Anda di halaman 1dari 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Andesit


Andesit adalah jenis batuan beku vulkanik menengah (intermediet) yang
banyak terdapat di alam sebagai hasil lelehan magma diorite. Pegunungan andesit di
Amerika Selatan menjadi tempat asal mula penamaan batu andesit. Andesit sendiri
berada pada massa dasar yang terdiri dari hablur plagioklas, kuarsa, piroksen,
horblenda, bijih gelas vulkanik dan sebgaian terklolitan. Andesit yang banyak
mengandung horblanda disebut andesit horblanda dan yang banyak mengandung
piroksen disebut andesit piroksen. Peranan bahan galian ini penting sekali disektor
kontruksi, terutama dalam pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya, gedung,
jembatan, saluran air/irigasi dan lain sebagainya. Dalam pemanfaatan dapat berbentuk
batu belah, split dan abu batu, (jurnal vulkanisme dan karbonat umur miosen di
daerah banjar-pangandaran, jawa barat 2018).

2.2. Kegiatan Pengupasan


Pengupasan tanah penutup merupakan salah satu kegiatan penambangan yang
dilakukan oleh perusahaan. Proses pengupasan tanah penutup di area penambangan
yang dipindahkan menuju disposal area bisa dilakukan dengan cara konvesional
menggunakan alat gali muat dan alat angkut. Agar kegiatan penggalian, pemuatan,
dan pengangkutan dapat mencapai target pengambilan tanah penutup yang ditetapkan
maka produktivitas dari setiap alat yang digunakan perlu diperhatikan termasuk
faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi kerja di lapangan, jam kerja alat, dan
keserasian kerja alat yang digunakan.
2.2.1 Peralatan Mekanis pada Kegiatan Penambangan
Terdapat berbagai jenis peralatan untuk kegiatan pemindahan tanah
secara mekanis baik secara segi kemampuan (hourse power) fungsi dan
kegunaan dalam proses kegiatan ini alat mekanis utama yang dipakai yaitu
excavator dan dump truck.

4
5

1. Excavator
Excavator pada umumnya dioperasikan dengan memanfaatkan tenaga
hydraulic, penugasan dari excavator dan power shovel (Peurifoy, 1985).
Excavator merupakan alat penggalian yang digunakan untuk menggali tanah
atau andesit, excavator memiliki medan kerja yang lebih rendah dari posisi
alat, prinsip kerja excavator untuk melakukan penggalian dari atas ke bawah,
gerakan bucket pada saat menggali arahnya adalah ke arah badan excavator
itu sendiri (Indonesianto, 2016).
Dalam konfigurasi lainnya yaitu power shovel utamanya digunakan dalam
material keras dengan mengarah ke atas dan pemuatan diging material dan
dituangkan ke alat angkut yaitu dump truck. Dalam konfigurasi power shovel
memiliki boom yang lebih pendek dengan cycle time lebih lama namun
kapasitas bucket yang lebih besar Tenriajeng, (2003).

Sumber: SK 200-8 Indonesia


Gambar 2.1. Pergerakan Penggalian Dan Konfigurasi Excavator
2. Dump Truck
Dump Truck merupakan alat angkut yang sering digunakan karena lebih
fleksibel artinya dapat dipakai untuk mengangkut bermacam-macam material
seperti tanah batuan, batubara dan mineral berharga lainnya. Dump truck
6

memiliki kecepatan yang cukup tinggi sehingga memiliki produksi yang


tinggi Prodjosumarto, (1996). Dump truck terdapat 3 macam yaitu:
 Side Dump Truck (Penumpahan ke samping),
 Rear Dump Truck (Penumpahan ke belakang) ,
 Rear and Side Dump Truck (Penumpahan ke belakang dan kesamping).

2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Alat


Faktor yang mempengaruhi produktivitas alat dapat dikategorikan menjadi tiga
bagian yaitu, faktor yang berasal dari sifat material, faktor yang berasal dari jenis alat
yang digunakan, maupun terhadap manajemen pengoperasian alat gali, muat maupun
alat angkut yang digunakan (Prodjosumarto, 1996).
1) Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja merupakan suatu bentuk penilaian terhadap penerapan suatu
pekerjaan di lapangan, bentuk penilaian tersebut didapat dari perbandingan antara
waktu yang digunakan untuk bekerja dengan jumlah waktu kerja yang tersedia.
Menurut Rochmanhadi (1983), Produktivitas per jam dari suatu alat yang diperlukan
adalah produktivitas standar dari alat tersebut dalam kondisi ideal dikalikan dengan
suatu faktor dan faktor tersebut dinamakan efisiensi kerja.
Pekerja atau mesin tidak mungkin selamanya bekerja 60 menit per jam hal ini
dikarenakan atau dipengaruhi adanya hambatan-hambatan baik kecil maupun besar
dan jarang sekali efisiensi kerja melebihi 85%. Perhitungan waktu tersebut akan
didapatkan waktu kerja efektif dimana waktu efektif merupakan waktu yang benar-
benar digunakan oleh operator untuk bekerja. Menurut Rochmanhadi (1983) efisiensi
kerja di lapangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
We = Wt – (Wtd + Whd) (2.1)

We
EK = × 100 %. (2.2)
Wt
7

Keterangan:
We = waktu kerja efektif (menit),
Wt = waktu kerja tersedia (menit),
Whd = waktu hambatan dapat dihindari (menit),
Wtd = waktu hambatan tidak dapat dihindari (menit),
EK = efisiensi kerja.
2) Hambatan Waktu Kerja
Menurut Nabar (1998) faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja selain waktu
kerja yang tersedia, yaitu hambatan terhadap waktu kerja, jika jumlah waktu jam
kerja dapat dimanfaatkan secara efektif maka diharapkan sasaran produksi kegiatan
pemuatan dan pengangkutan dapat terpenuhi. Namun kenyataan di lapangan sering
terjadi beberapa hambatan sehingga mengurangi jam kerja efektif alat. Adapun
hambatan yang dapat dihindari hambatan yang terjadi karena adanya penyimpangan
terhadap waktu kerja yang dijadwalkan sebagai berikut:
a. Berhenti kerja sebelum waktunya (istirahat), disebabkan karena aktivitas
kerja dihentikan sebelum waktu istirahat yang sudah dijadwalkan.
b. Terlambat memulai bekerja setelah istirahat, dipengaruhi karena istirahat
terlalu lama.
c. Berhenti bekerja sebelum jam kerja selesai, disebabkan aktivitas kerja
dihentikan sebelum waktu yang sudah terjadwalkan.
3) Faktor Pengembangan Material
Menurut Tenrianjeng (2003) yang dimaksud dengan pengembangan swell
material berupa penambahan atau pengurangan volume material tanah yang diganggu
dari bentuk aslinya, faktor pengembangan dan pemuaian volume material perlu
diketahui sebab pada waktu penggalian material volume yang diperhitungkan adalah
volume dalam kondisi bank, yaitu volume aslinya seperti di alam, akan tetapi pada
waktu perhitungan pengangkutan material volume yang dipakai adalah volume
material setelah digali jadi material telah mengalami pengembangan sehingga volume
tersebut bertambah besar.
8

Bentuk material dapat dibagi dalam tiga keadaan yaitu, material asli bank
material, material lepas loose material dan material padat compacted material.
Menurut Tenrianjeng (2003) keadaan material yang masih alami dan belum
mengalami gangguan teknologi disebut keadaan asli (bank material). Untuk tanah
yang demikian dinyatakan dengan ukuran alam dengan satuan (Bank Cubik Meteer)
BCM digunakan sebagai dasar perhitungan jumlah pemindahan tanah.
Material lepas (loose material) adalah keadaan material atau tanah setelah
diadakan pengerjaan, material hasil penggalian, material yang berada diatas truck.
Material yang digali dari tempat asalnya, akan mengalami perubahan volume
mengembang. Ukuran tanah dalam keadaan lepas dinyatakan dalam satuan (Loose
Cubic Meter) LCM.
Sedangkan material padat (compacted material) adalah keadaan tanah setelah
ditimbun kembali dengan disertai usaha pemadatan. Perubahan volume ini karena
adanya penyusutan rongga udara diantara partikel-partikel tanah tersebut. Sehingga
volume material berkurang. Ukuran tanah dalam keadaan pemadatan dinyatakan
dalam suatu (Compacted Cubic Meter) CCM.

Sumber: Tenrianjeng, (2003).


Gambar 2.2. Ilustrasi Perubahan Material
4) Faktor Pengisian Bucket Excavator (Fill Factor)
Faktor pengisian bucket atau fill factor merupakan persentase besaran jumlah
material yang dapat dimuat bucket terhadap kapasitas bucket tersebut. Besaran fill
factor pada material berbeda tergantung karakteristik material yang akan dimuat.
9

Jenis material yang memiliki ukuran yang besar memiliki nilai fill factor yang kecil
dikarenakan pada bucket akan terdapat rongga-rongga kosong yang tidak dapat diisi,
sedangkan pada jenis material yang memiliki ukuran relatif kecil akan memiliki nilai
fill factor yang besar (Anaperta, 2016).

2.4. Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat Angkut


Perhitungan kemampuan produksi dari alat gali muat dan alat angkut akan
menunjukan besarnya tingkat produksi dari masing-masing alat tersebut. Salah satu
komponen utama pada perhitungan tingkat produktivitas alat adalah dengan
melakukan perhitungan pada waktu edar masing-masing alat, faktor-faktor
koreksinya, kemudian dimasukan ke dalam rumus produktivitas.
2.4.1. Waktu Edar
Waktu edar cycle time merupakan waktu yang diperlukan oleh alat
dalam melakukan suatu pola kerja berulang atau siklus kerja. Siklus kerja
pada alat gali muat dapat dilihat dengan memperhatikan pola gerak alat dari
posisi mengayun untuk melakukan penggalian. Penggalian material, pemuatan
material ke alat angkut lalu kembali lagi pada posisi mengayun kosong.
Sedangkan siklus kerja pada alat angkut dapat dilihat dari manuver kosong,
pemuatan material pengangkutan manuver bermuatan, menumpukan material
dan pengangkutan material. (Caterpillar, 2015).
Adapun waktu edar alat gali muat sebagai berikut:
1. Waktu Edar Alat Gali Muat
Waktu edar pada alat gali muat dilakukan dengan memperhatikan pola gerak
alat tersebut. Pola gerak dapat dihitung dalam rumus (Caterpillar, 2015)
sebagai berikut:
CT = Tg + Tab + Tm + Tak (2.3)
Keterangan :
CT = waktu edar alat gali muat (menit),
Tg = waktu penggalian (menit),
10

Tab = waktu mengayun bermuatan (menit),


Tm = waktu penumpahan muatan (menit),
Tak = waktu mengayun kosong (menit).
2. Waktu edar alat angkut dilakukan dengan memperhatikan pola gerak alat.
Pola gerak dapat dihitung dalam rumus (Tenrianjeng, 2003) sebagai berkiut:
CT = Tmk + Tm + Tam + Tmb + Tt + Tak (2.4)
Keterangan:
CT = waktu edar alat angkut (menit),
Tmk = waktu manuver kosong (menit),
Tm = waktu memuat (menit),
Tam = waktu mengangkut muatan (menit),
Tmb = waktu manuver bermuatan (menit),
Tt = menumpahkan muatan (menit),
Tak = waktu mengangkut kosong (menit).
2.4.2 Produktivitas Alat Mekanis
Kemampuan produktivitas alat pada kegiatan penambangan dilakukan
dengan menggunakan perhitungan kemampuan produksi dari alat-alat
mekanis yang digunakan masing-masing rangkaian kerja. Perhitungan
kemampuan produksi dari alat gali muat dan alat angkut akan menunjukan
tingkat produksi dari masing-masing alat tersebut (Tenrianjeng, 2003).
a. Produkvitas Alat Gali Muat
Produktivitas alat gali muat merupakan perhitungan besaran jumlah
material yang dapat dimuat pada satuan waktu tertentu berdasarkan faktor-
faktor penentu produktivitas dan spesifikasi peralatan yang digunakan.
Adapun rumus dari produktivitas alat gali muat sebagai berikut (Tenrianjeng,
2003).

KB X BF X 3600 X FK
TP = (2.5)
CT
11

Keterangan:
TP = taksiran produksi alat gali muat (m3/jam),
KB = kapasitas bucket alat gali muat (m3),
BF = bucket factor,
FK = faktor koreksi,
CT = waktu edar (detik).
b. Produktivitas Alat Angkut
Produktivitas alat angkut merupakan perhitungan besaran jumlah material
yang dapat diangkut pada satuan waktu tertentu. Berdasarkan faktor-faktor
penentu produktivitas alat dan spesifikasi peralatan yang digunakan, adapun
rumus produktivitas pada alat angkut sebagai berikut (Tenrianjeng, 2003):
C ×60 × FK
P= (2.6)
CT
C = n x KB (2.7)
Keterangan:
P = produktivitas alat angkut (m3/jam),
C = kapasitas vessel (m3),
CT = waktu edar per rit dalam dump truck (menit),
FK = faktor koreksi,
n = jumlah rit pengisian,
KB = kapasitas bucket.
2.4.2. Pola Pemuatan
Untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan target produksi maka pola
pemuatan juga merupakan faktor yang mempengaruhi waktu edar alat. Pola pemuatan
berdasarkan dari posisi dump truck untuk dimuati hasil galian excavator terdapat
beberapa pola pemuatan sebagai berikut:
1. Top Loading
Merupakan proses ketika excavator melakukan penggalian dengan
menempatkan dirinya diatas jenjang atau posisi dump truck berada disuatu level
12

dibawah excavator, metode ini hanya dipakai pada alat gali excavator kobelco.
Selain itu keuntungan yang diperoleh oleh operator lebih leluasa untuk melihat
bak dan menempatkan material.
2. Bottom Loading
Merupakan posisi truck dan excavator kobelco berada pada suatu level
dimana sama-sama diatas jenjang. Bottom Loading merupakan pola pemuatan
yang mana kedudukan alat muat sejajar dengan kedudukan alat angkut (posisi
alat angkut dan alat muat sama tingginya dengan alat angkut). Metode ini dipakai
pada alat muat power shovel.

Sumber: Herbert L. Nichols dalam Yanto Indonesianto, (2015), Pemindahan Tanah Mekanis : III-45
Gambar 2.3. Top loading dan Bottom Loading
Berdasarkan dari jumlah penempatan dump truck untuk dimuat terhadap
posisi excavator biasa disebut pola muat sebagai berikut:
a. Single Back Up
Merupakan penempatan dump truck memposisikan diri untuk dimuati pada
suatu tempat seperti pada Gambar 2.4.
b. Double Back Up
Merupakan penempatan dump truck dengan memposisikan diri untuk dimuati
pada dua tempat seperti pada Gambar 2.4.
13

Sumber: Herbert L. Nichols dalam Yanto Indonesianto, (2015).


Gambar 2.4. Single Back Dan Double Back Up

2.4.3 Lokasi Kesampaian Daerah


Untuk menuju lokasi IUP Eksplorasi PT. Anugerah Starindo Sakti dapat
ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat, dari Kota Bandung
yang merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, dengan rute sebagai berikut :
a. Dari Kota Bandung dapat ditempuh melalui jalan lintas nasional
Bandung – Tasikmalaya – Ciamis – Banjar – Kalipucang (arah
Pangandaran), dengan jarak kurang lebih 208km dan waktu tempuh
kurang lebih 5 jam 45 menit.
b. Dari Kalipucang menuju lokasi penelitian dapat ditempuh dengan
kendaraan roda empat melalui Jalan Raya Majingklak menuju Dusun
Ciawitali Desa Pamotan dengan jarak 5,5km dan waktu tempuh
kurang lebih 11 menit. Peta kesampaian daerah dapat dilihat pada
gambar 2.5.
14

Sumber: PT. Anugerah Starindo Sakti


Gambar 2.5. Peta Kesampaian Daerah

2.5. Keselamtan Kesehatan Kerja (K3)


Kegiatan produksi yang baik adalah tercapai target produksi tanpa terjadinya
kecelakaan kerja. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, diperlukan standar
Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) yang memadai bagi seluruh karyawan yang
bekerja di PT. Anugerah Starindo Sakti.
Salah satu bentuk K3 yang diterapkan pada PT. Anugerah Starindo Sakti adalah
penggunaan Alat Proteksi Diri (APD) yang diwajibkan bagi setiap pekerja yang
berlokasi di area penambangan. Alat Proteksi Diri merupakan alat-alat yang berfungsi
untuk melindungi para pekerja saat sedang bekerja dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja. Alat Proteksi Diri yang wajib digunakan oleh para
karyawan saat bekerja terdiri dari rompi, safety shoes, safety helmet, masker, sarung
tangan, safety googles dan earplug.
1. Safety shoes, digunakan untuk melindungi kaki pekerja dari benturan serta
untuk mencegah pekerja tergelincir saat berada di lingkungan kerja.
15

Sumber: PT. Anugerah Starindo Sakti


Gambar 2.6. Safety Shoes
2. Safety helmet, digunakan untuk melindungi kepala pekerja dari benturan serta
jatuhan benda asing.

Sumber: PT. Anugerah Starindo Sakti


Gambar 2.7. Safety Helmet
3. Safety vest, salah satu Alat Pelindung Diri (APD) yang terbuat dari bahan
polyester yang dirancang khusus serta dilengkapi dengan reflector atau pemantul
cahaya. Biasanya digunakan oleh para pekerja tambang, operator kendaraan,
pekerja operasi gudang dan pekerja pemeliharaan jalan.
16

Sumber: PT. Anugerah Starindo Sakti


Gambar 2.8. Safety Vest
4. Earplug, berfungsi untuk melindungi gendang telinga pekerja dari suara bising
dari mesin-mesin yang berada di lokasi produksi.

Sumber: PT. Anugerah Starindo Sakti


Gambar 2.9. Earplug
5. Safety Google berfungsi melindungi area mata dari pengaruh yang berbahaya
bagi keselamatan kesehatan kerja bagi indra penglihatan kita saat berada atau
area produksi.

Sumber: PT. Anugerah Starindo Sakti


Gambar 2.10. Safety Google
6. Masker, merupakan pelindung yang berfungsi melindungi organ pernafasan
dengan cara menyaring udara dari bahan-bahan kimia, partikel kecil yang
17

banyak beterbangan di area pertambangan, mikro organisme, uap, panas, dan


sebagainya.

Sumber: PT. Anugerah Starindo Sakti


Gambar 2.11. Masker
7. Safety Gloves merupakan alat pelindung diri yang melindungi tangan pekerja
dari proses pekerjaan diarea produksi penambangan.

Sumber: PT. Anugerah Starindo Sakti


Gambar 2.12. Safety Gloves

Anda mungkin juga menyukai