Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum

Alat-alat berat yang sering di kenal di dalam ilmu Teknik Sipil merupakan alat yang
digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan pembangunan suatu
struktur bangunan. Alat berat merupakan faktor penting di dalam proyek, terutama proyek-
proyek konstruksi maupun pertambangan dan kegiatan lainnya dengan skala yang besar.
Tujuan dari penggunaan alat-alat berat tersebut adalah untuk memudahkan manusia dalam
mengerjakan pekerjaannya, sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih
mudah dengan waktu yang relatif lebih singkat (Rochmanhadi, 1985).

Menurut Soedrajat (1982), alat berat yang digunakan dalam ilmu teknik sipil
adalah alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan
pembangunan suatu struktur. Peralatan atau alat berat dalam pekerjaan sipil banyak
berkaitan dengan pemindahan tanah (earth moving) dan segala aspek yang timbul dari
peralatan yang digunakan untuk memindahkan tanah tersebut.

Setiap perusahaan atau organisasi dalam menjalankan aktivitas/usahanya, pasti


dihadapkan pada teknologi yang akan mencerminkan kekuatan perusahaan dalam mencapai
tujuan, maka dari itu setiap perusahaan berlomba-lomba dalam hal teknologi salah satunya
penggunaan alat berat guna mencapai sasaran.
Menurut ( Rohman, 2003 ) melaksanakan suatu proyek konstruksi berarti
menggabungkan berbagai sumber daya untuk menghasilkan produk akhir yang diinginkan,
pada proyek konstruksi kebutuhan untuk peralatan antara 7 – 15 % dari biaya proyek.
Peralatan konstruksi yang di maksud adalah alat/peralatan yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan konstruksi secara mekanis. Artinya pemanfaatan alat berat pada suatu proyek
konstruksi dapat memberikan insentif pada efisiensi dan efektifitas pada tahap pelaksanaan
maupun hasil yang di capai. Optimalisasi alat berat adalah proses untuk mencapai hasil alat

4
berat yang ideal sesuai dengan kemampuan kapasitas dan produksi alat berat dalam satu
siklus.

2.2 Managemen Alat Berat dan Penggunaannya

Managemen pemilihan dan pengendalian alat berat adalah proses merencanakan,


mengorganisir, memimpin dan mengendalikan alat berat untuk mencapai tujuan pekerjaan
yang ditentukan. Penggunaan alat-alat berat untuk pekerjaan kontruksi sipil pada masa
sekarang terus mengalami peningkatan sesuai dengan perkembangan teknologi yang
semakin canggih. Penggunaan alat berat yang kurang tepat dengan situasi dan kondisi
lapangan pekerjaan akan berpengaruh berupa kerugian, antara lain rendahnya produksi, tidak
tercapainya target/jadwal yang telah ditentukan, atau kerugian repair yang tidak semestinya.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan alat berat, sehingga kesalahan
dalam pemilihan alat dapat di hindari, antara lain adalah:

1. Fungsi yang harus dilaksanakan.


Alat berat dikelompokkan berdasarkan fungsinya, seperti untuk menggali, mengangkut,
meratakan permukaan.
2. Kapasitas peralatan.
Pemilihan alat berat didasarkan pada volume total atau berat material yang harus di
angkut atau dikerjakan. Kapasitas alat yang di pilih harus sesuai sehingga pekerjaan
dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.

3. Cara operasi

Alat berat di pilih berdasarkan arah (horizontal maupun vertikal) dan jarak gerakan,
kecepatan, frekuensi gerakan.

4. Pembatasan dari metode yang di pakai.


Pembatasan yang mempengaruhi pemilihan alat berat antara lain peraturan lalu lintas,
biaya, dan pembongkaran. Selain itu metode konstruksi yang di pakai dapat membuat
pemilihan alat dapat berubah.

5
5. Ekonomi.
Selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya operasi dan pemeliharaan
merupakan faktor penting di dalam pemilihan alat berat.
6. Jenis proyek.
Ada beberapa jenis proyek yang umumnya menggunakan alat berat. Proyek-proyek
tersebut antar lain proyek gedung, pelabuhan, jalan, jembatan, irigasi, pembukaan
hutan, dam.
7. Lokasi proyek.
Lokasi proyek juga merupakan hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan alat
berat. Sebagai contoh lokasi proyek di dataran tinggi memerlukan alat berat yang
berbeda dengan lokasi proyek di dataran rendah.
8. Jenis dan daya dukung tanah.
Jenis tanah di lokasi proyek dan jenis material yang akan dikerjakan dapat
mempengaruhi alat berat yang akan di pakai. Tanah dapat dalam kondisi padat, lepas,
keras, atau lembek.
9. Kondisi lapangan.
Kondisi dengan medan yang sulit dan medan yang baik merupakan faktor lain yang
mempengaruhi pemilihan alat berat.
Selain itu hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana kerja alat berat antara
lain:
1. Volume pekerjaan yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu
2. Dengan volume pekerjaan yang ada tersebut dan waktu yang telah ditentukan harus
ditetapkan jenis dan jumlah alat berat yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
tersebut.
Dengan jenis dan jumlah alat berat yang tersedia, dapat ditentukan berapa volume yang
dapat diselesaikan, waktu serta biaya yang diperlukan.

6
2.3 Kapasitas Produksi Alat

2.3.1 Bachoe /Excavator

Backhoe/excavator menurut Rochmanhadi (1982), alat untuk penggali, pengangkat


maupun pemuat tanpa harus berpindah tempat menggunakan tenaga power take off dari
mesin yang dimiliki, yang terdiri dari tiga bagian utama sebagai berikut :

a. Bagian atas revolving unit (bisa berputar)

b. Bagian bawah travel unit (untuk berjalan, gerak maju dan mundur)
c. Bagian attachment adalah perlengkapan yang dapat diganti sesuai kebutuhan.

Penggalian tanah biasa diawali dengan excavator bucket dijulurkan ke depan ke


tempat galian, bila bucket sudah pada posisi yang diinginkan lalu bucket di ayun ke bawah
seperti dicangkulkan, kemudian lengan bucket di putar ke arah alatnya. Setelah bucket terisi
penuh lalu di angkat dari tempat penggalian dan dilakukan swing, dan pembuangan material
hasil galian dapat dilakukan ke truk atau tempat yang lain.

Produktifitas alat berat di hitung menggunakan rumus-rumus Peraturan Menteri


Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor : 28/PRT/M/2016, tentang Analisa
Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum.

Produktivitas backhoe/excavator dinyatakan dengan rumus :

Q=

Dimana :

Q = Kapasitas Produksi per jam (m3 / jam)

V = Kapasitas bucket; m3

Fb = Faktor bucket

Fa = Faktor efisien alat (ambil kondisi kerja paling baik, 0,83)

7
Fv = Faktor konversi (kedalaman < 40 %)

Ts = Waktu siklus; menit

T1 = Lama menggali, memuat, lain-lain (standar), (maksimum 0,32); menit

T2 = Lain-lain (standar), maksimum 0,10; menit.

60 = Konversi jam ke menit,

Fk = Faktor pengembangan bahan

Jenis tanah pada proyek yang diamati sangat berpengaruh dalam perhitungan
produktivitas backhoe. Kondisi lapangan serta manajemen dari pelaksanaan lapangan juga
didapat melalui pengamatan. Penentuan waktu siklus backhoe didasarkan pada pemilihan
kapasitas bucket. (Rostiyanti, 1999).

Spesifikasi Teknis Excavator dinyatakan sebagai berikut:

1. Net power (HP) : 80 - 157


2. Max Reach/Depth (m) : 5,3 – 7,9
3. Breaking Force (kN) : 82 - 162
4. Kecepatan Swing (rpm) : 11 – 12,5
5. Operating Weight (kg) : 10,000 – 24,000
6. Bucket Capacity (m³) : 0,4 – 1,17
7. Ground Pressure (kg/cm²) : 0,25 – 0,44
8. Lifting Capacity (kg) : 2,590 – 7,350

Pada pekerjaan konstruksi pada umumnya menggunakan kelas Excavator dengan berat 10
ton dan berat 20 ton.

8
Tabel 2.1 Faktor bucket (bucket fill factor) (Fb) untuk Excavator Backhoe
Kondisi Kondisi Lapangan Faktor
Operasi Bucket (Fb)
Mudah Tanah biasa, lempung, tanah lembut 1,1 – 1,2
Sedang Tanah biasa berpasir, kering 1,0 – 1,1
Agak Tanah biasa berbatu 1,0 – 0,9
sulit
Sulit Batu pecah hasil 0,9 – 0,8

Sumber: JDIH Kementrian PUPR

Tabel 2.2 Faktor konversi galian (Fv) untuk alat Excavator


Kondisi membuang, menumpahkan
Kondisi galian
(dumping)
(Kedalaman galian /
Agak
kedalaman galian maksimum) Mudah Normal Sulit
sulit
< 40 % 0,7 0,9 1,1 1,4
(40 – 75) % 0,8 1,0 1,3 1,6
>75 % 0,9 1,1 1,5 1,8

Sumber: JDIH Kementrian PUPR

Tabel 2.3 Faktor effisiensi kerja alat (Fa) Excavator


Kondisi Faktor
operasi efisiensi
Baik 0,83
Sedang 0,75
Agak 0,67
kurang
Kurang 0,58

Sumber: JDIH Kementrian PUPR

9
Gambar 2.1. excavator
2.3.2 DumpTruck
Dump truck menurut Rochmanhadi (1982), suatu alat yang berfungsi memindahkan
suatu material dari suatu tempat ke tempat lain . Untuk pekerjaan kontruksi sipil umumnya
digunakan truck yang dapat membuang muatan dari bak secara otomatis. Truck semacam
ini disebut dengan dump truck atau tripping truck. Penumpahan muatan (dumping)
dilakukan dengan cara hidrolis yang menyebabkan bak terangkat satu sisi, sedang sisi lain
yang berhadapan berputar sebagai engsel. Dengan membedakan arah muatan ditumpahkan
dump truck dibedakan dalam 3 macam yaitu:
a. Rear dump truck yang membuang muatan ke belakang
b. Side dump truck yang membuang muatan ke samping.
c. Rear and Side dump truck (penumpahan ke belakang dan ke samping).

Operator atau sopir sangat berperan dalam menempatkan dumptruck pada waktu
muat, karena produksi dari organisasi alat angkut dan alat gali ditentukan pada saat muat
ini. Menempatkan dumptruck dengan cepat pada posisi untuk dimuati diusahakan agar
swing dari alat gali sekecil-kecilnya. Operator alat gali biasanya akan mengatur
penempatan dumptruck yang akan dimuati, khusus untuk dumptruck yang besar, pembantu
sopir sangat diperlukan dalam mengatur penempatan dumptruck pada posisi muat yang
baik. Dumptruck sebaiknya ditempatkan membelakangi alat gali, atau searah dengan swing

10
alat gali agar memudahkan pemuatan. Khusus pada pemuatan batu-batu yang besar dengan
menggunakan alat gali yang besar sebaiknya dumptruck menghadap ke alat gali, agar batu-
batu tidak menimpa kabin dumptruck. Pada waktu mengangkut ataupun kosong, perlu
dihindari terjadinya selip. Selip adalah keadaan gerakan mendatar ke samping dari
kendaraan yang tidak dapat dikuasai oleh operator. Selip ini biasanya terjadi jika roda
berputar lebih cepat dari pada yang diperlukan untuk gerakan kendaraan, atau apabila
putaran roda lebih lambat dari pada gerakan kendaraan, misalnya waktu di rem, atau dapat
terjadi pada tikungan yang tajam dalam keadaan kecepatan tinggi. Membuang muatan
(dumping) operator harus hati-hati dan cermat. Operator harus yakin bahwa roda-roda
berada di atas permukaan tanah yang cukup kuat dan keras untuk menghindari supaya ban-
ban tidak terperosok ke dalam tanah yang kurang baik, misalnya pada permukaan tanah
hasil buangan sebelumnya. Pelaksanaan angkutan ini akan dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya waktu mengangkut, waktu kembali, waktu muat dan menuang secara
manuver. Jumlah waktu dari gerakan ini merupakan waktu siklus dump truck.

Spesifikasi Teknis Dumptruck dinyatakan sebagai berikut:

1. Jarak tempuh ± 500m

2. Kapasitas sebesar 16 ton

3. Panjang luar bak 3,50 m

4. Lebar luar bak 1,92 m

5. Tinggi luar bak 0,80 m

Produktivitas dump truck dinyatakan dengan rumus :

Q= m3

11
Dimana :

Q = kapasitas produksi dump truck; m3 /jam

V = kapasitas bak; ton

Fa = Efisiensi alat

Fk = Faktor pengembangan bahan

D = Berat isi material (lepas, gembur); ton/m3;

V1 = Kecepatan rata-rata bermuatan, (15 – 25); km/jam.

V₂ = Kecepatan rata-rata kosong

Tabel 2.4 Faktor efisiensi alat Dump Truck


Kondisi kerja Efisiensi kerja
Baik 0,83
Sedang 0,80
Kurang baik 0,75
Buruk 0,70

Sumber: JDIH Kementrian PUPR

12
Tabel 2.5 Kecepatan dump truck dan kondisi lapangan
Kondisi Kecepatan, km/h
Kondisi beban
Lapangan
Isi 40
Datar
Kosong 60
Isi 20
Menanjak
Kosong 40
Isi 20
Menurun
Kosong 40
Kecepatan tersebut adalah perkiraan umum. Besar kecepatan bisa
berubah sesuai dengan medan, kondisi jalan, kondisi cuaca
setempat, serta kondisi kendaraan.

Sumber: JDIH Kementrian PUPR

Gambar 2.2 Dump Truck

13
2.3.3 Wheel Loader
Menurut Kaseke (2008), Loader adalah suatu alat berat yang mirip dengan Dozer
Shovel, tetapi beroda karet (ban) sehingga baik kemampuan maupun kegunaannya sedikit
berbeda yaitu: hanya mampu beroperasi di daerah yang keras dan rata, kering, dan tidak
licin karena traksi di daerah basah akan rendah, tidak mampu mengambil tanah “bank”
sendiri atau tanpa batuan dozing/stock paling terlebih dahulu dengan bulldozer
Kelebihan Wheel Loader adalah mobilitas- nya yang tinggi dan manuver daerah pemuatan
loading point lebih sempit di abding dengan truck shovel dan kerusakan permukaan
loading point lebih kecil karna menggunakan ban karet. Salah satu kekurangannya adalah
dalam menempatkan muatan dalam dump truck kurang merata bahkan kadang – kadang
bisa miring. Walaupun faktor ini sangat dipengaruhi oleh skill operator.
Fungsi utama alat berat loader pada pekerjaan konstruksi adalah sebagai alat pemuat,
terutama untuk memuat material ke dalam dump truck. Alat ini juga sering digunakan di
stock pile untuk memindahkan material hasil pemecahan dari stone crusher. Loader terbagi
atas dua jenis, yaitu :
a. Crawler Loader
Loader jenis ini menggunakan ban dari besi (track) yang cocok digunakan pada daerah
dengan kondisi medan berat dengan permukaan tanah yang tidak rata.
b. Wheel Loader
Wheel loader adalah suatu alat berat yang mirip dengan dozer shovel, tetapi beroda karet
(ban) sehingga baik kemampuan maupun kegunaannya sedikit berbeda yaitu hanya
mampu beroperasi di daerah yang keras dan rata, kering tidak licin karena traksi di
daerah basah akan rendah,tidak mampu mengambil tanah “bank” sendiri atau tanpa
dibantu dozing/stock pilling terlebih dahulu dengan bulldozer. Wheel loader memiliki
mobilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan crawler loader.
Spesifikasi Teknis wheel loader dinyatakan sebagai berikut:
- Kecepatan tetapan = 1800 rpm
- Kapasitas bucket = 8,6 – 10,0 m3
- Muatan tetapan = 17,5 ton
- Bobot kerja = 80.974 kg
- Kecepatan maju = 7,3 km/jam

14
- Kecepatan mundur = 7,9 km/jam
- Ukuran bucket = 0,15 m3 sampai 15 m3

Produktivitas wheel loader dinyatakan dengan rumus :

Q= m3

Dimana :

Q = kapasitas produksi alat per jam (m3/jam)


V = kapasitas bucket ; m3
Fb = factor bucket (lihat table 10)
Fa = faktor efisiensi alat (lihat table 4)
Ts = waktu siklusb (memuat dan lail-lain) ; (0,45 menit); menit

Tabel 2.6 Faktor bucket untuk Wheel loader


Kondisi penumpahan Wheel loader
Mudah 1,0 – 1,1
Sedang 0,85 – 0,95
Agak sulit 0,80 – 0,85
Sulit 0,75 – 0,80

Sumber: JDIH Kementrian PUPR

15
Gambar 2.3 Wheel Loader
2.3.4 Motor Grader
Motor grader adalah suatu peralatan yang dapat digunakan untuk mengupas, memotong
meratakan suatu pekerjaan tanah, terutama pada saat finishing, membuat kemiringan tanah
atau badan jalan dan pemeliharaan jalan kerja. Produktivitas dari motor grader dinyatakan
dalam “waktu bekerjanya”, berbeda halnya dengan produksi bulldozer atau peralatan
penggusur tanah lainnya, yang dihitung dalam satuan volume yang dikerjakan persatuan
waktu. Hal yang terpenting adalah jumlah passing/lintasan yang diperlukan dalam
mengerjakan suatu medan, karena waktu bekerja dari motor grader bersangkutan dengan
pekerjaan peralatan medan.
Rochmanhadi (1982), menyatakan pengalaman operator sangat berpengaruh terhadap
kondisi grader, sehingga dapat ditentukan beberapa lintasan yang diperlukan. Hal ini
sangat berpengaruh terhadap kapasitas produksi kerja yang dihasilkan.
Komponen motor grader terbagi atas enam bagian utama. Ada penggerak yang berupa
roda ban, kerangka atau frame yang menghubungkan bagian penggerak dengan komponen
lain, blade atau pisau yang dikenal sebagai moldboard, sacrifier, circle, dan juga drawbar.
Nantinya, moldboard inilah yang akan mengeksekusi permukaan tanah dan bisa
digerakkan sedemikian rupa. Circle atau cincin penggerak lah yang bisa membuat
moldboard ini berputar dan bergerak. Setelah dieksekusi dengan moldboard, material juga
akan dihancurkan oleh sacrifier atau unit dari alat berat yang bergigi.
Alat berat motor grader biasanya akan difungsikan menjelang finishing proyek. Ia akan
bergerak di atas permukaan tanah dan membentuk jalan sesuai dengan bentuk yang

16
diinginkan. Selain pembuatan jalan, alat berat ini juga bisa difungsikan untuk membuat
lapangan golf, pembuatan jalur balapan, dan lain sebagainya. Motor grader akan digunakan
ketika alat berat seperti excavator atau bulldozer tidak bisa menjangkau permukaannya.

Spesifikasi Teknis Motor Grader dinyatakan sebagai berikut:


- Bobot total = 65.840 kg
- Daya dasar = 397 kW (533 hp)
- Ketinggian penurunan daya = 3048 m/ 10.000 ft
- Radius belok (sebelah luar ban depan) = 12,4 m
- Rentan kemudi – kiri/kanan = 47,5º
- Sudut artikulasi – kiri/kanan = 25º
- Bobot total = 65.840 kg

Produksi motor grader dinyatakan dengan rumus :

1. Untuk pekerjaan perataan hamparan :

Q = * ( ) +
m2

Dimana :

Lh = Panjang hamparan (m)

bo = lebar overlap (m)

Fa = factor efisiensi kerja

n = Jumlah lintasan (lintasan)

N = Jumlah pengupasan tiap lintasan (kali lintasan)

V = kecepatan rata-rata (km/jam)

b = lebar pisau efektif (m)

17
60 = konversi jam ke menit

T1 = waktu 1 kali lintasan : (Lh x 60)/(v x 1000) (menit)

T2 = lain-lain (menit)

Ts = waktu siklus, Ts = ∑ (menit)

Tabel 2.7 Faktor efisiensi kerja alat Motor Grader


Kondisi operasi Faktor efisiensi
Perbaikan jalan, perataan 0,8
Pemindahan 0,7
Penyebaran (grading) 0,6
Penggalian (trenching) 0,5

Sumber: JDIH Kementrian PUPR

Tabel 2.8 Faktor efisiensi kerja alat Motor Grader

Pekerjaan Kecepatan (km/jam)


Membuat slope 4,0
Menggali saluran 4,0 – 6,4
Pertaan akhir 6,5 – 14,5
Perawatan jalan 6,4 – 9,7
Pencampuran 14,5 – 32,2
Penebaran material 9,7 – 14,5

Sumber: JDIH Kementrian PUPR

3. Pekerjaan perataan hamparan padat :

Q = * ( ) +
m2

Dimana :

18
Lh = Panjang hamparan (m)

bo = lebar overlap (m)

Fa = factor efisiensi kerja

n = Jumlah lintasan (lintasan)

N = Jumlah pengupasan tiap lintasan (kali lintasan)

V = kecepatan rata-rata (km/jam)

b = lebar pisau efektif (m)

60 = konversi jam ke menit

T1 = waktu 1 kali lintasan : (Lh x 60)/(v x 1000) (menit)

T2 = lain-lain (menit)

Ts = waktu siklus, Ts = ∑ (menit)

Gambar 2.4 Motor Grader

19
2.3.5 Water tanker
Water tanker digunakan untuk mengangkut air, yang digunakan untuk menyiram
permukaan material yang dipadatkan atau untuk keperluan lainnya. Pada proses pemadatan
lapisan pondasi bawah terlalu kering maka disiram air pada lapisan ini. Banyaknya air
yang disiram dari mobil tangki air ditentukan secara visual artinya kadar air yang
disiramkan tidak melebihi kadar air optimum oleh pengawas lapangan sedemikian hingga
agregat tidak terlalu basah. Jika kadar air kurang ditambahkan pada saat penggilasan pada
pekerjaan pemadatan digunakan vibrator roller dengan bobot 8 ton.
Kepadatan umumnya dicapai dengan 8 sampai 10 passing secara memanjang di atas lapisan
pondasi bawah. Setelah pekerjaan lapisan pondasi bawah selesai dilanjutkan dengan
pekerjaan lapisan pondasi atas.
Untuk menghitung produktivitas kerja alat water tank digunakan rumus :
Q = ; m3

Dimana :

Q = kapasitas produksi alat per jam (m3/jam)

V = volume tangka air (m3)

Wc = kebutuhan air / m3 material padat (m3)

pa = kapasitas pompa air ; diamnbil 100 liter / menit ; liter/menit

Fa = factor efisiensi alat

60 = konversi jam ke menit

1000 = perkalian dari km ke m

20
Gambar 2.5 Truck tangka air (Water Tangki Truck)

2.3.6 Vibrator roller

Menurut Rochmanhadi (1982), vibrator roller adalah alat yang memungkinkan digunakan
secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan. Efek yang diakibatkan vibrator roller
adalah gaya dinamis terhadap tanah. Butir-butir tanah cenderung mengisi bagian-bagian
kosong yang terdapat diantara butir- butirnya. Sehingga akibat getaran ini tanah menjadi
padat, dengan susunan yang lebih kompak.

Untuk menghitung produktivitas kerja alat vibrator roller digunakan rumus :

( )
Q = ; (m)

Dimana :

Q = kapasitas produktivitas kerja vibrator roller (m3/jam);

be = lebar efektif pemadatan = b-bo (overlap) ; (m)

b = lebar efektif pemadatan ; (1,68 m) ; (m)

bo = lebar overlap ; (0,20 m) ;(m)

t = tebal pemadatan ; (m)

21
v = kecepatan rata-rata alat ; (diambil 4,0 km/jam) ; (km/jam)

n = jumlah lintasan ; (diambil 8 lintasan) ; (lintasan)

Fa =` factor efisiensi alat

100 = perkalian dari km ke m

Spesifikasi Teknis Vibrator Roller dinyatakan sebagai berikut:

- Power (HP) : 100


- Lebar Roda (m) : 1,8 – 2,3
- Berat Total (ton) : 4 – 19

Gambar 2.6 Vibrator Roller

2.4 Biaya Penggunaan Alat Berat

Di dalam suatu proyek konstruksi alat – alat berat yang dipakai dapat berasal dari bermacam
– macam sumber, antara lain alat berat yang dibeli oleh kontraktor, alat berat yang disewa –
beli oleh kontraktor, dan alat berat yang disewa oleh kontraktor.

22
1. Alat Berat yang dibeli oleh kontraktor
Kontraktor dapat saja membeli alat berat. Keuntungan dari pembelian ini adalah
biayapemakaian per jam yang sangat kecil jika alat tersebut dipergunakan secara
optimal. Dilihat dari segi keuntungan perusahaan, kepemilikan alat berat merupakan
suatu faktor yang penting karena kadang – kadang pemilik proyek melihat kemampuan
suatu kontraktor berdasarkan alat yang dimilikinya.

2. Alat Berat yang disewa – beli (leasing) oleh kontraktor


Alat dapat disewa dari perusahaan penyewaan alat berat. Sewa – beli alat umumnya
dilakukan jika pemakaian alat tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
Yang dimaksud dengan sewa – beli adalah karena jangka waktu penyewaan yang lama
maka pada akhir masa penyewaan alat tersebut dapat dibeli oleh pihak penyewa. Biaya
pemakaian umumnya lebih tinggi daripada memiliki alat tersebut, namun terhindar dari
risiko biaya kepemilikan alat.

3. Alat Berat yang disewa oleh kontraktor


Perbedaan dari alat berat yang disewa dengan sewa – beli adalah dari lamanya
penyewaan. Alat berat yang disewa umumnya dalam jangka waktu yang tidak lama.
Biaya pemakaian alat berat sewa adalah yang tertinggi, akan tetapi tidak akan
berlangsung lama karena penyewaan dilakukan pada waktu yang singkat. Pada metode
ini juga perusahaan konstruksi terbebas dari biaya investasi alat yang cukup besar.
(Rostiyanti,2008: 9-10)
Menurut Wigroho dan Suryadharma (1998 : 127) biaya untuk alat berat dapat dihitung
dengan prakiraan-prakiraan yang dapat dipertanggung-jawabkan. Biaya tersebut
meliputi owning cost (biaya kepemilikan) dan operating cost (biaya operasi) yang sering
disebut dengan O & O Cost (Owning & Operating Cost).
Owning cost secara pasti sangat sulit ditentukan karena dipengaruhi oleh umur
ekonomis alat yang tidak dapat diramalkan dengan tepat, suku bunga, pajak dan
asuransi, yang setiap waktu dapat berubah-ubah besarnya.
Operating cost besarnya dipengaruhi oleh pemakaian bahan bakar, minyak pelumas,
untuk mesin dan hidrolis, umur ban, reparasi atau pemeliharaan, penggantian suku
cadang, dan upah operator.

23
2.4. 1 Harga satuan dasar alat

Komponen alat digunakan dalam mata pembayaran tergantung pada jenis pekerjaannya.
Faktor yang mempengaruhi harga satuan dasar alat antara lain: jenis peralatan, efisiensi
kerja, kondisi cuaca, kondisi medan, dan jenis material/bahan yang dikerjakan. Untuk
pekerjaan yang memerlukan alat berat, penyediaan alat dilakukan berdasarkan sistem
sewa. Berikut ini masukan yang diperlukan dalam perhitungan biaya alat per satuan
waktu untuk pekerjaan secara mekanis.

a. Jenis alat

Jenis alat yang diperlukan dalam suatu mata pembayaran disesuaikan dengan
ketentuan yang tercantum dalam spesifikasi teknis. Berbagai jenis peralatan telah
dibuat untuk dipakai pada pekerjaan-pekerjaan tertentu.

b. Tenaga mesin

Tenaga mesin (Pw) merupakan kapasitas tenaga mesin penggerak dalam satuan
tenaga kuda atau horsepower (HP).

c. Kapasitas alat
Adalah kapasitas peralatan (Cp) yang dipergunakan, misalnya AMP 50 ton/jam

(kapasitas produksi per jam), Wheel Loader 1,20 m3 (kapasitas bucket untuk tanah
gembur, kondisi munjung atau heaped).
Perhitungan kapasitas produksi peralatan per-jamnya bisa dihitung sesuai dengan cara
yang tercantum dalam rumus umum yaitu rumus perhitungan produksi peralatan per
jam, atau berdasarkan hasil produksi selama bekerja 4 jam pertama ditambah hasil
produksi selama bekerja 3 jam kedua, kemudian hasil produksi hariannya di bagi 7
untuk memperoleh hasil produksi rata-rata tiap jamnya.
Di samping itu ada peralatan yang bisa berdiri sendiri dalam operasinya, tapi ada
peralatan yang bergantung pada peralatan lain seperti misalnya dump truck, yang
tidak bisa mengisi muatannya sendiri, harus diisi memakai loader atau excavator. Jadi

24
isi muatan bak dump truck tergantung pada berapa banyak yang bisa di tumpahkan
oleh pengisinya (loader atau excavator).

d. Umur ekonomi alat

Umur ekonomis peralatan (A) dapat dihitung berdasarkan kondisi penggunaan dan
pemeliharaan yang normal, menggunakan standar/manual dari pabrik pembuat.Setiap
peralatan selama pemakaiannya (operasinya) membutuhkan sejumlah biaya, yaitu
biaya untuk operasi sesuai dengan fungsinya dan biaya pemeliharaan (termasuk
perbaikan) selama operasi. Setiap jenis peralatan mempunyai umur ekonomisnya
sendiri-sendiri yang berbeda antara satu jenis peralatan dengan jenis peralatan
lainnya. Pada umumnya dinyatakan dalam tahun pengoperasian. Umur ekonomis
peralatan yang dipakai untuk perhitungan dalam panduan ini diambil sesuai dengan
data dalam referensi yang dipakai.

e. Jam kerja alat per tahun

Pada peralatan yang bermesin, jam kerja peralatan atau jam pemakaian peralatan akan
dihitung dan dicatat sejak mesin dihidupkan sampai mesin dimatikan. Selama waktu
(jam) pelaksanaan kegiatan pekerjaan maka peralatan tetap dihidupkan, kecuali
generating set (genset) yang selalu tetap dihidupkan, untuk peralatan tidak bermesin
maka jam pemakaiannya sama dengan jam pelaksanaan kegiatan pekerjaan. Jumlah
jam kerja peralatan (W) dalam 1 (satu) tahun.

f. Harga pokok alat

Harga pokok perolehan alat (B) yang dipakai dalam perhitungan biaya sewa alat atau
pada analisis harga satuan dasar alat. Sebagai rujukan untuk harga pokok alat adalah
Perpres Nomor 16 Tahun 2018 atau Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang berlaku
dengan memperhitungkan faktor inflasi.
Harga yang tercantum dapat terjadi melalui persyaratan jual beli apakah barang
tersebut loko gudang, franco gudang, free on board, serta kadang- kadang penjual
harus menanggung cost, freight, and insurance atas barang yang dikirim.

25
1) Loko gudang

Pada syarat jual beli ini, pembeli harus menanggung biaya pengiriman barang dari
gudang penjual ke gudang pembeli.

2) Franco gudang
Kebalikannya syarat jual beli loko gudang, pada syarat jual beli ini, penjual
menanggung biaya pengiriman barang sampai ke gudang pembeli.

3) Free on Board

Bila terjadi perdagangan dengan luar negeri, pembeli bisa saja dikenakan syarat
jual beli free on board. Pemberitahuannya biasanya dikirim lewat surat bisnis atau
email. Free on board adalah syarat jual beli yang membebankan biaya pengiriman
barang kepada pembeli dari luar negeri. Biaya pengiriman barangnya meliputi
biaya dari pelabuhan muat penjual sampai ke pelabuhan penerima yang digunakan
oleh pembeli. Penjual di dalam negeri, dalam hal ini Indonesia, hanya
menanggung biaya pengangkutan sampai ke pelabuhan muatnya saja.

4) Cost, Freight, and Insurance

Dalam surat perjanjian jual beli kadang-kadang disebutkan bahwa penjual harus
menanggung cost, freight and insurance. Pembeli tidak perlu bingung dengan
syarat jual beli ini. Cost, freight and insurance ini adalah syarat jual beli sehingga
penjual harus menanggung biaya pengiriman barang dan asuransi kerugian atas
barang yang dikirim.

g. Nilai sisa alat


Nilai sisa peralatan atau bisa disebut nilai jual kembali adalah perkiraan harga
peralatan yang bersangkutan pada akhir umur ekonomisnya. Pada umumnya nilai sisa
peralatan ini tidak sama untuk tiap jenis peralatan, tergantung pada jenis
peralatannya.

26
Nilai sisa alat (C) ini banyak tergantung pada kondisi pemakaian dan pemeliharaan
selama waktu pengoperasian. Untuk perhitungan analisis harga satuan ini, nilai sisa
alat dapat diambil rata-rata 10% dari pada harga pokok alat, tergantung pada
karakteristik (dari pabrik pembuat) dan kemudahan pemeliharaan alat.

Nilai sisa alat : C = 10% harga alat ……….. (2)

h. Tingkat suku bunga, faktor angsuran modal dan biaya pengembalian modal
Merupakan tingkat suku bunga bank (i) pinjaman investasi yang berlaku pada waktu
pembelian.peralatan.yang..bersangkutan.
Perencana teknis/pengguna jasa menentukan nilai suku bunga ini dengan mengambil
nilai rata-rata dari beberapa bank komersial terutama di wilayah tempat kegiatan
pekerjaan berada.

Faktor angsuran modal menggunakan rumus : D = ( (


)
)
……….. (3)

Biaya pengembalian modal dengan rumus : E = ( )


………. (4)

Dimana :

A = umur.ekonomis.alat.(tahun)
i = tingkat suku bunga pinjaman investasi (% per tahun)
B = harga pokok alat (rupiah)
C = nilai sisa alat (%)
W = jumlah jam kerja alat dalam satu tahun (jam)

i. Asuransi dan pajak


Besarnya nilai asuransi (Ins) dan pajak kepemilikan peralatan ini umumnya diambil
rata-rata per tahun sebesar 0,2% dari harga pokok alat, atau 2% dari nilai sisa alat
(apabila nilai sisa alat = 10% dari harga pokok alat).

Asuransi : F = ………… (5)

27
Dimana :

Ins = asuransi (%)


B = harga pokok alat (rupiah)
W = jumlah jam kerja alat dalam satu tahun (jam)

j. Upah tenaga

Upah tenaga kerja dalam perhitungan biaya operasi peralatan di sini terdiri atas biaya
upah tenaga kerja dalam satuan Rp./jam. Untuk mengoperasikan alat diperlukan
operator (U1) dan pembantu operator (U2).

k. Harga bahan bakar dan pelumas

Harga bahan bakar (H) dan minyak pelumas maupun minyak hidrolik (I), dalam
perhitungan biaya operasi peralatan adalah harga umum yang ditetapkan pemerintah
setempat.

2.4.2 Proses perhitungan harga satuan dasar alat

Komponen dasar proses harga satuan dasar alat, terdiri atas :


A. Biaya pasti
Biaya pasti (owning cost) adalah biaya pengembalian modal dan bunga setiap tahun,
dihitung sebagai berikut :

G=(E+F)=( )
+ =( ) ( )
…… (6)

Dimana :

G = biaya pasti per jam (rupiah)


B = harga pokok alat setempat (rupiah)
C = nilai sisa alat 10 % harga alat
D = faktor angsuran atau pengembalian modal (Rumus (3))

28
E = biaya pengembalian modal (Rumus (4)),
F = biaya asuransi, pajak dan lain-lain per tahun (Rumus (5))
= 0,002 x B atau = 0,02 x C
W = jumlah jam kerja alat dalam satu tahun

B. Biaya tidak pasti atau biaya operasi

1. Komponen biaya operasi

Komponen biaya operasi tiap unit peralatan dihitung berdasarkan bahan yang
diperlukan sebagai berikut:

a) Biaya bahan bakar (H)

Kebutuhan bahan bakar tiap jam (H) dihitung berdasarkan data tenaga kerja mesin
penggerak sesuai dengan yang tercantum dalam manual pemakaian bahan bakar
yang digunakan untuk proses produksi(misalnya untuk pengeringan/pemanasan
agregat atau pemanasan aspal pada peralatan AMP, serta pemanasan permukaan
perkerasan pada Hot Recycler).

b) Biaya minyak pelumas (I)

Minyak pelumas (I) yang meliputi minyak pelumas mesin (I), minyak pelumas
hidrolik, pelumas transmisi, Tongue Converter, power steering, gemuk (grease)
dan minyak pelumas lainnya, kebutuhan per jam dihitung berdasarkan kebutuhan
jumlah minyak pelumas dibagi tiap berapa jam minyak pelumas yang bersangkutan
harus digantisesuai dengan manual pemeliharaan dari pabrik pembuat.

c) Biaya bengkel (J)

Pemeliharaan peralatan rutin (J) seperti penggantian saringan udara, saringan bahan
bakar, saringan minyak pelumas serta perbaikan ringan lainnya.

29
d) Biaya perawatan atau perbaikan (K)

Biaya perbaikan (K) ini meliputi :


- Biaya penggantian ban (untuk peralatan yang memakai roda ban).
- Biaya penggantian komponen-komponen yang aus (yang penggantiannya
sudah dijadwalkan) seperti pada pisau Bulldozer dan lain-lain
- Penggantian baterai/accu.
- Perbaikan undercarriage & attachment termasuk penggantian suku cadang.
- Biaya bengkel.
e) Upah operator/driver dan pembanti operator
2.4.3 Perhitungan biaya operasi
Perhitungan cara pendekatan dengan rumus rata-rata untuk biaya tidak pasti atau
biaya operasi adalah sebagai berikut:
a. Biaya bahan bakar (H)
Banyaknya bahan bakar per jam yang digunakan oleh mesin penggerak dan tergantung
pada besarnya kapasitas tenaga mesin, biasanya diukur dengan satuan HP (Horse
Power).

H = (12,00 s/d 15,00)% x HP (7)

Dimana :

H = banyaknya bahan bakar yang dipergunakan dalam 1 (satu) jam dengan satuan
liter/jam
HP = Horse Power, kapasitas tenaga mesin penggerak 12,00%adalah untuk
alat yang bertugas ringan
15,00% adalah untuk alat yang bertugas berat

b. Biaya Minyak Pelumas (l)


Banyaknya minyak pelumas (termasuk pemakaian minyak yang lain serta grease) yang
dipergunakan oleh peralatan yang bersangkutan dihitung dengan rumus dan
berdasarkan kapasitas tenaga mesin

30
l = (2,5 s/d 3)% x HP ............................................................................ (8)

Dimana :

I = adalah banyaknya minyak pelumas yang dipakai dalam 1 (satu) jam


dengan. satuan liter / jam

HP = kapasitas tenaga mesin (Horse Power)

2,5 %untuk pemakaian ringan

3 % untuk pemakaian berat

c. Biaya bengkel (J)


Besarnya biaya bengkel (workshop) tiap jam dihitung sebagai berikut :
J = (6,25 s/d 8,75)% x B/W (9)

Dimana :
B = harga pokok alat setempat
W = jumlah jam kerja alat dalam satu tahun
6,25% adalah untuk pemakaian ringan
8,75% adalah untuk pemakaian berat

d. Biaya perbaikan (K)

Untuk menghitung biaya perbaikan termasuk penggantian suku cadang yang aus
dipakai rumus :

K = (12,5 s/d 17,5)% x B/W (10)

Dimana :
B = harga pokok alat setempat
W= jumlah jam kerja alat dalam satu tahun

31
12,5% adalah untuk pemakaian ringan
17,5% adalah untuk pemakaian berat

e. Upah operator/driver (L) dan pembantu operator (M)

Upah Operatordan Pembantu operator atau driver, dihitung

Operator, L = 1 orang/jam x U1 (11) Pembantu Operator: M = 1 orang/jam x U2

f. Biaya operasi (P)


Biaya operasi : P = H + I + J + K + L + M (13)
Dimana :
H = banyaknya bahan bakar yang dipergunakan dalam 1 (satu) jam dengan
satuan liter/jam
L = banyaknya minyak pelumas yang dipakai dalam 1 (satu) jam dengan
satuan liter/jam
J = besarnya biaya bengkel (workshop) tiap jam
K = biaya perbaikan termasuk penggantian suku cadang yang aus
L = upah operator atau driver
M = upah pembantu operator atau pembantu driver

2.4.4 Keluaran (output) harga satuan dasar alat


Keluaran harga satuan dasar alat (S) adalah harga satuan dasar alat yang meliputi biaya
pasti (G), biaya tidak pasti atau biaya operasi (P): harga satuan dasar alat :
S = G + P (14) ………(14)
Keluaran harga satuan dasar alat ini selanjutnya merupakan masukan (input) untuk proses
analisis harga satuan pekerjaan (HSP).

32

Anda mungkin juga menyukai