Pada daerah penambangan PT. Irema Coal terdiri atas tiga perlapisan yakni
pada lapisan overburden berupa batulempung sisipan batupasir, interburden
berupa batulempung, batupasir dan pada beberapa lapisan terdapat sisipan tipis
batubara, serta batubara merupakan bahan galian yang ditambang. Ketebalan rata-
rata overburden 120 meter, ketebalan rata-rata interburden 38,5 – 44 meter dan
rata-rata ketebalan batubara berkisar 1 meter sampai dengan 10 meter.
Menyenangkan 0.9
Normal 0.81
Buruk 0.75
Keterangan:
Nilai yang digunakan pada PT. Irema Coal
2. Faktor Efisiensi Kerja
Sebagaimana efisiensi waktu, efisiensi kerja pun diperhitungkan untuk
menentukan taksiran produkasi alat dengan memperhatikan medan dan keadaan
alat.
Tabel 7.2 Nilai efisiensi kerja alat (Sumber: Tenriajeng.2003)
Keadaan Alat
Keadaan Medan
Memuaskan Bagus Biasa Buruk
Memuaskan 0.84 0.81 0.76 0.7
Bagus 0.78 0.75 0.71 0.65
Biasa 0.72 0.69 0.65 0.6
Buruk 0.63 0.61 0.57 0.52
Keterangan:
Nilai yang digunakan pada PT. Irema Coal
Berdasarkan Handbook komatsu edisi ke 30, beberapa alat memiliki nilai
efesiensi kerjanya masing-masing. Berikut ini merupakan tabel nilai efesiensi
kerja yang digunakan pada perhitungan produksi di PT. Irema Coal.
Tabel 7.3 Nilai efisiensi excavator (sumber: Handbook komatsu edisi 30,2009)
Keterangan:
Nilai yang digunakan pada PT. Irema Coal
Sedangkan untuk nilai efisiensi kerja dump truck dihitung menggunakan
persamaan berikut ini:
……………………………………………………….7.1
Secara ekonomis umur alat yang digunakan pada PT. Irema Coal
khususnya excavator dan dump truck ialah selama 10 tahun, sehingga PT. Irema
Coal menggunakan nilai efisiensi 0.58 untuk excavator dan 0,76 untuk dump
truck.
3. Faktor Efisiensi Operator
Efisiensi operator harus diperhitungkan dalam penentuan taksiran produksi
alat. Nilai efisiensi disini sangat dipengaruhi oleh ketrampilan operator
mengoperasikan alat bersangkutan.
Tabel 7.4 Nilai efisiensi kerja operator (Sumber: Tenriajeng,2003)
Keterangan:
Nilai yang digunakan pada PT. Irema Coal.
4. Faktor Ketersediaan Alat (Machine Availability)
Faktor ketersedian alat adalah ketersediaan mesin agar selalu dapat
dioperasikan. Hal ini tidka hanya tergantung kepada kualitas maupun kemampuan
mesin tetapi juga tergantung kepada dukungan spare parts dan service dari pabrik
pembuat alat). Demikian juga dengan kualitas kemampuan pemeliharaan, fasilitas
workshop dan part stock yang dimiliki sangat mempengaruhi availability mesin.
5. Faktor Pembatas Operasi
Dalam pengoperasian alat dikenal adanya faktor pembatas dalam operasi
pemuatan, menggali dan mengangkut. Dalam perhitungan besarnya nilai faktor
pembatas tersebut diperhitungkan dengan menggunakan tabel berikut.
Tabel 7.5 Bucket fill factor untuk excavator (Sumber: Handbook komatsu edisi
30,2009)
Bucket Fill
~PC2000 Excavating Conditions
Factor
excavating natural ground of clayey soil, clay or soft
Easy 1.1 ̴ 1.2
soil
Excavating natural ground of soil such as sandy soil
Average 1.0 ̴ 1.1
and dry soil
Rather
0.8 ̴ 0.9
Difficult Excavating natural ground of sandy with gravel
Difficult Loading blasted rock 0.7 ̴ 0.8
Keterangan:
Nilai yang digunakan pada PT. Irema Coal
6. Faktor Koreksi
Faktor koreksi dapat dihiutng menggunakan persamaan berikut ini:
FK = Efisiensi waktu x Efisiensi kerja x Skill operator……………………7.2
Berikut ini merupakan perhitungan faktor koreksi yang digunakan berdasarkan
persamaan 7.2:
Efisiensi waktu = 0.9
Efisiensi kerja = 0.69
Skill operator = 0.81
Maka,
FK = efisiensi waktu x efisiensi kerja x skill operator
= 0.9 x 0.69 x 0.81
= 0.515
7. Match Factor
Untuk mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat gali muat dan alat
angkut, maka produksi alat gali muat harus sesuai dengan produksi alat angkut.
Faktor keserasian alat gali muat dan alat angkut didasarkan pada produksi alat gali
muat mempunyai nilai satu. Berikut ini merupakan rumus yang digunakan untuk
menghitung match factor:
Dimana,
Na : jumlah alat angkut
Nm : Jumlah alat muat
CTm : cycle time alat muat
CTa : cycle time alat angkut
Pada PT. Irema Coal alat yang akan dihitung ialah kombinasi antara
excavator terhadap dump truck agar tidak terjadi under truck ataupun over truck.
Keserasian kerja antara alat gali muat dan alat angkut berpengaruh terhadap faktor
kerja. Hubungan yang tidak serasi antara alat gali muat dan alat angkut akan
menurunkan faktor kerja.
Faktor kerja alat gali muat dan alat angkut akan mencapai 100% bila MF =
1, sedangkan bila MF < 1 maka faktor kerja alat angkut = 100% dan faktor kerja
alat gali muat < 100%, sebaliknya bila MF > 1 maka faktor kerja alat gali muat =
100% dan faktor alat angkut < 100%. Atau lebih mudahnya bila hasil perhitungan
didapatkan:
a. MF < 1, maka excavator akan sering menganggur
b. MF = 1, maka excavator dan dump truck tidak ada yang menganggur dan
c. MF > 1, maka dump truck akan sering menganggur.
Keserasian kerja antara alat gali muat dan alat angkut akan terjadi pada saat
MF = 1 dimana kemampuan alat gali muat akan sesuai dengan alat angkut. Selain
faktor-faktor diatas, terdapat suatu analisa yang mempengaruhi produksi alat yaitu
analisa beban dan tenaga. Analisa ini penting untuk dipelajari karena dengan
mengetahui analisa beban dan tenaga dari alat yang digunakan maka dapat
diketahui tingkat kemampuan dan kecepatan bekerja yang optimal dari alat
tersebut untuk kondisi pekerjaan tertentu. Dalam melakukan analisa beban dan
tenaga, perlu diperhatikan tahap - tahap analisa yang dilakukan yaitu:
a. Menetukan beban total mesin atau alat
b. Menentukan tenaga yang tersedia atau kombinasi “draw bar pull” dan
kecepatan yang tersedia untuk melakukan pekerjaan.
c. Memeriksa traksi kritis mesin atau alat untuk menentukan tenaga tarik yang
dapat digunakan.
d. Membandingkan beban terhadap tenaga tarik yang digunakan dan memilih gigi
operasi tertinggi yang dapat digunakan melakukan pekerjaan menarik.
e. Mengadakan koreksi tenaga yang tersedia apabila mesin bekerja pada
ketinggian tertentu.
Sebagai dasar untuk melakuakan analisa diatas maka perlu diketahui tentang
tahanan grinding yang bekerja, tenaga yang tersedia pada mesin atau alat dan
faktor pembatas tenaga.
A. Tahanan Gelinding
Adalah tahanan gelinding terhadap roda yang akan menggelinding akibat
adanya gesekan antara roda denagan permukaan tanah. Besarnya tergantung
keadaan permukaan tanah dan berat kendaraan. Roda dengan jari-jari (r), beban
(b) yang bertitik tangkap di K akan menimbulkan “lekukan” pada permukaan
jalan. Bila roda tidak bergerak maka beban terbagi ke seluruh permukaan DEF
yang reaksinya berhimpit/satu garis dengan titik tangkap reaksi bergeser ke arah
B, permukaan DE mulai terlepas sehingga titik tangkap reaksi bergeser kea rah B
sejarak d dari E. Oleh karena itu akan timbul momen perlawanan sebesar M =
B.d. Perlu diketahui makin lunak tanah bersangkutan makin besar jarak d tadi.
Keterangan:
Nilai yang digunakan pada PT. Irema Coal
Pada PT. Irema Coal, tahanan gelinding atau rolling resistance ditentukan
berdasarkan handbook komatsu edition 30,2009. Berikut tabel tahanan gelinding
yang digunakan.
Tabel 7.7 Rolling resistance (Sumber: Handbook Komatsu edition 30,2009)
Rolling
Haul Road Condition Resistance
(%)
Well-maintained road, surface is flat and firm,properly wetted, and
2
does not sink under weight vehicle
Same road conditions as above, but surface sinks slightly under
3.5
weight of vehicle
Poorly maintained, not wetted, sinks under weight of vehicle 5.0
Badly maintained, road base not compacted or stabilized, forms ruts
8.0
easily
Loose sand or gravel road 10.0
Not maitained at all, soft, muddy, deeply rutted 15 to 20