Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN TEKNIS KINERJA ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT

UNTUK MENCAPAI TARGET PRODUKSI PADA PENAMBANGAN


BAUKSIT DI PT. DINAMIKA SEJAHTERA MANDIRI
KECAMATAN TOBA KABUPATEN SANGGAU
PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Oleh :
M. Zaka Kurniawan (112.15.0121)

RINGKASAN

Lokasi kegiatan penambangan yang dijadikan sebagai tempat penelitian


secara administratif terletak di Desa Mungguk Ruai, Kecamatan Toba, Kabupaten
Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Secara astronomis lokasi penambangan
bauksit PT.DSM terletak pada koordinat 000’29’’LU - 004’23’’ LS dan
10627’45’’BT - 10630’15 BT. Adapun batas-batas wilayah penelitian adalah
sebagai berikut:
a. Utara : Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau
b. Timur : Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau
c. Selatan: Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang
d. Barat : Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kuburaya
Untuk mencapai daerah lokasi penambangan dapat ditempuh dari Kota
Pontianak menggunakan jalan darat menuju kearah Timur melalui Jalan Trans
Kalimantan sampai ke Kecamatan Tayan Hilir. Jarak tempuh  100 km atau
sekitar 2 jam perjalanan. Setelah sampai di Kecamatan Tayan, perjalanan
dilanjutkan ke arah Selatan dengan menyebrangi sungai kapuas melalui jembatan
Tayan. Jarak tempuh dari Kecamatan Tayan Hilir ke Kecamatan Toba adalah  40
km atau sekitar 45 menit jam perjalanan. Keadaan jalan beraspal cukup baik tetapi
lebar jalan tidak terlalu besar. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat pada gambar 1.1.

6
Gambar 1.1
Peta Kesampaian Daerah

Gambar 1.2
Peta Izin Usaha Pertambangan

2
Permasalahan yang sering timbul pada kegiatan penambangan bijih (ore) bauksit
saat ini adalah kemampuan produksi dari alat muat dan alat angkut rata-rata per bulan
secara teknis belum dapat memenuhi target produksi yang direncanakan serta jumlah
truk yang tidak sesuai dengan tingkat pelayanan alat muat, sehingga perlu dilakukan
upaya peningkatan produksi alat muat dan alat angkut dengan mengevaluasi faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi produksi.
Kegiatan penelitian ini dibatasi hanya pada proses kegiatan penambangan bijih
bauksit pada lokasi Pit mungguk ruai ke washing plant Jering, segi teknis saja dan tidak
membahas segi ekonomi. Cara pendekatan yang diambil adalah dengan mendata semua
hambatan dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap produksi. Penelitian
dilaksanakan pada Februari 2019 hingga Maret 2019.
Pada usaha pertambangan bijih bauksit ini, kegiatan penambangan terbuka yang
akan dilaksanakan terdiri dari kegiatan pembersihan lahan, pengupasan, penggalian,
pemuatan dan pengangkutan bijih secara mekanis menggunakan alat berat pada
beberapa beberapa blok tambang secara bersamaan.
1. Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Pemberseihan Lahan merupakan langkah awal dimana proses penambangan
bauksit akan dilakukan, kegiatan ini dimulai dari pembersihan tempat kerja dari
semak – semak, pohon – pohon besar dan kecil, kemudian membuang tanah atau
batuan yang menghalangi pekerjaan – pekerjaan selanjutnya.
2. Pengupasan over burden
Pengupasan over burden dilakukan setelah pembersihan lahan dengan
menggunakan backhoe. Tanah Penutup dikupas, kemudian hasil kupasan
diletakkan pada shaft atau lubang sisa penambangan.
3. Penggalian ( Excavation )
Penggalian adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk membongkar dan
melepaskan endapan bahan tambang dari batuan induknya atau batuan samping.
Alat gali yang digunakan adalah backhoe.
4. Pemuatan (Loading)
Pemuatan adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk mengambil dan
memuat material hasil pembongkaran ke dalam alat angkut. Material hasil
pembongkaran dikumpulkan dan dimuat dengan backhoe.
5. Pengangkutan (Hauling)

3
Proses pengangkutan dilakukan untuk memindahankan material dari lokasi
penggalian atau front penambangan ke lokasi pencucian (washing plant) atau
pelabuhan (jetty).
Alat muat yang digunakan adalah Doosan Giant 500 LCV dan Kobelco SK330.
Alat angkut yang digunakan adalah truk Man Cla 26 280BB dan truk Hino 500
FM260JD. Metode pemuatan yang digunakan adalah single spoting.

Cycle Time
Cycle time (waktu edar) adalah waktu yang dibutuhkan alat mekanis untuk
menyelesaikan satu kali putaran kerja (1 trip). Adapun cycle time alat mekanis pada pit
mungguk ruai adalah:
 Alat Muat : - Doosan Giant 500 LCV memiliki waktu edar 59,14 detik
- Kobelco SK330 memiliki waktu edar 47,56 detik
 Alat Angkut : - Man Cla 26 280BB memiliki waktu edar 1712,93 detik
- Hino 500 FM260JD memiliki waktu edar 1826,2 detik

Pengaruh Material
Beberapa karakteristik material yang penting untuk diperhatikan dalam hubungannya
terhadap aplikasi alat mekanis pada pengambilang mineral yaitu densitas material, swell
factor, bucket fill factor dan concretion factor.
 Densitas Material
Densitas material adalah berat per unit volume dari suatu material.
Densitas material di pit mungguk ruai adalah sebesar 1,47 ton/m3
 Swell Factor
Swell Factor adalah pengembangan volume suatu material setelah digali dari tempatnya.
Swell Factor di pit mungguk ruai sebesar 0,87.
 Bucket Fill Factor
Bucket fill factor adalah perbandingan antara volume material yang dapat ditampung
oleh mangkuk terhadap volume mangkuk secara teoritis.
Bucket fill factor untuk backhoe Doosan Giant 500 LCV sebesar 107,44% dan untuk
backhoe Kobelco SK330 sebesar 109,47%.
 Concretion Factor
Concretion Factor adalah perbandingan antara berat bauksit tercuci dengan berat
bauksit kotor, dinyatakan dalam satuan persen ( % ).

4
Concretion Factor di pit mungguk ruai adalah sebesar 60,314%.

Geometri Jalan
Untuk memudahkan perhitungan jalan angkut, maka jalan angkut di PT. DSM dibagi
menjadi beberapa segmen (Gambar1.1).

Gambar 1.3
Peta Jalan Angkut PT.DSM
Adapun faktor-faktor yang merupakan geometri penting yang akan mempengaruhi
keadaan jalan angkut adalah sebagai berikut. (Tabel 1.1).
Tabel 1.1.
Geometri Jalan Angkut

5
Faktor keserasian kerja
Faktor keserasian kerja merupakan suatu persamaan matematis yang digunakan untuk
menghitung tingkat keselarasan kerja antara alat muat dan alat angkut untuk setiap
kondisi kegiatan pemuatan dan pengangkutan. Adapun keserasian alat pada pit mungguk
ruai adalah:
• Kombinasi backhoe Doosan Giant 500 LCV dengan 9 unit truk Man Cla 26
280BB sebesar 1,24
• Kombinasi backhoe Kobelco SK330 dengan 8 unit truk Hino 500 FM260JD
sebesar 1,46
Karena produksi alat angkut jauh lebih besar dari alat muat, maka dilakukan perbaikan.
Perbaikan dilakukan dengan mengurangi jumlah alat angkut. Hasil dari perbaikan
adalah:
• Kombinasi backhoe Doosan Giant 500 LCV dengan 7 unit truk Man Cla 26
280BB sebesar 0,97.
• Kombinasi backhoe Kobelco SK330 dengan 5 unit truk Hino 500 FM260JD
sebesar 0,92.

Efisiensi kerja
Efisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu kerja produktif dengan waktu kerja
yang tersedia, dinyatakan dalam persen (%).
• Efisiensi kerja alat muat sebesar 58,18%
• Efisiensi kerja alat angkut sebesar 62,08 %
Karena banyaknya waktu hambatan saat ini, mengakibatkan produksi yang harus
dipenuhi tidak tercapai. Maka dilakukan perbaikan efisiensi kerja dengan cara
mengurangi atau bahkan menghilangkan waktu hambatan yang dapat dihindari. Adapun
hasil perbaikan dari efisiensi kerja adalah :
• Efisiensi kerja alat muat meningkat menjadi 71,80 %
• Efisiensi kerja alat angkut meningkat menjadi 74,72 %

Produksi Alat Muat dan Alat Angkut


Produksi alat muat dan alat angkut didasarkan pada perhitungan produksi alat yang
seharusnya dengan produksi nyata alat di lapangan. Dalam menghitung produksi alat
tidak menggunakan faktor pengembangan (swell Faktor), karena material pada saat

6
diambil untuk dimuat ke bak truk sudah dalam keadaan lepas. Produksi alat muat dan
alat angkut sekarang adalah:
 Produksi Alat Muat sebesar 5.248,64 ton/hari
 Produksi Alat Angkut sebesar 7.480,88 ton/hari
Karena produksi alat muat belum mencapai target produksi dan produksi alat angkut
jauh lebih besar daripada produksi alat muat. Maka dilakukan perbaikan. Perbaikan
yang dilakukan adalah perbaikan keserasian alat dan perbaikan waktu kerja efektif.
Adapun produksi alat muat dan alat angkut setelah perbaikan adalah :
 Produksi Alat Muat sebesar 6.497,46 ton/hari
 Produksi Alat Angkut sebesar 6.384,98 ton/hari

Pembahasan
1. Pengaruh Kondisi Lapangan Terhadap Peningkatan Produksi
a. Kondisi tempat kerja
Keadaan tempat kerja di lokasi tambang bauksit pada bulan Februari atau musim
hujan kondisinya sangat licin, hal itu disebabkan oleh air yang menggenangi
beberapa ruas jalan. Selain air yang menggenangi beberapa ruas jalan, material
jalan angkut juga mempengaruhi licinya jalan itu sendiri, ada beberapa bagian
jalan yang materialnya adalah clay. Clay memiliki butir halus yang jika terkena
air, akan menjadi lumpur yang sangat licin. Sedangkan untuk musim kemarau
kondisinya sangat berdebu.
b. Pola pemuatan
Dari hasil pengamatan di lapangan pola penambangan adalah single truck back up.
Berdasarkan posisi backhoe terhadap truk, pola yang digunakan adalah top
loading. Pola pemuatan ini memiliki waktu edar alat angkut yang lama serta
keterbatasan dari jumlah alat angkut itu sendiri yang mengakibatkan tingkat
keserasian kerja alat muat dan alat angkut rendah.

2. Waktu Edar Alat


a. Waktu Edar Alat Muat
- Waktu Tunggu

7
Waktu tunggu alat muat disebabkan oleh pola pemuatan yang kurang pas. Karena
harus menuggu alat angkut bermanuver. Setelah alat angkut bermanuver, barulah
bisa dimuati.
- Kondisi Alat
Kondisi alat juga berpengaruh terhadap waktu edar, jika semakin sering
mengalami kerusakan, mengakibatkan berkurangnya efektiftas alat, maka waktu
edarnya relatif akan bertambah besar. Begitu juga dengan kapasitasnya, semakin
besar kapasitasnya, maka waktu edar alat muat akan bertambah besar.
b. Waktu Edar Alat Angkut
- Waktu Tunggu
Waktu tunggu alat angkut disebabkan oleh produksi alat angkut yang lebih besar
dari pada alat muat. Selain karena produksi alat muat yang lebih kecil, truk truk
ini mengalami antrian saat di WP. Hal ini disebabkan karena susahnya truk ini
untuk bermanuver sebelum masuk ke WP.
- Kecepatan Truk
Semakin besar kecepatan suatu truk, maka waktu edar akan semakin berkurang.
Tetapi kecepatan tinggi juga sangat berbahaya bagi operator truk itu sendiri.
Tetapi, untuk menghindari kecelakaan, kecepatan truk harus dibatasi.

3. Geometri Jalan Angkut


Jalan angkut dari front penambangan ke tempat pencucian merupakan jalan angkut 2
jalur yang mempunyai panjang sebesar 4.061,37 meter dan lebar pada jalan angkut
lurus berkisar 8,01-24,22 meter, dan lebar jalan angkut pada tikungan yang berkisar
12,16-18,74 meter. Dimana secara teori lebar jalan angkut lurus untuk 2 jalur
pengangkutan adalah 8,75 meter sedangkan pada tikungan secara teori adalah 13,12
meter. Untuk itu, ada beberapa segmen lebar jalan angkut dari front penambangan ke
tempat pencucian yang belum memenuhi syarat.
Jumlah tikungan di jalan angkut ini terdapat beberapa tikungan dengan jari-jari
tikungan yang ada sampai saat ini berdasarkan pengamatan dilapangan
berkisar 8,84-122,04 meter, sedangkan berdasarkan perhitungan untuk jari-jari
minum tikungan adalah 8,3 meter. Sehingga jari-jari tikungan yang ada saat ini sudah
memenuhi syarat. Superelevasi minimal di jalan tikungan sesuai pengukuran di
lapangan sebesar 0,043 m/m, sedangkan berdasarkan perhitungan untuk lebar jalan

8
dua jalur pada tikungan superelevasinya adalah 0,04m/m. Sehingga superelevasi pada
jalan tikungan yang ada saat ini sudah memenuhi syarat.

4. Faktor Keserasian Alat


Faktor keserasian alat pada PT.DSM bisa dibilang kurang baik. Hal itu disebabkan
oleh produksi alat angkut yang jauh lebih besar dari produksi alat muat. Akibatnya
alat angkut banyak yang menunggu saat akan dimuat. Karena faktor tersebut, jumlah
alat angkut harus dikurangi. Tetapi produksi alat angkut sesudah dikurangi harus
mencapai target produksi yang ditetapkan. Angka keserasian alat sebelum perubahan
untuk kombinasi adalah 1,24 dan 1,46. Angka keserasian yang lebih dari 1 (MF>1)
menunjukkan bahwa produksi alat muat diatas produksi alat angkut.
Setelah dilakukan perhitungan perbaikan untuk keserasian alat muat dan alat angkut,
maka didapatkan angka keserasian alat perbaikan. Angka keserasian alat
perbaikannya adalah 0,97 dan 0.92. Angka tersebut didapat dengan mengurangi
jumlah alat angkut. Alat angkut yang dikurangi berjuamlah 5 unit, 2 unit truk Man
Cla 26 280BB dan 3 unit truk Hino 500 FM260 JD. Akibatnya produksi alat angkut
mengalami penurunan. Tetapi setelah mengalami penuruan, produksi alat angkut
masih dapat memenuhi target produksi yang ditentukan.
5. Upaya Meningkatkan Produksi
Tidak tercapainya target produksi karena kecilnya waktu efektif kerja. Upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi adalah dengan cara mengurangi
hambantan yang dapat dihindari, sehingga dapat meningkatkan penggunaan jam
kerja efektif. Adapun contoh hambatan yang dapat dihindari adalah:
 Keterlambatan awal shift
 Berhenti bekerja terlalu awal
 Istirahat terlalu cepat
 Terlambat masuk setelah istirahat
 Keperluan operator
 Persiapan kerja
Dari hasil peningkatan jam kerja efektif alat muat dan alat angkut, maka diperoleh
peningkatan effisiensi kerja. Untuk alat muat effisiensi kerja yang semula 58,19 %
menjadi 71,80%, dan untuk alat angkut effisiensi kerja yang semula 62,18 % menjadi
74,72 %.

9
Setelah peningkatan effisiensi kerja, maka secara teoritis produksi yang akan
dihasilkan alat muat juga akan meningkat dari yang semula 5.248,64 ton/hari
menjadi 6.497,46 ton/hari. Tetapi, untuk alat angkut akan mengalami penurunan dari
yang semula 7.480,88 ton/hari menjadi 6.384,98 ton/hari. Namun, produksi dari alat
angkut yang telah dikurangi masih mampu untuk mencapai target produksi yang
telah ditentukan.

10

Anda mungkin juga menyukai