Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA

PENAMBANGAN BATUGAMPING PT. SEMEN INDONESIA TBK, KABUPATEN


TUBAN JAWA TIMUR

Faishol Amir[1]
, Yazid Fanani[2], Avellyn Shintya Sari[3]
[1],[2],[3]
Teknik Pertambangan Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

e-mail: faisolamir129f@gmail.com

ABSTRAK

Sistem penambangan yang digunakan PT. Semen Indonesia, TBK adalah sistem tambang terbukadengan target
produksi penambangan batugamping sebesar 273,36 ton/jam dalam 1 shif kerja. Alat gali muat menggunakan
excavator Komatsu PC 400-LC. Alat angkut menggunakan dump truck Scania P 380 dan Quester CWE 370.
Penelitian dilakukan pada 4 blok penambangan yaitu blok V11, X07, Z18, dan Q12 dengan waktu kerja tersedia
10 jam dalam 1 shiff kerja. Berdasarkan hasil penelitian, produktivitas alat gali muat Komatsu PC 400-LC untuk
blok V11, X07, Z18, dan Q12 sebesar 106,85 ton/jam, 64,97 ton/jam, 96,38 ton/jam, dan 76,68 ton/jam.
Produktivitas alat gali muat sebesar 344,88 ton/jam sudah mencapai target produksi. Sedangkan produktivitas
alat angkut Scania P 380 dan Quester CWE 370 pada blok V11, Z18, X07, dan Q12 dengan total sebesar
195,13 ton/jam sehingga belum mencapai target produksi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan faktor yang
menyebabkan tidak tercapainya target produksi alat angkut karena lamanya waktu edar. Lamanya waktu edar
disebabkan antara lain karena adanya waktu tunggu sebelum manuver untuk dumping, lamanya waktu untuk
manuver dumping, dumping material bergantian antar dump truck, antrian pada loading point dan lamanya
waktu manuver di loading point. Sehingga untuk mencapai target produksi harus dilakukan optimasi untuk
minimalkan hambatan tersebut sehingga waktu edar alat angkut dapat dipersingkat. Setelah dilakukan optimasi
didapatkan produktivitas alat angkut Scania P 380 dan Quester CWE 370 untuk blok V11, Z18, X07, dan Q12
masing-masing sebesar 83,31 ton/jam, 77,06 ton/jam, 62,66 ton/jam, dan 51,16 ton/jam dengan total
produktivitas alat angkut keseluruhan sebesar 274,20 ton/jam sehingga target produksi dapat dicapai.

Kata Kunci: alat gali muat, alat angkut, batugamping, optimasi, waktu edar

1. PENDAHULUAN tahapan pemuatan maupun pengangkutan.


Permasalahan tersebut antara lain permasalahan
PT. Semen Indonesia (persero) Tbk merupakan
pada front penambangan, permasalahan pada jalan
salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara
angkut, dan permasalahan waktu kerja efektif.
(BUMN) yang bergerak di bidang industri semen
Berdasarkan masalah-masalah diatas, dapat
nasional dan membuka penambangan batugamping
diketahui bahwa peralatan produktivitas operasi
(CaCO3) dengan metode tambang terbuka atau bisa
penambangan sangat berpengaruh untuk
dikenal dengan istilah surface mining.
menunjang target produktivitas.
Metode tambang terbuka adalah Penambangan
Target produksi yang ditetapkan oleh PT. Semen
yang segala aktivitas penambangannya dilakukan
Indonesia adalah 273,36 Ton/jam untuk shif 1
diatas atau relatif dekat dengan permukaan bumi
kerja.
dan tempat kerjanya berhubungan langsung dengan
udara bebas (Nurhakim, 2004). Bedasarkan letak Dengan beberapa permasalahan di atas maka fokus
endapan yang digali PT. Semen Indonesia penelitian ini adalah untuk mengatasi permasalahan
menggunkan tipe penambangan side hill quary, yang dapat terjadi dan memberikan rekomendasi
dimana sistem panambangan ini sangatlah agar produktivitas peralatan penambangan dapat
berpengaruh untuk menunjang kebutuhan produksi optimal.
dan target produksi yang harus dicapai. Karena pentingnya produktivitas peralatan untuk
Kegiatan Penambangan di PT. Semen Indonesia mencapai target produksi maka perlu dilakukan
terdiri dari kegiatan pembongkaran material, analisis produktivitas alat gali muat dan alat
pemuatan dan pengangkutan material menuju ke angkut.
lokasi pengolahan (Avellyn Shintya Sari, dkk. 2. DASAR TEORI
2016).
Faktor Pengembangan (Swell Factor)
Pada kegiatan penambangan terdapat beberapa
permasalahan yang mungkin terjadi, baik pada Maksud pengembangan material yaitu perubahan
volume apabila material diganggu dari bentuk

1
aslinya (Partanto Prodjosumarto, 2000). Untuk Keterangan:
menyatakan faktor pengembangan volume material Ff = Faktor pengisian bucket.
(swell factor) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Vn = Volume nyata (m3).
Tabel 1. Faktor Pengembangan Volume Material
Swell Factor Vt = Volume tioritis (m3).
Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja adalah perbandingan waktu kerja
efektif dengan waktu kerja yang tersedia yang
dinyatakan dalam persen. Waktu kerja efektif
adalah waktu kerja yang digunakan untuk
melakukan kerja atau waktu kerja yang tersedia
yang sudah dikurangi dengan waktu hambatan
kerja (Ichsannudin, Budhi Purwoko, dkk, 2018).
Adapun rumus persamaannya sebagai berikut:
Wke = Wkt – Wht ............................................... (2.2)
Wke
EK = x 100% ..............................................
Wkt
(2.3)
Angka-angka diatas mengklasifikasi material
Keterangan :
berbeda, sesuai dengan jenis materialnya.
Wke = Waktu kerja efektif (menit).
Faktor Pengisian Mangkuk (Bucket Fill EK = Waktu edar alat angkut (menit).
Factor) Wkt = Waktu kerja tersedia (menit).
Faktor pengisian (fill factor) merupakan Wht = Waktu hambatan (menit).
perbandingan antara kapasitas nyata material yang Efesiensi kerja dapat dihitung berdasarkan waktu
masuk kedalam mangkuk dengan kapasitas teoritis kerja efektif, waktu repair dan waktu standby.
dari alat gali muat tersebut dinyatakan dalam Berikut merupakan hasil penilaian efesiensi kerja
persen (%) (Yazid Fanani dkk, 2016). alat dapat dilihat pada tabel dibawah.
Untuk mengetahui spesifikasi alat gali muat Tabel 3. Efesiensi Kerja Alat
bucket fill factor dapat dilihat pada faktor
pengisian (fill factor) dibawah ini sebagaimana.
Tabel 2. Faktor Pengisian (Fill Factor)

Untuk mengetahui layak tidaknya suatu alat


mekanis dalam kegiatan produksi dapat dilihat dari
kesediaan alat tersebut (Partanto Prodjosumarto,
2000). Dengan memakai tingkat kesediaan dan
pemakaian efektif alat maka diketahui sejauh mana
efisiensi alat yang telah beroperasi, yaitu :
1. Penggunaan efektif (effective utilization)
Faktor yang menunjukkan berapa persen
Berdasarkan (Yazid Fanani dkk, 2016) : seluruh waktu kerja yang tersedia dapat
dimanfaatkan untuk bekerja. Penggunaan efektif
Vn daat diperoleh dengan rumus (Partanto
ff = ............................................(2.1)
Vt x 100 % Prodjosumarto, 2000) :

2
W siklus kegiatan produksi dari awal sampai akhir dan
EU = x 100% .................................. siap memulai lagi.
W + R+ S
(2.4) Untuk dapat menghitung waktu edar alat gali
muat dan alat angkut dapat menggunakan
Keterangan :
persamaan sebagai berikut (Yazid Fanani dkk,
W = Working hours, jumlah jam kerja alat.
2016) :
W+S+R = Scheduled hours, jadwal kerja alat
untuk beroperasi. CTm = Am1 + Bm2 + Cm3 + Dm4 ................ (2.8)
2. Penggunaan Kesediaaan (Use of Avaibility) Keterangan :
Efisiensi kerja alat selama waktu kerja tersedia CTm = Total waktu edar alat gali muat (detik).
yang bertujuan untuk mengetahui berapa efektif Am1 = Waktu pengglian muatan (detik).
alat yang tidak rusak dapat dimanfaatkan Bm2 = Waktu mengayun muatan (detik).
Kegunaan kesediaan dapat diperoleh dari rumus Cm3 = Waktu menumpahkan muatan (detik).
(Partanto Prodjosumarto, 2000) : Dm4 = Waktu mengayun kosong (detik).
W +S Cta = Aa1 + Ba2 + Ca3 + Da4 + Ea5 ................... (2.9)
UA = x 100% ......................................
W +S Keterangan :
(2.5) CTa = Total waktu edar alat angkut (detik).
Aa1 = Waktu mengatur posisi (detik).
Keterangan : Ba2 = Waktu mengisi material (detik).
W = Working hours, jumlah jam kerja alat. Ca3 = Waktu angkut (detik).
S = Standby hours, alat yang tidak dapat
Da4 = Waktu tumpah (detik).
digunakan padahal alat tidak rusak. Ea5 = Waktu kembali kosong (detik).
3. Kesediaan Fisik (Phisical Avaibility) Pola Pemuatan
Faktor yang melihatkan kesediaan alat untuk
melaksanakan kerja dengan memperhatikan Cara pemuatan atau pola pemuatan. Dimana cara
waktu yang hilang karena rusaknya jalan, faktor tersebut dapat menjadi solusi untuk mengatasi
cuaca dan lain-lain. Kesedian fisik dapat permasalahan yang dapat mengurangi
diperoleh dengan rumus (Partanto produktivitas, sehingga tidak tercapainya target
Prodjosumarto, 2000) : produktivitas yang ditentukan oleh perusahaan
(Avellyn Shintya Sari, dkk. 2016). Pola pemuatan
W +S dapat dilihat dari beberapa keadaan yang
PA = x 100% ..................................
W + R+ S ditunjukan alat gali muat dan alat angkut, yaitu :
(2.6) 1. Berdasarkan jumlah penempatan posisi alat
Keterangan : angkut untuk dimuat terhadap posisi alat muat.
S = Standby hours, alat yang tidak dapat
digunakan padahal alat tidak rusak.
W+S+R = Scheduled hours, jadwal kerja alat.
4. Kesediaan Mekanis (Mechanical Availability)
Faktor yang memperlihatkan kesediaan alat
untuk melakukan pekerjaan dengan
memperhatikan waktu hilang yang dipakai
untuk perbaikan mesin, perawatan dan alasan
mekanis lainnya. Kesedian mekanis diperoleh
dengan rumus (Partanto Prodjosumarto, 2000) :
W
MA = x 100 %..................................
W +R
(2.7)
Gambar 1. Pola Pemuatan Berdasarkan Jumlah
Keterangan :
Posisi Alat Angkut
W = Working hours, jumlah jam kerja alat.
R = Repair hours, waktu perbaikan yang hilang 2. Berdasarkan posisi alat angkut untuk dimuat
karena menunggu perbaikan alat termasuk bahan galian oleh alat gali muat.
waktu untuk menyediakan suku cadang.
Waktu Edar (Cycle Time)
Waktu yang diperlukan alat mekanis baik alat gali
muat maupun alat angkut agar mendapatkan satu

3
Gambar 4. Grafik Histogram
2. Poligon
Tampilan dari poligon juga pada umumnya
Gambar 2. Pola Pemuatan Berdasarkan Posisi berupa garis–garis patah yang didapatkan
Alat Angkut Untuk Dimuat dengan cara menghubungkan puncak pada
masing–masing nilai tengah kelas. Berikut ini
3. Berdasarkan cara manuvernya. gambar dari grafik poligon.

Gambar 3. Pola Pemuatan Berdasarkan Cara


Manuvernya
Gambar 5. Grafik Poligon
Statistik Deskriptif
Salah satu aspek yang paling penting dalam
Metode ini berfungsi untuk mendeskripsikan atau
menunjukan distribusi data dalam statistik
memberi gambaran terhadap objek yang diteliti
deskriptif yaitu nilai pusat pengamatan atau nilai
melalui data sampel. Dalam mempermudah
sentral. Adapun ukuran tendensi sentral yang
penyusuan statistik deskriptif dapat dibagi menjadi
sering dimanfaatkan, diantaranya yaitu:
:
1. Rata-Rata Atau Mean
1. Tabel
Mean ini dihitung dengan menjumlahkan seluruh
Menentukan dan menjabarkan data yang didapat
nilai data pengamatan lalu dibagi dengan
maka perlu adanya penggunaan tabel, tabel
banyaknya data. Untuk menentukan nilai rata-
tersebut berisi daftar nilai data yang berbeda baik
rata dapat menggunakan rumus ebagai berikut :
data tunggal dan data kelompok sekaligus nilai
frekuensinya. x1 + x 2 + x3 + …+ x n
x= ...................................
2. Grafik N
Sedangkan dengan menggunakan grafik lebih (2.10)
mempermudah dalam hal menunjukan
Keterangan :
karakteristik serta kecenderungan tertentu dari
x = Data ke N.
sekumpulan data. Dalam mempermudah
x bar = X rata-rata = Nilai rata-rata sampel.
mengdistribusikan frekuesnsi data grafik dapat
n = Banyaknya data.
menggunakan dengan pembuatan grafik :
2. Min
1. Histogram
Min digunakan untuk mengetahui nilai data
Suatu grafik dari distribusi frekuensi dari
terkecil dari data yang didapat
sebuah variabel. Tampilan histogram pada
umumnya berwujud balok. Lebar balok akan 3. Max
menunjukan suatu jarak dari batas kelas Max digunakan untuk mengetahui nilai data
interval, sementara untuk tinggi balok akan tertinggi dari data yang didapat.
menunjukkan besarnya frekuensi suatu data. 4. Modus
Berikut ini gambar grafik histogram : Modus merupakan sautu data yang paling sering
muncul atau terjadi. Modus dapat dicari dengan

4
menggunakan rumus sebagai berikut : Qm = ( 60/Ct ) x Cm x F x sf x Eu (ton/jam).....( 2.14)

b1 Keterangan :
M o ¿ L+i ..................................... (2.11) Qm = Produktivitas alat gali muat (ton/jam).
b1 +b 2 Ctm = Waktu edar alat gali muat sekali pemuatan
Keterangan : (detik).
Mo = Modus Cm = Kapasitas baku mangkuk alat gali muat
L = Tepi bawah kelas yang memiliki frekuensi (m3).
tertinggi (kelas modus). F = Faktor pengisian (%).
i = Interval kelas. Eu = Effective Utilization (%).
b1 = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi Sf = Swell factor.
kelas interval terdekat sebelumnya. Sedangkan untuk menghitung produktivitas alat
b2 = Frekuensi kelas modus dikurangi angkut dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
frekuensi kelas interval terdekat
Qa = ( 60/Ct ) x Ca x sf x Eu (ton/jam)............. (2.15)
sesudahnya.
Keterangan :
5. Median
Qa = Kemampuan produksi alat angkut
Median menentukan letak tengah data setelah
(ton/jam).
data disusun menurut urutan  nilainya.. Mencari
Cta = Waktu edar alat angkut (detik).
median dapat menggunakan rumus sebagai
Ca = Kapasitas bak alat angkut (m3).
berikut :
Eu = Effective Utilization (%).
s Sf = Swell factor.
Median=Bbk + c ................................
fM = n x Cam x F
(2.12)
Keterangan :
Keterangan : n = Jumlah pengisian bucket alat gali muat.
Bak = Batas kelas atas median. Cam = Kapasitas mangkuk alat gali muat (m3).
c = Lebar kelas. F = Faktor pengisian (%).
s = Selisih antara nomor frekuensi median
Keserasian Kerja Alat Muat dan Alat Angkut
dengan frekuensi kumulatif.
(Match Factor)
Fm = Frekuensi kelas median.
Alat gali muat dan alat angkut dikatakan serasi
6. Standart Deviasi
apabila produksi alat gali muat sama dengan alat
Standar Deviasi dan Varians Simpangan baku
angkut, sehingga diantara keduanya tidak ada
merupakan variasi sebaran data. Semakin kecil
waktu tunggu dan dapat mencapai produksi
nilai sebarannya berarti variasi nilai data makin
maksimal (Arif Nurwaskito, dkk, 2015). Untuk
sama Jika sebarannya bernilai 0, maka nilai
mengetahui keserasian kerja (match factor) antara
semua datanya adalah sama. Semakin besar nilai
alat gali muat dan alat angkut dalam satu sistem
sebarannya berarti data semakin bervariasi.
kerja dapat digunakan persamaan sebagai berikut:
Dalam menentukan standart deviasi dapat
menggunakan rumus sebagai berikut : Na x CTm
MF = ................................................
S= √ Σ ¿ ¿ ¿ ...........................................(2.13) Nm x CTa
(2.16)
x = Data ke n.
x bar = x rata-rata = nilai rata-rata sampel. Keterangan :
n = Banyaknya data. MF = Match Factor.
Na = Jumlah alat angkut per-unit.
Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat CTm = Waktu edar pemuatan (detik).
Angkut NM = Jumlah alat muat per-unit.
Produktivitas alat gali muat yaitu kemampuan alat Cta = Waktu edar alat angkut (detik).
untuk melakukan pekerjaan dalam waktu tertentu. n = Jumlah pengisian.
Produktivitas alat gali muat dinyatakan dalam Bila dari hasil Perhitungan diperoleh :
ton/satuan waktu (Partanto Prodjosumarto, 2000). 1. Apabila MF < 1, maka dapat diartikan alat gali
Sedangkan produktivitas alat angkut yaitu muat menunggu, karena alat gali muat bekerja
kemampuan untuk melakukan pekerjaan dalam tidak optimal sedangkan alat angkut bekerja
waktu tertentu. Produktivitas alat angkut optimal.
dinyatakan dalam ton/jam, ton/hari dan lain 2. Apabila MF > 1, maka dapat diartikan alat
sebagainya. Untuk menghitung produktivitas alat angkut menunggu, karena alat gali muat bekerja
gali muat dapat menggunakan rumus sebagai optimal sedangkan alat angkut bekerja tidak
berikut: optimal.

5
3. Apabila MF = 1, maka dapat diartikan bahwa
alat gali muat dan alat angkut bekerja optimal,
sehingga tidak ada waktu tunggu ke dua alat
tersebut
3. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Metode yang dilakukan pada penilitian ini
adalah dengan metode kuantitatif. Adapun
tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
menghitung produktivitas alat gali muat dan alat
angkut yang digunakan pada penambangan batu
gamping, menganalisis faktor–faktor apa saja yang Gambar 6. Diagram Alir Penelitian
menyebabkan produktivitas alat gali muat dan alat
angkut tidak optimal pada penambangan batu 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
gamping, dan memberikan rekomendasi agar Kondisi Front Penambangan
produktivitas alat gali muat dan alat angkut dapat
optimal pada penambangan batu gamping di PT. IUP penambangan front penambangan dibedakan
Semen Indonesia (persero) Tbk, Tuban Jawa menjadi tiga front, yaitu front sebelah barat, front
Timur. tengah, dan front sebelah timur. Dimana front
tersebut terdiri dari blok-blok berukuran 100 x 100
Adapun data primer yang digunakan adalah meter. Dari hasil pengamatan diketahui lebar jalan
waktu edar alat gali muat dan alat angkut pada setiap front penambangan Tengah blok V11
dimana pengambilan data ini dengan melakukan yaitu sebesar 6 meter, X07 sebesar 5,5 meter, Z18
pengamatan dilapangan menggunakan sebesar 6 meter, dan Q12 sebesar 6 meter.
stopwatch. Sedangkan untuk data sekunder yang
digunakan adalah data spesifikasi alat, target Pola Pemuatan
produksi perushaan, faktor pengembangan, dan Berdasarkan data pengamatan, pola pemuatan yang
efesiensi kerja. digunakan pada PT. Semen Indonesia Tbk, Tuban
Data yang sudah didapat selanjutnya adalah Top Loading dimana alat gali muat
dikelompokkan sesuai dengan kegunaannya melakukan pemuatan dengan posisi lantai kerja alat
untuk mempermudah proses pengolahan data. gali muat berada diatas lantai kerja alat angkut.
Pengolahan data yang dilakukan untuk Sedangkan pola pengisian yang digunakan dengan
pemecahan masalah dalam mengkaji faktor menggunakan pola Single Back Up dimana alat
penyebab tidak optimalnya alat gali muat dan angkut memposisikan untuk dimuati pada satu
alat angkut, sehingga tidak tercapainya target tempat, sedangkan alat angkut berikutnya
produktivitas yang ditentukan perusahaan. menunggu alat angkut pertama dimuati sampai
penuh.
Untuk mengoptimalkan produktivitas alat gali
muat dan alat angkut agar mencapai target
produktivitas yang telah ditentukan perusahaan
sebesar 273,36 ton/jam dapat dilakukan dengan
mengetahui faktor–faktor apa saja yang
mempengaruhi produktivitas di lapangan dan
yang perlu dilakukan adalah membandingkan
hasil pengolahan data dengan permasalahan
yang ada dan memberikan rekomendasi agar
target produktivitas yang ditentukan oleh
perusahaan dapat tercapai.
Gambar 7. Top Loading
Jadwal Kerja
Aktivitas kerja pada PT. Semen Indonesia dalam
satu Shif kerja yaitu selama 10 jam, satu shif kerja
dikurangi 1 jam istirahat untuk hari senin sampai
dengan hari minggu yang menyisahkan jumlah jam
kerja sebesar 9 jam per hari sedangkan pada hari
jum’at dikurangi 2 jam jam kerja dikarenakan
aktivitas shalat jum’at, sehingga jumlah jam kerja
menjadi 8 jam per hari. Dalam satu minggu,
jumlah hari kerja pada PT. Semen Indonesia Tbk
adalah 7 hari yaitu dari hari seninsampai dengan

6
hari Minggu, sehingga dalam satu bulan hari kerja Waktu Edar Alat Gali Muat Dan Alat Angkut
pada PT. Semen Indonesia Tbk adalah 29 hari. Jam Didapatkan waktu edar alat gali muat dan alat
kerja pada PT. Semen Indonesia Tbk per bulan angkut sebelum optimasi sebagai berikut:
yaitu sebesar 290 jam.
Tabel 8. Waktu Edar Alat Gali Muat Pada Blok
Efesiensi Kerja V11, X07, Z18, Dan Q12 (detik)
Berdasarkan pengamatan di lapangan, faktor
kesediaan alat dari masing-masing unit melihat
working hours, standby hours dan repair hours,
satuan jam/bulan didapat tabel sebagai berikut:
Tabel 4. Jam Kerja Efektif Alat Gali Muat Di Blok
V11, X07, Z18, Dan Q12

Sumber : (Data Peneliti, 2020)


Tabel 9. Waktu Edar Alat Angkut Pada Blok V11,
Tabel 5. Jam Kerja Efektif Alat Angkut Di Blok X07, Z18, Dan Q12 (detik)
V11, X07, Z18, Dan Q12

Berdasarkan data ketersediaan waktu kerja seperti


tabel diatas maka maka didapat kesedian
Produktivitas Alat Gali Muat Dan Alat Angkut
penggunaan alat gali muat dan alat angkut sebagai
berikut : Di dapatkan total produktivitas alat gali muat
Komatsu PC 400 - LC di blok V11, X07, Z18, dan
Tabel 6. Kesediaan Penggunaan Alat Gali Muat Di
Blok V11, X07, Z18, Dan Q12 Q12 sebesar 344,88 ton/jam, Produktivitas alat gali
muat Komatsu PC 400 - LC per bloknya untuk V11
sebesar 344,88 ton/jam, X07 sebesar 96,38 ton/jam,
Z18 64,97 ton/jam, dan Q12 76,68 ton/jam.
Berdasarkan hasil penelitian, target produksi pada
PT. Semen Indonesia Tbk sebesar 273,36 ton/bulan
per-shif kerja. Produktivitas alat gali muat sudah
mencapai target produksi sebesar 344,88 ton/jam.
Sedangkan di dapatkan total Produktivitas alat
angkut Scania P 380 dan Quester CWE 370 sebesar
195,13 ton/jam, Produktivitas alat angkut per
Tabel 7. Kesediaan Penggunaan Alat Angkut Di bloknya untuk V11 sebesar 61,45 ton/jam, X07
Blok V11, X07, Z18, Dan Q12
sebesar 40,25 ton/jam, Z18 55,88 ton/jam, dan Q12
37,55 ton/jam. Berdasarkan hasil penelitian, target
produksi pada PT. Semen Indonesia Tbk adalah
sebesar 273,36 ton/jam per-shif. Produktivitas alat
angkut belum mencapai target produksi yang telah
ditentukan, sebesar 273,36 ton/jam sehingga
kurang 78,23 ton/jam dari 195,13 ton/jam.
Pengoptimalan Produktivitas
Pengoptimalan produktivitas sanagat perlu

7
dilakukan sehubung dengan tidak tercapainya
target produktivitas alat angkut yang disebabkan
oleh beberapa masalah diantaran pada waktu edar
muat, tumpah dan manuver muat, sehingga perlu
adanya pengoptimalan waktu edar supaya
produktivitas alat angkut bisa tercapai.
Optimasi Pada Waktu Muat
Waktu edar muat dapat di optimasi sedemikian
mungkin untuk meningkatkan produktivitas alat
angkut yang kurang dengan cara setelah
dilakukannya aktivitas peledakan material yang
masih berukuran besar di perkecil ukurannya
dengan menggunakan alat rockbreaker agar
material tersebut lebih ringan saat dilakukan Optimasi Pada Waktu Manuver Muat
pemuatan, sehingga waktu muat dapat dioptimasi
Optimasi yang dilakukan untuk meningkatkan
dan dapat meningkatkan produktivitas alat angkut
waktu edar tunggu manuver muat dengan cara
yang kurang.
memilih material dan memperkecil ukurannya agar
Tabel 10. Waktu Edar Muat Alat Angkut Scania P tidak terjadi macet saat aktivitas tumpah, sehingga
380 Dan Quester CWE 370 Sebelum Dan Setelah menimbulkan antrian di tempat crusher dan tempat
Dioptimasi penambangan. Serta untuk optimasi waktu
manuver muat dapat dilakukan dengan mengatur
jarak alat angkut agar tidak terlalu dekat dengan
alat gali muat, sehingga waktu edar dapat
dioptimasikan.
Tabel 12. Waktu Edar Manuver Muat Alat
Angkut Scania P 380 Dan Quester CWE 370
Sebelum Dan Setelah Dioptimasi

Optimasi Pada Waktu Tumpah


Untuk menunjang optimasi pada waktu
penumpahan adalah membuat material hasil
peledakan disetiap blok penambangan diperkecil
ukurannya dengan menggunkan alat rockbreaker Tabel 13. Lanjutan Waktu Edar Manuver Muat
dan mengaktifkan satu lagi hopper Crusher Tuban Alat Angkut Scania P 380 Dan Quester CWE 370
2 supaya pada saat siang hari dan sore hari tingkat Sebelum Dan Setelah Dioptimasi
antrian berkurang, sehingga dapat meningkatkan
produktivitas alat angkut. Optimasi lain yang dapat
digunakan adalah sebelum pemuatan ke alat angkut
sebaiknya dilakukan pemilihan ukuran material
oleh operator alat gali muat, agar tidak terjadi
penyumbatan material di bak alat angkut pada saat
melakukan aktivitas tumpah, sehingga dapat
mengurangi waktu edar alat angkut.
Tabel 11. Waktu Edar Tumpah Alat Angkut Sehingga berdasarkan pengamatan di lapangan
Scania P 380 Dan Quester CWE 370 Sebelum Dan diperoleh total produktivitas alat angkut Scania P
Setelah Dioptimasi 380 dan Quester CWE 370 di blok V11, X07, Z18,
dan Q12 sebesar 274,20 ton//Jam. Dengan
demikian produktivitas alat angkut dapat
memenuhi target produktivitas per-shif, dimana

8
target produktivitas yang harus tercapai per-shif tunggu manuver tumpah, manuver tumpah,
273,36 ton/jam dan produktivitas alat angkut tunggu tumpah dan tumpah akibat crusher
setelah dioptimasi 274,20 ton/jam, sehingga rusak serta lamanya waktu tunggu manuver
produktivitas alat angkut dikatakan memenuhi muat dan manuver muat akibat pengaturan
target produktivitas 1 shif kerja. posisi saat menempatkan bak alat angkut
terlalu menempel.
Faktor Keserasian (Match Factor) Sebelum Dan
3. Rekomendasi produktivitas alat gali muat dan
Setelah Dioptimasi
alat angkut. Pada produktivitas alat gali muat
Alat gali muat dan alat angkut dikatakan serasi telah mencapai target sedangkan produktivitas
apabila produksi alat gali muat sama dengan alat alat angkut belum mencapai target. Untuk
angkut, sehingga diantara keduanya tidak ada mengoptimasi alat angkut yang perlu
waktu tunggu dan dapat mencapai produksi diperhatikan yaitu meperkecil ukuran material
maksimal. Berdasarkan hasil kseserasian (match yang diangkut dengan menggunakan alat rock
factor) alat gali muat dan angkut didapatkan breaker agar tidak membuat lamanya waktu
keserasian alat gali muat dan angkut sebelum muat, mengaktifkan hopper ke dua agar tidak
dioptimasi yaitu 0.66 untuk blok V11, 0,98 untuk ada antrian di crusher dan tempat
blok X07, 0,66 untuk blok Z18, dan 0,78 untuk penambangan, dan mengoptimasi agar alat
blok Q12. Sedangan keserasian alat yang baik yaitu angkut mengatur posisi untuk tidak terlalu
MF = 1, artinya alat gali muat dan alat angkut dekat dengan alat gali muat.
bekerja 100 %, sehingga tidak terdapat waktu
6. UCAPAN TERIMAKASIH
tunggu bagi alat gali muat maupun alat angkut.
Dengan demikian didapatkan untuk blok V11, X07, Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Z18 dan Q12 karena MF > 1 maka ada pimpinan beserta staff yang bertugas di PT
penambahan 1 unit alat angkut agar MF yang Semen Indonesia TBK, Tuban yang sudah
dihasilkan = 1. memberikan kesempatan dan bimbingan terkait
penelitian ini.
Sedangkan kseserasian (match factor) alat gali
muat dan angkut, didapatkan keserasian alat gali 7. DAFTAR PUSTAKA
muat dan angkut setelah dioptimasi yaitu 0.90 Arif , Jamaluddin., & Sri W. 2015. Optimalisasi
untuk blok V11, 1,53 untuk blok X07, 0,91 untuk Produktivitas Alat Muat Dan Alat Angkut
blok Z18, dan 1,06 untuk blok Q12. Sedangan Dalam Mencapai Target Produksi.
keserasian alat yang baik yaitu MF = 1, artinya alat Makassar: Jurusan Teknik Pertambangan
gali muat dan alat angkut bekerja 100 %, sehingga UMI, Universitas Muslim Indonesia.
tidak terdapat waktu tunggu bagi alat gali muat Avellyn, dkk. 2016. Kajian Teknis Alat Muat Dan
maupun alat angkut. Dengan demikian didapatkan Alat Angkut Untuk Mencapai Target
untuk blok V11 dan Z18 karena MF > 1 maka ada Produksi Penambangan Batugamping.
penambahan 1 unit alat angkut agar MF yang Surabaya: Jurusan Teknik ITATS, Institut
dihasilkan = 1. Sedangkan untuk blok X07 dan Q12 Teknologi Adhitama Surabaya.
karena MF yang didapat > 1 maka harus ada Fanani, Y., Syahanda, R. F. P., & Nahdliyin, A. F.
penambahan alat gali muat sebanyak 1 unit supaya (2016, October). Kajian Teknis Kinerja
tidak terjadi waktu tunggu pada alat angkut. Alat Muat Dan Alat Angkut Dalam Upaya
5. KESIMPULAN Mencapai Sasaran Produksi Penambangan
Batugamping Di Pt. United Tractors
Berdasarkan uraian dari bab hasil dan pembahasan
Semen Gresik Kabupaten Tuban Jawa
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Timur. In Prosiding Seminar Nasional
1. PT. Semen Indonesia Tbk Tuban menerapkan Sains dan Teknologi Terapan (pp. 127-
target produktivitas untuk 1 shif sebesar 138).
273,36 ton/jam. Secara aktual produktivitas Ichsannudin, Budhi & Yoga. 2018. Kajian Teknis
alat gali muat telah mencapai sebesar 344,88 Produktivitas Alat Gali Muat Dan Alat
ton/jam sedangkan untuk produktivitas alat Angkut Untuk Mencapai Target Produksi
angkut masih belum tercapai sebesar 195,13 Penambangan Batu Granit. Pontianak:
ton/jam. Dengan adanya optimasi, Jurusan Teknik Pertambangan UT,
produktivitas alat angkut yang tidak tercapai Universitas Tanjungpura.
akhirnya dapat tercapai, diamana secara aktual Indonesianto, Y,. 2004. Pemindahan Tanah
produktivitas alat angkut yang semula 195,13 Mekanis. Yogyakarta: Jurusan Teknik
ton/jam dapat dioptimasikan menjadi 274,20 Pertambangan UPN, Veteran.
ton/jam. Nurhakim. 2004. Buku Panduan Kuliah Lapangan
2. Faktor-faktor yang mempengaruh 2. Banjar Baru: Jurusan Teknik
produktivitas yaitu lamanya pemuatan akibat Pertambangan UNLAM.
ukuran material yang besar, lamanya waktu Prodjosumarto, P,. 2000. Pemindahan Tanah

9
Mekanis. Bandung: Jurusan Teknik
Pertambangan ITB.

10

Anda mungkin juga menyukai