Anda di halaman 1dari 9

LANDASAN TEORI

Dalam meneliti  suatu masalah tentunya dibutuhkan suatu informasi yang  dapat


mendukung dalam rangka pemecahan masalah tersebut. Oleh karena itu, pada bab
ini akan diuraikan teori-teori yang digunakan sebagai landasan untuk mengevaluasi
dan menganalisis masalah yang akan dibahas pada bab selanjutnya.
 3.1        Pemilihan Alat Mekanis
Pemilihan suatu alat mekanis hendaknya tidak hanya mempertimbangkan atas
besarnya produksi atau kapasitas produksi alat tersebut tetapi lebih berdasarkan
pada ongkos / biaya termurah dari produksinya per satuan volume atau per tonnya.
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam memilih suatu alat yang akan
digunakan adalah :
-          Penggunaannya untuk tujuan tertentu,
-          Nilai atau harga alat,
-          Umur ekonomis alat (umur dimana apabila dioperasikan sudah tidak
memberikan keuntungan lagi),
-          Berapa jumlah alat yang diperlukan.
-          Lokasi penggunaan alat
-          Modal yang tersedia
3.2.   Efektivitas Alat Mekanis 
Beberapa hal yang dapat menunjukan keadaan alat mekanis dan efisiensi
penggunaannya antara lain :
1.  Mechanical Availability (MA), yaitu penggunaan peralatan yang dipengaruhi
oleh faktor mekanis seperti ban kempes dan kebocoran oli hidrolik
 

2.  Physical Availability (PA), yaitu penggunaan alat yang dipengaruhi oleh


faktor fisik seperti cuaca, iklim dan operator
 

3.  Use of Availability (UA), yaitu tingkat kesiapan penggunaan alat yang betul-betul
untuk berproduksi
 
4.   Effective Utilization (EU)
Menunjukkan persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk
beroperasi dalam suatu kegiatan kerja atau produksi.
Persamaannya :
 

3.3        Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja adalah merupakan perbandingan antara waktu kerja efektif yang
digunakan untuk berproduksi dengan waktu kerja produktif dalam satu shift. Hal ini
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya produksi
alat, semakin banyak waktu produktif yang digunakan untuk alat maka semakin
besar produksi yang dicapai. Dalam perhitungan efisiensi kerja ada dua komponen
waktu  yang harus diperhatikan yaitu :
a.     Waktu repair (R) yaitu waktu perbaikan pada saat jam operasi berlangsung.
b.     Waktu standby (S) yaitu jam yang tidak dipakai padahal alat tidak rusak
sedang tambang dalam keadaan beroperasi
c.      Waktu kerja (W) ; yaitu waktu yang digunakan alat untuk berproduks.i
sampai akhir operasi. Dalam waktu produktif terdapat beberapa variable
waktu meliputi :
1.  Waktu efektif (We) yaitu waktu yang benar-banar digunakan oleh alat
untuk berproduksi.
2.  Waktu delay (Wd) yaitu waktu kerja tetapi terdapat hambatan-
hambatan terjadi pada waktu itu yang terdiri dari waktu melumasi
kendaraan, merepasi yang aus, membersihkan bagian-bagian
terpenting setelah sekian lama beroperasi, memindahkan ke tempat
lain, dan menunggu perbaikan jalan produksi.
          Untuk mengetahui besarnya efisiensi kerja dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
 
Dimana :
 
W   =   Waktu yang dibebankan untuk seorang operator pada suatu alat
yang ada dalam kondisi dapat dioperasikan.
R   =    Waktu yang dipakai untuk perbaikan, perawatan dan waktu tunggu
untuk perbaikan termasuk menunggu suku cadang.
S   =    Standby Hours, jumlah waktu dari suatu alat tidak berproduksi sedang
alat tersebut dalam keadaan bisa berproduksi.
T  =     Jumlah jam kerja yang tersedia (W + R + S)
Tingkat Efisiensi tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi alat, perawatan alat,
kondisi medan kerja dan operator sendiri.
 
3.4        Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Alat
Besarnya kemampuan alat secara teoritis adalah merupakan kemampuan
produksi terbaik yang masih mungkin dicapai oleh suatu alat mekanis. Untuk
mendapatkan nilai yang lebih mendekati produksi yang sebenarnya, maka dalam
perhitungan perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi alat
tersebut diantaranya dapat diuraikan sebagai berikut :
3.4.1   Faktor Pengembangan (Swell Factor)
Faktor Pengembangan perlu diperhatikan karena akan berpengaruh pada
kapasitas alat muat dan alat angkut. Material yang terdapat di alam adalah dalam
keadaan padat dan terkonsolidasi dengan baik sehingga hanya sebagian yang terisi
udara di antara butir-butirnya, tetapi apabila suatu material digali dari tempat
aslinya atau dalam keadaan insitu, maka akan terjadi penambahan volume (swell),
hal ini disebabkan oleh butiran material yang semakin besar sehingga rongga-
rongga yang ada akan terisi oleh udara.
Faktor pengembangan suatu material dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
 

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu diketahui density dari swell factor dari


berbagai jenis material adalah bervariasi yaitu masing-masing untuk density adalah
1900 – 8700 Lb/Cuyd insitu sedangkan untuk swell factor adalah 0.45 – 0.90
(Lampiran 2)
3.4.2   Faktor Pengisian (Fill Factor)
Pada pemuatan material ke dalam alat angkut maka faktor pengisian sangat
perlu diperhitungkan pada alat muat oleh karena pengisian bucket yang bervariasi.
Faktor pengisian merupakan perbandingan antara kapasitas nyata suatu alat dengan
kapasitas teoritis alat tersebut.
Besarnya faktor pengisian suatu alat sangat tergantung pada :
-        Kondisi material dan stock material tersisa (Angle of Refuse).
-       Ukuran butir material, dimana makin besar ukuran butir maka fill factor akan
semakin kecil.
-       Keterampilan dan pengalaman operator, dimana operator yang lebih
berpengalaman dan terampil akan memberikan fill factor yang lebih besar.
Besarnya nilai Fill Factor dapat  diketahui dengan dua cara :
          1. Menghitung dengan menggunakan persamaan :
    

Dimana :
      FF = Fill Factor
      Kn = Kapasitas nyata
      Kt  = Kapasitas teoritis
 

2.   Menggunakan
metode Caterpillar seperti tampak pada Gambar 2.3 berikut
 
Gambar 2.3
Persen Pengisian Bucket Alat Muat
3.4.3   Kemiringan jalan, Jarak dan Keadaan Jalan
Keadaan jalan akan sangat mempengaruhi daya angkut alat-alat yang dipakai.
Bila jalan baik maka kapasitas angkut akan lebih besar dan alat – alat dapat
bergerak lebih cepat dan sebaliknya apabila jalan rusak maka akan mengganggu
aktivitas penambangan, sedangkan kemiringan jalan akan berpengaruh terhadap
waktu yang diperlukan untuk siklus pengangkutan.
 
3.4.4   Waktu edar alat mekanis
Waktu yang dibutuhkan oleh alat mekanis dalam melakukan operasi/kerja.
Waktu edar ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi material, kondisi
tempat kerja, kondisi alat, kondisi jalan dan kondisi dari operator.
 
3.5   Kemampuan Produksi Alat Mekanis
Untuk mengetahui produksi suatu peralatan harus terlebih dahulu dilakukan
perhitungan produktivitas setiap alat, dimana perhitungan selalu didasarkan pada
pengoperasian peralatan sampai mencapai suatu produksi yang maksimal. Produksi
maksimal ini merupakan tujuan yang harus dicapai oleh setiap pemakai peralatan
agar target produksi yang direncanakan dapat tercapai.
 
3.5.1   Kemampuan Produksi Alat Muat
Secara umum kemampuan produksi alat muat sangat dipengaruhi oleh
keterampilan operator untuk menyediakan material atau stock dan keseragaman
butir material. Keterampilan operator ini akan mempengaruhi waktu yang
dibutuhkan untuk satu siklus pemuatan, sedangkan keseragaman ukuran butir
material serta stock material yang tersedia akan mempengaruhi pengisian bucket alat
muat. Pada proses pengisian bucket alat muat akan bervariasi, Merupakan
kemampuan produksi berdasarkan kapasitas bucket yang di miliki alat muat. dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan
 

                       
Dimana :
Pm = Produksi /Jam (Bcm/JKam)
Sf  = Swell Factor (%)
CT  = Waktu edar alat muat (detik)
Ff   = Fill Factor (%)
Eff. = Efisiensi Kerja (%)
 
3.5.2   Kemampuan Produksi Alat Angkut
Setelah pekerjaan pemuatan selesai maka pekerjaan selanjutnya adalah
pengangkutan material dari loading point ke dumping point. Pada kegiatan
pengangkutan material tanah penutup ini digunakan alat angkut dump truck. Pada
saat pengisian material keatas truck akan bevariasi sehingga volume yang diangkut
akan bervariasi.
          Kemampuan produksi alat angkut Dump Truck dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
 

        Dimana :
Pa    = Produksi alat angkut (ton/jam)
KB    = Kapasitas bak (Kb x SF x FF) . n
Kb    = Kapasitas bucket (ton)
SF    = Swell Factor (%)
FF    = Fill Factor (%)
n     = Jumlah pengisian
Eff   = Efisiensi kerja (%)
CT   = Cycle time (menit)
 
 
3.6   Sinkronisasi Kerja Alat
Untuk mencapai target produksi yang diinginkan maka keserasian kerja antara
alat muat dan alat angkut perlu mendapatkan perhatian sehingga nantinya tidak
terjadi kekurangan alat maupun kelebihan alat yang dapat mengganggu aktivitas
penambangan.
Keserasian kerja yang dimaksud adalah bagaimana pengaturan pola kerja
antara beberapa alat mekanis yang berbeda sehingga dapat kerja sama dengan baik
sehingga tercapai keserasian kerja alat. Besarnya harga faktor keserasian kerja dari
setiap sistem kombinasi kerja alat mekanis dapat ditentukan berdasarkan data waktu
edar dan jumlah alat muat yang dikombinasikan dengan alat angkut
Untuk mengetahui faktor keserasian (Match Factor) dari suatu kombinasi alat
digunakan rumus sebagai rumus :
 

Dimana :
MF   =   Match factor
nA    =   Jumlah alat angkut
ctM   =   Waktu muat (jumlah waktu yang dibutuhkan oleh alat muat
untuk   mengisi penuh satu alat angkut)
nM   =   Jumlah alat muat
ctA   =   Cycle time alat angkut
 
Ada tiga kriteria dari harga “Match Factor” yaitu :
1.  MF < 1, berarti kerja alat muat kurang dari 100% dari faktor kerja alat
angkut 100%. Jadi kemampuan alat muat lebih besar daripada alat
angkutnya sehingga  terdapat waktu menunggu bagi alat muat.
2.  MF = 1, berarti faktor kerja alat muat dan alat angkut sama besarnya
(serasi) sehingga alat angkut tidak antri dan alat muat tidak menunggu.
3.  MF > 1, berarti faktor kerja alat muat 100% dan faktor kerja alat angkut
kurang dari 100%, kemampuan alat angkut lebih besar daripada alat muat
sehingga terdapat waktu menunggu bagi alat angkut.
3.7   Pola Kerja Alat Muat Dan Alat Angkut
Pada dasarnya, kombinasi antara alat muat dan alat angkut memberikan pola
kerja yang sederhana. Pada saat alat angkut berada pada posisi siap (di loading
point), alat muat mengangkat material ke bucket alat angkut sampai batas yang
diinginkan. Setelah bucket penuh, alat angkut mengangkut material tersebut ke
tempat yang diinginkan. Overburden akan dibuang ke disposal area dan hasil
penambangan berupa batubara akan dibawa ke stasiun penyaringan untuk di
proses, kemudian ke stockpile dan siap untuk pengolahan lebih lanjut dan hal
tersebut berlangsung terus-menerus
 

Gambar 3.1
Skematik Sistem Operasi Excavator – Dump Truck
 
 
3.8   Sistem Pemuatan
3.8.1   Sistem Pemuatan Satu Sisi (Single Side Loading)
Sistem pemuatan satu sisi (single side loading) adalah salah satu teknik
pemuatan yang selama ini banyak diterapkan pada proses penambangan, dimana
alat angkut berada di salah satu sisi alat muat pada saat pemuatan dilakukan.
Apabila terdapat lebih dari satu alat angkut, maka alat angkut yang lain harus
menunggu hingga alat angkut yang satu sedang diberi muatan.

Gambar 3.2.
Single Side Loading
 
3.8.2   Sistem Pemuatan Dua Sisi (Double Loading Side)
Sistem pemuatan dua sisi (double side loading) adalah suatu sistem dimana
dua alat angkut berada pada dua sisi alat muat pada saat pemuatan dilakukan.
Sistem ini bisa mempercepat waktu pemuatan dan mengurangi waktu gilir alat
angkut. namun sangat tergantung pada kondisi landasan kerja (loading point) dan
kemampuan dari operator.
 
Gambar 3.3.
Double Side Loading

Anda mungkin juga menyukai