Anda di halaman 1dari 30

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Kegiatan penambangan merupakan satu rangkaian kegiatan yang

kompleks dimana satu dengan yang lainnya saling terkait. Dalam proses

penambangan, faktor peralatan merupakan faktor yang sangat penting

dalam menjamin keberlangsungan produksi. Ketersediaan jumlah alat

angkut dan alat gali-muat merupakan hal yang sangat sensitif bagi

kelangsungan produksi. Jumlah armada yang berlebih akan mengakibatkan

biaya pengeluaran operasional yang besar, sementara jumlah armada yang

sedikit akan mengurangi jumlah produksi tambang. Selain itu kondisi alat

gali muat dan angkut yang tidak sesuai akan menimbulkan banyak antrian

sehingga kondisi ideal dalam proses pemuatan dan pengangkutan material

sangat sulit dicapai (Prasmoro, 2014).

Hadi Zulkarnain Ladianto 2019, Evaluasi Produksi Alat Muat Dan

Alat Angkut Untuk Memenuhi Target Produksi Bulanan Pengupasan

Overburden Pada Penambangan Nikel Di Blok B Pt. Paramitha Persada

Tama Provinsi Sulawesi Tenggara, Produktivitas alat angkut tidak

mencapai target produksi yang diinginkan perusahaan, hal ini karena

kurangnya jumlah alat angkut dan terdapat waktu hambatan yang dilakukan

oleh operator sehingga perlu dilakukan penambahan 1 unit alat angkut dan

penertiban jam kerja sehingga dapat mencapai target produksi. Setelah

6
7

dilakukan pengurangan hambatan yang tidak perlu dan penambahan alat

angkut yang sama sebanyak 1 unit maka efisiensi kerja alat angkut

meningkat menjadi 82% dan produktivitas menjadi 49.327,17 Bcm/bulan.

Sedangkan keserasian alat setelah penambahan unit alat angkut menjadi

0,66 dengan waktu tunggu bagi alat muat selama 2 menit.

Kurniawan, M. Zaka (2019) Kajian Teknis Kinerja Alat Gali Muat Dan

Alat Angkut Untuk Mencapai Target Produksi Pada Penambangan Bijih

Bauksit Di Pt. Dinamika Sejahtera Mandiri Kabupaten Sanggau Provinsi

Kalimantan Barat. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, produksi alat

muat mencapai 5.345,18 ton/hari dan produksi alat angkut mencapai

5.279,85 ton/hari. Produksi alat mekanis yang tidak mencapai sasaran

disebabkan oleh rendahnya efisiensi kerja alat mekanis. Efisiensi kerja saat

ini untuk backhoe Doosan Giant 500 LCV sebesar 60,48% dan backhoe

Kobelco SK 330 sebesar 57,99%. Sedangkan untuk truk MAN CLA 26 280

BB sebesar 60,89 % dan truk Hino 500FM 260 JD sebesar 58,87%. Upaya

untuk meningkatkan produksi adalah dengan memperbaiki efisiensi kerja.

Perbaikan efisiensi kerja dilakukan dengan dua alternatif yang tersedia yaitu

melakukan pemilihan waktu modus dibawah waktu rata-rata (mean) dan

melakukan pengurangan waktu hambatan yang dapat dihindari agar

mencapai target produksi. Setelah dilakukan perhitungan terhadap alternatif

pertama. Efisiensi alat muat meningkat menjadi 65,16 % dan 63,19 %,

sedangkan efisiensi alat angkut meningkat menjadi 66,29 % dan 63,97 %.

Dengan meningkatnya efisiensi kerja alat muat dan angkut, maka produksi
8

alat muat meningkat menjadi 5.842,86 ton/hari dan alat angkut meningkat

menjadi 5.743,79 ton/hari. Kemudian dilakukan perhitungan terhadap

alternatif kedua, efisiensi alat muat meningkat menjadi 62,25 % dan 58,23

%, sedangkan efisiensi alat angkut meningkat menjadi 63,99 % dan 60,55

%. Dengan meningkatnya efisiensi kerja alat muat dan angkut, maka

produksi alat muat meningkat menjadi 5.501,11 ton/hari dan alat angkut

meningkat menjadi 5.500,28 ton/hari. Dengan demikian sasaran produksi

sebesar 5.500 ton/hari dapat terpenuhi.

2.2 Kegiatan penambangan bauksit

Sistem penambangan yang diterapkan adalah sistem tambang terbuka.

Metode penambangannya adalah open pit tanpa jenjang dan selective

mining (penambangan yang selektif disesuaikan dengan produksi yang

diinginkan). Peralatan yang digunakan dalam kegiatan penambangan yaitu

Bulldozer sebagai alat gusur, Backhoe sebagai alat gali-muat, Dumptruck

sebagai alat angkut, dan Grader untuk perawatan jalan tambang. Adapun

urutan kegiatan penambangan tersebut adalah :

a. Pembersihan Lahan (Land Clearing).

Land clearing adalah tahapan pekerjaan yang kegiatannya

membersihkan permukaan tanah areal penambangan dari semak

belukar, pepohonan, bebatuan dan benda lain yang ada di areal

yang dikerjakan yang mengganggu proses selanjutnya. Kegiatan

ini dilakukan dengan menggunakan alat berat bulldozer.


9

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan land clearing :

 Seluruh semak belukar dibersihkan terlebih dahulu dan

didorong keluar areal atau ditempatkan di tempat yang

ditentukan.

 Untuk menebang pohon dipergunakan alat berat

bulldozer, bila perlu alat bantu mesin potong bisa

dipergunakan.

 Sebelum melakukan penebangan agar diperhatikan

kondisi pohon apakah cabangnya mudah patah, hal ini

diperlukan untuk keselamatan kerja.

 Dalam proses memindahkan batang-batang pohon keluar

areal penambangan sebaiknya dipotong terlebih dahulu

agar mudah dalam pengangkutan.

 Beberapa diantaranya bisa didorong langsung keluar area

bila memungkinkan.

 Apabila terdapat batu-batu besar, maka batu-batu tersebut

didorong sampai batas daerah kerja. Jika batu tersebut

terdapat pada suatu lembah maka lerengnya harus digali

terlebih dahulu agar tidak terlalu curam, karena dapat

menyebabkan terbaliknya Bulldozer.


10

(Sumber : Dokumentasi Peneliti)


Gambar 2.1 Land Clearing

b. Pengupasan Tanah Pucuk.

Apabila proses pekerjaan land clearing sudah diselesaikan

maka areal kerja bersih dan mendapat sinar matahari langsung

sehingga menjadi lebih cepat kering dan meningkatkan daya dukung.

Kondisi tanah yang lunak sangat memudahkan kegiatan pengupasan

tanah pucuk dengan bulldozer.

(Sumber : Dokumentasi Peneliti)


Gambar 2.2 Pengupasan Tanah Pucuk
11

c. Pembongkaran Tanah Penutup

Pembongkaran Tanah Penutup dengan bulldozer. Pada tahap ini

diperlukan pengawasan lebih karena ketidaktahuan operator

bulldozer akan batas ore. Pembongkaran tanah penutup harus

dilakukan sampai batas ore agar memudahkan dalam proses

penggalian bauksit dan mengurangi kemungkinan tercampurnya ore

dengan pengotor.

(Sumber : Dokumentasi Peneliti)


Gambar 2.3 Pembongkaran Tanah Penutup

d. Penggalian dan pengangkutan bahan galian

Kegiatan penggalian di front penambangan dilakukan dengan

menggunakan alat berat jenis excavator. Alat angkut yang digunakan

untuk mengangkut material dari front penambangan ke washing plant

adalah dump truck dengan kapasitas rata-rata 20 ton. Setelah

dilakukan penggalian dan pengangkutan, kemudian dibawa ke


12

washing plant untuk dilakukan proses selanjutnya. Bauksit yang telah

tercuci, selanjutnya di bawa ke stockpile dengan menggunakan dump

truck dengan kapasitas rata-rata 20 ton guna dilakukan pencampuran

sebelum dimasukan ke dalam tongkang.

(Sumber : Dokumentasi Penelitian)


Gambar 2.4 Pengalian Dan Pengangkutan Bahan Galian

2.3 Pemuatan (Loading) dan Pengangkutan (Hauling)

Kegiatan pemuatan bertujuan untuk memindahkan material hasil dari

pembongkaran kedalam alat angkut. Pengangkutan di lakukan dengan

sistem siklus, artinya truck yang telah dimuati langsung berangkat tanpa

harus menunggu truck yang lain dan setelah membongkar muatan langsung

kembali ke lokasi penambangan untuk diisi muatan kembali.

Menurut Partanto dalam Ensiklopedia Pertambangan Edisi 3 (2000),

pemuatan adalah kegiatan untuk mengambil dan memuat material ke dalam

alat angkut, atau ke suatu tempat penimbunan material (stockyard), ke


13

dalam suatu penampungan atau pengatur aliran material (hopper, bin,

feeder, dan sebagainya).

Proses pemuatan material hasil galian dilakukan oleh alat muat

(loading equipment) seperti powershovel, backhoe, dragline, yang

dimuatkan pada alat angkut (hauling equipment). Ukuran dan tipe dari alat

muat yang dipakai harus sesuai dengan kondisi lapangan dan keadaan alat

angkutnya (Indonesianto, 2005). Pola pemuatan pada operasi

pengangkutan di tambang terbuka dikelompokkan berdasarkan keadaan

yang ditunjukkan oleh alat gali muat dan alat angkut,yaitu :

1. Cara pemuatan material, cara pemuatan material oleh alat muat ke

dalam alat angkut ditentukan oleh kedudukan alat muat terhadap

material dan alat angkut. Cara pemuatan material dibagi menjadi dua,

yaitu:

a. Top Loading

Kedudukan alat muat berada diatas tumpukkan material

atau berada diatas jenjang). Cara ini hanya dipakai pada alat

muat backhoe, selain daripada itu operator lebih leluasa untuk

melihat bak dari alat angkut dan menempatkan material, seperti

yang diilustrasikan pada (Gambar 2.5 (a)).

b. Bottom Loading

Kedudukan alat muat berada sejajar atau sama dengan alat

angkut. Cara ini dipakai pada alat muat Power Shovel (Gambar

2.5 (b)).
14

(a) (b)

Gambar 2.5 Top loading (a) dan Bottom loading (b)

2. Posisi pemuatan

Posisi pemuatan dari alat muat terhadap front penggalian dan

posisi alat angkut terhadap alat muat. Dapat dibedakan menjadi tiga,

yaitu :

a. Frontal cuts

Back hoe berhadapan dengan muka jenjang atau front

penggalian. Pada pola ini back hoe memuat pertama pada

dump truck sebelah kanan sampai penuh dan berangkat,

setelah itu dilanjutkan pada dump truck sebelah kiri.

b. Drive by Cut

Back hoe bergerak melintang dan sejajar dengan front

penggalian. Pola ini ditetapkan jika lokasi pemuatan memiliki

dua akses dan berdekatan dengan lokasi penimbunan.


15

c. Paralel cut

Paralel cut terdiri dari dua metode berdasarkan cara

pemuatannya, yaitu:

1. Singgle Spotting atau Single Truk Back Up

Truk kedua menunggu selagi alat muat memuat ke

truk pertama, setelah truk pertama berangkat, truk kedua

berputar dan mundur.Saat truk kedua dimuat, truk ketiga

datang dan melakukan manuver, dan seterusnya.

2. Double Spotting atau Double Truck Back Up

Truk memutar dan mundur ke salah satu sisi alat

muat selagi alat muat memuati truk pertama.Begitu truk

pertama berangkat, alat muat mengisi truk kedua dimuati,

truk ketiga datang dan langsung berputar dan mundur

kearah alat muat, demikian seterusnya.

Gambar 2.6.Pola pemuatan berdasarkan posisi pemuatan.

Adapun hal yang mempengaruhi produksi (output) alat muat (loading

equipment) adalah:

1. Jenis/tipe dan kondisi alat muat, termasuk kapasitasnya,


16

2. Jenis/macam material yang akan dikerjakan,

3. Kapasitas dari alat angkut (hauling equipment),

4. Pola pemuatan yang digunakan,

5. Pengalaman dan kemampuan operator.

Hauling merupakan pekerjaan pengangkutan material hasil galian.Untuk

material lapisan tanah penutup (overburden) diangkut ke waste dump, sedangkan

untuk bauksit diangkut menuju stockpile dengan menggunakan alat angkut

(hauling equipment) (Indonesianto, 2005). Pengangkutan dapat dilakukan dengan

menggunakan dump truck, motor scrapper ataupun wheel loader serta bulldozer

apabila jarak angkut kurang dari 100 meter (Tenriajeng, 2003).

Kegiatan hauling dilakukan dengan menggunakan pola tertentu. Pola

tersebut menyesuaikan dengan kondisi lapangan serta alat mekanis yang

digunakan dengan asumsi bahwa setiap alat angkut yang datang, mangkuk

(bucket) alat gali muat sudah terisi penuh dan siap ditumpahkan. Produksi (output)

dari pekerjaan pengangkutan ini dipengaruhi oleh:

1. Kondisi jalan angkut.

2. Kemampuan operator alat angkut.

3. Hal-hal lain yang berpengaruh terhadap kecepatan dari alat angkut

(hauling equipment).

Dumping
17

Dumping merupakan kegiatan penimbunan material yang dipengaruhi

oleh kondisi tempat penimbunan, mudah atau tidaknya manuver alat angkut

tersebut selama melakukan penimbunan.

Untuk material tanah penutup (overburden) ditimbun di lokasi

penimbunan (waste dump), sedangan untuk buksait ditimbun di stockpile

(Indonesianto, 2005).

Pekerjaan penimbunan dipengaruhi oleh:

1. Cara melakukan penimbunan (side dump, rear dump, atau bottom

dump).

2. Kondisi dari material yang akan ditumpahkan (fragmentasi dan

kelengketannya).

2.4 Peralatan Pemindahan Tanah Mekanis

Dalam kegiatan pemindahan tanah mekanis terutama pada kegiatan

penambangan terdapat beberapa jenis alat utama yang umum dipakai antara

lain alat pemuatan (excavator), alat angkut (dumptruck), dan alat pendukung

seperti bulldozer, grader, compactor dan bucket wheel excavator.

1. Alat Tambang Utama

A. Excavator

Excavator pada umumnya dioperasikan dengan

memanfaatkan tenaga hidrolik sehingga disebut juga hydraulic

excavator. Penugasan dari excavator terbagi menjadi dua yakni

backhoe dan power shovel (Peurifoy, R.L, 2006).


18

Konfigurasi backhoe utamanya digunakan untuk

penggalian yang mengarah ke bawah dari permukaan tanah.

Dengan kemampuan ini backhoe dapat melakukan penggalian

paritan dan dasar pit. Dalam konfigurasi ini, backhoe memiliki

ukuran boom lebih panjang, cycle time yang lebih pendek

dikarenakan pergerakan swing lebih cepat, namun dengan

ukuran kapasitas bucket kecil (Tenriajeng, A.T, 2003).

Dalam konfigurasi lainnya yaitu power shovel utamanya

digunakan untuk penggalian material keras dengan mengarah ke

atas dan pemuatan material pada alat angkut. Dalam konfigurasi

ini, power shovel memiliki boom yang lebih pendek, cycle time

lebih lama namun kapasitas bucket yang lebih besar (Tenriajeng,

A.T, 2003). Pergerakan penggalian dari kedua konfigurasi

hydraulic excavator (Gambar 2.7) hanya dibedakan dari arah

menggalinya yaitu untuk backhoe mengarah ke bawah

sedangkan untuk power shovel mengarah ke atas.

Gambar 2.7 Pergerakan penggalian dari konfigurasi


(a) backhoe dan (b) power shovel
19

B. Dump truck

Alat angkut yang umum digunakan yaitu dump truck

karena lebih fleksibel, artinya dapat dipakai untuk mengangkut

bermacam-macam material dengan berat muatan yang berubah-

ubah. Dump truck digunakan untuk memindahkan material pada

jarak menengah sampai jarak jauh, yaitu 500 meter atau lebih

(Tenriajeng, A.T, 2003).

Produktivitas dari truck tergantung dari kapasitas muatan

dan jumlah putaran yang dapat dilakukan dalam satu jam

berkaitan dengan cycle time. Cycle time dari truck memiliki

empat komponen yaitu waktu muat, waktu angkut, waktu

tumpah, dan waktu kembali (Peurifoy, R.L, 2006). Berdasarkan

bentuk kerangka, jenis alat ini dapat dibedakan menjadi.

a. Rigid Dump Truck.

Dump truck jenis ini memiliki rangka bagian kabin

yang bersatu dengan bagian vessel-nya, sehingga

pergerakannya kurang fleksibel. Jenis truck ini cocok

untuk digunakan pada pengangkutan berbagai jenis

material.

b. Articulated Dump Truck

Dump truck jenis ini memiliki rangka bagian kabin

terpisah dari kerangka bagian belakang atau vessel,

sehingga dalam pengoperasiannya menjadi lebih


20

fleksibel.Articulateddump truckdirancang untuk kegiatan

yang memerlukan tahanan gulir yang tinggi (high rolling

resistance) dan di lokasi dimana rigid frame truck sulit

bekerja (Peurifoy, R.L, 2006).

2. Alat Penunjang Tambang

Alat penunjang tambang disingkat APT adalah alat pelengkap

atau alat pembantu dalam proses penambangan agar kegiatan

penambangan dapat berjalan lancar. Alat penunjang tambang yang

digunakan adalah Bulldozer sebagai alat gali, dorong, muat, angkut

serta untuk perbaikan jalan, Grader sebagai alat pemerataan jalan, dan

Compactor sebagai alat pemadat jalan. Peralatan – peralatan tersebut

rata – rata digunakan untuk menjaga kualitas jalan pada front

penambangan serta jalan tambang.

A. Bulldozer

Bulldozer merupakan salah satu alat berat yang

mempunyai roda rantai dan mesin penggerak utama traktor yang

dilengkapi dengan bladedi depan dan ripper di belakang

(Gambar 2.5). Alat ini digunakan pada pekerjaan serbaguna

seperti menggali, mendorong, menggusur, meratakan, menarik

beban, menimbun, dan lain-lain (Tenriajeng, A.T, 2003).


21

Dalam proyek pemindahan tanah, bulldozer umumnya

digunakan pada pekerjaan sebagai berikut (Tenriajeng, A.T,

2003).

1. Pembersihan lahan (land clearing) dari kayu-kayu, pohon,

maupun bebatuan,

2. Pembukaan jalan kerja (pioneering) di pebukitan maupun

daerah bebatuan,

3. Menarik scraper,

4. Menghamparkan tanah isian/ tanah pucuk,

5. Pemeliharaan jalan kerja,

6. Menimbun kembali trencher,

7. Merapikan bentuk timbunan,

8. Melakukan penggaruan (untuk dozer dilengkapi ripper),

(Sumber : Dokumentasi Peneliti)


Gambar 2.8 Bulldozer
B. Grader
22

Grader adalah alat yang biasa digunakan sebagai

penunjang aktivitas penambangan yang dilengkapi dengan

blade. Alat ini digunakan untuk pekerjaan pemeliharaan karena

hasil galian tanah dari blade-nya yang sedikit sehingga cocok

untuk pekerjaan pemerataan jalan (Tenriajeng, A.T, 2003). Alat

ini termasuk dalam alat penunjang kegiatan penambangan.

Dengan kerja dari alat ini maka akan mempengaruhi keadaan

jalan angkut sehingga akan berpengaruh juga terhadap

produktivitas dari alat angkut (Gambar 2.9).

(Sumber : Dokumentasi Peneliti)


Gambar 2.9 Grader

2.5 Faktor Pemilihan Alat Gali Muat Dan Alat Angkut


Faktor-faktor dalam pemilihan alat mekanis yaitu :

1. Kondisi Medan Kerja


23

Alat yang digunakan pada medan kerja yang berbatu dan

bergelombang akan sangat lain dengan alat yang digunakan pada

medan kerja yang lunak maupun berlumpur. Ketidaksesuaian alat

dengan kondisi medan kerja menimbulkan kerugian karena banyak

waktu yang hilang. Altitute (ketinggian tempat kerja) berpengaruh

terhadap kerja mesin, semakin tinggi altitude tekanan udara makin

berkurang dari pengalaman diketahui bahwa tenaga mesin diesel akan

berkurang 3% setiap naik ketinggian 1000 feet.

2. Jenis Material Yang Akan Ditangani.

Jenis material yang dimaksud adalah sifat-sifat fisik dari

material yaitu:

a. Pengembangan dan penyusutan material

Pengembangan dan penyusutan material adalah perubahan

volume material apabila material tersebut digali/dipindahkan

dari tempat aslinya.

b. Bentuk material

Bentuk material ini didasarkan pada ukuran butir material

yang akan mempengaruhi susunan butir-butir material dalam

suatu kesatuan volume atau tempat.

c. Kekerasan dari material

Kekerasan material akan berpengaruh terhadap mudah

tidaknya material tersebut dapat dibongkar. Material yang keras


24

akan lebih sulit dibongkar atau digali dengan menggunakan alat

mekanis.

3. Kapasitas Alat

Kapasitas alat berkaitan dengan jumlah alat yang dibutuhkan

untuk memenuhi target produksi, semakin besar kapasitas alat semakit

sedikit jumlah alat yang dibutuhkan untuk memenuhi target produksi.

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Alat Pemindahan

Tanah Mekanis

Dalam menentukan kemampuan produktivitas alat gali muat dan alat

angkut yang digunakan dalam kegiatan penambangan perlu diperhatikan

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas alat-alat tersebut.

Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Lokasi Kerja

a. Ketinggian.

Efisiensi dan kinerja alat dipengaruhi juga oleh ketinggian,

kinerja alat berkurang 3% setiap naik 1000 ft dari permukaan air

laut. Hal itu disebabkan semakin berkurangnya jumlah oksigen

di tempat yang lebih tinggi sehingga mesin tidak bekerja secara

optimal. Hal ini tentunya akan menyebabkan menurunnya

produktivitas alat.

b. Kemiringan Jalan
25

Keadaaan jalan akan mempengaruhi daya angkut dan alat

angkut yang dipakai. Bila jalan baik tentunya kapasitas angkut

akan baik pula. Begitu pula dengan kondisi kemiringan jalan,

kemiringan akan mempengaruhi waktu pengangkutan yang

diperlukan untuk satu kali edar (cycle time). Kesalahan pada saat

penentuan kemiringan jalan akan menambah ongkos

pengangkutan karena material yang dipindahkan tidak sesuai

dengan yang direncanakan.

2. Waktu Edar Alat Gali dan Alat Angkut

Waktu edar atau Cycle Time adalah waktu yang digunakan oleh

alat mekanis untuk melakukan satu siklus kegiatan. Setiap alat

memiliki komponen waktu edar yang berlainan.Besar kecilnya waktu

edar tergantung pada jumlah komponen yang ada dan waktu yang

diperlukan oleh masing-masing komponen tersebut.

Waktu edar alat gali muat yaitu waktu yang dibutuhkan alat gali

muat dalam melakukan pemuatan material ke dalam alat angkut dalam

satu siklus yang terdiri dari waktu menggali, waktu mengayun isi,

waktu menumpahkan material, dan waktu mengayun kosong

(Subhan,2014). Sedangkan waktu edar alat angkut yaitu waktu yang

dibutuhkan alat angkut untuk proses pengangkutan material yang

meliputi waktu pengisian, waktu perjalanan isi, waktu penumpahan,

waktu perjalanan kos ong, dan waktu manuver (Zailani, 2014).


26

Untuk mengetahui waktu edar alat gali muat dan alat angkut

diperoleh dengan cara pengamatan di lapangan, yaitu :

1. Waktu edar alat gali muat

Dalam Specifications & Application Handbook Edition 31

(2013), waktu edar alat gali muat diperoleh dari persamaan

berikut:

CT Loading = Menggali+ swing isi+ loading + swing kosong

Keterangan :

CT Loading = waktu edar alat gali muat (detik)

menggali = waktu menggali material (detik)

Swing isi = waktu putar dengan bucket terisi/swing loaded

(detik)

loading = waktu menumpahkan muatan (detik)

swing kosong = waktu putar dengan bucket kosong/swing

empty (detik).

2. Waktu edar alat angkut

Dalam Specifications & Application Handbook Edition 31

(2013), waktu edar alat angkut (dump truck) dirumuskan sebagai

berikut:

CT dump ptruck = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4+ Ta5+ Ta6

Keterangan :

CT DT = Waktu edar alat angkut (detik)


27

Ta1 = Waktu mengambil posisi untuk dimuati (detik)

Ta2 = Waktu diisi muatan loading (detik)

Ta3 = Waktu mengangkut muatan (detik)

Ta4 = Waktu mengambil posisi untuk penumpahan (detik)

Ta5 = Waktu pengosongan muatan (detik)

Ta6 = Waktu kembali kosong (detik)

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi waktu edar

alat mekanis antara lain:

a. Berat alat, adalah berat muatan ditambah berat alat dalam

keadaan tanpa muatan yang akan berpengaruh terhadap

kelincahan gerak alat yang otomatis berpengaruh dalam

kecepatan kerja alat.

b. Kondisi tempat kerja, tempat kerja yang luas dan kering

akan meningkatkan kelancaran dan keleluasaan gerak alat

dan akan memperkecil waktu edar, sebaliknya jalan yang

rusak akan menghambat kerja alat dan membuat waktu

edar meningkat.

c. Kondisi dan jarak jalan angkut, meliputi kemiringan dan

lebar jalan angkut baik di jalan lurus maupun di tikungan

sangat berpengaruh terhadap lalu lintas jalan angkut. Jarak

jalan angkut juga mempengaruhi, karena semakin jauh

jarak jalan maka waktu edar alat angkut akan semakin


28

besar. Jadi jalan angkut harus dibuat secara efisien dalam

jarak dan kemiringan untuk mengoptimalkan waktu edar.

d. Keterampilan dan pengalaman operator, pengalaman kerja

yang lama otomatis akan membuat operator terbiasa selain

itu pelatihan untuk operator akan meningkatkan kinerja

dan pengetahunnya akan alat kerjanya. Karena semakin

baik kemampuan operator dan semakin lincah operator

mengoperasikan peralatan maka akan memperkecil waktu

edar dari peralatan tersebut.

3. Peralatan.

Perencanaan pemilihan alat sangat penting agar alat dapat

bekerja optimal sehingga produksi dapat tercapai. Peralatan harus

selalu diperhatikan dan dirawat, karena jika terjadi kerusakan pada

alat maka akan mempengaruhi produktivitas. Kemampuan alat

merupakan faktor yang menunjukkan kondisi alat-alat mekanis yang

digunakan dalam melakukan pekerjaan dengan memperhatikan

kehilangan waktu selama waktu kerja dari alat yang tersedia.

Kemampuan alat merupakan salah satu hal yang mempengaruhi

produksi, karena hal tersebut berpengaruh dalam kinerja alat dan

cocok atau tidaknya alat digunakan di lokasi tersebut. Karena suatu

alat tidak bisa digunakan di semua tempat, selain alat yang akan
29

digunakan juga disesuaikan dengan target produksi agar produksi

yang di inginkan tercapai.

4. Efisiensi Kerja

Efisiensi kerja adalah penilaian terhadap pelaksanaan suatu

pekerjaan atau merupakan perbandingan antara waktu yang dipakai

untuk bekerja dengan waktu yang tersedia (Ilahi,2004). Efisiensi kerja

dipengaruhi oleh faktor effisiensi waktu, effisiensi alat, kinerja

operator, dan ketersediaan alat (Tanriajeng, 2003). Sedangkan

menurut Hartman (2002), terdapat 3 komponen waktu effisiensi kerja

yaitu:

1. Waktu Kerja

Waktu kerja merupakan waktu yang digunakan alat untuk

beroperasi, dimulai dari awal hingga akhir. Pada waktu kerja

terdapat beberapa variabel yaitu waktu efektif dan waktu delay.

Waktu efektif merupakan waktu yang benar-benar digunakan

peralatan untuk beroperasi. Sedangkan waktu delay merupakan

waktu hambatan seperti waktu pengisian bahan bakar,

pemeriksaan mesin, pemindahan alat, menunggu perbaikan

jalan, dan kondisi cuaca (Hartman, 2002).

2. Waktu Standby
30

Waktu standby merupakan waktu dari peralatan mekanis

yang tidak dapat digunakan, namun alat tidak rusak dan dapat

beroperasi (Hartman, 2002).

3. Waktu Repair

Waktu repair merupakan waktu perbaikan peralatan

mekanis pada saat jam operasi penambangan berlangsung,

termasuk waktu perawatan dan waktu menunggu suku cadang

(Hartman, 2002).

Menurut Hartman (2002), efisiensi kerja dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan :

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓


Effisiensi Shovel Elektrik (Eff)= 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐾𝑒𝑗𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑥100 %

Tabel 2.2 Menentukan Efisiensi kerja secara teoritis

Kondisi Medan Effesiensi Kerja (%)

Baik 83

Sedang 75

Agak Buruk 67

Buruk 58

(Spesification and Aplication Handbook Kobelco Edition 31 )

Besarnya waktu yang tersedia ini dalam kenyataannya belum

dapat digunakan seluruhnya untuk produksi (kurang dari 100%). Hal

ini disebabkan karena adanya hambatan-hambatan yang terjadi selama


31

alat mekanis tersebut berproduksi. Sehingga karena hal-hal tersebut,

sangat jarang dalam satu jam operator betul-betul bekerja selama 60

menit. Berdasarkan pengalaman, jika waktu kerja efektif yang

digunakan sebesar 83% maka sudah dapat dianggap sama dengan

effesiensi kerja baik sekali (Tabel 2.2)

Beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian terhadap

efisiensi kerja antara lain:

1. Waktu kerja nyata yang terjadi

Waktu kerja penambangan adalah jumlah hari kerja yag

digunakan untuk melakukan kegiatan penambangan yang

meliputi penggalian, pemuatan, pengangkutan, dan peremukan.

Efisiensi kerja semakin besar apabila banyaknya waktu kerja

nyata untuk penambangan semakin mendekati jumlah waktu

yang tersedia.

2. Hambatan – hambatan yang terjadi

Dalam kenyataan di lapangan akan terjadi hambatan-

hambatan baik yang dapat dihindari ataupun yang tidak dapat

dihindari misalnya kerusakan alat dan kinerja operato,

berpengaruh terhadap besar kecilnya efisiensi kerja.

3. Jam perawatan (repair hours)

Waktu kerja yang hilang karena manunggu saat perbaikan

termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang (spare


32

parts), perawatan rutin, pengisian bahan bakar, service berkala

dan sebagainya.

5. Cuaca

Kondisi cuaca akan sangat berpengaruh pada lokasi

penambangan, pada cuaca hujan dimana keadaan lokasi akan

membuat lapisan tanah menjadi lengket dan jalan menjadi licin,

sehingga alat – alat tidak dapat bekerja dengan baik. Sebaliknya pada

musim panas akan membuat lapangan berdebu, hal ini akan membuat

pandangan para operator terhambat.Jika turun hujan maka aktivitas

penambangan dihentikan. Hal ini menyebabkan kehilangan waktu

kerja efektif dari alat, sehingga hal ini tentu saja mempengaruhi

produktivitas.

2.7 Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat Angkut

Kemampuan produksi penambangan dapat diketahui dengan

melakukan perhitungan kemampuan produksi alat mekanis masing-masing

rangkaian kerja yang telah ditetapkan. Kemampuan produksi alat gali muat

dan alat angkut dapat digunakan untuk menilai kemampuan kerja dari suatu

alat. Semakin besar hasil produksi suatu alat dalam waktu yang singkat

berarti produktivitas alat tersebut juga akan semakin baik.


33

A. Produktivitas Alat Gali Muat

Kemampuan produktivitas alat gali muat merupakan besarnya

produktivitas yang terpenuhi secara real oleh alat gali muat

berdasarkan pada kondisi yang dapat dicapai.

1. Swell Factor

Dalam kegiatan ripping dan digging material, volume

material yang diberikan perlakuan akan bertambah volumenya

dari volume awal. Batuan insitu tersebut mengalami

pengembangan. Besar faktor pemuaian dapat diartikan sebagai

ratio antara volume material insitu dengan volume material

setelah penggalian. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai

berikut :

I= (Vinsitu / Vloose) x 100% ......................(2.3)

Keterangan:

I = swell factor (%)

Vinsitu = Volume material insitu (BCM)

Vloose = Volume material loose (LCM)

2. Bucket Factor (Faktor Pengisian)

Merupakan faktor yang membandingkan antara volume

sebenarnya dari suatu bucket saat mengambil material dengan

volume bucket sebenarnya.. Secara sistematis dapat dirumuskan

sebagai berikut:
34

BF = (Vtertampung / Vteoritis) x 100% ......................(2.4)

Keterangan :

BF : Bucket Factor (%)

V tertampung : volume yang tertampung oleh bucket (BCM)

V teoritis : Volume kapasitas bucket ( BCM)

Perhitungan alat muat Excavator untuk menentukan

produktivitas. untuk menentukan produktivitas alat muat yang

sebenarnya dapat dihitung dengan persamaan (Prodjosumarto, P,

2000) berikut:

kb x eff. kerja x bucket fill factor x 60


Q= …….......(2.5)
CT (menit)

Keterangan:

Q = Produktivitas excavator (m3/jam)

kb = Kapasitas bucket (m3)

CT = Cycle Time (menit)

B. Produktivitas Alat Angkut

Perhitungan alat angkut untuk menentukan produktivitas. untuk

menentukan produktivitas alat angkut yang sebenarnya dihitung

menggunakan persamaan (Prodjosumarto, P,2000) berikut :

n x kb x eff. kerja x bucket fill factor x 60


Q= ……………(2.6)
CT (menit)

Keterangan: Q = Produktivitas Alat Angkut (m3/jam)

n = Jumlah pengisian

kb = Kapasitas bucket(m3)
35

CT = Cycle Time (menit)

Anda mungkin juga menyukai