Anda di halaman 1dari 11

BAB III

DASAR TEORI

Kegiatan pemuatan dan pengangkutan pada kegiatan penambangan adalah suatu


kegiatan yang bertujuan untuk memindahkan material hasil penggalian ke tempat
penimbunan (disposal) dengan menggunakan alat-alat mekanis. Kondisi dilapangan
sangat mempengaruhi kemampuan produksi alat gali muat yang digunakan.

3.1 Produksi Alat Gali Muat Dan Angkut


Kapasitas produksi dari suatu alat mekanis biasanya dinyatakan dalam
M3/jam atau Yd3 /jam. Produksi didasarkan pada pelaksanaan volume yang
dikerjakan per siklus waktu dan jumlah siklus dalam suatu jam (Rochmanhadi,
1992). Produksi kerja satu unit peralatan dinyatakan bahwa prinsip perhitungan
produksi kerja Alat Berat untuk semua jenis alat seperti, alat angkut, alat gali, alat
pemuat dan lain-lain adalah sama. Tetapi dalam prakteknya, ada sedikit perbedaan
terutama dalam menghitung waktu siklus. Misalnya antara alat angkut dan alat
penggali terdapat perbedaan dalam menentukan waktu siklusnya.
Untuk menghitung produksi kerja alat penggali seperti Excavator, waktu angkut
tidak termasuk dalam siklus kerja, sehingga waktu angkut tidak perlu dihitung. Tetapi
bagi dump truck yang merupakan alat angkut, waktu angkutlah yang sangat
menentukan besar-kecilnya produksi kerja.Untuk itu waktu angkut perlu diamati secara
cermat. Tetapi pola dasar perhitungan tetap tidak berbeda.

3.1.1 Produktivitas Alat Gali Muat


Kemampuan produktivitas alat gali muat merupakan besarnya produktivitas
yang terpenuhi secara riil berdasarkan kondisi yang dapat dicapai (Tenriajeng, A.T,
2003). Dengan kata lain produktivitas alat gali muat adalah jumlah material yang
dimuat secara riil dibagi dengan cycle time alat gali muat tersebut (Persamaan 8.1)

Kb x Eff x Fb x Sf x 3600
P= ......(3.1)
Ct

Keterangan:
P = Produktivitas alat muat (bcm/jam atau ton/jam)
Kb = Kapasitas bucket alat (M3)
Fb = Faktor bucket
Sf = Swell Factor
Eff = Effisiensi kerja alat
Ct = Waktu edar alat muat/excavator (detik)

3.1.2 Produktivitas Alat Angkut


Tenriajeng, A.T, (2003) menyatakan bahwa produktivitas alat angkut adalah
jumlah material yang diangkut secara riil dibagi dengan cycle time alat angkut tersebut
(Persamaan 8.2).
n x Kb x Eff x Fb x Sf x 60
P= ......(3.2)
Ct
Keterangan:
P = Produktivitas alat muat (bcm/jam atau ton/jam)
n = Frekuensi pengisian truck
Kb = Kapasitas bucket alat (M3)
Fb = Faktor bucket
Sf = Swell Factor
Eff = Effisiensi kerja alat
Ct = Waktu edar alat muat/excavator (detik)

3.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Alat


Produksi alat dapat dilihat dari kemampuan alat tersebut dalam penggunaannya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produksi alat adalah sebagai berikut:

3.2.1 Efisiensi Kerja


Pekerja atau mesin tidak mungkin selamanya bekerja 60 menit dalam sejam,
karena hambatan-hambatan kecil yang selalu terjadi dan pengaruh iklim. Efisiensi
kerja adalah perbandingan antara waktu produktif dengan waktu kerja yang tersedia.
Menurut pengalaman dilapangan efisiensi kerja jarang-jarang dapat mencapai lebih
dari 83% (Prodjosumarto, 1996).
Pada kondisi yang aktual memang sulit untuk menetukan besarnya efisiensi
kerja, tetapi dengan dasar pengalaman-pengalaman dapat ditentukan efisiensi kerja
yang mendekati kenyataan, besarnya efisiensi kerja dapat dilihat pada Tabel 8.1
(Rochmanhandi, 1992)
Tabel 3.1 Efisiensi kerja (Rochmanhadi, 1992).

Kondisi Efisiensi Kerja


operasi Alat Baik Sekali Baik Sedang Buruk Buruk Sekali
Baik sekali 0,83 0,81 0,76 0,70 0,63
Baik 0,78 0,75 0,71 0,65 0,60
Sedang 0,72 0,69 0,65 0,60 0,54
Buruk 0,63 0,61 0,57 0,52 0,45
Buruk Sekali 0,58 0,50 0,47 0,42 0,32

Pada saat pengamatan di lapangan banyak terjadi hambatan-hambatan baik


yang berhubungan dengan masalah teknis di lapangan atau non teknis, yang akan
berpengaruh terhadap efisiensi kerja, (Hambali, dkk, 2017).
Jika jumlah waktu jam kerja dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Maka
diharapkan produksi alat gali muat bisa optimal. Namun kenyataannya dilapangan
sering terjadi beberapa hambatan sehingga mengurangi jam kerja efektif alat
maupun operator. Hambatan yang terjadi antara lain:
1. Hambatan yang dapat dihindari
Merupakan hambatan yang terjadi karena adanya penyimpangan terhadap
waktu kerja yang telah dijadwalkan, antara lain:
a. Terlambat memulai kerja, disebabkan terlambat datang kerja.
b. Berhenti kerja sebelum istirahat, disebabkan karena aktivitas kerja
dihentikan sebelum waktu istirahat yang telah dijadwalkan.
c. Terlambat kerja setelah istirahat, disebabkan terlambat kerja karena istirahat
terlalu lama
d. Berhenti kerja sebelum jam kerja selesai, disebabkan aktivitas kerja
dihentikan sebelum waktu kerja yang telah dijadwalkan
2. Hambatan yang tidak dapat dihindari
Merupakan hambatan yang terjadi pada waktu kerja yang menyebabkan
hilangnya waktu kerja, antara lain:
a. Shift change, pengarahan dari pengawas biasa dilakukan pada awal shift
untuk menentukan pembagian pekerjaan yang harus diselesaikan pada hari
tersebut.
b. Pengisian BBM, merupakan hambatan yang hanya terjadi pada alat angkut
dikarenakan alat angkut lebih konsumtif terhadap bahan bakar
c. Istirahat, merupakan waktu yang telah ditetapkan untuk istirahat dan makan.
d. Pray, waktu delay yang disebabkan oleh kegiatan sholat jumat.
e. Hujan, merupakan waktu yang hilang karena turunnya hujan yang
menyebabkan terhentinya kegiatan penambangan. Waktu yang hilang tidak
dapat dikurangi karena ini merupakan proses alam.
f. Slippery, aktivitas yang dilakukan oleh alat support setelah hujan agar
medan kerja tidak licin
Berdasarkan waktu tersedia, waktu hambatan dan waktu kerja efektif maka
dapat dihitung ketersediaan alat. Ketersediaan alat adalah faktor yang menunjukan
kondisi alat-alat mekanis dalam melakukan pekerjaan dengan memperhatikan
kehilangan waktu selama kerja. Kondisi peralatan mekanis dibagi menjadi
(Indonesianto, Y, 2005):
1. Kondisi peralatan 90 % - 100 %
Berlaku untuk peralatan baru dan siap pakai, kemampuan minimal 70 %
dan belum mengalami perbaikan apapun serta kondisi peralatan atau saprepart
yang dimiliki masih dalam kondisi lengkap.
2. Kondisi peralatan 70 % - 89 %
Berlaku untuk peralatan lama yang dalam keadaan yang siap beroperasi
dengan kemampuan minimal 70 % namun sudah dipakai lebih dari satu tahun
atau seribu jam kerja.
3. Kondisi peralatan 50 % - 69 %
Perlatan yang dalam keadaan rusak ringan operasi. Kemampuan alatnya
minimal 60 % dan sudah dioperasikan lebih dari dua tahun atau tiga ribu jam
kerja, sehingga kondisi peralatan sudah tidak maksimal lagi.
Adapun cara mengetahui besarnya faktor ketersediaan alat dapat digunakan
persamaan berikut ini (Indonesianto, Y, 2005):
1. Kesediaan mekanis (mechanical availability, MA)
Menurut Indonesianto, Y (2005) kesediaan mekanis suatu alat adalah angka
persentase suatu alat yang dapat bekerja dengan memperhitungkan kehilangan
waktu karena penyebab mekanis seperti reparasi dan penggantian suku cadang
(Persamaan 8.3).
𝑊
MA =
𝑊+𝑅 x 100%.......(8.3)
Keterangan:
MA = Kesediaan mekanis (%)
W = Waktu kerja (jam)
R = Waktu pemeliharaan (jam)

2. Kesediaan fisik (physical availability, PA)


Menurut Indonesianto, Y (2005) kesediaan fisik merupakan catatan
operational avalability dari alat yang digunakan atau faktor yang menunjukan
kesediaan suatu alat untuk melakukan pekerjaan dengan menghilangkan waktu
yang hilang karena berbagai sebab (Persamaan 8.4).

PA =
𝑊+𝑆 x 100%.....(8.4)
𝑇
Keterangan:
S = Waktu siap (jam)
W = Waktu kerja (jam)
T = Waktu total (jam)

3. Pemakaian kesediaan (use of availability, UA)


Menurut Indonesianto, Y (2005) pemakaian kesediaan merupakan
persentase waktu yang digunakan alat untuk beroperasi pada saat digunakan
(Persamaan 8.5).
UA = W
x 100% .....(8.5)
W +S
W = Waktu kerja (jam)
S = Waktu siap (jam)

4. Penggunaan efektif (effective utilization, EU)


Menurut Indonesianto, Y (2005) penggunaan efektif yaitu angka persentase
penggunaan keseluruhan dari suatu alat (Persamaan 8.6). Faktor ini
menunjukkan penggunaan alat dalam waktu total untuk kegiatan produksi.
W
EU = x 100% …..(8.6)
T
Keterangan:
W = Waktu kerja (jam)
T = Waktu total (jam)
3.2.2 Pola Penggealian dan Pemuatan
Back hoe melakukan penggalian dengan menempatkan dirinya diatas
jenjang (bench). Setelah bucket sudah terisi penuh, boom diangkat kemudian
memutar kearah dump truck yang menempatkan pada posisi untuk dimuati dan
kemudian menumpahkan galian pada bak dump truck (Indonesianto, Y, 2005).
Pola pemuatan yang didasarkan pada keadaan alat gali muat yang berada
di atas atau di bawah jenjang.
a. Top Loading, yaitu alat gali muat melakukan penggalian dengan
menempatkan dirinya di atas jenjang atau alat angkut berada di bawah alat
gali muat, sehingga pada pola ini alat gali muat dapat lebih leluasa untuk
melakukan proses pemuatan karena posisi pandangan yang lebih baik.
b. Bottom Loading, yaitu alat gali muat melakukan penggalian dengan
menempatkan dirinya di jenjang yang memiliki ketinggian yang sama
dengan posisi alat angkut.
Dilihat dari jumlah penempatan posisi dump truck untuk dimuati terhadap
posisi back hoe (biasa disebut pola gali muat), maka terdapat 3 pola seperti yang
ada (Gambar 3.1) yaitu:
a. Single Back Up
Dump truck memposisikan untuk dimuati pada satu tempat.
b. Double Back Up
Dump truck memposisikan untuk dimuati pada dua tempat.
c. Triple Back Up
Dump truck memposisikan untuk dimuati pada tiga tempat.

Gambar 3.1. Pola pemuatan (Indonesianto, Y, 2005)

7
3.2.3 Keadaan Material
Keadaan material pada suatu proses produksi seperti pemindahan tanah
dan batuan oleh alat mekanis akan sangat berpengaruh pada produktivitas alat
mekanis tersebut, terutama dalam hal penentuan jenis alat yang akan digunakan,
perhitungan volume pekerjaan yang dilakukan dan kemampuan kerja alat pada
kondisi material yang ada (Tenriajeng, A.T, 2003). Keadaan material yang perlu
diperhatikan karena dapat mempengaruhi produktivitas alat mekanis antara lain:
3.2.4 Waktu Edar (Cycle Time)
Dalam pemindahan material, siklus kerja merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan berulang.Pekerjaan utama di dalam kegiatan tersebut adalah menggali,
memuat, memindahkan, membongkar muatan, dan kembali ke kegiatan awal.
Seluruh kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh suatu alat berat atau oleh beberapa
alat.
Setiap alat berat yang bekerja akan mempunyai kemampuan memindah
material per siklus. Siklus kerja adalah proses gerakan mula tersebut. Adapun
waktu yang diperlukan untuk melakukan satu siklus kegiatan diatas disebut waktu
siklus/edar atau cycle time (CT) (Nurhakim, 2004).
Waktu edar merupakan waktu yang diperlukan oleh alat untuk
menghasilkan alur kerja. Semakin kecil waktu edar suatu alat, maka produksinya
semakin tinggi, Salah satu hal yang dapat mempengaruhi waktu edar alat gali
adalah tahanan gali yang diberikan material terhadap bucket excavator sebagai alat
gali muat yang bekerja. Jenis waktu edar alat berat penambangan antara lain:
a. Waktu edar alat muat
Menurut Lestari, dkk (2017) waktu edar alat muat merupakan penjumlahan
dari waktu menggali, waktu ayunanan bermuatan, waktu menumpahkan material
dan waktu ayunan kosong. (Persamaan 3.7):
Ctm = T1 + T2 + T3 + T4 ......(3.7)
Keterangan:
Ctm = Total waktu edar alat muat (detik)
T1 = Waktu untuk mengisi muatan (detik)
T2 = Waktu ayunan bermuatan (detik)
T3 = Waktu untuk menumpahkan muatan (detik)
T4 = Waktu ayunan kosong (detik)

8
b. Waktu edar alat angkut
Menurut Lestari, dkk (2017) waktu edar alat angkut merupakan
penjumlahan dari waktu pengisian vessel, waktu mengangkut material, waktu
atur posisi buang, watu mengosongkan vessel (dumping), waktu kembali
kosong, serta waktu atur posisi untuk dimuat (Persamaan 8.8):

Cta = T1 + T2 + T3 + T4 + T5 + T6 .....(3.8)

Keterangan:
Cta = Total waktu edar alat angkut (detik)
T1 = Waktu pengisian vessel (detik)
T2 = Waktu mengangkut material (detik)
T3 = Waktu atur posisi buang (detik)
T4 = Waktu mengosongkan vessel (dumping) (detik)
T5 = Waktu kembali kosong (detik)
T6 = Waktu atur posisi untuk dimuat (detik)
Sementara waktu edar alat angkut dapat dipengaruhi oleh tahanan
yang bekerja pada alat angkut antara lain tahanan kemiringan (grade
resistance), tahanan gulir (digging resistance), coefficient traction (CT),
rimpull serta percepatan (accelaration).

3.2.5 Keadaan Cuaca


Keadaan cuaca juga akan berpengaruh pada produksi alat mekanis yang
digunakan, seperti di Indonesia yang menghambat pekerjaan adalah musim hujan,
sehingga hari kerja menjadi pendek (Indonesianto, Y, 2005). Hujan yang sangat
lebat juga akan menyebabkan rusak nya jalan produksi yang akan menimbulkan
slippery sehingga menyebabkan alat-alat tidak dapat bekerja dengan baik dan
perlu pengeringan dan perawatan yang baik. Sebaliknya pada musim panas, akan
timbul banyak debu yang dapat menganggu kegiatan produksi. Selain itu,panas
atau dingin yang berlebihan juga akan mengurangi efisiensi mesin-mesin yang
digunakan.

3.2.6 Faktor Pengawasan


Pengawasan terhadap kinerja operator juga dapat berpengaruh terhadap
produksi dari alat mekanis yang digunakan, karena alat alat yang mendapat
pengawasan pada saat melakukan aktivitas penambangan cenderung memiliki

9
tingkat produksi yang lebih besar dibandingkan alat alat yang tidak mendapat
pengawasan. Oleh karena itu, dibutuhkan keberadaan pengawas lapangan (field
supervisor) yang mengerti mengenai aktivitas penambangan yang benar sehingga
dapat membuat alat yang digunakan memiliki tingkat produksi yang diinginkan.

3.3 Evaluasi Produktivitas Alat Gali Muat dan Angkut


Produktivitas suatu alat dapat dikatakan sudah baik apabila memenuhi
beberpa parameter antara lain target produksi tercapai dan nilai match factor
antara alat gali muat dan angkut sudah mendekati 1.
Dalam kegiatan produksi baik alat gali muat maupun alat angkut,
keserasian kerja (match factor) merupakan faktor yang penting dan harus dikaji,
hal ini berguna untuk meningkatkan produktivitas alat. (Aqsal, R.S, dkk, 2016).
Faktor keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut perlu diperhatikan
(Indonesianto, Y, 2005). Perhitungan keserasian kerja antara alat gali muat dan
alat angkut dipengaruhi oleh jumlah dan cycle time dari alat gali muat dan alat
angkut (Persamaan 3.9).
nH x f x CtL
MF = .....(3.9)
nL x CtH
Keterangan:
Mf = Match Factor
nH = Jumlah truck
nL = Jumlah alat muat
CtH = Waktu edar alat angkut (menit)
CtL = Waktu edar alat muat
f = Frekuensi pengisian truck
Keserasian kerja antara alat gali muat dan alat angkut berpengaruh
terhadap faktor kerja. Hubungan yang tidak serasi antara alat gali muat dan alat
angkut akan menurunkan faktor kerja. Faktor kerja alat gali muat dan alat angkut
akan mencapai 100% jika MF = 1, hal ini sangat sulit untuk diaplikasikan pada
kondisi yang nayat, akan tetapi diusahakan semaksimal mungkin mendekati nilai
1. sedangkan bila MF < 1 maka faktor kerja alat angkut = 100% dan faktor kerja
alat gali muat < 100% (alat loading menunggu alat angkut). Sebaliknya bila MF >
1, maka faktor kerja alat muat = 100% dan faktor kerja alat angkut < 100% (alat
hauling antri).

10
Menurut Januardi, dkk (2018) berdasarkan cycle time alat gali muat dan
angkut serta jumlah pemuatannya maka dapat dihitung jumlah alat angkut yang
ideal. Komposisi jumlah truk ideal yang dibutuhkan agar tercapai match factor
mendekati satu dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (3.10):

Cycle time alat angkut


N= .....(3.10)
Jumlah pemuatan x cycle time alat gali muat

11

Anda mungkin juga menyukai