Anda di halaman 1dari 11

Pemboran Inpit

Pemboran inpit atau inpit drilling adalah kegiatan pemboran yang dilakukan di area
penambangan setelah area tersebut selesai proses development. Kegiatan development yaitu
penggusuran pohon, land clearing dan pengupasn over Burden.

Proses inpit drill bertujuan untuk melkukan pengecekan kembali untuk


memperefektifkan data dari eksplorasi terperinci, yang digunakan sebagai guide (pemandu)
kepada pengawas tamabang dan untuk menambah tingkat keyakinan geologi.

a. Waktu Daur Bor


Waktu daur pengeboran adalah aktu yang dibutuhkan suatu alat bor untuk
menyelesaikan satu kali daur pemasangan batang bor, waktu running, waktu cabut alat
bor dan waktu menumbuk.
Perhitungan waktu daur pemboran dapat dihitung dengan rumus :

b. Kecepatan Pemboran
Kecepatan pemboran adalah perbandingan antara kedalaman dan cycle time.
Perhitungan kecepatan pemboran dapat dihitung dengan rumus :

c. Efektifitas Alat Bor


Efektifitas pemboran dinyatakan dalam persen waktu produktif terhadap waktu kerja
terjadwal. Dimana waktu produktif adalah waktu yang digunakan untuk kerja pemboran.
Dinyatakan dengan rumus ;
d. Produktivitas
Produktivitas adalah hasil dari perkalian efektivitas kegiatan pemboran dengan
kecepatan produksi pemboran yang dinyatakan dalam satuan m/jam dimaksud telah
berapa meter produksi yang dapat dihasilkan dalam 1 jam
e. Core Recovery
Core recovery adalah perbandingan inti bor yang di peroleh dengan kemajuan
pemboran yang dicapainya.

Produtivitas Alat

Dalam memenuhi taerget produksi terdapat banyak hal yang berkontribusi dalam
mempengaruhi upaya pencapaian target produksi tersebut, aktivitas alat mekanis yang
beroperasi dalam proses penambangan merupakan perhitungan utama dalam pencapaian
target produksi itu mengenai waktu edar tiap-tiap alat, keserasian aktifitas alat dan operator
dan juga keadaan lingkungan material yang ditambang.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi ;

a. Topografi
Keadaan topografi sangat berpengaruh dalam kegiatan produksi dikarenakan jika
terdapat blok pada jalur angkut maka dapat menyebabkan sebagian cadangan akan
terbuang sehingga tonase dan kadar berkurang.
b. Posisi waste dan cuaca
Daerah lokasi penggalian bijih yang rendah akan mengakibatkan dilusi jika terdapat
air yang mengalir dan membuat material terbawa oleh air.
c. Keahlian operator
Operator harus memiliki kemampuan dalam memilih bijih yang berkadar tinggi
maupun yang berkadar rendah walaupun hanya dengan penglihatan mata visual
sehingga target dapat tercapai, namun hal tersebut masih harus dibawah kontrol
pengawas.
d. Alat Muat angkut
Kegiatan pemuatan dan pengangkutan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
memindahkan material hasil penggalian ketempat penimbunan, kondisi lapangan
mempengaruhi produksi alat muat dan angkut. Dalam menentukan kemampuan
produksi alat muat dan alat angkut material bijih dipengaruhi oleh faktor berikut :

Tipe Pemuatan

Terdapat dua tipe yang digunakan dalam kegiatan memuat alat angkut yakni :

1. Top Loading, yaitu kondisi dimana alat muat akan lebih tiinggi dari bak dump truck.
2. Bottom Loading, yaitu dimana posisi alat muat berada sejajar dengan dump truck.

Proses pemuatan pada operasi penambangan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu ;

1. Frontal cut
Dimana pada kondisi ini Excovator berada pada posisi berhadapan dengan muka
jenjang atau front penggalian. Pada pola ini excavator memuat pertama pada dump
truck sebelah kanan sampai penuh kemudian dump truck berangkat maka operasi
dilanjutkan ke dump truck sebelah kiri.
2. Pararel Cut with Drive-by
Dimana pada kondisi ini excavator akan bergerak secara melingkar dengan posisi
sejajar dengan front penggalian. Pola seperti ini diterapkan ketika lokasi pemuatan
memiliki dua akses berdekatan dengan lokasi penimbunan,
3. Pararel cut with turn and back
Pada pola pararel cut turn and back terdapat dua metode pemuatan :
a. Single spotting
Dump truck kedua akan menunggu saat Excavator melakukan pemuatan terhadap
dump truck pertama, setelah pemuatan selesai pada dump truck pertama maka
dump truck yang kedua akan memutar dan mundur. Saat dump truck kedua sudah
terisi maka dump truck ketiga akan datang dan menunggu untuk menuver dan
begitu seterusnya.
b. Double Spotting
Dump truck memutar dan mundur ke salah satu sisi excavator memuati dump
truck pertama. Ketika dump truck pertama berangkat maka excavator akan
mengisi dunp truck kedua. Begitu seterusnya.

3.4.1. Faktor pengisisan bucket


Merupakan perbandingan antara volume nyata mangkuk (bucket) untuk sekali muat
oleh alat gali muat dengan volume teoritis mangkuk (volume munjung). Faktor pengisian
mangkuk alat gali muat pada beberapa jenis material berikut ini :
a. Ukuran material, semakin besar material maka faktor pengisian akan semakin kecil.
b. Kelengkapan material, untuk material yang melengket, faktor pengisiannya pada
saat pengisian dapat dicapai 100% tetapi saat pengosongan, material yang terbuang
akan lebih sedikit karena material banyak yang melengket dalam bak. Sehingga
menyebabkan faktor pengisian tidak akan mencapai 100%.
c. C. Kandungan air, semakin besar kandungan air maka faktor pengisiannya semakin
kecil.

Rumus perhitungan Fill Factor :

Vnyata
FP x 100 %
Vteoritis

Faktor Pengembangan ( Swell Factor)

Faktor pengembangan perlu diperhatikan karena akan berpengaruh pada kapasitas alat
muat dan alat angkut. Material yang terdapat di alam adalah dalam keadaan padan dan
terkonsolidasi dengan baik sehingga hanya sebagian yang terisi udara di antara butir-butirnya,
tetapi apabila digali dari tempat asalnya atau dalam keadaan insitu, maka akan terjadi
penambahan volume (swell). Hal ini diesbabkan oleh butiran yang semakin besar sehingga
rongga-rongga yang ada terisi oleh udara.

Swell factor adalah perbandingan antara densitas dari material sesudah digali (loose)
dan material sebelum digali (insitu) yang dinyatakan dalam persen.
Densitas loose (ton / m 3 )
SF x 100%
Densitas insitu (ton / m 3 )
3.4.2. Waktu edar
Adalah waktu yang yang diperlukan oleh suatu alat untuk melakukan kegiatan
tertentu dari awal sampai akhir dan siap untuk memulai lagi.
Pada setiap kegiatan pemindahan tanah mekanis, alat-alat mekanis bekerja menurut
pola tertentu yang pada prinsipnya terdiri dari beberapa komponnen waktu, yaitun :
1. Waktu edar alat gali muat
Terdiri dari menggali, mengisi mangkuk (bucket), berputar dengan mangkuk isi,
menumpahkan material, dan berputar dengan mangkuk kosong.
2. Waktu edar alat angkut
Terdiri dari waktu diisi hingga penuh oleh alat muat, mengangkut dengan bak penuh
menuju areal dumpingan, mengambil posisi untuk penumpahan, menumpahkan material,
kembali ke front dengan muatan kosong, dan mengambil posisi untuk diisi kembali.
Sedangkan yang mempengaruhi waktu edar adalah :
1. Kondisi tempat kerja
Tempat kerja yang luas dan sempit tentunya akan mempengaruhi waktu edar dari alat
muat dan alat angkut itu sendiri yang tentunya akan berpengaruh pada peningkatan
effisiensi dan produktifitas kerja.
2. Keadaan alat muat dan alat angkut
Keadaan alat muat dan alat angkut sangat mempengaruhi kinerja alat itu sendiri. Keadaan
alat yang baik juga akan membuat kinerja alat itu baik sehingga waktu edar dapat sesuai
dengan yang diharapkan. Namun bila kondisi alat tersebut kurang baik atau sering
mengalami kerusakan, tentunya kinerja alat tersebut akan menurun sehingga waktu edar
dari alat yang diharapkan tidk tercapai.
3. Keadaan iklim/cuaca
Kondisi kerja pada waktu hujan dan pada waktu kemarau tentunya berbeda sehingga akan
mempengaruhi kinerja dari alat muat dan alat angkut dan juga akan mempengaruhi waktu
edarnya.

Produktivitas alat Mekanis

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas alat muat dan angkut adalah
waktu edar alat muat dan alat angkut, ukuran bucket alat muat dan ukuran bak alat angkut,
bucket fill factor, efesiensi kerja dan sewll factor. Rumusan produksi adalaha sebagai berikut
Keserasian Kerja

Untuk mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat gali-muat dan alat

angkut, maka produksi alat gali-muat harus sesuai dengan produksi alat angkut.

Faktor keserasian alat gali-muat dan alat angkut didasarkan pada produksi alat gali-

muat dan produksi alat angkut, yang dinyatakan dalam Match Factor (MF). Secara

perhitungan teoritis, produksi alat gali-muat haruslah sama dengan produksi alat

angkut, yaitu

Produksi alat gali-muat = Produksi alat angkut

Sehingga perbandingan antara alat angkut dan alat gali-muat mempunyai nilai satu.

Produksialat angkut
1 =
Produksialat gali muat

60
x n x Cb x Ff x Sf x MA x EU x Na
1 = Cta
60
x Cb x Ff x Sf x MA x EU x Nm
Ctm

n Ctm x Na
1 =
Cta x Nm

n Ctm merupakan waktu yang dibutuhkan oleh alat gali-muat untuk mengisi penuh

satu unit alat angkut (CTm). Sehingga persamaan untuk match factor menjadi

CTm x Na
MF =
Cta x Nm

Sedangkan untuk dump truck dengan kapasitas angkut yang berbeda persamaannya

adalah:
MF = [ Cta2 x ( CTm1 ) x Na1 ] [Cta1 x ( CTm2 ) x Na2 ]
Cta1.2 x Nm

Keterangan :

MF = Match Factor atau faktor keserasian

Na = Jumlah alat angkut dalam kombinasi kerja, unit

Nm = Jumlah alat gali-muat dalam kombinasi kerja, unit

n = Banyaknya pengisian tiap satu alat angkut

Cta = Waktu edar alat angkut, menit

Ctm = Waktu edar alat gali-muat, menit

CTm = Lamanya pemuatan ke alat angkut, yang besarnya adalah jumlah pemuatan

dikalikan dengan waktu edar alat gali-muat (n.Ctm)

Bila hasil perhitungan diperoleh,

a. MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedang alat angkut bekerja

100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena menunggu

alat angkut yang belum datang.

b.MF = 1, artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehingga tidak terjadi waktu

tunggu dari kedua jenis alat tersebut.

c. MF > 1, artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja kurang dari

100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut

Apabila MF < 1, berarti alat angkut bekerja 100% atau keadaan sibuk

sedangkan alat gali-muat bekerja kurang dari 100% atau terdapat waktu menunggu.
Nilai keserasian kerja (MF) yang kurang dari 1 (satu) akan menyebabkan waktu tunggu

dari alat gali-muat (backhoe). Untuk mengetahui besarnya waktu tunggu (Wtm) yang

ada digunakan persamaan sebagai berikut :

Cta x Nm
Wtm CTm
Na

Dimana :

CTm = Lamanya pemuatan ke alat angkut

Wtm = Waktu tunggu alat muat

Cta = Waktu edar alat angkut, menit

Na = Jumlah alat angkut dalam kombinasi kerja, unit

Nm = Jumlah alat gali-muat dalam kombinasi kerja, unit

Effisiensi kerja adalah penilaian terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan atau


merupakan suatu perbandingan antar waktu yang dipakai untuk bekerja dengan waktu yang
tersedia.
Dari hasil pengamatan dan perhitungan dilapangan masih terdapat keterlambatan-
keterlambatan dalam penggunaan jam kerja yang tersedia, sehingga jam kerja effektif
berkurang. Hambatan-hambatan yang terjadi selama jam kerja dapat dikelompokkan menjadi
2 (dua), yaitu :
1. Hambatan yang dapat dihindari
Yaitu hambatan-hambatan yang terjadi yang seharusnya dapat dihindari, seperti :
Keterlambatan awal kerja
Istirahat terlalu awal
Keterlambatan kerja setelah istirahat
Berhenti berkerja sebelum waktu berakhir
Keperluan operator
2. Hambatan yang tidak dapat dihindari
Yaitu hambatan-hambatan yang memang tidak dapat dihindari, seperti ;
Absensi operator dan persiapan operator
Pemeriksaan atau cek alat
Mengisi bahan bakar
Pindah possis penempatan alat
Kerusakan atau perwatan alat ditempat
Dengan menghitung keterlambatan-keterlambatan yang terjadi, maka waktu kerja
effektif dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Wke Wkt (Whd Whtd )
Dengan :
Wke
Effisiensi kerja x 100 %
Wkt
Dimana :
Wke : Waktu kerja effektif, menit
Wkt : Waktu kerja tersedia, menit
Whd : Waktu hambatan yang dapat dihindari, menit
Whtd : Waktu hambatan yang tidak dapat dihindari, menit
Preparasi Sample

Setelah sampel diperoleh, selanjutnya masuk ke proses preparasi sampel yang


bertujuan mempersiapkan sampel yang layak untuk di analisa oleh laboratorium instrument
yang digunakan dalam proses preparasi sampel antara lain :

a. Crusher
Alat ini berfungsi untuk menggiling sampel yang masih dalam bentuk kasar, Crusher
yang digunakan pada preparasi sample yaitu :
1. Jaw Crusher
Jaw Crusher adalah alat penghancur pertama yang menghancurkan batuan
berbentuk bungkahan besar yang diterima dari tambang menjadi berukuran 20
mm.
2. Roll Crusher
3. Alat ini memiliki fungsi sebagai penghancur kedua setelah jaw crusher yang
mampu memperkecil ukuran batuan. Ukuran yang lolos dari roll crusher adalah 3
mm.
b. Ayakan
Alat ayakan memiliki fungsi untuk memisahkan ukuran dan butiran yang halus
dengan yang kasr. Ayakan yang digunakan yaitu ayakan dengan ukuran :
1. 20 mm
2. 10 mm
3. 3 mm
4. 100 mesh
c. Oven
Alat oven berukuran besar ini memiliki fungsi untuk menghilangka kadar mousture
atau mengeringkan sampel yang telah lolos pengayakan ukuran mm agar tidak
menyatu atau lengket saat proses pengayakan ukuran 100 mesh.
d. Top Grinder
Alat top grinder memiliki fungsi untuk menggiling sampel menjadi butiran-butiran
halus. Ukuran lolos dari alat ini berukuran 100 mesh partikel hingga didapat ukuran
yang dianggap mewakili seluruh partikel tersebut. Hasil akhir preparasi sampel
berupa 3 kantung plastik sampel dengan berat masing-masing 160 gram, yang
diserahkan pada ;
1. Laboratorium Instrument dengan kode (A)
2. Laboratorium Kimia dengan Kode (B)
3. Arsip yang disimpan oleh preparasi sampel dengan kode (C)
Lingkungan tambang

Lingkungantambang (mine environment) Keadaan lingkungan di wilayah tambang yang


unsur-unsurnya meliputi antara lain : kelembaban, debu, gas, suhu, kebisingan, air,
pencahayaan/penerangan.

Kebijakan tata lingkungan pertambangan memang dibutuhkan bagi usaha pertambangan


dalam kelanjutan usaha pertambangan yang berkesinambungan. Sebab usaha pertambangan
akan bersinggungan dalam sebelum, memulai, atau sesudah kegiatan penambangan. Agar
tercipta tambang yang ramah lingkungan. Berdasarkan UU No 42/1982 tentang ketentuan
pokok pengelolaan lingkungan hidup dengan PP No 29 1986 bertujuan untuk:

a. Menciptakan keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan.

b. Terkendalinya manusia Indonesia menjadi Pembina lingkungan.

c. Terciptanya pembangunan berwawasan lingkungan.

d. Terlindungnya Negara dari dampak pembangunan

Kemudian dalam pendekatan pengelolaan lingkungan yang paling popular adalah AMDAL
atau yang dikenal dengan analisis masalah dampak lingkungan yaitu:

a. Meniadakan atau mengurangi resiko

b. Mengoptimalkan hasil pembangunan

c. Meniadakan atau mencegah pertikaian

AMDAL merupakan suatu studi yang dilaksanakan secara sadar dan berencana dalam
pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup dan menjaga
keserasian hubungan antar berbagai kegiatan. AMDAL itu sendiri terdiri dari:

a. Kerangka acuan dampak lingkungan

b. ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan)

c. Rencana pengelolaan lingkungan (RKL)

d. Rencana pemantauan lingkungan (RPL)

Peraturan Perundang-undangan

1. Undang-undnag No. 11 tahun 1967 belum memasukkan aspek pengolaha


lingkungan dalam kegiaan pertambangan, kecuali pasal 30 : Apabila selesai
melakukan penambangan bahan galian pada suatu tempat pekerjaan, pemegang kasa
pertambangan yang bersangkutan diwajibkan mengembalikan tanah sedemikan rupa,
shingga tidak menumbulkan bahaya penyakit atau bahaya lainnya bagi masyarakat
sekitarnya
2. Selain itu industri pertambangan juga harus menghadapi peraturan perundangan lain
seperti Koservasi sumberdaya Alam hayati (UU No.5/1990) dan Penataan ruang (UU
26/2007)

Beberapa peraturan yang menajadi acuan dalam pengelolahan lingkungan di Pertambangan :

1. PP Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup


2. UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. PERMEN Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana
Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup

Anda mungkin juga menyukai