4. Kohesivitas
Yang dimaksud dengan Kohesivitas adalah daya lekat atau kemampuan saling
mengikat diantara butir-butir material itu sendiri, sifat ini jelas berpengaruh
terhadap alat misalnya pada factor pengisian (spilage factor).
5. Kekerasan Material
Material yang keras akan lebih sukar dikoyak, digali atau dikupas oleh alat
berat. Hal ini akan menurunkan produktivitas alat.
6. Daya Dukung Tanah
Daya dukung tanah didefinisikan sebagai kemampuan tanah untuk mendukung
alat yang berada diatasnya. Jika suatu alat berada diatas tanah, maka alat
tersebut akan memberikan ground pressure, sedangkan perlawanan yang
diberikan oleh tanah adalah daya dukung.
7.1.1 Vegetasi daerah penambangan
Daerah penambangan PT Irema Coal banyak memiliki vegetasi dataran
rendah dimana pada vegetasi ini di dominasi oleh pepohonan-pepohonan yang
memiliki diameter yang kurang dari 30 cm atau termasuk dalam jenis tumbuhan
kecil atau bisa dikatakan pohon kecil yang tumbuhnya tidak berdekatan (jarang-
jarang) serta diselingi oleh rerumputan dan tumbuhan paku.
Menyenangkan 0.9
Normal 0.81
Buruk 0.75
Keterangan:
Nilai yang digunakan pada PT. Irema Coal
Keadaan Alat
Keadaan Medan
Memuaskan Bagus Biasa Buruk
Memuaskan 0.84 0.81 0.76 0.7
Keterangan:
Nilai yang digunakan pada PT. Irema Coal
Berdasarkan Handbook komatsu edisi ke 30, beberapa alat memiliki nilai
efesiensi kerjanya masing-masing. Berikut ini merupakan tabel nilai efesiensi
kerja yang digunakan pada perhitungan produksi di PT. Irema Coal.
Keterangan:
Nilai yang digunakan pada PT. Irema Coal
Berdasarkan Handbook komatsu edisi ke 30, beberapa alat memiliki nilai
efesiensi kerjanya masing-masing. Berikut ini merupakan tabel nilai efesiensi
kerja yang digunakan pada perhitungan produksi di PT. Irema Coal.
Tabel 7.4 Nilai efisiensi excavator (sumber: Handbook komatsu edisi 30,2009)
Operating Job
Conditions Eficiency
Good 0.83
Averange 0.75
Poor 0.58
Keterangan:
Nilai yang digunakan pada PT. Irema Coal
Normal 0.81
Keterangan:
Nilai yang digunakan pada PT. Irema Coal.
4. Faktor Ketersediaan Alat (Machine Availability)
Faktor ketersedian alat adalah ketersediaan mesin agar selalu dapat
dioperasikan. Hal ini tidka hanya tergantung kepada kualitas maupun kemampuan
mesin tetapi juga tergantung kepada dukungan spare parts dan service dari pabrik
pembuat alat). Demikian juga dengan kualitas kemampuan pemeliharaan, fasilitas
workshop dan part stock yang dimiliki sangat mempengaruhi availability mesin.
5. Faktor Pembatas Operasi
Dalam pengoperasian alat dikenal adanya faktor pembatas dalam operasi
pemuatan, menggali dan mengangkut. Dalam perhitungan besarnya nilai faktor
pembatas tersebut diperhitungkan dengan menggunakan tabel berikut.
Tabel 7.6 Bucket fill factor untuk excavator (Sumber: Handbook komatsu edisi
30,2009)
Bucket Fill
~PC400 Excavating Conditions
Factor
Rather
0.8 ̴ 0.9
Difficult Excavating natural ground of sandy with gravel
Keterangan:
Nilai yang digunakan pada PT. Irema Coal
6. Faktor Koreksi
Faktor koreksi dapat dihiutng menggunakan persamaan berikut ini:
FK = Efisiensi waktu x Efisiensi kerja x Skill operator……………………7.2
Berikut ini merupakan perhitungan faktor koreksi yang digunakan berdasarkan
persamaan 7.2:
Efisiensi waktu = 0.81
Efisiensi kerja = 0.81
Skill operator = 0.81
Maka,
FK = efisiensi waktu x efisiensi kerja x skill operator
= 0.81 x 0.81 x 0.81
= 0.531
7. Match Factor
Untuk mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat gali muat dan
alat angkut, maka produksi alat gali muat harus sesuai dengan produksi alat
angkut. Faktor keserasian alat gali muat dan alat angkut didasarkan pada produksi
alat gali muat mempunyai nilai satu. Berikut ini merupakan rumus yang
digunakan untuk menghitung match factor:
Na× n ×CTm
Match factor=
Nm ×CTa
Dimana,
Na : jumlah alat angkut
Nm : jumlah alat muat
CTm : cycle time alat muat
CTa : cycle time alat angkut
n : banyaknya pengisisan tiap satu alat angkut
Pada PT. Irema Coal alat yang akan dihitung ialah kombinasi antara
excavator terhadap dump truck agar tidak terjadi under truck ataupun over truck.
Keserasian kerja antara alat gali muat dan alat angkut berpengaruh terhadap faktor
kerja. Hubungan yang tidak serasi antara alat gali muat dan alat angkut akan
menurunkan faktor kerja.
Faktor kerja alat gali muat dan alat angkut akan mencapai 100% bila MF =
1, sedangkan bila MF < 1 maka faktor kerja alat angkut = 100% dan faktor kerja
alat gali muat < 100%, sebaliknya bila MF > 1 maka faktor kerja alat gali muat =
100% dan faktor alat angkut < 100%. Atau lebih mudahnya bila hasil perhitungan
didapatkan:
a. MF < 1, maka alat gali muat akan sering menganggur
b. MF = 1, maka alat gali muat dan alat angkut tidak ada yang menganggur dan
c. MF > 1, maka alat angkut akan sering menganggur.
Keserasian kerja antara alat gali muat dan alat angkut akan terjadi pada
saat MF = 1 dimana kemampuan alat gali muat akan sesuai dengan alat angkut.
Selain faktor-faktor diatas, terdapat suatu analisa yang mempengaruhi produksi
alat yaitu analisa beban dan tenaga. Analisa ini penting untuk dipelajari karena
dengan mengetahui analisa beban dan tenaga dari alat yang digunakan maka dapat
diketahui tingkat kemampuan dan kecepatan bekerja yang optimal dari alat
tersebut untuk kondisi pekerjaan tertentu. Dalam melakukan analisa beban dan
tenaga, perlu diperhatikan tahap - tahap analisa yang dilakukan yaitu:
a. Menetukan beban total mesin atau alat
b. Menentukan tenaga yang tersedia atau kombinasi “draw bar pull” dan
kecepatan yang tersedia untuk melakukan pekerjaan.
c. Memeriksa traksi kritis mesin atau alat untuk menentukan tenaga tarik yang
dapat digunakan.
d. Membandingkan beban terhadap tenaga tarik yang digunakan dan memilih gigi
operasi tertinggi yang dapat digunakan melakukan pekerjaan menarik.
e. Mengadakan koreksi tenaga yang tersedia apabila mesin bekerja pada
ketinggian tertentu.
Sebagai dasar untuk melakuakan analisa diatas maka perlu diketahui
tentang tahanan grinding yang bekerja, tenaga yang tersedia pada mesin atau alat
dan faktor pembatas tenaga.
A. Tahanan Gelinding
Adalah tahanan gelinding terhadap roda yang akan menggelinding akibat
adanya gesekan antara roda denagan permukaan tanah. Besarnya tergantung
keadaan permukaan tanah dan berat kendaraan. Roda dengan jari-jari (r), beban
(b) yang bertitik tangkap di K akan menimbulkan “lekukan” pada permukaan
jalan. Bila roda tidak bergerak maka beban terbagi ke seluruh permukaan DEF
yang reaksinya berhimpit/satu garis dengan titik tangkap reaksi bergeser ke arah
B, permukaan DE mulai terlepas sehingga titik tangkap reaksi bergeser kearah B
sejarak d dari E. Oleh karena itu akan timbul momen perlawanan sebesar M =
B.d. Perlu diketahui makin lunak tanah bersangkutan makin besar jarak d tadi.
Nilai Koefiesn
No Kondisi permukaan jalan
(%)
Keterangan:
Nilai yang digunakan pada PT. Irema Coal
Pada PT. Irema Coal, tahanan gelinding atau rolling resistance ditentukan
berdasarkan handbook komatsu edition 30,2009. Berikut tabel tahanan gelinding
yang digunakan.
Tabel 7.7 Rolling resistance (Sumber: Handbook Komatsu edition 30,2009)
Rolling
Haul Road Condition Resistance
(%)
Well-maintained road, surface is flat and firm, properly wetted, and
2
does not sink underweight vehicle
Keterangan:
Nilai yang digunakan pada PT. Irema Coal