Anda di halaman 1dari 21

1

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Waktu Antrian Terhadap Efisiensi Kerja Alat


4.4.1Tinjauan Umum Di PT Bumi Merapi Energi
Lokasi penelitian ini dilakukan di PT Bumi Merapi Energi tepatnya di pit
Kungkilan dengan luas wilayah IUP 1.851 Ha yang berlokasi di kecamatan
Merapi Barat Kabupaten Lahat.. Pada Pit ini kegiatan pengupasan tanah penutup
(striping overbuden) dan pengambilan batubara (coal getting) dilakukan oleh PT
Ansaf Tri Resources sebagai kontraktor. Alat yang digunakan untuk kegiatan
striping overburden adalah excavator jenis Caterpillar 345GC sebagai alat gali
muat dan alat angkut jenis AXOR 3336K dan Hino 500 FM350PL.

Gambar 4.1 Peta Topografi Lokasi Penelitian


10

Universitas Sriwijaya
2

4.4.2Kondisi Lapangan
a. Front Loading (Loading Point)
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, kondisi front loading
di pit kungkilan sendiri berubah-ubah setiap minggunya. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu desain pit dari mine plan dengan acuan desain mingguan
dan desain bulanan, kemudian ada faktor kondisi material yang akan digali.
Kondisi front loading yang baik yaitu memiliki area yang cukup luas
untuk dump truck yang bekerja pada area tersebut untuk melakukan manuver
dengan bebas dan memiliki ruang yang cukup untuk antrian dump truck saat
kembali dari disposal area. Area dari front loading yang cukup luas dapat
membantu mempercepat waktu manuver dari dump truck sehingga dapat
mempersingkat waktu edar yang berpengaruh pada produktivitas dari alat tersebut
karena semakin cepat waktu edar maka semakin tinggi pula produktivitas dari alat
tersebut, begitu pula sebalinya semakin lama waktu edar maka semakin rendah
pula produktivitas dari alat tersebut.

Gambar 4.2 Kondisi Front Loading


11

Pengamatan dilakukan pada dua fleet yang berbeda, dimana masing-


masing fleet terdapat 1 unit alat galimuat jenis CAT 345GC dan 6 alat angkut
Universitas Sriwijaya
3

jenis AXOR 3336K dan Hino 500 FM350PL.


Dari pengamatan di lapanganTerlihat bahwa kondisi front loading pada
gambar 4.2 sangat crowded dikarenakan pada area tersebut stripping overburden
dilakukan dengan 2 fleet yang berdekatan dan juga berdekatan dengan
pengambilan
batubara (coal getting), ditambah dengan aktivitas alat support dan kendaraan
operasional sehingga menyebabkan adanya antrian kendaraan dalam menggangkut
material overburden. Pada saat alat galimuat mempersiapkan material juga masih
memerlukan waktu yang lama yakni waktunya dapat dilihat pada tabel cycle time
alat galimuat pada lampiran , karena kurangnya alat support yang dilakukan oleh
dozer. Sebaiknya setiap front loading disiapkan 1 unit alat support untuk
membantu dalam menyiapkan material dalam membatu alat galimuat untuk
menyiapkan front loading demi kelancaran kegiatan di sekitar area front loading.

Gambar 4.3 Kondisi Front Loading


12

b. Kondisi Jalan Angkut


Kondisi dari jalan angkut dalam kegiatan produksi sangat mempengaruhi
penggunaan bahan bakar dari alat mekanis yang melewati jalan tersebut terutama
alat angkut. Dalam penelitian ini alat angkut yang digunakan adalah AXOR

Universitas Sriwijaya
4

3336K dan Hino 500 FM350PL. Dalam sistem operasi penambangan hal penting
yang perlu dipersiapkan salah satunya ialah mempersiapkan jalan angkut. Jalan
angkut yang tidak rata, berdebu, banyak tikungan dan kemiringan jalan yang
tinggi dapat mempengaruhi daya mesin yang bekerja pada alat sehingga dapat
membuat kegiatan produksi dan penggunaan bahan bakar tidak efektif.
Jenis material yang digunakan untuk pembuatan jalan angkut juga harus
diperhatikan karena akan berpengaruh pada kondisi dari jalan angkut. Kekerasan
dan kekompakkan material pada jalan angkut harus disesuaikan dengan beban dari
alat dan muatan yang akan diangkut alat tersebut untuk kelancaran proses hauling
dalam operasi penambangan.

Gambar 4.4 Kondisi Jalan Angkut


13

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan pada pit Kungkilan,


kondisi jalan angkut dari front menuju disposal tidak banyak tikungan, namun
pada saat tertentu seringkali masih banyak jalan angkut yang berdebu dikarenakan
tidak adanya alat support seperti watertruck untuk penyiraman jalan angkut yang
kering akibat cuaca panas, untuk penanganan ini masih dilakukan dengan
menggunakan alat support excavator Komatsu PC 210 untuk menyiram jalan
Universitas Sriwijaya
5

angkut tersebut. Di beberapa titik jalan angkut juga masih terlihat banyak jalan
yang bergelombang dan tidak rata sehingga dapat mengganggu kelancaran
jalannya proses produksi dan tingginya waktu edar dari alat angkut tersebut. Pada
saat setelah hujan kondisi jalanan terlihat menjadi licin dan harus kembali
dipersiapkan sehingga dapat digunakan kembali untuk proses operasi
penambangan, jalan yang licin dapat
menghambat jalannya proses pengangkutan material. Oleh karena itu perlu adanya
penambahan alat support grader pada beberapa titik jalan angkut untuk
memperlancar proses pengangkutan sehingga alat angkut dapat bekerja secara
baik dan optimal tanpa hambatan.
c. Kondisi Dumping Area
Kondisi dumping area pada pit Kungkilan harus diperhatikan dari segi
letaknya agar tidak berada diwilayah yang dapat menjadi prospek untuk
ditambang. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan pada pit Kungkilan
terdapat satu lokasi disposal dan bukan merupakan area bekas pit. Jarak dari
loading point menuju dumping area berjarak 1,6 km. Permasalahan pada disposal
area ini yakni pada lokasi dumping area masih terlihat kondisi permukaan jalan
dumping area tidak rata sehingga pada proses manuver dumptruck untuk
penumpahan material menjadi sulit dan berpengaruh terhadap waktu edar
dumptruck menjadi lebih lama.

Universitas Sriwijaya
6

Gambar 4.5 Kondisi Dumping Area


14

Pada saat setelah hujan alat dumptruck sering mengalami terjadinya slip,
hal ini disebabkan oleh material berjatuhan dari alat dumptruck ketika hendak
menumpahkan material dan permuakaan area disposal yang terkena air hujan.
Dalam hal ini alat support yakni dozer sangat diperlukan untuk menata dumping
area agar dapat memperlancar kegiatan dari dumptruck.

d. Lebar Jalan Angkut Overburden


Lebar jalan angkut yang baik perlu direncanakan dan direalisasikan pada
lokasi penambangan karena sangat berpengaruh pada kelancaran proses
penambangan tersebut. Untuk menentukan lebar jalan angkut dapat dilakukkan
dengan perhitungan dari kendaraan paling besar yang melewati jalan angkut
tersebut, agar mendapatkan kelancaran dalam pengoprasian alat angkut maka
sebaiknya dibuat jalan angkut yang sesuai dengan standar perhitungan yang telah
ditentukan.
Lebar jalan angkut juga berpengaruh pada waktu edar dari alat angkut.
Jalan angkut yang sempit dapat menyebabkan antrian kendaraan alat angkut pada
proses pengangkutan dan akan berakibat bertambahnya waktu edar dari alat
angkut tersebut. Untuk menjaga kondisi lebar jalan tetap sesuai dengan
perencanaan dan perhitungan yang telah ditentukan maka perlu adanya
pengawasan secara rutin, sehingga kegiatan operasi penambangan dapat berjalan
dengan lancar.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dilapangan jalan angkut dari
front menuju disposal memiliki 1 jalur jalan angkut yang sudah sesuai dengan
standar dan perhitungan yang telah ditentukan. Perawatan yang rutin juga
dilakukan oleh alat support yakni grader dan dozer untuk melakukan kegiatan
perataan dan pelebaran jalan angkut.

Universitas Sriwijaya
7

Gambar 4.6 Lebar Jalan Angkut Overburden


15

4.4.3 Faktor Pengisian (Fill Factor)


Faktor pengisisan (fill factor) merupakan perbandingan antara kapasitas
aktual dengan kapasitas teoritis dari alat tersebut. Faktor pengisian ini juga dapat
mempengaruhi kemampuan produksi dan produktivitas dari alat yang akan
digunakan. Penentuan faktor pengisian ini dapat dilihat dari material yang akan
digali dan dimuat pada bucket alat mekanis tersebut. Untuk melihat keterangan
nilai faktor pengisian dapat dilihat pada tabel 2.3 fill factor.
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan jenis material yang berada pada
area penambangan adalah tanah lempung, lempung pasiran maka nilai faktor
pengisian yang akan digunakan yaitu sebesar 100%.

4.4.4 Faktor Pengembangan (Swell Factor)


Faktor pengembangan (swell factor) didapat dengan mengetahui kapasitas
bak alat angkut yakni dumptruck AXOR 3336K dan Hino 500 FM350PL, jumlah
pengisian bucket oleh alat muat dan kapasitas bucket alat muat yakni excavator CAT
Universitas Sriwijaya
8

345 GC.
Cara untuk mendapatkan nilai swell factor yakni perbandingan antara
density insitu dan density loose suatu material. Material pada daerah penelitian
adalah material tanah liat kering sehingga didapatkan nilai swell factor sebesar 85%

4.2.5 Analisis Pengaruh Waktu Antrian


Waktu edar alat angkut adalah catatan lamanya waktu yang dihabiskan
atau diperlukan dalam melakukan aktivitas dari alat angkut tersebut. Berdasarkan
hasil pengamatan secara langsung dilapangan pengambilan data waktu edar (cycle
time) dilakukan dengan cara membagi waktu edar kedalam beberapa siklus yaitu
waktu pengisian, waktu hauling bermuatan, waktu manuver dumping, waktu
dumping, waktu hauling kosong, dan waktu memposisikan alat. Waktu pengisian
dihitung mulai dari pertama alat gali muat menumpahkan material sampai vessel
alat angkut terisi penuh, waktu hauling bermuatan mulai dihitung saat alat angkut
bergerak dari front loading menuju disposal area, waktu manuver dumping mulai
dihitung saat alat angkut melakukan manuver dan memposisi alat untuk
melakukan dumping sampai berhenti bergerak, waktu dumping mulai dihitung
saat alat angkut menumpahkan material sampai alat angkut bergerak, waktu
hauling kosong mulai dihitung saat alat angkut bergerak dari disposal area
menuju front loading, waktu memposisikan alat mulai dihitung saat alat alat
angkut melakukan manuver dan memposisikan alat sebelum diisi oleh alat gali
muat.
Berdasarkan acuan perhitungan waktu edar alat angkut mulai dari
perhitungan waktu pengisian, waktu hauling bermuatan, waktu manuver dumping,
waktu dumping, waktu hauling kosong, dan waktu memposisikan alat didapatkan
waktu edar alat angkut pada fleet 1 adalah 15,22 menit dan waktu delay 1,34
menit. Waktu edar alat angkut pada fleet 2 adalah 11,83 menit dan waktu delay
2,04 menit.

Universitas Sriwijaya
9

Tabel 4.1 Waktu Edar Alat Angkut


6

Keterangan Kegiatan Fleet Waktu


Waktu (Menit)
(Detik)

1 67,87 1,13
Loading
2 64,22 1,07
Hauling 1 341,35 5,69
Bermuatan
Manuver 2 223,50 3,73
Dumping 1 35,85 0,60

2 34,56 0,58
1 34,07 0,57
Waktu
Produktif Dumping
2 27,91 0,47

1 315,47 5,26
Hauling Kosong
2 206,05 3,43
Memposisikan 1 38,27 0,64
Alat
2 31,50 0,53
1 832,87 13,88
Total
2 587,74 9,80
1 80,49 1,34
Antri isi
2 122,15 2,04
Waktu Delay
1 80,49 1,34
Total
2 122,15 2,04

Universitas Sriwijaya
10

Data-data dalam tabel diatas merupakan data waktu edar alat angkut yang
diambil secara langsung menggunakan alat stopwatch di pit Kungkilan.
Berdasarkan data waktu edar alat angkut yang didapatkan terlihat bahwa pada
kegiatan waktu pengangkutan membutuhkan waktu yang cukup banyak dan alat
AXOR 3336K pada fleet 1 membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
melakukan satu siklus produksi dari mulai pengangkutan material dari front
loading menuju ke disposal area. Dari hasil pengamatan secara langsung di
lapangan terlihat beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut yaitu jarak
pengangkutan dari front loading pada fleet 1 ± 1700 m sedangkan jarak
pengangkutan untuk alat HINO 500 pada fleet 2 ± 1600 m sehingga waktu edar
alat angkut pada fleet 1 membutuhkan waktu yang lebih lama. Hal lain yang
mempengaruhi adalah beberapa alat angkut berjalan beriringan sehingga harus
menjaga jarak aman dan sering terjadi kegiatan maintance jalan angkut oleh alat
support grader yang menyebabkan alat angkut harus mengurangi kecepatan. Oleh
sebab itu maka perlu dilakukan pengawasan terhadap pengaturan waktu
maintance dan penguatan struktur jalan sehingga tidak sering terjadi maintance
pada jalan angkut.

4.2.1 Pengaruh Alat Gali Muat Terhadap Produktivitas


Waktu edar alat gali muat adalah catatan lamanya waktu yang dihabiskan
atau diperlukan dalam melakukan aktifitas dari alat gali muat tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung dilapangan pengambilan data
waktu edar (cycle time) dilakukan dengan cara membagi waktu edar kedalam
beberapa siklus yaitu waktu gali, waktu swing isi, waktu tumpah, dan waktu swing
kosong. Waktu gali dihitung saat alat gali muat menggali material, waktu swing
isi dihitung saat alat gali muat mengayunkan bucket yang bermuatan material,
waktu tumpah dihitung saat alat gali muat menumpahkan material ke dalam vessel
alat angkut, waktu swing kosong dihitung saat alat gali muat mengayunkan bucket
yang tidak bermuatan.
Berdasarkan acuan perhitungan waktu edar alat gali muat mulai dari
perhitungan waktu gali, waktu swing isi, waktu tumpah, dan waktu swing kosong
didapatkan waktu edar alat gali muat pada fleet 1 adalah 20,67 detik sedangkan
waktu edar alat gali muat yang terletak pada fleet 2 adalah 23,39 detik.

Universitas Sriwijaya
11

Tabel 4.2 Waktu Edar Alat Gali Muat


7

Keterangan Kegiatan Alat Waktu


(Detik)
Gali 1 10,01
Material CAT 345GC
2 10,96
1 3,95
Swing Isi CAT 345GC
2 3,85
Menumpah 1 3,73
Material CAT 345GC
Cycle Time
Swing 2 5,11
Kosong 1 2,97
CAT 345GC
2 3,47
1 20,67
Total CAT 345GC
2 23,39
Alat Gali Muat 1 36,19
CAT 345GC
Waktu Antri
2 22,91
1 29,98

Universitas Sriwijaya
12

4.2.2Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja merupakan perbandingan antara jam kerja produktif dengan
jam kerja keseluruhan dari sebuah alat. Jam kerja produktif yakni waktu alat
bekerja pada semestinya dari mengangkut material dari front loading menuju
disposal area, sedangkan waktu kerja tidak produktif yakni waktu alat bekerja
bukan untuk mengangkut material malainkan menunggu alat muat, antrian di jalan
sempit, pengisian bahan bakar, serta hal lain yang dilakukan selain mengangkut
material.
Untuk mendapatkan perhitungan efisiensi kerja waktu yang dihitung
terbagi menjadi 3 yakni waktu kerja (working hours), waktu perbaikan (waktu
repair), dan waktu tunggu (standby hours). Waktu kerja adalah waktu yang
digunakan untuk alat yang bekerja secara produktif yakni mengangkut material
dari front menuju disposal, waktu perbaikan adalah waktu yang dibutuhkan untuk
perbaikan alat pada saat alat tersebut rusak, dan waktu tunggu adalah waktu yang
digunakan untuk alat
bekerja secara tidak produktif dalam kondisi tidak rusak yakni menunggu alat gali
muat, mengantri untuk mengangkut material, mengisi bahan bakar, serta hal lain
yang dilakukan selain mengangkut material.

Tabel 4.3 Rata-rata Waktu Delay Gali Muat


8

Fleet Kegiatan Waktu Delay (Detik)


Merapikan Pijakan 36,19
1 Spot DT 29,98
Total 66,18
Merapikan Pijakan 22,91
2 Spot DT 18,55
Total 41,47

Universitas Sriwijaya
13

Tabel 4.4 Rata-rata Waktu Antrian Alat Angkut


9

Fleet Kegiatan Waktu Delay Waktu Delay


Aktual (Detik) Optimasi (Detik)

Antri Isi 80,49 47,20


1
Total 80,49 47,20

Antri Isi 122,15 81,83


2
Total 122,15 81,83

Penelitian yang dilakukan yakni dengan mengoptimalkan efisiensi kerja


dari alat angkut dengan menggunakan waktu edar (cycle time) dan waktu tunggu
(Delay) yang diambil ketika melakukan penelitian dilapangan.. Untuk
mendapatkan nilai efisiensi kerja dapat digunakan rumus 2.12 sebagai berikut :

 Perhitungan efisiensi kerja Aktual Alat Angkut fleet 1


832,87
𝐸= 𝑋 100% = 91%

832,87 + 80,49

Secara keseluruhan nilai efisiensi kerja alat angkut dan alat gali muat dapat
dilihat pada tabel 4.5 dan tabel 4.6 dibawah ini :

Universitas Sriwijaya
14

Tabel 4.5 Efisiensi Kerja Alat Angkut


10

Fleet Aktual (%) Optimasi (%)

1 91 95

2 83 88

Tabel 4.6 Efisiensi Kerja Alat Gali Muat


11

Fleet Aktual (%) Optimasi (%)

1 68 70

2 75 81

4.2.3 Pengaruh Waktu Antrian Terhadap Produktivitas Alat Angkut


Dari data efisiensi kerja aktual dan optimasi yang telah didapat, maka
dapat dihitung kemampuan produksi dari alat angkut yang digunakan pada
pengupasan tanah penutup dengan nilai efisiensi kerja. Untuk menghitung
produktivitas alat angkut menggunakan rumus pada 2.3. Maka dapat dihitung
besaran nilai produktivitas dari alat angkut dengan nilai efisiensi kerja seperti
dibawah ini Perhitungan Produktivitas Alat Angkut AXOR 3336K Aktual
3600
Q = (2,41 x 4 x 1 x 0,85) x 𝑥 91% 𝑥 7 = 226 bcm/jam

832,9

Universitas Sriwijaya
15

Secara keseluruhan nilai produktivitas sebelum optimalisasi dan sesudah


optimalisasi dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini :

Tabel 4.7 Produktivitas Alat Angkut


12

Fleet Aktual (Bcm/Jam) Optimasi (Bcm/Jam)

1 226 235

2 249 264

Dari perhitungan di atas terlihat bahwa produktivitas alat angkut aktual


pada fleet 1 sebesar 226 bcm/jam dan pada fleet 2 sebesar 249 bcm/jam.
Produktivitas yang dihasilkan dipengaruhi oleh waktu edar yang berbeda pada
kedua fleet yang diteliti. Dari data waktu edar yang telah dihitung di lapangan,
terdapat beberapa waktu hambatan seperti waktu tunggu atau antrian dump truck
pada front loading. Hal yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan
produktivitas dari alat angkut yakni dengan meminimalkan waktu hambatan
sehingga dapat menaikkan nilai efisiensi kerja dari alat tersebut.
Perhitungan produktivitas alat angkut dengan mengurangi waktu tunggu
(delay) sehingga nilai efisiensi kerja alat dapat meningkat. Setelah dilakukan
perhitungan dengan waktu hambatan dari alat angkut dump truck dapat
diminimalkan maka produktivitas dari fleet 1 mencapai 235 bcm/jam dan pada
fleet 2 mencapai 264 bcm/jam. Sebaiknya waktu hambatan dapat diminimalkan
dengan mengoptimalkan kerja dari alat support dozer yang bekerja pada front
loading, melakukan pengawasan terhadap alat angkut yang bekerja dan juga
melakukan blending material pada saat pengisian material oleh excavator
sehingga pada saat dumping, material langsung terbuang sepenuhnya dan tidak
lengket pada dasar bak alat angkut.

4.2.4 Produktivitas Alat Gali Muat


Universitas Sriwijaya
16

Perhitungan produktivitas alat galimuat ini memiliki tujuan untuk

mengetahui besaran nilai keserasian alat (match factor) antara alat gali muat dan
alat angkut yang beroperasi di pit Kungkilan. Secara keseluruhan ada 2 alat
galimuat yang beroperasi di pit Kungkilan untuk pengupasan tanah penutup,
masing – masing alat galimuat ini dibagi kedalam 2 fleet dengan masing-masing
fleet menggunakan 1 alat galimuat dan pada fleet 1 dipasangkan dengan 7 alat
angkut sedangkan pada fleet 2 dipasangkan dengan 6 alat angkut. Untuk
menghitung beasaran nilai produktivitas alat galimuat dapat digunakan rumus
pada
II.4 dapat dihitung besaran nilai produktivitas dari masing – masing alat galimuat
seperti dibawah ini :
II.5
 Perhitungan Produktivitas Alat Gali Muat CAT 345GC
(EXCZ 5008)
Q = (2,41 x 1 x 0,85)x 3600 𝑥 68% = 242 bcm/jam

20,7

Secara keseluruhan nilai produktivitas alat gali muat dapat dilihat pada tabel
4.8 dibawah ini :

Tabel 4.8 Produktivitas Alat Gali Muat


13

Fleet Produktivitas (Bcm/Jam)

1 242

2 236

4.2.5 Penggunaan Bahan Bakar


Penggunaan bahan bakar adalah jumlah bahan bakar yang digunakan oleh
Universitas Sriwijaya
17

dumptruck dan excavator dalam melakukan aktivitas penambangan. Aktivitas


penambangan yang dimaksud adalah pengangkutan material overburden dari fornt
loading menuju disposal area.
Dalam melakukan perhitungan fuel consumtion menggunakan data dari
hoursmeter yakni alat yang menunjukan waktu kerja dari suatu alat pada saat alat
mulai digunakan sampai alat berhenti digunakan. Data dari hoursmeter diambil
bersamaan dengan pencatatan penggunaan bahan bakar solar oleh fuel truck di

Universitas Sriwijaya
18

tempat pengisian bahan bakar. Angka yang ditunjukan oleh alat hoursmeter
adalah waktu kerja dari suatu alat dalam satuan jam.

Tabel 4.9 Konsumsi Bahan Bakar Alat Gali Muat


14

Kumulatif Kumulatif Fuel


Unit Fleet Jam Kerja Bahan Bakar Consumption
(Jam) (Liter) (Liter/Jam)

CAT 345GC-EXCZ 5008 1 284,80 5709,20 20,05


CAT 345GC-EXCZ 5001 2 226,50 4582,00 20,23

Tabel 4.10 Konsumsi Bahan Bakar Alat Angkut


15

Kumulatif Kumulatif Fuel


Jam Kerja Bahan Bakar Consumption
Unit Fleet
(Jam) (Liter) (Liter/Jam)

DT AXOR 3336K 1 320,00 8732,00 27,29

DT HINO 500 2 348,80 10890,00 31,22

Didapat dari tabel 4.9 dan tabel 4.10, konsumsi bahan bakar alat angkut
pada kedua fleet yakni fleet 1 dan fleet 2 berbeda yakni pada fleet 1 sebesar 27,29
liter/jam dan pada fleet 2 sebesar 31,22 liter/jam. Selain itu, terdapat juga
perbedaan pada konsumsi bahan bakar alat gali muat pada kedua fleet yakni pada
fleet 1 sebesar 20,05 liter/jam dan fleet 2 sebesar 20,23 liter/jam. Hal ini
berpengaruh pada perhitungan nilai fuel ratio diantara ketiga fleet.

4.3 Perbedaan Fuel Ratio Aktual dengan Fuel Ratio Hasil Perhitungan
Fuel ratio merupakan perbandingan antara fuel consumption terhadap

Universitas Sriwijaya
19

produktivitas dari alat mekanis. Perhitungan yang dilakukan adalah dengan


membandingkan fuel consumtion dari alat gali muat dan alat angkut terhadap
produktivitas dari semua alat gali muat dan alat angkut tersebut. Untuk
menghitung fuel ratio aktual menggunakan data fuel consumption alat gali muat
dan alat angkut,
serta data produktivitas alat angkut Aktual. Sedangkan untuk menghitung fuel
ratio optimasi menggunakan data fuel consumption alat gali muat dan alat angkut,
serta data produktivitas optimasi. Menggunakan rumus pada 2.11. maka dapat
dihitung nilai fuel ratio sebagai berikut :

a. Fuel Ratio Fleet 1 Aktual

(27,29liter/bcm x 7) + (20,05liter/bcm x 1)
𝐹𝑢𝑒𝑙 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 226
= 0,93 liter/bcm

b. Fuel Ratio Fleet 2 Aktual

(31,22liter/bcm x 6) + (20,23liter/bcm x 1)
𝐹𝑢𝑒𝑙 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 249
= 0,83 liter/bcm

Berdasarkan tabel 4.11 diatas, terlihat bahwa fuel ratio aktual pada fleet 1
sebesar 0,93 liter/bcm dan fuel ratio aktual pada fleet 2 sebesar 0,83 liter/bcm
sedangkan fuel ratio optimasi pada fleet 1 sebesar 0,90 liter/bcm dan fuel ratio
optimasi pada fleet 2 sebesar 0,79 liter/bcm. Hal ini menunjukan bahwa alat yang
beroperasi pada fleet 2 membutuhkan fuel lebih kecil untuk mengangkut material
setiap bcmnya dibandingkan dengan fuel yang dibutuhkan alat pada fleet 1.
Perhitungan fuel ratio optimasi yakni dengan meminimalkan waktu
hambatan, menggunakan data fuel consumption dari 7 alat AXOR 3336K dan 1
alat excavator CAT 345GC yang bekerja pada masing masing fleet yakni pada
fleet 1 dan 6 alat HINO 500 FM350PL dan 1 alat excavator CAT 345GC pada
fleet 02.
Dari hasil perbandingan ini, terdapat beberapa faktor penyebab yang
Universitas Sriwijaya
20

mempengaruhi nilai dari fuel ratio diatas antara lain permasalahan pada front
loading kurangnya alat support untuk merapikan material yang akan dimuat pada
alat angkut dan meratakan permukaan area front sehingga menyebabkan alat
angkut lebih banyak bergerak dalam melakukan manuver.

Universitas Sriwijaya
21

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai