DASAR TEORI
.........................(2.1)
Di mana:
CT
= Waktu edar
(detik)
LT
(detik)
HLT
(detik)
SDT
(detik)
DT
(detik)
RT
(detik)
SLT
(detik)
4) Belum ada jalan umum ataupun jalur kereta api, maka harus dibuat jalan baru.
2.2.2 Tumbuh-tumbuhan
Keadaan tanaman atau pepohonan yang tumbuh di tempat kerja perlu diteliti,
apakah terdiri dari hutan belukar, semak-semak, rawa-rawa, pohon-pohon besar
yang kuat akarnya dan lain sebagainya. Sehingga kan dapat ditetapkan jenis dan
tipe alat-alat yang perlu akan dipakai, berapa jumlahnya, bagaimana cara
membersihkannya, berapa lama dan berapa besar biayanya.
2.2.3 Daya Dukung Material
Daya dukung material adalah kemampuan material untuk mendukung alat
yang terletak di atasnya. Apabila suatu alat berada di atas tanah atau batuan, maka
alat tersebut akan menyebabkan terjadinya daya tekan (ground pressure),
sedangkan tanah atau batuan itu akan memberikan reaksi atau perlawanan yang
disebut data dukung (load capacity). Bila daya tekan lebih besar dari pada daya
dukung materialnya, maka alat tersebut akan terbenam.
Nilai daya dukung tanah dapat diketahui dengan cara pengukuran langsung di
lapangan. Alat yang biasa dipergunakan untuk menentukan atau pengukuran daya
dukung material disebut cone penetro meter.
2.2.4 Iklim (Climate)
Di Indonesia hanya dikenal dua musim, yaitu musim hujan dan musim
kering. Yang sering menghambat pekerjaan adalah pada musim hujan, sehingga
hari kerja menjadi pendek. Kalau hujan sangat lebat, kebanyakan tanah akan
menjadi becek dan lengket, sehingga alat-alat mekanis tidak dapat bekerja dengan
baik (terhambat) dan perlu dibuatkan sistem penirisan (drainage system) yang
baik. Sebaliknya pada musim panas/kemarau akan timbul banyak debu.
Selanjutnya panas atau dingin yang keterlaluan juga akan mengurangi efisiensi
mesin-mesin atau alat-alat yang digunakan.
2.2.5 Syarat-syarat Penimbunan (Fill Specifications)
waktu yang sudah ditetapkan. Oleh sebab itu kapasitas harian yang sudah
ditentukan harus dipenuhi. Untuk itu perlu pengaturan dan data yang cukup
lengkap untuk memperkirakan kemampuan alat-alat yang akan dipakai, sehingga
jumlahnya cukup untuk memenuhi kapasitas harian itu.
Kalau pekerjaan pemindahan tanah itu dikontrakkan dan selesai sebelum
batas waktu yang telah disetujui, kontraktor berhak menerima premi. Sebaliknya
kalau terlambat, maka kontraktor harus membayar ganti rugi (denda).
2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Alat Angkut
Salah satu tolok ukur yang dapat dipakai untuk mengetahui baik buruknya
hasil kerja (keberhasilan) suatu alat pemindahan tanah mekanis adalah besarnya
produksi yang dapat dicapai oleh alat tersebut. Oleh karena itu usaha dan upaya
untuk dapat mencapai produksi yang tinggi selalu menjadi perhatian yang khusus.
Untuk memperkirakan dengan lebih teliti produksi alat-alat mekanis yang
dipakai, maka perlu dipelajari dan dipahami faktor-faktor yang langsung
mempengaruhi hasil kerja alat-alat tersebut. Faktor-faktor yang akan dibicarakan
disini yang diperkirakan akan mempengaruhi kinerja alat adalah:
2.3.1 Tahanan Gali (Digging Resistance)
Yaitu tahanan yang dialami oleh alat gali muat pada waktu melakukan
penggalian tanah. Tahanan itu disebabkan oleh :
1) Gesekan antara alat gali dan tanah. Pada umumnya semakin besar
kelembaban dan kekasaran butiran tanah, maka akan semakin besar pula
gesekan yang terjadi.
2) Kekerasan tanah yang umumnya bersifat menahan masuknya alat gali ke
dalam tanah.
3) Kekasaran (roughness) dan ukuran butiran tanah.
4) Adanya adhesi antara tanah dengan alat gali dan kohesi antara butiran-butiran
tanah itu sendiri.
5) Berat jenis tanah; hal ini terutama sangat berpengaruh terhadap alat gali yang
juga berfungsi sebagai alat muat (seperti power shovel, clamshell dan
dragline).
Besarnya tahanan gali tersebut sangat sukar ditentukan angka rata-ratanya,
oleh karena itu sebaiknya ditentukan langsung di tempat kerjanya.
2.3.2 Rimpull
Rimpull/Tractive Pull/Tractive Effort/Draw Bar Pull yaitu besarnya kekuatan
tarik (pulling force) yang dapat diberikan oleh mesin suatu alat kepada permukaan
roda atau ban penggeraknya yang menyentuh permukaan jalur jalan. Bila
coefficient of traction cukup tinggi untuk menghindari terjadinya selip, maka
rimpull (RP) maksimum adalah fungsi dari tenaga mesin (HP) dan gear ratios
(versnelling) antara mesin dan roda-rodanya. Tetapi jika selip, maka rimpull
maksimum akan sama dengan besarnya tenaga pada roda penggerak dikalikan
coefficient of traction.
Rimpull biasanya dinyatakan dalam pounds (lbs) dan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
................................(2.3)
Dimana:
RP=
RP
Rimpull
HP
Tenaga mesin
37
Angka konversi
(HP)
5
Menurut Caterpillar Performance Handbook, tahanan gulir adalah ukuran
gaya yang harus diatasi untuk menggelindingkan atau menarik roda di atas tanah.
Hal ini dipengaruhi oleh kondisi tanah dan beban yang menyebabkan roda
tenggelam ke dalam tanah, sehingga tahanan gulir semakin tinggi (lihat Gambar
2.2). Kemudian Total Resistance (total tahanan) adalah efek kombinasi atau
jumlah dari tahanan gulir (pada ban dump truck) dan tahanan kemiringan dengan
rumus sebagai berikut:
...(2.4)
Dimana:
Total Resistance=Rolling Resistance+Grade Resistance
TR = Total resistance
(%)
RR
Rolling resistance
(%)
GR
Grade resistance
(%)
Gambar 2.2 Grafik rimpull, kecepatan, tahanan gulir dan berat CAT 777D
Menentukan nilai rimpull
Gambar 2.3 Panduan menentukan nilai rimpull dan kecepatan unit CAT 777D
1) Tentukan nilai total resistance (grade plus rolling) dari data yang diketahui
dalam satuan persen.
2) Dimulai dari poin A pada grafik ikuti garis diagonal total resistence sampai
pada perpotongan dengan B, yaitu garis vertikal yang menyatakan berat kotor
unit.
3) Bentuk garis horizontal lurus hasil perpotongan di B ke poin C yaitu skala
rimpull.
2.3.3 Tahanan Gulir atau Tahanan Gelinding (Rolling Resistance)
Tahanan gulir adalah jumlah rimpull atau tractive effort yang diperlukan
untuk mengatasi efek perlambatan antara ban dan permukaan tanah. Tahanan gulir
ini tergantung dari banyak hal, diantaranya adalah:
1) Keadaan jalan, yaitu kekerasan dan kemulusan permukaannya, semakin keras
dan mulus atau rata jalan tersebut maka akan semakin kecil tahanan gulirnya.
2) Keadaan bagian kendaraan yang bersangkutan dengan permukaan jalur jalan,
antara lain:
a. Kalau memakai ban karet, yang akan berpengaruh adalah ukuran ban,
tekanan dan keadaan permukaan bannya apakah masih baru atau sudah
gundul dan macam kembangan pada ban tersebut.
10
b. Jika memakai rantai ban besi (clawler track), maka keadaan dan macam
track kurang berpengaruh, tetapi yang lebih berpengaruh dalam keadaan
jalannya.
Besar tahanan gulir dinyatakan dalam pounds (lbs) dari tractive pull yang
diperlukan untuk menggerakkan tiap gross ton berat kendaraan beserta isinya pada
jalur jalan mendatar dengan kondisi jalur jalan tertentu.
.....................................................(2.3.1)
Dimana:
RR
P
W
Tahanan gulir
(lbs/gross ton)
P
RR=
W
Gaya tarik pada kabel penarik
Berat kendaraan
(gross ton)
(lbs)
Rimpull/Tractive
pull/Tractive
RP/TP/TE/DBP
Berat Kendaraan
effort/Draw
bar pull RR
(lbs)
Tahanan Gulir
(lbs/gross ton)
P
RR
Macam Jalan
Smooth concrete
Good aspalt
Crawler
type, lbs/ton
55
60 70
11
45
40
40 - 65
50 60
45 - 60
Hard earth,smooth,well
4.
60 80
40 - 70
50 70
45 - 70
70 100
90 - 100
80 - 100
85 - 100
80 110
100 - 140
70 - 100
85 - 120
140 180
180 - 220
150 - 220
165 - 210
160 200
260 - 290
220 - 260
240 - 275
200 240
300 - 400
280 - 340
290 - 370
maintained
Dirt road, average
5.
6.
7.
8.
constructionroad, little
maintenance
Dirt road, soft, rutted, poorly
maintained
Earth, muddy, rutted, no
maintenance
Tabel 2.2 Angka rata-rata tahanan gulir untuk berbagai macam jalan
No
1.
2.
3.
4.
5.
Macam Jalan
65
100
150
250 400
Macam Jalan
RR (% berat kendaraan
dlm, lbs)
Ban karet Crawler track
2%
-
1.
2.
3.
4.
2%
3%
5%
2%
8%
4%
10 %
5%
16 %
7%
5.
6.
7.
12
penetration approx. 8
2.3.3 Tahanan Kemiringan (Grade Resistance)
Tahanan kemiringan adalah besarnya gaya berat yang melawan atau
membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilaluinya. Kalau
jalur jalan itu naik disebut kemiringan positif (plus slope), maka tahanan
kemiringan atau grade resistance (GR) akan melawan gerak kendaraan, sehingga
memperbesar tractive effort atau rimpull yang diperlukan. Sebaliknya jika jalur
jalan itu turun disebut kemiringan negatif (minus slope), maka tahanan
kemiringannya akan membantu gerak kendaraan, berarti akan mengurangi rimpull
yang dibutuhkan.
Tahanan kemiringan itu terutama tergantung dari dua faktor, yaitu :
1) Besarnya kemiringan yang biasanya dinyatakan dalam persen (%).
Kemiringan jalan berhubungan dengan kemampuan alat angkut dalam
mengatasi tanjakan maupun dalam pengereman saat alat berisi muatan
maupun kosong. Kemiringan jalan angkut dinyatakan dalam persen (%).
Dalam pengertiannya kemiringan () 1% berarti jalan tersebut naik atau turun
1 meter atau 1 ft untuk setiap jarak mendatar sebesar 100 meter atau 100 ft
(Gambar 2.4). Kemiringan (grade) dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Di mana:
( h)
Grade ( ) =
100
( x )
...................................(2.4)
(m)
(m)
13
RP/TP/TE/DBP
(lbs)
GR
Tahanan Kemiringan
Kemiringan
(lbs/gross ton)
Grade
<10
9%
50
0,0
10-20
8%
150
0,05
20-30
8%
300
0,06
30-40
7%
600
0,06
4
2) Berat kendaraan itu sendiri dinyatakan dalam gross ton.
14
40-50
6%
1000
0,05
GR
(lb/ton)
Kemiringan
(%)
GR
(lb/ton)
Kemiringan
(%)
GR
(lb/ton)
20,0
179,2
20
392,3
40,0
10
199,0
25
485,2
60,0
11
218,0
30
574,7
80,0
12
238,4
35
660,6
100,0
13
257,8
40
742,8
119,8
14
277,4
45
820,8
139,8
15
296,6
50
894,4
159,2
15
6,5
Kemudian secara lebih khusus untuk lebar jalan angkut oleh Aasho Manual
Rural High-Way membagi lebar jalan angkut sebagai berikut:
1) Lebar Jalan Angkut Lurus
Lebar jalan angkut minimum yang dipakai sebagai jalur ganda atau lebih.
Lebar jalan angkut disesuaikan dengan alat angkut terbesar yang digunakan pada
suatu operasi penambangan (lihat Gambar 2.5). (Ady, 2014)
Menurut Aasho Manual Rural High-Way pada jalan lurus adalah :
Dimana:
1
L ( m)=n Wt +(n+ 1)( Wt )
2
Jumlah jalur
W(t)
.............................(2.5)
(m)
(m)
Gambar 2.5 Posisi truk berhadapan pada jalan lurus terhadap kelebaran jalan
3,5 kali (Wahyudi, 2006)
2) Lebar Jalan Angkut Tikungan
16
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari pada jalan lurus.
Untuk jalur ganda (lihat gambar 2.6), lebar minimum pada tikungan dihitung
berdasarkan :
1)
2)
3)
4)
Dimana:
1
C=Z = (U + Fa+ Fb)
2
.........................................(2.8)
Jumlah jalur
(m)
(m)
Fa =
(m)
(m)
(m)
(m)
(m)
17
Gambar 2.6 Lebar Jalan Angkut Tikungan Dua Jalur (August, 2009)
2.3.5 Ketinggian dari Permukaan Air Laut atau Elevasi (Altitude/Elevation)
Ketinggian letak suatu daerah ternyata berpengaruh terhadap hasil kerja
mesin-mesin, karena mesin-mesin tersebut bekerjanya dipengaruhi oleh tekanan
dan temperatur udara luar. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa semakin rendah
tekanan udaranya, sehingga jumlah oksigennya pun semakin sedikit. Berarti
mesin-mesin tersebut kurang sempurna bekerjanya. Berdasarkan pengalaman,
tenaga diesel yang hilang karena semakin tingginya tempat kerja dari permukaan
air laut adalah 3 % setiap naik 1.000 ft. Ini akan menyebabkan turunnya produksi
alat dan akan dapat menambah ongkos gali untuk tiap satuan volume atau berat.
2.3.6 Efisiensi Operator (Efficiency Operator)
Salah satu hal yang mempengaruhi produksi dari alat angkut dalam operasi
penambangan adalah masalah ketersediaan (availability) alat. Kesediaan alat
merupakan faktor yang menunjukan kondisi alat angkut yang digunakan dalam
melakukan pekerjaan dengan memperhatikan kehilangan waktu selama waktu
kerja dari alat yang tersedia. Untuk itu perlu diperhatikan faktor faktor sebagai
berikut:
1) Kesediaan Mekanis (Mechanical Availability)
Kesediaan mekanis adalah faktor yang menunjukan kesediaan alat untuk
melakukan pekerjaan dengan memperhitungkan waktu yang hilang karena
18
kerusakan atau gangguan yang terjadi pada alat tersebut (mechanical reason).
Kesediaan mekanis merupakan perbandingan waktu kerja alat dengan jumlah
waktu kerja alat dan waktu perbaikan alat. Persamaan untuk kesediaan mekanis
(mechanical availability) adalah sebagai berikut:
....................................(2.9)
Dimana :
MA
W
MA ( )= availability
100
Mechanical
W +R
Working hours
(%)
R
= Repair hours
Working hours didefinisikan sebagai waktu yang dihitung dari operator/crew
berada pada suatu alat dan alat tersebut berada dalam kondisi operable (siap
digunakan untuk beroperasi), dan termasuk di dalamnya adalah delay time yaitu
waktu - waktu untuk pulang pergi ke front kerja, pindah tempat, pelumasan dan
pengisian bahan bakar, waktu untuk menunggu peledakan dan lain-lain.
Repair hours atau jumlah jam untuk perawatan merupakan waktu untuk
perbaikan dan waktu yang hilang karena menunggu saat perbaikan termasuk juga
waktu untuk penyediaan suku cadang (spare parts) serta waktu untuk perawatan
preventif.
2) Kesediaan Fisik (Phisical Availability)
Dalam Dani (2011: 39-41), kesediaan fisik merupakan catatan operasional
dari alat, dan menunjukan apa yang sudah dilakukan selama waktu - waktu yang
lampau. Kesediaan fisik merupakan perbandingan waktu kerja yang tersedia
dengan waktu kerja yang telah dijadwalkan. Di mana waktu kerja yang tersedia
mencakup waktu kerja alat (working hours) dan standby hours. Kemudian waktu
kerja yang telah direncanakan mencakup working hours dan repair hours
ditambah dengan standby hours. Persamaannya adalah sebagai berikut:
Dimana :
W +S
PA ( ) =
100
W + R +S
19
..............................(2.10)
PA
Physical availability
Working hours
Repair hours
Standby hours
(%)
Standby hours adalah waktu di mana alat siap dipakai (tidak rusak), tetapi
karena satu dan lain hal tidak dipergunakan ketika operasi penambangan sedang
berlangsung. Waktu standby hours adalah waktu ketika hujan deras, ketika terjadi
kabut dan adanya kerusakan pada crusher.
3) Used of Availability
Menunjukan berapa persen waktu yang digunakan oleh suatu alat untuk
beroperasai pada saat dapat digunakan (available). Persamaannya adalah sebagai
berikut:
W
UA ( ) =
100
W +S
Dimana :
UA
Used of availability
Working hours
Standby hours
......................................(2.11)
(%)
................................(2.12)
Dimana :
EU
Effective utilization
Working hours
Repair hours
Standby hours
(%)
21
Dimana:
V undisturbed
Material insitu
(m3)
V loose
Material lepas/berai
(m3)
V compacted
Material dipadatkan
(m3)
Dimana:
...................................................(2.16)
Ttc
Nt=
Ttl
Nt
= Jumlah truk
Ttc
(menit)
Ttl
(menit)
Perlu dicatat bahwa harga Ttl adalah lama waktu sebuah Truk dimuati
material termasuk manuver atau spoting time Truk agar siap diisi. Jadi, Ttl adalah
22
waktu edar alat muat ditambah waktu manuver atau spoting time Truk.
Keseimbangan atau sinkronisasi kerja antara Truk dengan alat muat, misalnya
Power Shovel atau Loader, dapat diukur dengan menggunakan Faktor Keseimbangan atau Match Factor (MF) yang dirumuskan sebagai berikut:
nH Ctl
MF=
Dimana:
nL Cth
nH = Jumlah alat angkut
nL
Ct
..............................................(2.17)
(menit)
(menit)
Ctl
Dari persamaan di atas akan muncul 3 (tiga) kemungkinan, yaitu:
MF = 1 Jumlah alat angkut dan alat muat seimbang atau sinkron, hampir
dipastikan tidak ada waktu tunggu. Alat muat dan angkut sama-sama sibuk.
MF < 1 Jumlah alat angkut kurang, akibatnya alat muat banyak menunggu,
23
3600
Q=Ca
Fc
CT
Di mana:
..........................................(2.18)
(ton/jam)
Ca
Kapasitas Vessel DT
(ton)
CT
Cycle time
(detik)
Fc
Faktor koreksi
24