Oleh :
M. Zaka Kurniawan (112.15.0121)
RINGKASAN
6
Gambar 1.1
Peta Kesampaian Daerah
Gambar 1.2
Peta Izin Usaha Pertambangan
2
Permasalahan yang sering timbul pada kegiatan penambangan bijih (ore) bauksit
saat ini adalah kemampuan produksi dari alat muat dan alat angkut rata-rata per bulan
secara teknis belum dapat memenuhi target produksi yang direncanakan serta jumlah
truk yang tidak sesuai dengan tingkat pelayanan alat muat, sehingga perlu dilakukan
upaya peningkatan produksi alat muat dan alat angkut dengan mengevaluasi faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi produksi.
Kegiatan penelitian ini dibatasi hanya pada proses kegiatan penambangan bijih
bauksit pada lokasi Pit mungguk ruai ke washing plant Jering, segi teknis saja dan tidak
membahas segi ekonomi. Cara pendekatan yang diambil adalah dengan mendata semua
hambatan dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap produksi. Penelitian
dilaksanakan pada Februari 2019 hingga Maret 2019.
Pada usaha pertambangan bijih bauksit ini, kegiatan penambangan terbuka yang
akan dilaksanakan terdiri dari kegiatan pembersihan lahan, pengupasan, penggalian,
pemuatan dan pengangkutan bijih secara mekanis menggunakan alat berat pada
beberapa beberapa blok tambang secara bersamaan.
1. Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Pemberseihan Lahan merupakan langkah awal dimana proses penambangan
bauksit akan dilakukan, kegiatan ini dimulai dari pembersihan tempat kerja dari
semak – semak, pohon – pohon besar dan kecil, kemudian membuang tanah atau
batuan yang menghalangi pekerjaan – pekerjaan selanjutnya.
2. Pengupasan over burden
Pengupasan over burden dilakukan setelah pembersihan lahan dengan
menggunakan backhoe. Tanah Penutup dikupas, kemudian hasil kupasan
diletakkan pada shaft atau lubang sisa penambangan.
3. Penggalian ( Excavation )
Penggalian adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk membongkar dan
melepaskan endapan bahan tambang dari batuan induknya atau batuan samping.
Alat gali yang digunakan adalah backhoe.
4. Pemuatan (Loading)
Pemuatan adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk mengambil dan
memuat material hasil pembongkaran ke dalam alat angkut. Material hasil
pembongkaran dikumpulkan dan dimuat dengan backhoe.
5. Pengangkutan (Hauling)
3
Proses pengangkutan dilakukan untuk memindahankan material dari lokasi
penggalian atau front penambangan ke lokasi pencucian (washing plant) atau
pelabuhan (jetty).
Alat muat yang digunakan adalah Doosan Giant 500 LCV dan Kobelco SK330.
Alat angkut yang digunakan adalah truk Man Cla 26 280BB dan truk Hino 500
FM260JD. Metode pemuatan yang digunakan adalah single spoting.
Cycle Time
Cycle time (waktu edar) adalah waktu yang dibutuhkan alat mekanis untuk
menyelesaikan satu kali putaran kerja (1 trip). Adapun cycle time alat mekanis pada pit
mungguk ruai adalah:
Alat Muat : - Doosan Giant 500 LCV memiliki waktu edar 59,14 detik
- Kobelco SK330 memiliki waktu edar 47,56 detik
Alat Angkut : - Man Cla 26 280BB memiliki waktu edar 1712,93 detik
- Hino 500 FM260JD memiliki waktu edar 1826,2 detik
Pengaruh Material
Beberapa karakteristik material yang penting untuk diperhatikan dalam hubungannya
terhadap aplikasi alat mekanis pada pengambilang mineral yaitu densitas material, swell
factor, bucket fill factor dan concretion factor.
Densitas Material
Densitas material adalah berat per unit volume dari suatu material.
Densitas material di pit mungguk ruai adalah sebesar 1,47 ton/m3
Swell Factor
Swell Factor adalah pengembangan volume suatu material setelah digali dari tempatnya.
Swell Factor di pit mungguk ruai sebesar 0,87.
Bucket Fill Factor
Bucket fill factor adalah perbandingan antara volume material yang dapat ditampung
oleh mangkuk terhadap volume mangkuk secara teoritis.
Bucket fill factor untuk backhoe Doosan Giant 500 LCV sebesar 107,44% dan untuk
backhoe Kobelco SK330 sebesar 109,47%.
Concretion Factor
Concretion Factor adalah perbandingan antara berat bauksit tercuci dengan berat
bauksit kotor, dinyatakan dalam satuan persen ( % ).
4
Concretion Factor di pit mungguk ruai adalah sebesar 60,314%.
Geometri Jalan
Untuk memudahkan perhitungan jalan angkut, maka jalan angkut di PT. DSM dibagi
menjadi beberapa segmen (Gambar1.1).
Gambar 1.3
Peta Jalan Angkut PT.DSM
Adapun faktor-faktor yang merupakan geometri penting yang akan mempengaruhi
keadaan jalan angkut adalah sebagai berikut. (Tabel 1.1).
Tabel 1.1.
Geometri Jalan Angkut
5
Faktor keserasian kerja
Faktor keserasian kerja merupakan suatu persamaan matematis yang digunakan untuk
menghitung tingkat keselarasan kerja antara alat muat dan alat angkut untuk setiap
kondisi kegiatan pemuatan dan pengangkutan. Adapun keserasian alat pada pit mungguk
ruai adalah:
• Kombinasi backhoe Doosan Giant 500 LCV dengan 9 unit truk Man Cla 26
280BB sebesar 1,24
• Kombinasi backhoe Kobelco SK330 dengan 8 unit truk Hino 500 FM260JD
sebesar 1,46
Karena produksi alat angkut jauh lebih besar dari alat muat, maka dilakukan perbaikan.
Perbaikan dilakukan dengan mengurangi jumlah alat angkut. Hasil dari perbaikan
adalah:
• Kombinasi backhoe Doosan Giant 500 LCV dengan 7 unit truk Man Cla 26
280BB sebesar 0,97.
• Kombinasi backhoe Kobelco SK330 dengan 5 unit truk Hino 500 FM260JD
sebesar 0,92.
Efisiensi kerja
Efisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu kerja produktif dengan waktu kerja
yang tersedia, dinyatakan dalam persen (%).
• Efisiensi kerja alat muat sebesar 58,18%
• Efisiensi kerja alat angkut sebesar 62,08 %
Karena banyaknya waktu hambatan saat ini, mengakibatkan produksi yang harus
dipenuhi tidak tercapai. Maka dilakukan perbaikan efisiensi kerja dengan cara
mengurangi atau bahkan menghilangkan waktu hambatan yang dapat dihindari. Adapun
hasil perbaikan dari efisiensi kerja adalah :
• Efisiensi kerja alat muat meningkat menjadi 71,80 %
• Efisiensi kerja alat angkut meningkat menjadi 74,72 %
6
diambil untuk dimuat ke bak truk sudah dalam keadaan lepas. Produksi alat muat dan
alat angkut sekarang adalah:
Produksi Alat Muat sebesar 5.248,64 ton/hari
Produksi Alat Angkut sebesar 7.480,88 ton/hari
Karena produksi alat muat belum mencapai target produksi dan produksi alat angkut
jauh lebih besar daripada produksi alat muat. Maka dilakukan perbaikan. Perbaikan
yang dilakukan adalah perbaikan keserasian alat dan perbaikan waktu kerja efektif.
Adapun produksi alat muat dan alat angkut setelah perbaikan adalah :
Produksi Alat Muat sebesar 6.497,46 ton/hari
Produksi Alat Angkut sebesar 6.384,98 ton/hari
Pembahasan
1. Pengaruh Kondisi Lapangan Terhadap Peningkatan Produksi
a. Kondisi tempat kerja
Keadaan tempat kerja di lokasi tambang bauksit pada bulan Februari atau musim
hujan kondisinya sangat licin, hal itu disebabkan oleh air yang menggenangi
beberapa ruas jalan. Selain air yang menggenangi beberapa ruas jalan, material
jalan angkut juga mempengaruhi licinya jalan itu sendiri, ada beberapa bagian
jalan yang materialnya adalah clay. Clay memiliki butir halus yang jika terkena
air, akan menjadi lumpur yang sangat licin. Sedangkan untuk musim kemarau
kondisinya sangat berdebu.
b. Pola pemuatan
Dari hasil pengamatan di lapangan pola penambangan adalah single truck back up.
Berdasarkan posisi backhoe terhadap truk, pola yang digunakan adalah top
loading. Pola pemuatan ini memiliki waktu edar alat angkut yang lama serta
keterbatasan dari jumlah alat angkut itu sendiri yang mengakibatkan tingkat
keserasian kerja alat muat dan alat angkut rendah.
7
Waktu tunggu alat muat disebabkan oleh pola pemuatan yang kurang pas. Karena
harus menuggu alat angkut bermanuver. Setelah alat angkut bermanuver, barulah
bisa dimuati.
- Kondisi Alat
Kondisi alat juga berpengaruh terhadap waktu edar, jika semakin sering
mengalami kerusakan, mengakibatkan berkurangnya efektiftas alat, maka waktu
edarnya relatif akan bertambah besar. Begitu juga dengan kapasitasnya, semakin
besar kapasitasnya, maka waktu edar alat muat akan bertambah besar.
b. Waktu Edar Alat Angkut
- Waktu Tunggu
Waktu tunggu alat angkut disebabkan oleh produksi alat angkut yang lebih besar
dari pada alat muat. Selain karena produksi alat muat yang lebih kecil, truk truk
ini mengalami antrian saat di WP. Hal ini disebabkan karena susahnya truk ini
untuk bermanuver sebelum masuk ke WP.
- Kecepatan Truk
Semakin besar kecepatan suatu truk, maka waktu edar akan semakin berkurang.
Tetapi kecepatan tinggi juga sangat berbahaya bagi operator truk itu sendiri.
Tetapi, untuk menghindari kecelakaan, kecepatan truk harus dibatasi.
8
dua jalur pada tikungan superelevasinya adalah 0,04m/m. Sehingga superelevasi pada
jalan tikungan yang ada saat ini sudah memenuhi syarat.
9
Setelah peningkatan effisiensi kerja, maka secara teoritis produksi yang akan
dihasilkan alat muat juga akan meningkat dari yang semula 5.248,64 ton/hari
menjadi 6.497,46 ton/hari. Tetapi, untuk alat angkut akan mengalami penurunan dari
yang semula 7.480,88 ton/hari menjadi 6.384,98 ton/hari. Namun, produksi dari alat
angkut yang telah dikurangi masih mampu untuk mencapai target produksi yang
telah ditentukan.
10