PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Potensi energi fosil Indonesia terbilang luas dan cukup beragam yaitu batu
bara, gas bumi, dan minyak bumi. Jumlah cadangan minyak bumi adalah 3, 6
miliar barel, jumlah gas alam adalah 100, 3 TCF (Trillion Cubic Feet), dan jumlah
batubara adalah 31,35 miliar ton. Jika tidak ditemukan cadangan baru, minyak
bumi, gas bumi, dan batu bara akan habis masing-masing dalam 13 tahun, 34
tahun, dan 72 tahun. Di masa lalu maupun sekarang, bahan bakar fosil telah
memicu ekspansi ekonomi Indonesia. Namun, potensi energi tambahan seperti
Coal Bed Methane (CBM), Shale Gas, dan sumber energi baru lainnya masih ada
dan perlu dimanfaatkan secara maksimal (Sugiyono, dkk. 2015).
Industri pertambangan merupakan salah satu sektor yang mengelola
ketersediaan energi di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki sumber daya alam yang berlimpah. Baik mineral maupun batubara yang
diambil dalam kegiatan pertambangan merupakan sumberdaya yang tidak dapat
diperbaharui dan terbatas persediannya. Mineral dan batubara yang di eksploitasi
secara besar-besaran dan terus menerus lama kelamaan akan habis. Hal ini
bertolak belakang dengan permintaan akan mineral dan batubara yang semakin
meningkat baik didalam maupun di luar negeri.
Cadangan batubara terbesar di Indonesia terdapat di pulau Kalimantan
(57%) dan Sumatera (42%). 91% dari 13 miliar ton deposit batubara di pulau
Sumatera berada di Provinsi Sumatera Selatan. Batubara pada cekungan Sumatera
Selatan memiliki tiga formasi, yakni formasi Lahat, Talangakar, dan Muaraenim
(Sugiyono. dkk, 2015).
PT. Bumi Merapi Energi (BME) merupakan salah satu perusahaan
tambang swasta di Sumatera Selatan yang memproduksi batubara. PT.BME
memiliki luas IUP eksploitasi seluas 1.851 Ha dan terletak di Kecamatan Merapi
Barat Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Dengan adanya total cadangan
batubara yang mencapai130 juta ton, PT.BME dibagi menjadi dua blok yang
cukup besar, yaitu blok Serelo dan blok Kungkilan.
Pada lokasi penambangan di Blok Kungkilan, PT. BME bekerjasama
dengan salah satu perusahaan kontraktor yaitu PT. Ansaf Inti Resources. Sistem
penambangan yang dilakukan di Pit BME Blok Kungkilan menggunakan sistem
penambangan terbuka dengan menerapkan kegiatan penambangan menggunakan
metode konvensional, yaitu menggunakan alat gali muat berupa excavator dan
alat angkut berupa dump truck.
Sebelum batubara diekploitasi selama proses penambangan, terlebih
dahulu dilakukan pengupasan lapisan tanah penutup (Overburden) dengan
menggunakan peralatan mekanis. Penggunaan alat mekanis bertujuan agar
perusahaan dapat menyelesaikan tugas mereka dengan lebih mudah dalam waktu
yang relatif singkat, sehingga menghasilkan target yang diinginkan.
PT. Ansaf Inti Resources menetapkan target pengupasan lapisan tanah
penutup (overburden) pada Desember 2021 adalah 200.089 BCM sedangkan yang
terealisasi hanya sebesar 96.528 BCM. Oleh karena itu terdapat kekurangan
produksi overburden sebesar sekitar 103.528 BCM. Ketidaktercapaian target
produksi overburden dikarenakan ketidaksesuaian jumlah alat gali muat dan alat
angkut yang digunakan pada pengupasan overburden karena mengalami waktu
tunggu pada alat angkut sehingga alat gali muat menunggu dengan watu tunggu
rata – rata 5 menit. Selain waktu tunggu, rendahnya nilai Effisiensi Kerja dengan
nilai rata – rata 40% juga menjadi faktor ketidaktercapaian target produksi
pengupasan overburden PT. Ansaf Inti Resources.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan Evaluasi
Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat Angkut untuk Pencapaian Target
Pengupasan Overburden 200.089 BCM pada Bulan Desember 2021 di Pit BME
Blok Kungkilan PT. Ansaf Inti Resources, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan.
1. 2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana produktivitas alat gali muat dan angkut pada pengupasan
overburden di Pit BME Blok Kungkilan PT. Ansaf Inti Resources?
2. Apa saja faktor kendala yang mempengaruhi produktivitas alat gali muat
dan angkut overburden di Pit BME Blok Kungkilan PT. Ansaf Inti
Resources?
3. Bagaimana evaluasi kebutuhan alat gali muat dan angkut untuk memenuhi
target produksi overburden di Pit BME Blok Kungkilan PT. Ansaf Inti
Resources?
1. 3. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah pada penelitian tugas akhir ini yaitu hanya
membahas secara teknis mengenai produktivitas alat gali muat dan alat angkut,
waktu kerja efektif, match factor alat gali muat dan alat angkut, merencanakan
kebutuhan alat untuk mencapai target di Pit BME Blok Kungkilan PT. Ansaf Inti
Resources. Alat yang digunakan yaitu alat gali muat Excavator Hyundai 480 LC –
9S dan alat angkut Dump Truck Hino 500 FM 350 PD. Penelitian ini juga dibatasi
dengan tidak membahas biaya penambangan dan jalan tambang.
1. 4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis produktivitas alat gali muat dan angkut pada pengupasan
overburden Pit BME Blok Kungkilan PT. Ansaf Inti Resources.
2. Menganalisis faktor kendala yang mempengaruhi produktivitas alat gali muat
dan angkut overburden di Pit BME Blok Kungkilan PT. Ansaf Inti
Resources.
3. Mengevaluasi kebutuhan alat gali muat dan angkut untuk memenuhi target
produksi overburden di Pit BME Blok Kungkilan PT. Ansaf Inti Resources.
1. 5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi dan informasi
untuk satuan kerja penambangan mengenai kebutuhan alat gali muat dan
angkut agar tercapainya target produksi overburden di Pit BME Blok
Kungkilan PT. Ansaf Inti Resources.
2. Sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian
mengenai kebutuhan alat gali muat dan angkut untuk memenuhi target
produksi overburden.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keterangan:
P = Produktivitas alat muat, bcm/jam atau BCM/jam untuk overburden
Kb = Kapasitas bucket specs alat
Fb = Faktor bucket
Sf = Swell factor
Eff = Effisiensi kerja alat
Ct = Waktu edar alat muat/excavator, detik
..(2.5)
Keterangan :
W = Waktu yang dibebankan kepada operator suatu alat yang dalam kondisi
dapat dioperasikan, artinya tidak rusak.
R = Waktu untuk melakukan perbaikan dan waktu yang hilang karena
menunggu saat perbaikan.
2. Physical Availability (PA)
Physical Availability (PA) merupakan faktor availability yang
menunjukkan berapa waktu suatu alat dipakai selama jam total kerjanya. Jam
total kerja meliputi working hours + repair hour + standby hours. Dapat juga
diartikan sebagai catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang digunakan.
Penghitungan dari physical availability dapat dilihat pada Persamaan (2.6).
..(2.6)
Keterangan :
S = Standby hour, adalah waktu dimana alat siap (standby)
W+R+S = Jumlah jam kerja alat yang telah dijadwalkan.
3. Use of Availability (UA)
Use of Availability (UA) menyatakan berapa persen waktu yang
dipergunakan oleh suatu alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat
dipergunakan. Nilai parameter ini biasanya dapat memperlihatkan seberapa
efektif suatu alat yang sedang tidak rusak dapat dimanfaatkan. Penghitungan
dari use of availability dapat dilihat pada Persamaan (2.7).
..(2.7)
4. Effective Utilization (EU)
Effective Utilization (EU) menunjukkan seberapa besar dari seluruh waktu
kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk bekerja secara produktif
(efisiensi kerja). Effective utilization dapat dihitung dengan Persamaan (2.8).
..(2.8)
Kategori Efisiensi %
Buruk < 58
Kurang bagus 58 - 67
Normal 68 -75
Baik 76 - 83
Sangat baik > 83
Keterangan:
Whd = Waktu hambatan yang dapat dihindari
Whtd = Waktu hambatan yang tidak dapat dihindar
Excavator Hyundai
1 141,31 423,93
480 LC - 9S
Dump Truck Hino
5 93,07 279,21
500
Tabel 4.2 Kemampuan produksi alat gali muat dan alat angkut
Produksi Total Produksi pada 3 fleet
Jenis Alat Unit
(BCM) (BCM)
2. Efisiensi Kerja
Di Pit BME Blok Kungkilan PT. Ansaf Inti Resources yang
menjadi faktor terbesar dalam kinerja alat gali-muat dan angkut adalah
effisiensi kerja. Efisiensi kerja yang buruk dapat menyebabkan tidak
tercapainya target produksi. Efisiensi kerja merupakan penilaian terhadap
suatu pekerjaan atau perbandingan antara waktu yang dipakai untuk
bekerja dengan waktu yang tersedia. Pit BME Blok Kungkilan PT. Ansaf
Inti Resources memiliki 2 shift dalam satu hari kerja yaitu shift pagi dan
shift malam, setiap shift terdiri dari 12 jam dan 1 jam untuk waktu istirahat
setiap shift (Lampiran I).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Pit BME Blok
Kungkilan PT. Ansaf Inti Resources didapat waktu efisiensi kerja sebesar
40% dengan waktu kerja efektif sebesar 293.9 jam dan waktu hambatan
sebesar 438.1 jam (Lampiran I). Waktu kerja efektif didapat dari hasil
waktu kerja tersedia dikurangi dengan waktu hambatan yang ada.
3. Hambatan Kerja
Hambatan yang terdapat di Pit BME Blok Kungkilan dibagi
menjadi hambatan yang dapat dihindari dan hambatan yang tidak dapat
dihindari. Hambatan yang tidak dapat dihindari terdiri dari istirahat dan
makan, pray, shift change, safety talk, Friday pray, P2H, P5M, refuelling,
hujan dan slippery. Adapun hambatan yang dapat dihindari terdiri dari
start operation, stop operation before rest, start operation after rest, stop
operation yang disebabkan oleh masalah non-teknis berupa permasalahan
antara perusahaan dengan warga setempat dan terjadinya no operator.
Hambatan-hambatan tersebut menjadi penyebab waktu hilang (loss time)
yang dapat menyebabkan ketidaktercapaian target produksi yang telah di
rencanakan. Diperlukan upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan kerja
yang terjadi agar waktu yang hilang bisa diminimalisir dan waktu kerja
akan efektif, serta effisiensi kerja dapat diperbesar sehingga produksi
pengupasan overburden dapat meningkat dan tercapainya target produksi.
Produktivitas
Jenis Alat
(BCM/jam)
Desember 200.089
Jumlah alat gali muat dan alat angkut pada pengupasan overburden
yang digunakan di Pit BME Blok Kungkilan belum optimal sehingga perlu
dilakukan perbaikan jumlah alat gali muat dan angkut. Jumlah alat yang
seharusnya digunakan pada pengupasan overburden untuk memenuhi
target produksi pengupasan overburden sebagai berikut (Tabel 4.10).
Excavator
HHyundai 480 LC 3 71,268.27 213,804.80
Desembe
- 9S 200.089
r
Dump Truck
22 9,345.03 205,590.56
Hino 500
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian di Pit BME Blok Kungkilan,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Produktivitas Excavator Hyundai 480 LC – 9S dan Dump Truck Hino 500
FM 350 PD sebesar 141.31 BCM/jam dan 93.07 BCM/jam.
2. Faktor – faktor kendala yang mempengaruhi pengupasan overburden yaitu :
a. Waktu Excavator Hyundai 480 LC – 9S dan Dump Truck Hino 500
FM 350 PD adalah 20.54 detik dan 623.83 detik.
b. Efisiensi kerja merupakan faktor utama yang mempengaruhi
pengupasan overburden. Efisiensi kerja aktual yang didapat sangat
kecil yaitu hanya sebesar 40 % dikarenakan waktu hambatan yang
terjadi saat operasi pengupasan overburden.
c. Pola Penggalian yang digunakan yaitu top loading sedangkan pola
pemuatan yang digunakan yaitu single back up.
d. Upaya perbaikan yang dilakukan yaitu dengan memperbaiki efisiensi
kerja dengan menghindari atau meminimalisir waktu hambatan yang
dapat dihindari, sehingga efisiensi kerja meningkat menjadi 52 %
dan target pengupasan overburden dapat tercapai.
3. Untuk memenuhi target produksi overburden pada bulan Desember
dibutuhkan 3 unit excavator dan 22 unit dump truck dengan match factor
sebesar 0.97.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah di dapat, adapun saran yang dapat
peneliti berikan pada penelitiaan ini yaitu:
1. Peningkatkan efisiensi kerja dapat dilakukan dengan cara meminimalisir
waktu hambatan. Hambatan yang diakibatkan keterlambatan waktu dapat
diatasi dengan mendisiplinkan operator dalam memulai maupun saat
mengakhiri pekerjaan. Selain itu juga, pemberian bonus dapat dilakukan
kepada operator yang disiplin waktu dan memberikan sanksi apabila
operator terlambat atau melanggar rencana kerja yang telah ditetapkan.
Adapun hambatan yang diakibatkan ketidaktersediaan operator dapat diatasi
dengan melakukan pengecekan kehadiran operator sehari sebelum kegiatan
agar dapat digantikan dengan operator yang lain.
2. Pentingnya melakukan pengoptimalan produksi pengupasan overburden
dengan sebaik- baiknya pada saat cuaca baik sehingga ketika terjadi hujan,
produksi tetap bisa ter-cover atau terpenuhi.
3. Memperlebar front kerja agar dapat melakukan pola double backup untuk
mempersingkat waktu manuver dump truck saat akan dimuat.