4
5
1. Excavator
Excavator pada umumnya dioperasikan dengan memanfaatkan tenaga
hydraulic, penugasan dari excavator dan power shovel (Peurifoy, 1985).
Excavator merupakan alat penggalian yang digunakan untuk menggali tanah
atau andesit, excavator memiliki medan kerja yang lebih rendah dari posisi
alat, prinsip kerja excavator untuk melakukan penggalian dari atas ke bawah,
gerakan bucket pada saat menggali arahnya adalah ke arah badan excavator
itu sendiri (Indonesianto, 2016).
Dalam konfigurasi lainnya yaitu power shovel utamanya digunakan dalam
material keras dengan mengarah ke atas dan pemuatan diging material dan
dituangkan ke alat angkut yaitu dump truck. Dalam konfigurasi power shovel
memiliki boom yang lebih pendek dengan cycle time lebih lama namun
kapasitas bucket yang lebih besar Tenriajeng, (2003).
We
EK = × 100 %. (2.2)
Wt
7
Keterangan:
We = waktu kerja efektif (menit),
Wt = waktu kerja tersedia (menit),
Whd = waktu hambatan dapat dihindari (menit),
Wtd = waktu hambatan tidak dapat dihindari (menit),
EK = efisiensi kerja.
2) Hambatan Waktu Kerja
Menurut Nabar (1998) faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja selain waktu
kerja yang tersedia, yaitu hambatan terhadap waktu kerja, jika jumlah waktu jam
kerja dapat dimanfaatkan secara efektif maka diharapkan sasaran produksi kegiatan
pemuatan dan pengangkutan dapat terpenuhi. Namun kenyataan di lapangan sering
terjadi beberapa hambatan sehingga mengurangi jam kerja efektif alat. Adapun
hambatan yang dapat dihindari hambatan yang terjadi karena adanya penyimpangan
terhadap waktu kerja yang dijadwalkan sebagai berikut:
a. Berhenti kerja sebelum waktunya (istirahat), disebabkan karena aktivitas
kerja dihentikan sebelum waktu istirahat yang sudah dijadwalkan.
b. Terlambat memulai bekerja setelah istirahat, dipengaruhi karena istirahat
terlalu lama.
c. Berhenti bekerja sebelum jam kerja selesai, disebabkan aktivitas kerja
dihentikan sebelum waktu yang sudah terjadwalkan.
3) Faktor Pengembangan Material
Menurut Tenrianjeng (2003) yang dimaksud dengan pengembangan swell
material berupa penambahan atau pengurangan volume material tanah yang diganggu
dari bentuk aslinya, faktor pengembangan dan pemuaian volume material perlu
diketahui sebab pada waktu penggalian material volume yang diperhitungkan adalah
volume dalam kondisi bank, yaitu volume aslinya seperti di alam, akan tetapi pada
waktu perhitungan pengangkutan material volume yang dipakai adalah volume
material setelah digali jadi material telah mengalami pengembangan sehingga volume
tersebut bertambah besar.
8
Bentuk material dapat dibagi dalam tiga keadaan yaitu, material asli bank
material, material lepas loose material dan material padat compacted material.
Menurut Tenrianjeng (2003) keadaan material yang masih alami dan belum
mengalami gangguan teknologi disebut keadaan asli (bank material). Untuk tanah
yang demikian dinyatakan dengan ukuran alam dengan satuan (Bank Cubik Meteer)
BCM digunakan sebagai dasar perhitungan jumlah pemindahan tanah.
Material lepas (loose material) adalah keadaan material atau tanah setelah
diadakan pengerjaan, material hasil penggalian, material yang berada diatas truck.
Material yang digali dari tempat asalnya, akan mengalami perubahan volume
mengembang. Ukuran tanah dalam keadaan lepas dinyatakan dalam satuan (Loose
Cubic Meter) LCM.
Sedangkan material padat (compacted material) adalah keadaan tanah setelah
ditimbun kembali dengan disertai usaha pemadatan. Perubahan volume ini karena
adanya penyusutan rongga udara diantara partikel-partikel tanah tersebut. Sehingga
volume material berkurang. Ukuran tanah dalam keadaan pemadatan dinyatakan
dalam suatu (Compacted Cubic Meter) CCM.
Jenis material yang memiliki ukuran yang besar memiliki nilai fill factor yang kecil
dikarenakan pada bucket akan terdapat rongga-rongga kosong yang tidak dapat diisi,
sedangkan pada jenis material yang memiliki ukuran relatif kecil akan memiliki nilai
fill factor yang besar (Anaperta, 2016).
KB X BF X 3600 X FK
TP = (2.5)
CT
11
Keterangan:
TP = taksiran produksi alat gali muat (m3/jam),
KB = kapasitas bucket alat gali muat (m3),
BF = bucket factor,
FK = faktor koreksi,
CT = waktu edar (detik).
b. Produktivitas Alat Angkut
Produktivitas alat angkut merupakan perhitungan besaran jumlah material
yang dapat diangkut pada satuan waktu tertentu. Berdasarkan faktor-faktor
penentu produktivitas alat dan spesifikasi peralatan yang digunakan, adapun
rumus produktivitas pada alat angkut sebagai berikut (Tenrianjeng, 2003):
C ×60 × FK
P= (2.6)
CT
C = n x KB (2.7)
Keterangan:
P = produktivitas alat angkut (m3/jam),
C = kapasitas vessel (m3),
CT = waktu edar per rit dalam dump truck (menit),
FK = faktor koreksi,
n = jumlah rit pengisian,
KB = kapasitas bucket.
2.4.2. Pola Pemuatan
Untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan target produksi maka pola
pemuatan juga merupakan faktor yang mempengaruhi waktu edar alat. Pola pemuatan
berdasarkan dari posisi dump truck untuk dimuati hasil galian excavator terdapat
beberapa pola pemuatan sebagai berikut:
1. Top Loading
Merupakan proses ketika excavator melakukan penggalian dengan
menempatkan dirinya diatas jenjang atau posisi dump truck berada disuatu level
12
dibawah excavator, metode ini hanya dipakai pada alat gali excavator kobelco.
Selain itu keuntungan yang diperoleh oleh operator lebih leluasa untuk melihat
bak dan menempatkan material.
2. Bottom Loading
Merupakan posisi truck dan excavator kobelco berada pada suatu level
dimana sama-sama diatas jenjang. Bottom Loading merupakan pola pemuatan
yang mana kedudukan alat muat sejajar dengan kedudukan alat angkut (posisi
alat angkut dan alat muat sama tingginya dengan alat angkut). Metode ini dipakai
pada alat muat power shovel.
Sumber: Herbert L. Nichols dalam Yanto Indonesianto, (2015), Pemindahan Tanah Mekanis : III-45
Gambar 2.3. Top loading dan Bottom Loading
Berdasarkan dari jumlah penempatan dump truck untuk dimuat terhadap
posisi excavator biasa disebut pola muat sebagai berikut:
a. Single Back Up
Merupakan penempatan dump truck memposisikan diri untuk dimuati pada
suatu tempat seperti pada Gambar 2.4.
b. Double Back Up
Merupakan penempatan dump truck dengan memposisikan diri untuk dimuati
pada dua tempat seperti pada Gambar 2.4.
13