd/shift.
 8 cu yd, kapasitas rata-ratanya : 3,000 cu
yd/shift.
 9 cu yd, 150 ft boom, kapasitas rata-ratanya :
225,000 cuyd/bulan
 10 cu yd, kapasitas rata-ratanya : 3,600 cu
yd/shift.
 12 cuyd, 185 ft boom, kapasitas rata-
ratanya:450,000 cuyd/bulan
Tentang ukuran/dimensinya untuk ¾ cu yd bucket : beratnya
100 – 400 ton, kecepatan bergerak 1 mph, panjang boom 60 ft.
Pekerjaan yang dapat dilakukan oleh alat ini adalah :
1. Menggali “overburden” (stripping of overburden) yang lunak
atau sedikit keras (medium hard), terutama pada “overburden” yang
tidak teratur tebalnya. “Bench stripping” juga dapat dilakukannya.
2. Membuat terusan, selokan, “trench”, dll. Kalau tanahnya lunak
dapat lebih effisien daripada “power shovel”.
3. Menggali pasir, kerikil atau tanah yang terletak dibawah
permukaan air, juga dapat dipakai untuk memperdalam terusan
(kanal), sungai, dll.
4. Membuat dam kecil dengan menggali tanah dri daerah
sekitarnya.

24
5. Mengangkut (memuat) dan melepaskan pasir, kerikil atau
batubara keatas alat angkut, “hopper” atau “belt conveyor”.
Penempatan alat ini ditempat kerjanya biasanya dilakukan
dengan alat angkut lain (trailer), karena jalannya sangat pelan (1mph).
setelah dekat pada tempat kerja baru diturunkan dan berjalan sendiri
untuk mencari tempat berpijak yang kering dan cukup kuat antara lain :
a. Kalau tempat kerja sudah berupa lereng, maka tidak
perlu dibuatkan tempat kerja khusus.
Gambar 29
TEMPAT KERJA “DRAGLINE”
b. Jika yang akan digali masih berupa lapangan yang
datar, maka “dragline” harus membuat sendiri lereng tempat
kerjanya.
Panjang dan pendeknya “boom” tergantung dari kerja yang harus
dilakukan. “Boom” pendek dipakai untuk mengangkat dan mengisi
alat-alat pengangkut (truck, lori, dll.). “Boom” yang panjang
umumnya dipergunakan untuk pekerjaan-pekerjaan penggalian dan
“stripping” pada tambang-tambang alluvial, phosphate, coal
(batubara), “industrial minerals”, dll.

5. “Rooter/Ripper” (alat perobek material


keras)
Alat itu sbenarnya dimaksudkan sebagai alat untuk pembantu
“bulldozer” dan “scraper” dalam menghadapi batuan, tanah atau material
yang keras. Kalau “bulldozer” atau “scraper” bekerja sendiri tanpa bantuan
‘rooter” dalam menghadapi batuan yang keras, ternyata hasil kerjanya tidak
sebesar kalau dibantu oleh “rooter” tersebut. Kekuatan alat ini tergantung
pada kemampuan gigi-giginya untuk mauk kedalam tanah dan kekuatan alat
yang menarik “rooter” itu (biasanya ‘tractor” atau “bulldozer”).
Gambar 30
“ROOTER/RIPPER”
Gigi-giginya dapat diturun-naikkan (adjustable), disesuaikan dengan
dalamnya penggalian yang dikehendaki dan keadaan material yang akan
didobrak. Bagian belakang yang bergigi itu dapat diatur tinggi rendahnya

25
dengan memakai kabel untuk “hydraulic control”, sehingga dalamnya
penggalian dapat diatur.
Kegunaan alat ini diantaranya adalah :
1. Membantu “bulldozer” pada waktu membersihkan lapangan dari
pepohonan (clearing), yaitu dengan melewatkan “rooter” tersebut
beberapa kali, sehingga sebagian besar akar pohon-pohon yang dilewati
akan putus. Ini berarti memperingan pekerjaan “bulldozer”.
2. Kadang-kadang dengan memakai gigi-giginya sebuah pohon dapat
dengan mudah ditumbangkan tanpa menggali tanah disekeliling pohon
tersebut. Atau karena lebatnya hutan suatu daerah, maka akar pepohonan
akan saling berjalin. Untuk itu dapat dipakai dua “rooters” yang bergerak
memotong tegak lurus satu sama lain.
3. Membantu “scraper” ditempat-tempat yang tanahnya keras. Misalnya
Lumpur yang kering dan mengeras karena panas matahari, akan lebih
mudah dikerjakan oleh “scraper” bila sebelumnya telah dilalui beberapa
kali oleh sebuah “rooter”.
4. Menggantikan fungsi alat bor dan bahan peledak untuk “weathered
rock”.
5. Di tempat penimbunan kadang-kadang diperlukan pemadatan tanah
dengan memakai air. Untuk mempercepat meresapnya air kedalam tanah
isian itu, “rooter” dapat dipakai untuk membuat parit-parit kecil dimana
akan dialirkan air.
6. Untuk merobek atau merusak kaki-lima (pavement) yang terdiri dari
ubin, beton atau aspal yang sukar untuk digali dengan alat bor atau
“bulldozer”.
7. Merusak jalan atau landasan terbang yang terbuat dari beton.
Perusakan itu harus dimulai dari ujung sehingga gigi-gigi “rooter” dapat
mengangkat bagian-bagian beton dari bagian bawahnya.
Untuk memperoleh hasil galian yang baik, maka ada beberapa hal
yang perlu dilaksanakan :
1. Kalau mungkin, artinya keadaan mengizinkan, tancapkan
seluruh gigi sedalam mungkin dengan memakai seluruh kekuatan yang
dimiliki “bulldozer” penarik. Jika yang diperlukan hanya dua gigi saja,
maka gigi yang ditengah yang diambil dulu. Bila hanya satu gigi saja,

26
maka gigi saja yang dipakai, maka kedua gigi yang disamping yang
diambil.
2. Pada waktu menggali dan merusak bagian-bagian yang
keras harus diambil jalan yang lurus, pada saat akan membelok giginya
harus diangkat dulu utnuk menghindari gigi-giginya terpuntir dan
mungkin jadi rusak atau patah ; kalau gigi-giginya cukup kuat, mungkin
bagian lain yang akan terpuntir (“body”-nya misalnya).
3. Jika sekiranya terkait benda yang keras, sehingga
“tractor”-nya berhenti, angkut dulu gigi-gigi “rooter” itu, kemudian
diperiksa apakah yang menyebabkan kemacetan tadi.
4. Agar gigi-gigi dapat masuk lebih dalam, dapat diberi
pemberat pada badan “rooter” atau berat dari “dozer blade” kadang-
kadang dapat juga membantu dalam keadaan khusus.
5. Gigi-gigi yang aus dan tumpul akan :
 Mengurangi hasil galian karena gigi tidak dapat
masuk cukup dalam.
 Menambah “stress” pada badan “rooter”.
Oleh sebab itu gigi-gigi yang aus harus segera diganti atau dipertajam
kembali.
6. Jika harus bekerja bersama-sama “power scraper” atau
“grader” harus diusahakan agar gerakan-gerakan kedua alat tersebut
jangan sampai saling mengganggu.

6. “Roller” (Pemadat Tanah)


Memadatkan tanah isian atau batu sering kali harus pula dilakukan
pada pekerjaan pemindahan tanah. Memadatkan tanah isian perlu dikerjakan
untuk menghindari adanya ruangan yang tak terisi penuh (void). Ini berarti
bila mengalami tekanan yang agak besar akan tenggelam, menimbulkan
lekukan-lekukan yang tak dikehendaki.
Selain itu memadatkan juga berarti mendekatkan masing-masing
partikel, sehingga kohesi dan “internal friction” menjadi lebih besar, artinya
tanah itu lebih stabil. Jadi tidak mudah rusak karena adanya tekanan-tekanan
luar yang tak dikehendaki, dan juga memperkecil kemungkinan meresapnya

27
air yang berlebihan (karena tak ada “void”) yang mudah menyebabkan
bahaya longsor (air dapat bersifat sebagai minyak pelumas).
Alat yang dipakai untuk memadatka tanah itu disebut : “compacting
machine”, “vibrator” atau “roller”.
Ada empat type “roller”
a. “Sheepsfoot rollers”.
b. “Pneumatic tired rollers”
c. “Grid type rollers”.
d. “Smooth steel wheel rollers”
ad.
a. “Sheepsfoot rollers”
Alat pemadat tanah ini sekarang banyak dipakai. Pada dasarnya
alat ini terdiri dari sebuah silinder besi yang bergigi dan ditarik oleh
sebuah “tractor”. Ukuran silindernya bermacam-macam ; panjangnya
antara 4 ft – 7,5 ft diameternya antara 40’ – 75’. Panjang gigi-giginya
min ; 7’ dengan kerapatan 3 gigi tiap 2 sq ft bentuknya bulat atau persegi
empat tidak sempurna atau enam.
DenganAlat ini pemadatan tidak terjadi mulai permukaannya.
Tetapi beebrapa inci dibawah permukaan sesuai dengan panjangnya gigi-
gigi tersebut. Dengan demikian pemadat6an itu bisa lebih sempurna
lebih-lerbih kalau diperhatikan pula kelembaban tanah itu. Untuk
pemadatan yang tebala selinder besinya perlu diperberat dengan
pemasukan pasir atau aior kedalamnya. Dengan demikian dapat
diperoleh tekanan 600 1000 psi. selinder-selinder-selinder itu juga dapat
dijajarkan dua atau tiga, dan ditarik bersama-sama. Kecepatran yang
umum 2,5 miles/jam.
Karena adanya gaya-gaya tersebuit maka alat ini tak dapat
menyelesaikan pekerjaan secara menyeluruh, biasanya 2-5 dari
permukaan selalu tidak rata. Untuk itu perlu dibantu oleh Bulldozer
scraper’ SmootSteel wheet roller”, atau Pneuatic tired roller’.
b. Pneumatic tired roller’.
Sebenarnya alat ini hanya terdiri dari pemberat yang di latakan
pada roda dengan ban karet yang besar-besar. Roda-roda tersebur kecuali
bergerak maju dapat pulah digetarkan. Atau digerakan naik turun untuk

28
memberi “ impact’. Alat ini kadang-kadang memeliki berat 80 ton,
sehingga tranah timbunan sedalam 24 dapat dipadatkan sekali jalan.
Alat ini sangat baik untuk tanah timbunan yang berupa pasir atau
kerikil yang kohesinya kecil.
Keuntungan Alat ini :
1. Beratnya mudah di ubah dengan mengurangi pemberatnya
dan tekanan udara pada ban-bannya.
2. Mudah permukaan bagian timbunan yang kurang padat,
karena permukaan timbunan yang di laluinya akan lekul,atau
tenggelam

c. “Grid type rollers”.


Merupakan Alat pemadat baru. Sebenarnya kompromi antara
sheeps foot type denga smooth steel wheel type’.
Kemampuan belum diketahu karena masih baru. Tetapi yang
jelas ini suatu usaha perbaikan terhadap alat-alat yang kini telah ada.
d. “Smooth steel wheel rollers”.
Alat ini umunya dapat bergerak sendiri, artinya tidak perlu di
tarik” tractor’. Tetapi gaya traksi (traction power)-nya kecil, sehingga
akan sulit bergerak ditempat-tempat yang tidak rata atau lapangan yang
menanjak. Terutama dipegunungan untuk pemadatan terakhir sesudah
dipadatkan dengan alat-alat lain. Hal ini disebabkan karena hasil
pemadatannya yang sempurna yang terjadi dipermuaan saja. Semakin
dalam semakin berkurang effek pemadatannya. Berat alat ini sekitar 2-
25 ton.

7. “ Grader”
Ini ada;lah alat untruk meratakan tanah tim,bunan atau memelihara
jalanan yang tidak diperkeras.terdiri dari “blade”yang dihuibungkan kepada
suatu “cirela”sehingga dapat digerakan dalam arah mendatrar dan vertical.
“blade’ tersebut dapat pulah diputar 180 , jadi waktu Grader mundurpun
dapat meratakan tempat gfalian atau tempat kerja.
“Blade” dengan segala peralatan untuk menggerakannya
ditempatkan pada motor penggerak (primer motor) yang biasanya beroda

29
empat. Cara kerjanya hampir sama dengan “Scraper”, yaitu menggali tanah
dibawahnya dengan tebal tertentu dengan mempergunakan “blade”-nya.
Bedanya dengan “scraper” tanah hasil galian tidak diangkut sendiri, dan
tanah galiannya sangat sedikit jumlahnya. Jadi alat tersebut bukan menggali.
Melainkan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing works) dan pemiliharaan
saja.

Kemampuan alat tersebut antara lain:


 Membuat, meratakan dan memilihara jalan-jalan yang tidak
diperkeras seperti umumnya jalan-jalan yang terdaptr ditambang terbuka.
 Membantu kerja “ scraper’ dan “roller’ untuk meratakan
tempat penimbunan tanah.
 Menggali selokan-selokan dangkal yang agak lebar.
 Meratakan suatu “ Slope dan embankment”yang tidak curam.
 Kalau terpaksa dsapat dipakai untuk short haul excavation’.
 Untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan meratakan
lapangan terbang, dam-dam dan tanggul-tanggul.
Gambar 31
“G R A D E R”

8. Conveyor”
“Coveyor” adalah alat angkut material secara kesenanbungan baik
pada keadaan miring tegak maupun mendatar.
Modifikasi tergantung dari penggunaannya dan dapat terbuat dari
karet atau logam.
Macam-macm Conveyor:
1. Belt Conveyor : - rubberized textile
- Coveyor dengan metal belts.
- Chaing driven dan rope driven belt-conveyor .
- Submerged belt conveyer
8. Apron conveyor adalah:
9. Flight Conveyor .
10. V-bucket ,nivoted bucket dan swing tray conveyer
11. Overhead conveyer
12. Load propelling conveyor.

30
13. Car atau p0ltform conveyor
14. Bucket,arm dan swiing-tray conveyer
15. Screw conveyer
16. Roller conveyer
17. Oscillating dan vibrating conveyor
18. Pneumatic conveyer
19. Hydraulic conveyer.
Disini akan di bahas mengenai belt-conveyer saja.
Belt-Conveyer.
Belt – Conveyer dapat di gunakan untuk mengangkut material baik
berupa “unit load” atau “bulk material” secara mendatar maupun miring.
Yang di maksud dengan “unit load” adalah benda yang biasanya
dapat dihitung jumlanya satu per satu, misal kotak-kotak, kantong, balok dan
lain-lain. Sedang “bulk material adalah material berup butir-butir atau
serbuk misalnya pasir, batubara, semen dan lain-lain.
Bagian-bagian penting belt conveyor (lihat Gambar).
1. “belt” : Untuk membawa matrial yang diangkut.
Belt dibuat dari beberapa lapisan tenunan benang kapas
yang tebal membentuk suatu” Carcass”. Kekuatan belt
di nyatakan oleh jumlah lapisan( misalnya; 4,6,7,8 “
Play” dst ) dan bera Bagian-bagian penting bel-
Conveyer ( lihat gambar). t dari beberapa lapaisan
tersebut (misalnya : 28, 32, 36, 42 oz, dst ).
2. “Idler” : Untuk menahan atau menyangga belt.
“Idler” menurut letak dan fungsinaya di bagi menjadi:
a.“Idler” atas atau “Idler” pembawa (Carring Idler)
untuk menahan belt bermuatan. Ada dua macam,
yaitu :
- “Anoughing Idlers”.
- “Flat Idlers”
b. “Idler” bawah atau “Idler” balik (return
Idler), untuk menahan belt kosong.

31
3. “Centering device“ untuk
mencegah agar belt tidak meleset dari “rollers” digunakan belt
“training Idler”.
4. “Drive Units”
Pada belt onveyor tenaga grak dipindahkan dipindahkan ke belt oleh
adanya gesekan antara belt dengan “pulley” penggerak, karena belt
melekat sekeliling “pulley” yang diputar oleh rotor.
5. “Take-ups”
Untuk mengatur tegangan belt, dan untuk mencegah selip antara belt
dengan pulley penggerak (drive pulley) karena bertambah panjangnya
belt.
Jenis “Take-up” adalah :
“Scraw Take-Up”,
Counterweight (gravity) take-up”, yang ada dua
macam yaitu :
 “Horizontal (carriage) gravity tale-up”.
 “Vertical gravity take-up”.
6. “Bending The Belt”
Alat yan berguna untuk melengkungkan belt adalah :
 Pulley terakhir atau pertengahan,
 Susunan roller-roller,
 Adanya lenturan belt.
7. “Feeder”
Untuk putaran material ke belt dengan kecepatan yang teratur. Dari
feeder dapat langsung ke belt atau melalui orongan untuk mengurangi
benturan pada waktu material jatuh ke belt.
Macam-maam feeder, adalah :
“Appron Feeder”
“Recproating Feeder”
“Rotary Vane Feeder”
“Rotary Plow Feeder”
8. “Trippers”
Adalah alat untuk menumpahkn muatan pada suatu tempat,

32
9. “Belt-cleaner”
Dipasanga agar material tidak melekat pada “return belt”, karena belt,
pulley, dan idler yang bersih akan memperpanjang umur belt.
10. “Skirts”
Untuk mencea ceceran pada loading point yang terbuat dari logam atau
kayu dan dapat dipasang tegak atau miring.
11. “Holdback”
Untuk mencegah agar belt-conveyor yang membawa muatan ke atas
tidak berputar kembali ke bawah jika tenaga putar dihentikan.
12. Kerangka (Frame)
Harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga jalannya belt diatasnya
baik, ini sangat tergantung pada medan operasinya (mendatar, miring
atau kombinasi keduanya).
13. Motor Penggerak
Untuk menggerakkan “drive pulley”. Tenaga dari rotor harus
disesuaikan untuk keperluan :
 Menggerakkan belt kosong dan mengatasi gesekan-gesekan
antara idler denga komponen lain.
 Menggerakkan muatan secara mendatar (horizontal)
 Mengangkut muatan secara tegak (vertical)
 Menggerakkan tripper dan perlengkapan lain
 Memberikan percepatan pada belt bermuatan, bila diperlukan.

PRODUKSI BELT-CONVEYOR
Jumlah material yang dapat diangkut oleh belt-conveyor tergantung
dari :
a. Lebar belt.
b. Kecepatan belt.
c. Sudut roller/idler terhadap bidang datar.
d. “Angle of surcharge” material.
e. Kecepatan material (density).
f. Kemiringan belt.
Produksi belt-conveyor dapat dinyatakan dengan rumus :

33
AxSx D
C=
2.000
Dimana :
C = Produksi, ton/jam (lihat Tabel IV)
A = Luas Penampang material yang diangkut, ft2
S = Kecepatan belt, ft/jam (lihat Tabel V)
D = Kecepatan material, lb/ft.
Luas penampang melintang tergantung daripada lebar belt, sudut roller/idler
terhadap bidang datar, “angle of repose” material dan bagian belt yang terisi
material (lihat Gambar X dan Tabel III).
Gambar 32
LUAS PENAMPANG MELINTANG MUATAN PADA BELT-CONVEYOR
Untuk mencegah kemungkinan tumpahnya material, maka
dianggap bagian belt yang tidak diisi (=0,05 W-1) in dari masing-masing sisi
belt, dimana W = lebar belt (in).
Tabel III
LUAS PENAMPANG MELINTANG MATERIAL
YANG DIBUAT PADA BELT-CONVEYOR
Lebar 0,05W+1 Area of Area of surcharge Total area sg, ft for angle of
belt level Sg ft, for angle, of repose, deg.
load, repose,deg.
in in SG ft 10 20 30 210 220 230
16 1,8 0,072 0,020 0,059 0,090 0,101 0,131 0,162
18 1,9 0,096 0,038 0,078 0,118 0,134 0,174 0,214
20 2,0 0,122 0,048 0,098 0,150 0,170 0,220 0,272
24 2,2 0,185 0,072 0,146 0,225 0,257 0,331 0,410
30 2,5 0,303 0,118 0,238 0,365 0,421 0,541 0,668
36 2,8 0,450 0,174 0,351 0,540 0,624 0,801 0,990
42 3,1 0,627 0,241 0,488 0,749 0,868 1,115 1,376
48 3,4 0,833 0,321 0,649 0,992 1,154 1,482 1,825
54 3,7 1,068 0,408 0,826 1,264 1,476 1,894 2,332
60 4,0 1,333 0,510 1,027 1,575 1,843 2,360 2,908
Tabel IV
PRODUKSI “THROUGHED BELTS CONVEYOR” DALAM TON/JAM
UNTUK KECEPATAN 100 RPM
Lebar Max Lumps Berat material, lb per Cu ft
belt Sized Unsized
in in in 30 50 90 100 125 150 160 180 200
14 2 2½ 9 15 28 31 39 46 49 56 62
16 2½ 3 13 21 38 42 52 63 67 75 83
18 3 4 16 27 48 54 57 81 86 97 107
20 3½ 5 20 33 60 67 83 100 107 120 133
24 4½ 8 30 50 90 100 125 150 160 180 200
30 7 14 47 79 142 158 197 236 252 284 315
36 9 18 70 117 210 234 292 351 374 421 467
42 11 20 100 167 300 333 417 500 534 600 667
48 14 24 138 230 414 460 575 680 736 828 920

34
54 15 28 178 297 534 593 741 990 948 1.070 1.190
60 16 30 222 369 664 738 922 1.100 1.180 1.330 1.480
* Courtesy Hewitt-Robins, Inc.

Tabel V
KECEPTAN MAXIMUM BELT CONVEYOR, RPM
Kind and condition of Width of belt, in
material handled 14 16 18 20 24 30 36 42 48 54 60
Unised coal, gravel,
stone, asbes, ore, or
similar material 300 300 350 350 400 450 500 550 600 600 600

Sized coal, coke, or


other breakable
material 250 250 250 300 300 350 350 400 400 400 400

Wet or dry sand 400 400 500 600 600 700 800 800 800 800 800

Crushed coke,
crushed slag, or other
abrasive material.
250 250 300 400 400 500 500 500 500 500 500
Large lump ore, rock,
slag, or other large
abrasive material.

… … … … 350 350 400 400 400 400 400


*Courtesy Hewitt-Robins, In.

Jika belt-conveyor untuk mengangkut muatan dengan kemiringan


(naik) lebih besar dari 10o, maka prouksi belt-conveyor harus dikalikan
dengan konstanta, sbb. :
Kemiringan Konstanta
10o …………………. 0.98
15o …………………. 0,96
20o …………………. 0,94
25o …………………. 0,91
Sudut maximum kemiringan belt-conveyor
Ini tergantung dari :
a. Bentuk material ; bentuk yang teratur misalnya :
“briquettes”, “pellets”, cenderung menggelinding, naka hanya dpat
diangkut dengan sudut kecil, yaitu 10o – 12o.
b. Kesinambungan tidaknya “feed” ; feed yang tidak
berkesinambungan mengakibatkan penggumpalan pada ujung bawah
belt.

35
c. Penyebaran ukuran butir ; material yang telah
diayak tidak sebaik material yang mempunyai penyebaran ukuran
butiran yang luas bila diangkut dengan belt-conveyor miring ke atas.
d. Kandungan air ; sampai pada titik tertentu
penambahan kandungan air menambah kemampuan untuk diangkut pada
belt-conveyor dengan kemiringan yang agak tinggi.
e. Sifat material ; material-material yang mempunyai
sifat tertentu, misalnya mudah dipengaruhi air, terlalu kering sifat seperti
fluida akan mempengaruhi kemiringan maksimum belt-onveyor.

TENAGA DAN TEGANGAN BELT CONVEYOR


Tanah keseluruhan yang diperlukan untuk menggerakkan belt-
conveyor bermuatan adalah jumlah tenaga yang digunakan untuk :
a. Menggerakkan belt-conveyor kosong diatas idler.
b. Menggerakkan muatan secara mendatar.
c. Mengangkata atau menurunkan muatan secara
tegak.
d. Memutar pulley.
e. Mengatasi kehilangan.
f. Menggerakkan tripper, jika digunakan tripper.

Ad.
a. Tenaga yang diperlukan untuk menggerakkan belt-kosong.
Ini dipengaruhi oleh : jenis “bearing” pada idler, penampang dan
jarak daripada idler, panjang belt, dan kecepatan belt.
Energi yang diperlukan untuk menggerakkan belt kosong adalah:

36
E=L.S.C.Q …………………………… (1)
Dimana :
E = energi, ft lb per min.
L = panjang conveyor, ft
S = Kecepatan belt, fpm.
C = Faktor gesekan idler (lihat tabel VII)
Q = berat bagian-bagian yang berputar per ft.onveyor (lihat
Tabel VII)
Tabel VII
FAKTOR GESEKAN IDLER
Penampang dari idler pulley, Factor
in Gesekan
4 0,0375
5 0,0360
6 0,0300
7 0,0250
Persamaan (1) di atas bila dibagi dengan 33.000, satuan P
menjadi HP maka :
L.S.C.Q
P= ……………………………………
33.000
(2)
TABEL VIII
ANGKA Q
LEBAR IDLERS, 5-in-diameter, steel pulley Berat belt Berat Oonveyor lb per ft Q, lb per
lb per ft
BELT Berat bagian2 jarak Berat bagian2 jarak Idlers ft
yang berputar lb yang berputar lb troughing return belt
14 18 5’0” 9 10’0” 2,8 3,6 0,9 5,6 10,1
16 20 5’0” 11 10’0” 3,3 4,0 1,1 6,6 11,7
18 22 5’0” 12 10’0” 4,1 4,4 1,2 8,2 13,8
20 24 5’0” 14 10’0” 4,6 4,8 1,4 9,2 15,4
24 26 5’0” 17 10’0” 7,0 5,2 1,7 14,0 20,9
30 31 4’6” 21 10’0” 8,5 6,9 2,1 17,0 26,0
36 36 4’6” 25 10’0” 11,3 8,0 2,5 22,6 33,1
42 40 4’0” 29 10’0” 17,0 10,0 20,8 2,9 34,0 46,0
48 45 3’3” 34 10’0” 23,8 26,9 3,4 47,6 61,8
54 74 2’9” 54 10’0” 29,2 35,6 5,4 73,2 105,5
60 80 2’3” 60 10’0” 32,5 6,0 74,0 115,6
*Courtesy Hewitt-Robins, Inc.
Tabel IX
HP YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGGERAKKAN BELT CONVEYOR
KOSONG PADA KECEPATAN 100 FPM DENGAN PENAMPANG IDLER
5”
Panjang Lebar Belt, In
Conveyor,ft 14 16 18 20 24 30 36 42 48 54 60
50 0,05 0,06 0,07 0,08 0,11 0,14 0,18 0,25 0,35 0,54 0,63
100 0,11 0,13 0,15 0,17 0,23 0,28 0,36 0,51 0,70 1,14 1,25

37
150 0,16 0,19 0,22 0,25 0,34 0,42 0,53 0,76 1,05 1,71 1,88
200 0,22 0,25 0,30 0,33 0,45 0,56 0,71 1,01 1,40 2,28 2,50
250 0,27 0,32 0,37 0,42 0,56 0,70 0,89 1,27 1,75 2,85 3,13
300 0,33 0,38 0,45 0,50 0,68 0,84 1,07 1,52 2,10 3,42 3,76
400 ….. ….. 0,60 0,66 0,90 1,12 1,43 2,03 2,80 4,56 5,01
500 ….. ….. ….. 0,83 1,13 1,40 1,79 2,53 3,50 5,70 6,26
600 ….. ….. ….. 1,00 1,35 1,68 2,14 3,04 4,20 6,84 7,51
800 ….. ….. ….. ….. 1,80 2,25 2,86 4,05 5,60 9,12 10,00
1000 ….. ….. ….. ….. 2,26 2,81 3,57 5,07 7,00 11,40 12,50
1200 ….. ….. ….. ….. ….. 3,37 4,29 6,08 8,40 13,70 15,00
1400 ….. ….. ….. ….. ….. 3,93 5,00 7,09 9,80 16,00 17,50
1600 ….. ….. ….. ….. ….. 4,49 5,72 8,10 11,20 18,30 20,10
1800 ….. ….. ….. ….. ….. 5,05 6,43 9,12 12,60 20,50 22,60
2000 ….. ….. ….. ….. ….. 5,62 7,15 10,10 14,00 22,80 24,90
2200 ….. ….. ….. ….. ….. ….. 7,86 11,10 15,40 25,10 27,60
2400 ….. ….. ….. ….. ….. ….. 8,58 12,20 16,80 27,40 30,10
2600 ….. ….. ….. ….. ….. ….. 9,29 13,20 18,20 29,60 32,60
2800 ….. ….. ….. ….. ….. ….. 10,00 14,20 19,60 31,90 35,00
3000 ….. ….. ….. ….. ….. ….. 10,70 15,20 21,00 34,20 37,60
*Courtesy Hewitt-Robins, Inc.

b. Tenaga yang diperlukan untuk menggerakkan muatan secara mendatar.


Bila pada persamaan (1) Q diganti dengan W, yaitu berat muatan dalam
lb per ft, belt, maka :
L.S.C.W
P = …………………………………….
33.000
(3)
Persamaan (3) ini satuannya dapat dinyatakan dalam ton/jam dari mu
atau yang diangkutnya, jika :
T = material yang diangkut (digerakkan), ton/jam.
SW = material yang diangkut, lb/min
60 SW = material yang diangkut. Lb/jam.

60 SW 3SW
T = 2,000  100
100T
SW = ……………………………………. (4)
3
100 LCT LCT
Jadi P =  …………………….
3 x33000 990
(5)

Tabel X
HP YANG DIBUTUHKAN UNTUK MENGGERAKKAN MUATAN
SECARA MENDATAR DENGAN PENAMPANG IDLER 5”
Panjang
Conveyor Muatan, ton per jam
ft 50 100 150 200 250 300 350 400 500 600 700 800 900 1000
50 0,90 0,18 0,27 0,36 0,46 0,55 0,64 0,73 0,91 1,1 1,3 1,5 1,6 1,
100 0,18 0,36 0,55 0,74 0,91 1,1 1,3 1,5 1,8 2,2 2,6 2,9 3,3 3,
150 0,27 0,55 0,82 1,1 1,4 1,6 1,9 2,2 2,7 3,3 3,8 4,4 4,9 5,
200 0,36 0,73 1,1 1,5 1,8 2,2 2,6 2,9 3,6 4,4 5,1 5,8 6,6 7,
250 0,46 0,91 1,4 1,8 2,3 2,7 3,2 3,6 4,6 5,5 6,4 7,3 8,2 9,
300 0,55 1,1 1,6 2,2 2,7 3,3 3,8 4,6 5,5 6,6 7,7 8,8 9,9 10,

38
400 0,73 1,5 2,2 2,9 3,6 4,4 5,1 5,5 7,3 8,7 10,2 11,6 13,1 14,
500 0,91 1,8 2,7 3,6 4,6 5,5 6,4 7,3 9,1 10,9 12,7 14,5 16,4 18,
600 1,10 2,1 3,2 4,2 5,3 6,4 7,4 9,1 10,6 12,7 14,8 17,0 19,1 21,
800 1,40 2,7 4,1 5,5 6,8 8,2 9,5 10,6 13,7 16,4 19,1 22,0 25,0 27,
1,000 1,70 3,3 5,0 6,7 8,3 10,0 11,7 13,7 16,7 20,0 23,0 27,0 30,0 33,
1,200 2,0 3,9 5,9 7,9 9,8 11,8 13,8 16,7 19,8 24,0 28,0 32,0 36,0 39,
1,400 2,3 4,5 6,8 9,1 11,4 13,7 15,5 18,1 23,0 27,0 32,0 36,0 41,0 45,
1,600 2,6 5,2 7,7 10,3 12,9 15,5 18 21 26 31 36 41 46 52
1,800 2,9 5,8 8,7 11,5 14,6 17,3 20 23 28 35 40 46 52 58
2,000 3,2 6,4 9,6 12,7 15,9 19,1 22 25 32 38 45 51 57 64
2,200 3,5 7,0 10,5 13,9 17,4 21,0 24 28 35 42 49 56 63 70
2,400 3,9 7,6 11,4 15,2 18,9 23,0 27 30 38 46 53 61 68 76
2,600 4,1 8,2 12,3 16,4 20,0 25,0 29 33 41 49 57 65 74 82
2,800 4,4 8,8 13,2 17,6 22,0 26,0 31 35 44 53 62 70 79 88
3,000 4,7 9,4 14,1 18,8 23,0 28,0 33 37 47 56 66 75 85 94
*Courtesy Hewitt-Robins, Inc.
c. Tenaga yang diperlukan untuk menggerakkan muatan ke atas pada
Belt Conveyor miring.
Tenaga yang diperlukan terdiri dari dua macam :
Tenaga untuk menggerakkan muatan mendatar yang
ditentukan dengan persamaan (5).
Tenaga untuk mengangkat muatan secara tegak, ini
ditentukan sebagai berikut :
Bila
H = Jarak angkut tegak.
T = Berat material yang diangkut, ton/jam.
Dari persamaan (4) diperoleh :
100 T
= Berat material yang diangkut, lb/min.
3

100 TH
= Energy, ft lb/min.
3
100 TH TH
P= = ....................................................................... (6)
3 x 33.000 990
Jika muatan diangkut keatas oleh belt-conveyor miring, maka
tenaganya diambil dari motor penggerak, tetapi jika muatan diangkut ke
bawah, maka muatan membantu tenaga motor penggerak.
TABEL XI
HP YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGANGKUT MUATAN
Tinggi Muatan, ton per jam
pengang- 50 100 150 200 250 300 350 400 500 600 800 1000
katan, ft
5 0,3 0,5 0,8 1,0 1,3 1,5 1,8 2,0 2,5 3,0 4,0 5,1
10 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 5,1 6,1 8,1 10,0
15 0,8 1,5 2,3 3,0 3,8 4,5 5,3 6,1 7,6 9,1 12,0 15,0
20 1,0 2,0 3,0 4,0 5,1 6,1 7,1 8,1 10,0 12,0 16,0 20,0
25 1,3 2,5 3,8 5,1 6,3 7,6 8,8 10,0 13,0 15,0 20,0 25,0
30 1,5 3,0 4,5 6,1 7,6 9,1 11,0 12,0 15,0 18,0 24,0 30,0
40 2,0 4,0 6,1 8,1 10,0 12,0 14,0 16,0 20,0 24,0 32,0 40,0
50 2,5 5,1 7,6 10,0 13,0 15,0 18,0 20,0 25,0 30,0 40,0 51,0
75 3,8 7,6 11,0 15,0 19,0 23,0 27,0 30,0 38,0 45,0 61,0 76,0
100 5,1 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 51,0 61,0 81,0 101
125 6,3 13,0 19,0 25,0 32,0 38,0 44,0 51,0 63,0 76,0 101 126
150 7,6 15,0 23,0 30,0 38,0 45,0 53,0 61,0 76,0 91,0 121 152
200 10,0 20,0 30,0 40,0 51,0 61,0 71,0 81,0 101 121 162 202
300 15,0 30,0 45,0 61,0 76,0 91,0 106 121 152 185 242 303
400 20,0 40,0 61,0 81,0 101 121 141 162 202 242 323 404

39
500 25,0 51,0 76,0 101 126 151 177 202 252 303 404 505
*Courtesy Hewitt-Robins, Inc.

d. Tenaga untuk memutar


pulley.
Tenaga yang diperlukan tergantung dari : tegangan belt, berat
pulley dan porosnya, serta jenis dari “bearing”. Besarnya tenaga tersebut
dinyatakan dalam persen dari tenaga conveyor yang diperlukan untuk
mengatasi gesekan pulley, head drive dan babbited bearing (lihat Tabel
X).
TABEL XII
PERSEN DARI HP YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGATASI
GESEKAN PADA PULLEY, HEAD DRIVE DAN BABBITED BEARING
Panjang Kemiringan Conveyor. %
conveyor
ft 0 2-10 10-19 19-20 20-35
20 112 93 53 35 28
30 76 63 36 25 19
50 45 38 22 15 13
75 30 25 15 12 9
100 22 19 11 8 7
150 15 14 9 7 6
200 14 11 8 6 5
250 12 10 7 5 5
300 11 8 6 5 4
400 9 6 5 4 4
500 7 6 5 4 3
600 6 5 4 3 3
700 5 4 4 3 3
800 4 4 3 3 3
1,000 4 4 3 3 3
2,000 4 4 3
3,000 4 3 3
*Courtesy Hewitt-Robins. Inc.

e. Tenaga dari alat penggerak.


Jika untuk menggerakkan belt-conveyor diperlukan tenaga yang
besar maka di gunakan lebih dari satu pulley, yaitu dengan cara
“tandem” untuk menambah luas daerah kontak dengan belt. Tenaga dari
motor di pindahkan ke pulley melalui transmisi, misalnya : gear, rantai,

40
atau belt. Kehilangan tenaga pada transmisi ini kira-kira 5-10% atau
lebih yang tergantung dari jenis transmisinya.
Tegangan efektif yaitu tegangan pulley untuk menggerakkan belt
beserta muatannya, tegangan effektif Te yang diperlukan untuk
memindahkan tenaga (HP) ke belt dihitung dengan rumus :
Te = T1-T2 ..................................................................... (7)
Dimana :
Te = tegangan efektif
T1 = Tegangan pada sisi belt tegang
T2 = Tegangan pada sisi belt yang kendor
Untuk pulley penggerak, bila diketahui penampang dan
kecepatannya, tegangan effektif Te yang diperlukan untuk memindahkan
tenaga (HP) ke belt dihitung dengan rumus :
D Te N
P= ..................................................................... (8)
33,000
Dimana :
P = tenaga yang diberikan pada pulley, HP
D = Penampang pulley, ft
Te = Tegangan effektif antara pulley dan belt, lb.
N = putaran, rpm.
Atau :
33,000 P
Te = ................................................................. (9)
DN
Perbandingan T1/Te ditentukan oleh factor tegangan pulley.
Factor tegangan ini tergantung dari : permukaan pulley, yaitu polos atau
di beri alpisan, dan kontak antara belt dengan pulley.
Factor ini dapat dinyatakan dengan ;
T1
F= .................................................................... (10)
Te

TABEL XIII
FAKTOR TEGANGAN UNTUK PULLEY PENGGERAK
Sudut kontak Pulley Polos Pulley berlapisan
(derajat)
Single-pulley drive
200 1,72 1,42
210 1,70 1,40

41
215 1,65 1,38
220 1,62 1,35
240 1,54 1,30
Tandem drive
360 1,26 1,13
380 1,23 1,11
400 1,21 1,10
450 1,18 1,09
500 1,14 1,06

Jika diperlukan tegangan effektif Te antara pulley dengan belt


yang mempunyai sudut kontak 210o adalah 3.000 lb, tegangan minimum
pada sisi yang tegang ditentukan dari persamaan (10) dan Tabel XI.
Dari Tabel XI
F = 1,70 untuk pulley polos
T1 = F . Te
= 1,70 x 3,000
= 5,100 lb.
Jika pulley diberi lapisan
F = 1,40 dan T1 = F . Te
= 1,40 x 3,000
= 4,200 lb

BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALAT –ALAT

Untuk memperkirakan dengan teliti produksi alat-alat yang sudah dibicarakan di


depan, perlu dipelajari faktor-faktor yang langsung hasil mempengaruhi kerja
alat-alat tersebut, Faktor-faktor yang akan ditinjau adalah ;
1. “Digging resistance”

42
Yaitu tahanan yang dialami oleh alat ali pada saat penggalian tanah.
Tahanan ini disebabkan oleh :

a. Gesekan antara alat gali dan tanah. Umumnya semakin besar


kelembaban dan kasar butiran tanah, semakin besar gesekan yang
terjadi.
b. Kekerasan tanah yang umumnya bersifat menahan masukanya alat
gali ke daklam tanah.
c. Kekerasan (roughness) dan ukuran butiran tanah.
d. Adanya adhesi antara tanah dengan alat gali dan kohesi antara
butiran-butirabn tanah sendiri.
e. Berat jenis tanah ini terutama sangat berpengaruh terhadap alat gali
yang juga berfungsi sebagai alat muat (power shovel, clamshell,
dragline).
Besarnya “digging resistance” tersebut sangat sukar ditentukan
angka rata-ratanya, sebaiknya ditentukan langsung di tempat kerja.
2. “Rolling Resistance” (Tahan Gulir)
Adalah jumlah segala gaya-gaya luar (external forces) yag berlawanan
dengan arah gerak kendaraan yang berjalan di atas jalan atau permukaan
tanah. Dengansendirinya mengalami “rolling resistance” (=RR) ini secara
langsung. Adalah bagian luar ban-bannya.

Arah gerak truck

Gambar 33
“ARAH ROLLING RESISTANCE”
RR ini tergantung dari bannyak hal, diantaranya:
a. Keadan jalan, kekerasan dan kehalusan permukaanya; semakinkeras
dan halusnya jalan tersebut semakin kecil RR-nya. Macam tanah atau
material yang dibuat jalan tidak jadi soal.
b. Keadaan bagian kendaraan ang bersentuhan dengan jalan :

43
 Kalau ban karet yang akan berpengaruh adalah :ukuran ban,
tekanan dan permukaan bannya (masih baru atau mudah gundul
,macam kembangan tersebut)
 Jika memakai “crawler track” maka “track” tidak banyak
berpengaruh hanya keadaan jalan.
Besarnya RR dinyatakan dalam “pounds” (lbs) dari “tractive pull”yang
diperlukan untuk menggerakan tiap “gross ton” berat kendaraan dan isinya pada
jalan datar dengan kondisi jalan tertentu.
Contonya : suatu jalan yang terbuat dari tanah biasa yang dilewati kendaraan
beroda karet dengan tekanan 35-50 lbs diperkirakan memiliki RR sebesar 100
lbs/ton. Kalau berat kendaraan tersebut 20 ton, maka ‘rimpull’ atau “tractive
pull” atau “tractive effort” atau “draw bar pull” (akan dijelaskan lagi nanti) yang
diperlukan untuk mengusahakan agar kecepatan bergerak kendaraan tersebut
tetap adalah sebesar
RP/TP/TE/DBP = berat kendaraan x RR
= 20 ton x 100 lbs/ton
= 2000 lbs.
Beberapa angka dari RR untuk bermacam-macam keadaan jalan dan
roda secara kasar dapat dilihat pada tabel XIII dan tabel XIV.
Harus juga diingat bahwa untuk menentukan RR yang tepat untuk tiap
macam jalan itu sukar dilakukan, karena ukuran ban, tekanan ban dan kecepatan
bergerak kendaraan itupun sebenarnya dapat mempengaruhi RR. Jadi yang
diberikan di depan adalah angka-angka umum atau rata-rata saja.
Seandainya RR suatu jalan untuk kendaraan tertentu ingin diketahui
dengan tepat, maka dapat dilakukan percobaan sbb: manarik kendaraan tersebut
dengan barat yang sudah diketahui pada jalan tersebut (ambil yang datar)
dengan kecepatan tetap. Pada kabel penarik atau dipasang sebuah dynamometer
untuk mengukur gaya tarik (tension) rata-rata pada kabel tersebut. Gaya tarik
tersebut tidak lain jumlah RR yang diderita kendaraan tersebut.
Maka RR-nya dalam lb/gross ton dapat dihitung sbb :
P
RR =
W
Di mana : P = gaya tarik pada kabel, lb.
W = berak kendaraan,gross ton.

44
TABEL XIV
ANGKA –ANGKA ROLLING RESISTANCE UNTUK BERBAGAI JALAN
MACAM JALAN Crawler Rubber tired*) Tek. Ban Rata-rata
type Tek;ban Rendah
tinggi
Smooth concrete 55 35 45 40
Good asphalt 60-70 40-65 50-60 45-60
Hard earth,smooth,wellmaintained 60-80 40-70 50-70 45-70
Dirt road, average contruction, road
little maintainance 70-100 90-100 80-100 85-100
Dirt road, soft, rutted, poorly
maintained 80-110 100-140 70-100 85-120
Earth, muddy rutted, no
maintenance 140-180 180-220 150-220 165-210
Loose sand and gravel 160-200 260-290 220-260 240-275
Earth, very muddy, and soft 200-240 300-400 280-340 290-370

TABEL XV
ANGKA RATA-RATA ROLLING RESISTANCE UNTUK BERBAGAI
JALAN
Maam Jalan PR untuk ban karet*)
(lb/ton)
“hard,sooth surface, well maintained” 40
“from but flexible surface, well
maintained” 65
“ dirt road, average construction road
maintenance” 100
“dirt road, soft or rutted” 150
‘deep, muddy surface, or loose sand”
250-400

*)
angka-angka di atas hanya unukban karet, kalau pakai track type,maka yang
mengalami RR kendaraanyang ditariknya .
Kecuali itu ada cara lain untuk menyatakan RR tersebut, yaitu dengan
persentase berat kendaraan dalam satuan “pounds” (lbs)
Contohnya
Sebuah kendaraan dengan berat 40.000. bergerak dengan RR = 5%,
maka “rimpull” yang dibutuhkan untuk mengatasi RR itu adalah sebesar
RP/TR/TE/DBP = berat kendaraan x RR
= 40.000 lbs, x 5%
= 2.000 lbs.

TABEL XVI
ANGKA-ANGKA “ROLLIG RESISTANCE” DINYATAKAN DALAM
PERSEN

Macam Jalan RR (% berat kendaraan dalam lbs)


Ban Karet Track Type
“Concrete, rough and dry” 2% -

45
“Compacted dirt and gravel, well maintained, no tire 2% -
penetration”.

“Dry dirt, faily compacted, slight tire penetration”. 3% -

“Firm, rutted dirt, tire penetration approx, 2”. 5% 2%

“Soft dirt fills, tire penetration approx. 4”. 8% 4%

“Loose sand and gravel” 10 % 5%

“Deeply rutted dirt, spongly base, tire penetration


approx. 8”. 16 % 7%

3. “Grade Resistance” (GR)


Ialah besarnya gaya berat yang melawan atau membantu gerak
kendaraan karena kemiringan jalan yang dilaluinya. Kalau jalan itu naik
disebut kemiringan positif (plus slope), maka “grade resistance” (=Gr) akan
melawan gerak kendaraan, sehingga memperbesar “tractive effort” atau
“rimpull” yang diperlukan. Sebaliknya jika jalan itu turun, disebut
kemiringan negative (minus slope) maka GR akan membantu gerak
kendaraan, artinya mengurangi “tractive effort” yang dibutuhkan.
Gr itu tergantung dari dua hal :
a) Basarnya kemiringan yang biasanya dinyatakan dalam persen (%).
Kemiringan ( ) 1% berarti jalan itu naik atau turun 1 meter untuk tiap jarak
mendatar mendatar sebesar 100 meter atau naik turun 1ft tiap 100 ft jarak
mendatar.
b) Berat kendaraan itu sendiri dinyatakan dalam gross ton.
Besarnya GR dinyatakandalam 2”pounds” (lbs) dari “tractive effort” untuk
tiap ton berat kendaraan dan isinya pada tiap kemiringan 1%. Kalau
kemiringan positif, maka akan menambah RP, sedang kalau turun
(kemiringan negatif) akan mengurangi RP, besarnya RP untuk mengatasi
GR ini harus di jumlahkan secara aljabar dengan TE untuk mengatasi RR.
Contohnya : kendaran yang sama seperti pada contoh pertama, berat ton,
bergerak pada jalan yang sama dengan RR = 100 lb/ton tetapi dengan
kemiringan 5%. Maka besarnya TE untuk mengatasi GR itu.

RP/TP/TE/DBP = Berat kendaraan x GR x kemiringan


= 20 ton x 20 lbs/ton/% x 5% = 2000 lbs
Untuk mengatsi RR sudah diketahui TE/TP/RP/DBP = 2000 lbs
Jadi untuk mengatasi GR dan RR diperlukan TE = 4000 lbs

Sebenarnya besarnya GR = 20 lb/ton/% itu tidak tepat benar, seperti terlihat


pada table dibawah ini :
Table XVII
KEMIRINGAN JALAN DAN GRADE RESISTANCE
Kemiringan GR Kemiringan GR Kemiringan GR
% Lb/ton % Lb/ton % Lb/ton
1 20.0 9 179.2 20 392.3
2 40.0 10 199.0 5 485.2
3 60.0 11 218.0 30 574.7

46
4 80.0 12 238.4 35 660.6
5 100.0 13 257.8 40 742.8
6 119.8 14 277.4 45 820.8
7 139.8 15 296.6 50 894.4
8 159.2

Akan tetapi perlu diingat bahwa alat-alat pemindahan tanah itu tidak pernah
dapat mengatasi kemiringan lebih besar dari 15%. Jadi kalau dipakai GR =
20 lb/ton/% maka angka-angkanya tidaklah terlalu menyimpang sampai
kemiringan 15%.
Cara menentukan GR itu dapat dengan memakai teori mekanika
(ilmu pesawat yang sederhana).
C

A B
100 m/100 ft
F
E
W = 1 ton
Ganbar 34
CARA MENENTUKAN GRADE RESISTANCE
Dari sketsa diatas terlihat bahwa : DEF sebangun ABC, maka :
EF BC P BC BC
 →  , atau P = W
DF AC W AC AC
Bila W = 1 ton = 2000 lbs, sedang BC = 1 m/1 ft dan AC=AB/cos  = (100
1 1
m/100 ft)/cos  . Sedangkan Cos  = x = 1o, maka persamaan
100 100
di atas menjadi :
1
P = 2000 lbs x = 20 lbs.
100 / cos 1o
Perlu di ingat bahwa karena kenyataan kemiringan negative itu selalu
membantu mengurangi TE kendaraan itu, maka sedapat mungkin di
usahakan agar pada waktu alat itu mengangkut muatan melalui jalan yang
menurun dan hanya pada waktu kosong akan menaiki atau mandaki jalan itu.
Sehingga dengan demikian pada waktu berisi muatan dapat bergerak lebih
cepat dan membawa muatan lebih banyak karena TE yang diperlukan sudah
dikurangi dengan kemiringan negative yang membantu itu. Ini berarti bahwa

47
sedapat mungkin tempat penimbunan atau tempat membuang material harus
lebih rendah dari tempat penggaliannya sendiri.
4. “Coefficiant of traction” atau “tractive coefficient’
Adalah suatu factor yang menunjukan berapa bagian dari seluruh
berat kendaraan itu dari pada ban atau “track” yang dapat dipakai untuk
narik atau mendorong. Atau ‘coefficien of traction” (=CT) adalah suatu
factor dimana jumlah berat kendaraan pada ban atau “track” penggerak
(driving tires or track) itu harus dikalikan untuk menunjukan “tractive force”
maksimum antara ban atau “track” dengan permukaan jalan tepat sebelum
roda selip. Misalnya jumlah berat yang diterima roda penggerak suatu
kendaraan adalah 8000 lbs. dari percobaan-percobaan ternyata bahwa bila
hanya tersedia “tractive force” sebesar 4800 lbs, maka roda tersebut akan
selip.
4800
Disini CT-nya adalah = x100% = 60% atau 0.60
8000

Jadi CT itu tergantung dari :


a) Keadaan ban, yaitu macamnya bentuk kembangan ban tersebut untuk
“crawler track” tergantung dari bentuk “track”nya.
b) Keadaan permukaan jalan, basah atau kering, kasar atau halus .
c) Berat kendaraan yang diterima roda penggerak.
Variasi dari keadaan-keadaan ban dan perukaan jalan itu sedamikian besar
sehingga sukar untuk memberikan angka yang pasrti untuk CT pada masing-
masing kendaraan.
Table pada halaman berikut memberikan gambaran mengenai besarnya CT
bermacam-macam jalan yang cukup baik untuk perkiraan.

TABEL XVII
“COEFFICIENT OF TRACTION” UNTUK BERMACAM-MACAM
JALAN

48
Macam jalan Ban Karet “Crowler track”
% %

“dry, rough concrete” 0.80-1.00 80-100 0.45 45


“dry, clay loam’ (tanah liat) 0.05-070 50-70 0.90 90
“wet, clay loam” 0.40-0.50 40-50 0.70 70
“wet sand and gravel” 0.30-0.40 30-40 0.35 35
“loose, dry sand” 0.20-0.30 20-30 0.30 30

Contoh perhitungan 1 :
Sebuah kendaraan mempunyai jumlah berat pada ban penggeraknya
sebesar 4000 lbs (=20 ton) yang seluruhnya diterima oleh roda penggerak, dan
akan bergerak pada tanah liat yang kering dengan CT = 0.50 (50%), RR = 100
lbs/ton dan kemiringan 5%. Maka RP/TE yang dapat diberikan oleh mesin
kendaraan pada macam jalan seperti di atas sebelum selip bila beban yang
diterima roda penggerak 100% adalah sebesar = 40000 X 0.50 = 20,000 lbs.
sedangkan TE/RP yang diperlukan untuk mengatasi GR dan RR hanya 4,000 lbs
(lihat contoh-contoh terdahulu). Jadi kendaraan itu pada jalan tersebut tidak
akan selip.
Contoh perhitungan 2 :
Kendaraan yang sama seperti di atas tetapi pada roda penggeraknya hanya
menerima 50% dari berat seluruhnya, bergerak pada jalan yang sama pula.
Maka besarny TE/RP yang diberikan kendaraan hanya = 40000 X 50% X 0.50 =
10000 lbs. tetapi karena RP/TE yang diperlukan untuk mengatasi GR dan RR
hanya 4000 lbs, maka kendaraan itu tidak juga selip.
Contoh perhitungan 3 :
Seandainya kendaraan yang sama itu bergerak pada suatu jalan yang terbuat
dari pasir lepas dengan RR = 250 lbs/ton dan CT = 0.20 serta kemiringan 5%
dan berat kendaraan yang diterima pada roda penggeraak 50% maka :
RO/TE untuk mengatasi RR = 20 ton X 250 lbs/ton = 5000 lbs
RP/TE untuk mengatasi GR = 20 ton X 20 lb/%X 50% = 2000 lbs +
Jumlah TE/RP = 7000 lbs
Sedangkan te/rp yang diberikan oleh kendaraan = 40000 X 0.20 X 50% = 4000
lbs. Maka kendaran tersebut tidak bisa bergerak (selip).
5. “Rimpull” / “tractive pull” / “Tractive effort” / “draw bar pull”

49
Yaitu besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan oleh mesin
pada permukaan roda atau ban yang menyentuh permukaan jalan. Bila CT
cukup tinggi untuk menghindari terjadinya selip, maka ‘rimpull” (RP)
maximum adalah fungsi kekuatan mesin (HP) dan “gear ratios” (versnelling)
antara mesin daan roda-rodanya. Tetapi jika selip, maka RP max akan sama
dengan besarnya dengan tekanan pada roda penggerak dikalikan CT.
RP biasanya dinyatakan dalam “pounds” (lbs), dan hitung dengan
Rumus :
HP x 375 x Effesiensi Mesin
RP = Kecepatan, Mph

istilah RP itu hanya dipakai kendaraan-kendaraan beroda ban karet.


Untuk memakai roda rantai (crowler track), maka istilah yang dipaai adalah
“draw bar pull” (=DBP), juga lokomotif disebut DBP, hanya harus diingat
bahwa “tractor” itu mempunyai RR dan GR yang harus diatasi, kecuali RR dan
GR yang dimiliki alat yang ditariknya yang harus diatasi. Jadi di sini ada dua
macam RR dan GR yang harus diatasi oleh DBP dari tractor tersebut.
Contohnya :
Sebuah tractor yang beratnya 15 ton memiliki DBP max. sebesar 28019
lb pada “first gear” yang bergerak di atas suatu jalan yang mempunyai RR = 100
lb/ton dan kemiringan 5%. Maka DBP yang dapat dipakai untuk menarik
muatan atau kendaraan lainnya dapat dihitung sbb ;
DBP maximum = 28019 lbs
RP untuk mengatasi RR = 100 X 15 = 1500
RP untuk mengatasi GR = 15 X 20 X 5 = 1500 +
Jumlah RP untuk mengatasi RR dan GR = 3000 lbs -
RP yang tersedia untuk menarik muatan = 25019 lbs.
RP dan DBP suatu alat yang bergantung pada HP dan kecepatan
bergeraknya, artinya terpengaruh oleh “gear ratio”. Untuk tiap kendaraan RP
atau DBP pada suatu “gear ratio” berlain-lainan, biasanya parik memberikan
pedoman berapa besar kecepatan maximum dan RP atau DBP yang dapat
dihasilkan pada tiap “gear ratio”. Sebuah contoh terlihat pada dftar di bawah
ini :
TABEL XIX
KECEPATAN MAXIMUM PADA TIAP-TIAP “GEAR”

50
“Gear” kendaraan beroda karet “Crowler Track”
140 hp tractor, berat 15 ton
Kecepat. RP Kecepat. RP
(mph) (lb) (mph) (lb)
Pertama 3,25 13.730 1,72 28,019
Kedua 7,10 6,285 2,18 22,699
Ketiga 12,48 3,576 2,76 17,265
Keempat 21,54 2,072 3,50 13,76
Kelima 33,86 1,319 4,36 10,074
Keenam - - 7,00 5,579
Untuk kendaraan yang beroda karet tersebut, yaitu HP = 140, kecepatan
max. pada “gear” pertama = 3,25 mph dan eff. = 0,85 maka :
375 x HP x Eff. 375 x 140 x 0.85
Rimpull =  = 13,730 lbs
mph 3.25

6. “Acceleration” (percepatan)
Adalah waktu yang diperlukan untuk mempercepat kendaraan
dengan memakai kelebihan RP (Rp yang tidak dipergunakan untuk
menggaerakan kendaraan pada keadaan jalan tertentu). Lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk mempercepat kendaraan tergantung :
a) Berat kendaraan, semakin berta semakin lama waktu yang
dibutuhkan untuk mempercepat kendaraan.
b) Kelebihan RP yang ada; semakin besar RP yang
berlebihan, semakin cepat kendaraan itu cepat bergerak. Jadi kelebihan
RP itu tidak ada, maka percepatan tidak akan timbul. Artinya kendaraan
tersebut tidak dapat dipercepat.
Untuk menghitung percepatan itu secara tepat memang sulit, tetapi dapat
diperkirakan dengan rumus Newton sbb :
W Fg
F = a a=
8 W

Di mana : F = kelebihan RP, lbs


g = percepatan karena gaya gravitasi, 32,2 ft/sec2
w = berat yang harus dipercepat,lbs.
Contohnya :

51
Katakan kelebihan RP dari suatu kendaraan adalah 10 lbs, dan akan
dipakai untuk mempercepat kendaraan tersebut yang beratnya 1 ton (2000
lbs). percepatn yang diperoleh adalah :
Fg 10 x 32,2
a=   0,161 ft/sec 2 , (0,11 mph/sec).
W 2000
Jadi dalam satu menit kecepatan akan naik :60 X 0,11 =6,6 mph.
Dihalaman 80 suatu contoh bagaiman menghitung jumlah waktu yang
diperlukan oleh sebuah truck untuk mencapai kecepatan maximumnya.
Ada cara lain untuk menentukan “acceleration”, yaitu dengan
memakai grafik (chart). Pada grafik itu tertera berat kendaraan, RR dan GR,
RP yang dimiliki kendaraan, kecepatan, jarak yang ditempuh, waktu yang
diperlukan, dll. (lihat Lampiran C).

“Gear” Kecep. Percep. yang RP untuk percepatan Percep. Waktu untuk


Max. diperlukan Lb/ton Mph/min. mencapai kecepatan
Mph Mph Max Effectif mx.
min
1st 3.0 3.0 557 300 198 0.015
2nd 5.2 2.2 296 200 132 0.017
3rd 9.2 4.0 141 100 66 0.061
4th 16.8 7.6 50 40 26.4 0.288
5th 27.7 10.9 7 6 4.0 2.725 +
Jumlah waktu yang diperlukan untuk pindah “gear” = 3.106
Waktu untuk pidah “gear”, @ = 4 sec. = 0.333 +
Jadi waktu untuk mencapai kecepatan maximum dari 0 mph = 3.439 min.

Angka-angka di atas adalah suatu contoh untuk kondisi-kondisi tertentu.

Kemudian ada lagi yang mementingkan segi kesederhanaan, yaitu


bahwa berdasarkan pengalaman jika ada kelebihan RP sebesar 20 lbs/ton
pada tiap “gear”, maka rata-rata diperlukan waktu satu menit untuk
penggantian tiap “gear” dan mencapai kecepatan maksimum pada “gear”
tersebut. Jadi kalau ada 5 gear, akan diperlukan 5 menit untuk mencapai
kecepatan maksimumnya.

52
Masih ada cara lain untuk secara tak langsung menghitung
percepatan, yaitu hanya dengan menghitung kecepatan rata-ratanya.
Rumus sederhana yang dipakai adalah :
Kecepatan rata-rata = Kecepatan max. x Faktor Kecepatan.
Dibawah ini tertulis beberapa factor kecepatan yang dipengaruhi
oleh jarak yang ditempuh kendaraan :
Table XX
Faktor Kecepatan
Jarak yang ditempuh, ft Factor Kecepatan
500 – 1000 0.46 – 0.78
1000 – 1500 0.59 – 0.82
1500 – 2000 0.65 – 0.82
2000 – 2500 0.69 – 0.83
2500 – 3000 0.73 – 0.83
3000 – 3500 0.75 – 0.84
3500 - 4000 0.77 – 0.85

Contohnya :
Sebuah kendaraan bergerak di atas suatu jalan sehingga memiliki
kecepatan max. 12.48 mph pada “gear” ketiga. Bila jarak yang ditempuh
1250 ft dengan factor kecepatan = 0.70, maka kecepatan rata-ratanya =
12.48 x 0.70 = 8.74 mph.
7. “Altitude”
Ketinggian letak suatu daerah ternyata berpengaruh terhadap kerja
mesin-mesin, karena mesin-mesin tersebut bekerjanya dipengaruhi oleh
tekanan dan temperature. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa semakin
tinggi letak suatu tempat dari permukaan air laut, semakin rendah tekanan
udaranya, sehingga jumlah oxygennyapun semakin sedikit. Berarti mesin
kurang sempurna bekerjanya. Dari pengalaman ternyata bahwa mesin-mesin
4-tak (four cycle engines), maka kmerosotan tenaga karena berkurangnya
tekanan, rata-rata adalah ± 3% dari HP di atas permukaan laut untuk setiap
kenaikan tinggi 1000 ft, kecuali 1000 ft yang pertama.
Contohnya :
Sebuah mesin 4-tak dengan 100 HP pada permukaan air laut pada
ketinggian 10,000 ft, hanya akan memiliki HP sebesar :
HP pada permukaan air laut = 100

53
Kemerosotan HP karena ketinggian :
3% x 100 x (10,000 - 1000)
= 27 -
1000

HP effektif pada ketinggian 10,000 ft = 73


Untuk yang 2-tak ternyata kemerosotan itu lebih kecil, yaitu
sebesar ±1% dari HP dipermukaan air laut untuk setiap kenaikan tinggi 1000
ft, kecuali 1000 ft yang pertama.
Contohnya :
Sebuah mesin 2-tak dengan 100 HP dipakai pada ketinggian
10,000 ft maka HP-nya hanya :
HP pada permukaan air laut = 100
1% x 100 x (10000 - 1000)
Kemerosotan HP karena ketinggian = = 9
1000

HP effektif pada ketinggian 10,000 ft = 91
Akan tetapi sebaliknya semkin tinggi tempat itu temperaturnya
semakin rendah dan ini akan membantu kerja mesin-mesin bakar (mesin
diesel dan bensin). Untuk menghitung pengaruh temperature ini biasanya
dihitrung dengan suatu rumus dimana sudah diperhitungkan pengaruh
tekanannya pula, yaitu :
Ps T
Hc = Ho x x o
Po Ts

Contohnya :
Sebuah mesin 4-tak mempunyai HP = 130 pada keadaan standard.
Bila dipergunakan pada suatu tempat dengan ketinggian 3000 ft dan suhu
70oF, maka HP effektifnya :
130 x 0.888 = 115 HP (bandingkan dengan contoh diatas).
8. “Operator Efficiency” (Effisiensi Kerja)
Merupakan factor manusia yang menggerakkan alat-alat, yang
sangat sukar untuk ditentukan effisiensinya, karena selalu berubah-ubah dari
hari ke hari tergantung dari keadaan cuaca, keadaan alat yang
dikemudikannya, suasana kerja, dll. Kadang-kadang suatu perangsang dalam
bentuk upah tambahan akan mempertinggi effisiensi.

54
Sebenarnya “Operator Efficiency” tidak hanya disebabkan karena
kemalasan pekerja itu, tetapi juga karena kelambatan-kelambatan dan
hambatan-hambatan yang tak mungkin dihindari, seperti melumasi
kendaraan, mereparasi yang aus, membersihkan bagin-bagian terpenting
sesudah sekian jam dipakai, memindahkan ketempat lain, tidak adanya
keseimbangan antara alat-alat angkut dan alat-alat muat, menunggu
peledakan suatu daerah yang akan dilalui, perbaikan jalan, dll. Karena hal-
hal tersebut diatas, jarang-jarang selama satu jam itu operator betul-betul
bekerja selama 60 menit. Berdasarkan pengalaman, maka bila seorang
operator bekerja selama 50 menit dalam satu jam, ini berarti 83%
effisiensinya, sudah dianggap baik sekali. Di bawah ini sebuah table yang
menunjukkan effisiensi operator pada kondisi tertentu :
Tabel XXIII
“OPERATOR EFFICIENT”
Macam alat Eff. Baik sekali Eff. Sedang Eff. Kurang baik atau
Eff. Pada malam hari
“Crawler Tractor” 92% = 55 min/jam 83% = 50 min/jam 75% = 45 min/jam
Berban Karet 83% = 50 min/jam 75% = 45 min/jam 67% = 40 min/jam

Jadi di dalam menentukan jumlah waktu yang di butuhkan untuk


menyelesaikan suatu pekerjaan harus di ingat juga effesiensi pekerja-
pekerjanya.
Sehubungan dengan operator efficiency tersebut di atas perlu juga
di ingat keadaan alat mekanisnya, karena hal tersebut dapat mempengaruhi
operator efficiency.
Beberapa pengertian yang dapat menunjukkan keadaan alat
mekanis dan effektivitas penggunaannya antara lain adalah :
1) “Availability Index Percent” (A.I.)
Merupakan cara untuk mengetahui “mechanichal availability”
yang sesungguhnya dari alat yang digunakan.
Persamaan untuk “Availability Index Percent” (A.I.) adalah
sebagai berikut :
W
A.I =
WR
Dimana ;

55
W = Jumlah jam kerja alat, (hours worked)
R = Jumlah jam untuk perbaikan (repair hours).
W : didefinisikan sebagai waktu yang di bebankan untuk seorang
operator pada suatu alat yang ada dalam kondisi dapat
dioperasikan. Waktu itu biasanya di ambil max. 7,5 jam per shift
dan meliputi setiap “delay time” yang ada. Termasuk dalam
“delay time” adalah waktu-waktu untuk pulang pergi ke front
kerja, pindah tempat, pelumasan dan pengisian bahan bakar.
R : didefinisikan sebagai waktu untuk perbaikan + waktu menunggu
termasuk untuk suku-cadang (parts) + waktu untuk perawatan
preventip.
2) “Physical Availability Percent” (P.A.)
Merupakan catatan “Operational Availability” dari alat
tersebut.
Persamaannya adalah :
W S
P.A. =
W R S
Di mana :
S = “standby hours”
= jumlah jam suatu alat tidak dipakai padahal dapat di gunakan,
sedangkan tambang dalam keadaan beroperasi.
W+R+S = “scheduled hours for pit”
= jumlah shift di mana alat di jadwalkan untuk beroperasi
di pit x 7,5 jam.
“Physical Availability Percent” pada umumnya selalu lebih besar dari
pada “Availability Index Percent”. Tingkat efficiency dari operasi naik
jika harga P.A. mendekati harga A.I.
3) “Use Of Availability Percent” (U.A.)
Menunjukkan beberapa persen waktu yang digunakan oleh
suatu alat untuk beroperasi pada saat ia dapat di gunakan (Available).
Persamaannya :
W
U.A. =
WS
Contoh-contoh :

56
1. Dari operasi sebuah power shovel dalam sebulan dapat di catat data
sbb. :
Jumlah jam kerja (hours worked) = W = 300
Jumlah jam untuk perbaikan (hours repair) = R = 100
Jumlah jam “standby” (hours on standbay) = S = 200
Jumlah jam yang dijadwalkan (hours scheduled) = W+R+S = 600
Maka :
300
A.I. =  75%
300  100
300  200
P.A. =  83%
600
300
U.A. =  60%
300  200
2. Dalam keadaan lain datanya adalah sebagai berikut :
W = 450
R = 150
S =0
W + R + S = 600
Maka :
450
A.I = = 75%
450  100
450  0
P.A = = 75%
450  150  0
450
U.A. = = 100%
450  0
Terlihat bahwa operasi pada contoh kedua lebih effisien dari
operasi pada contoh pertama.
9. “Swell Factor” (SF) → (Faktor Pengembangan Tanah)
Material di alam itu di dapat dalam keadaan padat dan
terkonsolidasi dengan baik, sehingga hanya sedikit bagian-bagian kosong
atau yang terisi udara diantara butir-butirnya, lebih-lebih kalau butir itu
halus sekali. Tetapi bila material tersebut di gali dari tempat aslinya maka
akan terjadi pengembangan volume (swell). Jadi 1.00 cu yd tanah liat di
alam bila telah di gali akan memiliki volume kira-kira 1.25 cu yd. Ini berarti

57
penambahan volume sebesar 25%, dan dikatakan material tersebut
mempunyai “swell factor” sebesar 0.80 atau 80%.
“Swell Factor” itu perlu diketahui karena yang diperhitungkan
pada penggalian selalu apa yang disebut : “Pay-yard” atau “bank yard”
volume aslinya di alam. Sedangkan apa yang harus diangkut adalah material
yang telah mengembang karena di gali. Dan alat angkut itu sanggup
membawa material tersebut sebesar “heaped capacity”-nya. Jadi kalau
“heaped capacity” dikalikan “swell factor” material yang di angkutnya akan
di peroleh kira-kira “pay-yard capacity”-nya.
Contohnya :
Sebuah “Power Scraper” yang memiliki “heaped capacity” 15 cuyd
akan mengangkut tanah liat (basah) dengan “swell factor” 80%, maka alat
itu sebenarnya hanya mengangkut : 80% x 15 cu yd = 12 cu yd “pay yard”
atau “bank yard”.
Sebaliknya bila “bank yard” itu di indahkan lalu di padatkan di
btempat lain dengan alat-alat modern mungkin volumenya berkurang karena
betul-betul padat lebih kurang 1.00 cu yd tanah sesudah di padatkan hanya
dimana :
Hc = HP yang harus dikoreksi dari pengaruh ketinggian, yaitu pada 0
ft.
Ho = HP yang dicatat pada ketinggian tertentu.
Ps = tempa absolute pada keadaan standar, 4600 + 600 = 5200 F
(2730C).
To = Temp. absolut pada ketinggian tersbut, dalam 0F (4600 + temp.)
Biasanya tekanan barometer rata-rata untuk beebrapa ketinggian
dituliskan pada suatu table seperti di bawah ini :
TABEL XXI
TEKANAN BAROMETER PADA KETINGGIAN TERTRENTU
Ketinggian dari permukaan air laut Tekanan Barometer
ft In Hg
0 29.92
1000 28.86
2000 27.82
3000 26.80
4000 25.82
5000 24.87

58
6000 23.95
7000 23.07
8000 22.21
9000 21.36
10000 20.55

Contohnya :
Sebuah mesin 4 – tak memiliki HP = 130 pada permukaan air laut
dengan kondisi standar (600 F, 29, 2 in Hg), kalau dipakai pada ketinggian
3000 ft dengan temp. 700 F, maka diperoleh HP efektif sebesar :
Po Ts 26,80 520
HC = Ho HC  130 x HC x  115
Ps To 29,92 530

Untuk mesin- mesin 4 – tak ada car alai yang lebih sederhana
dalam menentukan HP efektif pada suatu ketinggian tertentu, yaitu HP pada
keadaan standar dikalikan factor koreksi (correction factor). Di bawah ini
adalah daftar fakotr koreksi untuk menentukan HP efektif pada bermacam –
macam ketinggian dan temperatur.
TABEL XXII
FAKTOR KOREKSI UNTUK BERMACAM – MACAM KETINGGIAN
DAN TEMPERATUR
Ketinggian, ft Temperatur (suhu), oF
110 90 70 60 50 40 20 0 -20
0 0.954 0.971 0.991 1.000 1.008 1.018 1.039 1.062 1.085
1000 0.920 0.937 0.955 0.964 0.974 0.984 1.003 1.025 1.048
2000 0.887 0.904 0.921 0.930 0.938 0.948 0.968 0.988 1.010
3000 0.855 0.872 0.888 0.896 0.905 0.914 0.933 0.952 0.974
4000 0.825 0.840 0.856 0.865 0.873 0.882 0.859 0.918 0.938
5000 0.795 0.809 0.825 0.833 0.842 0.849 0.867 0.885 0.904
6000 0.767 0.781 0.795 0.803 0.811 0.820 0.836 0.853 0.872
7000 0.738 0.752 0.767 0.775 0.782 0.790 0.806 0.823 0.840
8000 0.712 0.725 0.739 0.746 0.754 0.762 0.776 0.793 0.811
9000 0.686 0.699 0.713 0.720 0.727 0.734 0.748 0.764 0.782
10000 0.675 0.682 0.687 0.699 0.707 0.717 0.722 0.737 0.753

Memiliki volume 0,9 cu yd, ini berarti susut 10%. Dikatakan “


shrinkage factor”-nya 10 %. Untuk menghitung kedua factor tersebutdipakai
rumus – rumus :
 V
loose 
“Percent swell” =  V
- 1  x 100 %.
 undisturbed 

 V
undisturbed 
“Sweel factor” =  V
 x 100 %
 loose 

59
S  V
comp 
sh = 1 - V
 x 100 %.
loose 

Kalau angka untuk “ shrinkage factor” tyidak ada, biasanya


dianggap sama denfgan “ percent swell”.
Kalau ingin mendapatkan angka yang teliti dapat melakukan
percobaan langsung pada tanah yang akan dikerjakan. Peta untuk
perhitungan perekaan (estimation)) dapat dipakai angka-angka pada table
XXIII.

10. “Weight of Material” ( berat tanah)


Berat material ( lihat Tabel XXIII) yang akan dingkut oleh alat –
alat angkut mempengaruhi :
a. Kecepatan kendaraan dengan HP mesin yang dimilikinya.
b. Membatasi kemampuan kendaraan untuk mengatsi kemiringan
dan “rolling resistance” dari jalan yang dilaluinya, dan
c. Membatasi volume material yang dapat diangkut.

Oleh sebab itu jenis materialpun harus diperhitungkan


pengaruhnya.
TABEL XXIV
DENSITY “ SWELL FACTOR “ DARI BERBAGAI MATERIAL
Macam material Density “Swell Factor” (in-bank
Lb/cu yd correction factor)
Bauksit 2300 – 4325 0.75 (75%)
Tanah liat, kering 2300 0.85
Tanah liat, basah 2800 – 3000 0.82 – 0.80
Anthracite 2200 0.74
Bituminuous 1900 0.74
Bijih Tembaga (Copper Ore) 3800 0.74
Tanah biasa, kering 2800 0.85
Tanah biasa, basah 3370 0.85
Tanah biasa bercampur pasir dan kerikil 3100 0.90
Kerikil (gravel), kering 3250 0.89
Kerikil (gravel), basah 3600 0.88
Granit, pecah-pecah 4500 0.67 – 0.56
Hematite, pecah-pecah 6500 – 8700 0.45
Bijih besi (iron ore), pecah-pecah 3600 – 5500 (0.45)
Batu kapur, pecah-pecah 2500 – 4200 0.60 – 0.57
Lumpur 2160 – 2970 0.83
Lumpur, sudah ditekan (packed) 2970 – 3510 0.83
Pasir, kering 2200 – 3250 0.89
Pasir, basah 3300 – 3600 0.88
“Shale” 3000 0.75

60
“Slate” 4590 - 4860 0.77

BAB V
MEMPERKIRAKAN PRODUKSI DAN ONGKOS ALAT – ALAT
1. Memperkirakan Produksi.
Produksi alat - alat pemindahan tanah mekanis dapat dihitung dengan
bebrapa cara, tergantung dari ketelitian yang dikehendaki, yang umum
dipergunakan adalah :
1. “Direct computation” (perhitungan langsung), yaitu cara
perhitungan dengan memperlihatkan tiap – tiap factor yang
mempengaruhi produksi untuk menentukan “pay-yard” atau ton yang
mempengaruhi produksi untuk menentukan “pay-yard” atau yon yang
dapat dihasilkan oleh masing-masinga lat yang dipakai. Cara ini ternyata
yang paling teliti dari yang lainnya, karena semua kondisi yang
mungkin akan dihadapi sudah diperhitungkan berdasarkan data yang
tersedia.
2. “Tabular Method”, adalah suatu cara perhitungan dengan
mempergunakan keterangan – keterangandan data-data yang berbnentuk
table-tabel untuk masing-masing alat diambil dari pengalaman

61
DAFTAR BACAAN
1. Adler, L., “Analysing Excavation and Materials
Handling Equipment”, Department of Mining Engineering
Virginia Polytechnic Institute, Blacsburg, Virginia, February
1970, p. 192-227.
2. Drevdahl, Jr., E.R., “Protitable Use of Excavation
Equipment”, Technical Publications, Desert laboratories, Inc.,
Tucson, Ariz., 1961.
3. Duplop, “Conveyor Belting”, Manual.
4. Euclid Division, General Motor Corp., “Estimating
Production and Cost of Material Movement With Euclids”,
Cleveland, Ohio, 1955.
5. Heiple, D.K., “Earthmoving, an Art and a Science”, Le
Tourneau West inghouse Co.
6. International Harvester Co., “Basic Estimating
Production Cost of International Harvester Construction
Equipment”.
7. Nicols, H.L., “Modern Techniques of Excavation”,
North Castle Books, Greenwich, Conn., 1956.
8. Nicols, H.L.Jr., “Moving the Earth”, Second Edition,
Galgetia publishing House, New Delhi, 1955, p. 14-12 – 14-55.
9. Peurifoy. R.L., “Constuction Planning, Equipment, and
Methods”, Second Edition”, Mc Graw HillKogakusha, Ltd.,
Tokyo, Singapura, Sydney, 1956, p.302-326.

62
10. Pfleider, E.P., “Surface Mining”, First Edition, The
American Institute of Mining, Metalurgical, and Petroleum
Engineers, Inc., 1972, p. 589-609.
11. Power Crane and Shovel Association, “Technical
Bulletin”, No.1, No.4 new York, N.Y., 1956.
12. Spivakovsky, A. and Dyachkov V., “Conveyors and
Related Equipment”, Peace Publishers, Moscow.

LAMPIRAN A
ESTIMATED HOURLY OWNERSHIP AND OPERATING COST
OWNERSHIP

63

Anda mungkin juga menyukai