Anda di halaman 1dari 14

VII PERALATAN PENAMBANGAN

7.1 Jenis Material Yang Mempengaruhi Kinerja Lapangan


Jenis material yang berada di permukaan bumi sangat beraneka ragam baik
jenis maupun bentuknya dan juga dapat mempengaruhi kinerja lapangan, oleh
Karena itu alat yang dapat dipergunakan untuk memindahkannya pun beraneka
ragam juga. Yang dimaksud dengan material dalam pemindahan tanah mekanis
(moving the earth), meliputi tanah, batuan, vegetasi (pohon, semak belukar, dan
alang-alang) dimana semuanya itu mempunyai karakteristik dan sifat fisik
masing-masing yang berpengaruh besar terhadap alat berat terutama dalam hal:
a. Menentukan jenis alat yang akan digunakan dan taksiran produksi atau
kapasitas produksinya
b. Perhitungan volume pekerjaan
c. Kemampuan kerja alat pada kondisi material yang ada.
Sehingga diperlukan penyesuaian alat dengan jenis material agar tidak
menimbulkan kesulitan yang berpengaruh terhadap efesiensi alat yang nantinya
akan menimbulkan kerugian karena banyaknya waktu ynag terbuang. Beberapa
sifat fisik material yang penting untuk diperhatikan adalah:
1. Pengembangan Material
Yang dimaksud dengan pengembangan material adalah perubahan berupa
penambahan atau pengurangan volume material (tanah atau pun batuan) yang
diganggu dari bentuk aslinya. pengembangan material akan berdampak pada
kapasitas alat.
2. Berat Material
Berat material berpengaruh terhadap volume yang diangkut atau didorong
berkaitan dengan drawbar pull atau rimpull. Berat jenis material merupakan
perbandingan massa material dengan volume material.
3. Bentuk Material
Tanah yang mempunyai ukuran butiran kecil akan terdapat rongga yang
berukuran kecil dan berbutiran besar akan terlepas yang besar pula.
Berpengaruh terhadap pengisian bucket. Beberapa material yang mampu untuk
ditampung oleh suatu ruangan dapat dihitung dengan cara mengoreksi ruangan
tersebut dengan suatu factor yang disebut “factor muat” yaitu dengan “bucket
factor” atau “pay load factor”.

4. Kohesivitas
Yang dimaksud dengan Kohesivitas adalah daya lekat atau kemampuan saling
mengikat diantara butir-butir material itu sendiri, sifat ini jelas berpengaruh
terhadap alat misalnya pada factor pengisian (spilage factor).
5. Kekerasan Material
Material yang keras akan lebih sukar dikoyak, digali atau dikupas oleh alat
berat. Hal ini akan menurunkan produktivitas alat.
6. Daya Dukung Tanah
Daya dukung tanah didefinisikan sebagai kemampuan tanah untuk mendukung
alat yang berada diatasnya. Jika suatu alat berada diatas tanah, maka alat
tersebut akan memberikan ground pressure, sedangkan perlawanan yang
diberikan oleh tanah adalah daya dukung.
7.1.1 Vegetasi daerah penambangan
Daerah penambangan PT Irema Coal banyak memiliki vegetasi dataran
rendah dimana pada vegetasi ini di dominasi oleh pepohonan-pepohonan yang
memiliki diameter yang kurang dari 30 cm atau termasuk dalam jenis tumbuhan
kecil atau bisa dikatakan pohon kecil yang tumbuhnya tidak berdekatan (jarang-
jarang) serta diselingi oleh rerumputan dan tumbuhan paku.

No Nama Lokal Nama Ilmiah Ukuran(cm) Kerapatan Jumlah/Ha


Stenochlaena
1 Lemidi/pakis 5 25
palustris
2 Mahang Macaranga 25 30
Neolamarckia
3 Jabon 6,18 4
cadamba
Imperata
4 Rerumputan 0,3 1,5
cylindrica
Tabel 7.1 Data tumbuhan yang ada didaerah penambangan PT. Irema Coal

7.1.2 Batuan atau tanah daerah penambangan


Pada daerah penambangan PT. Irema Coal terdiri atas tiga perlapisan
yakni pada lapisan overburden berupa batulempung sisipan batupasir, interburden
berupa batulempung, batupasir dan pada beberapa lapisan terdapat sisipan tipis
batubara, serta batubara merupakan bahan galian yang ditambang. Ketebalan rata-
rata overburden 120 meter, ketebalan rata-rata interburden 38,5 – 44 meter dan
rata-rata ketebalan batubara berkisar 1 meter sampai dengan 10 meter.

7.2 Penggunaan Alat


Pemilihan alat berat merupakan faktor penting yang bertujuan untuk
memudahkan para pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan kontruksi sehingga
hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan mudah pada waktu yang relatif lebih
singkat dan diharapkan hasilnya lebih baik.

Gambar 7.1 Bagan Alir Pemilihan Peralatan


7.2.1 Pemilihan jenis dan spesifikasi teknis peralatan
Adapun beberapa bahan pertimbangan dalam pemilihan spesifikasi teknis
peralatan tambang yang akan dipergunakan dalam operasi penambangan batubara
pada PT. Irema Coal yakni sebagai berikut:
1. Karakteristik Endapan Batubara Serta Lapisan Tanah Penutup
Batubara yang ditambang pada PT. Irema Coal yakni rank sub bituminous-
hugh volatile bituminous A, overburden adalah tanah lempung, dan inter
burden adalah batupasir dengan sisipan batubara.
2. Kondisi Topografi dan Morfologi Daerah Penambangan
a.) Daerah penambangan PT. Irema Coal memiliki dataran dengan
ketinggian tertinggi yakni 55 mdpl dan yang terendah yakni 40 mdpl.
b.) Pada PT. Irema Coal morfologi daerah penambangan ialah dataran
alluvial.
3. Target Produksi
Target produksi rata-rata PT. Irema Coal adalah sebesar 704213,7463
m3/tahun.
Adapun peralatan penambangan berupa peralatan land clearing,
pengupasan tanah penutup, pembongkaran, pemuatan, dan pengangkutan:
A. Land Clearing
Land clearing adalah proses pembersihan lahan sebelum aktivitas
penambangan dimulai, land clearing sebagai suatu aktivitas pembersihan material
hutan yang meliputi pepohonan, hutan belukar sampai alang-alang.
a. Underbrushing merupakan sebuah kegiatan yang lebih menjurus kepada
pembabatan pepohonan yang berdiameter maksimum 30 cm dengan tujuan
untuk mempermudah pelaksanaan penumbangan pepohonan yang lebih
besar. Pada kegiatan ini PT. Irema Coal menggunakan alat mekanis
bulldozer dengan tipe komatsu D65P-12.
b. Pilling bisa dikatakan kegiatan pengumpulan kayu-kayu yang kemudian
dikumpulkan menjadi tumpukan-tumpukan kayu pada jarak tertentu. Pada
pekerjaan ini digunakan alat mekanis bulldozer dengan tipe komatsu
D65P-12.
c. Burning adalah pembakaran kayu-kayu yang telah ditumbangkan dan
cukup kering.
B. Pengupasan Tanah Penutup
1. Pengupasan Overburden
Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup (overburden) merupakan
suatu proses pemindahan lapisan tanah penutup yang bertujuan untuk mengambil
bahan galian yang berada dibawahnya dan merupakan suatu aktivitas pada
tahapan awal dari proses penambangan. Adapun beberapa tahap yakni penggalian
dan pemuatan overburden, serta pengangkutan overburden menuju area disposal.
a. Penggalian dan Pemuatan Overburden
Pada kegiatan berikut ini dilakukan dengan menggunakan alat mekanis
yaitu excavator komatsu PC400-8.
b. Pengangkutan Overburden.
Kegiatan pengangkutan overburden menggunakan alat mekanis yaitu
dump truck Hino FM 260 JD.
2. Penggusuran Top Soil
Pada kegiatan penggusuran top soil digunakan alat mekanis dengan tipe
komatsu D65P-12.
C. Pembongkaran
Pada tahapan ini, pembongkaran batubara dilakukan menggunakan alat
mekanis karena sifat dari batuan ini memiliki kekarasan yang masih
memungkinkan untuk menggunakan alat mekanis. Alat mekanis yang digunakan
pada PT. Irema Coal yakni Excavator Komatsu PC 400-8.
D. Pemuatan
Pada kegiatan ini pemuatan yang dilakukan ialah pemuatan batubara dan
alat mekanis yang digunakan pada PT. Irema Coal yakni excavator Komatsu PC
400-8.
E. Pengangkutan
Pada proses kegiatan ini, pengangkutan yang dilakukan ialah
pengangkutan batubara dan alat mekanis yang digunakan PT. Irema Coal ialah
dump truck dengan tipe Hino FM 260 JD.
7.2.2 Produktivitas peralatan
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi yang menggunakan alat-alat berat
maka produktivitas alat perlu diketahui untuk beberapa keperluan:
1. Penentuan jumlah alat yang dibutuhkan
2. Perhitungan biaya produksi
3. Taksiran waktu yang diperlukan
Jika suatu alat belum ditempatkan di lapangan untuk melakukan pekerjaan
maka sulit untuk mengetahui nilai produktivitas yang sebenarnya dari alat
tersebut, yang diketahui hanyalah taksiran produksinya. Agar peroleh nilai yang
mendekati dengan kenyataan dilapangan maka harus dimasukkan faktor koreksi
yang layak diterapkan pada kondisi di Indonesia. Faktor koreksi tersebut antara
lain sebagai berikut:
1. Faktor Efisiensi Waktu
Efesiensi waktu merupakan salah satu faktor yang harus diperhitungkan
dalam penentuan taksiran produksi alat yang digunakan yang dinilai berdasarkan
kondisi pekerjaan.
Tabel 7.2 Efisien waktu berdasarkan kondisi kerja (Sumber: Tenriajeng.2003)

Kondisi Kerja Efisiensi Waktu

Menyenangkan 0.9

Normal 0.81

Buruk 0.75

Keterangan:
Nilai yang digunakan pada PT. Irema Coal

2. Faktor Efisiensi Kerja


Sebagaimana efisiensi waktu, efisiensi kerja pun diperhitungkan untuk
menentukan taksiran produkasi alat dengan memperhatikan medan dan keadaan
alat.
Tabel 7.3 Nilai efisiensi kerja alat (Sumber: Tenriajeng.2003)

Keadaan Alat
Keadaan Medan
Memuaskan Bagus Biasa Buruk
Memuaskan 0.84 0.81 0.76 0.7

Bagus 0.78 0.75 0.71 0.65

Biasa 0.72 0.69 0.65 0.6

Buruk 0.63 0.61 0.57 0.52

Keterangan:
Nilai yang digunakan pada PT. Irema Coal
Berdasarkan Handbook komatsu edisi ke 30, beberapa alat memiliki nilai
efesiensi kerjanya masing-masing. Berikut ini merupakan tabel nilai efesiensi
kerja yang digunakan pada perhitungan produksi di PT. Irema Coal.
Keterangan:
Nilai yang digunakan pada PT. Irema Coal
Berdasarkan Handbook komatsu edisi ke 30, beberapa alat memiliki nilai
efesiensi kerjanya masing-masing. Berikut ini merupakan tabel nilai efesiensi
kerja yang digunakan pada perhitungan produksi di PT. Irema Coal.
Tabel 7.4 Nilai efisiensi excavator (sumber: Handbook komatsu edisi 30,2009)

Operating Job
Conditions Eficiency

Good 0.83

Averange 0.75

Rather Poor 0.65

Poor 0.58

Keterangan:
Nilai yang digunakan pada PT. Irema Coal

Sedangkan untuk nilai efisiensi kerja dump truck dihitung menggunakan


persamaan berikut ini:
Waktu kerja efektif
Efisiensi Kerja= ×100 %.…………………………………………………….7.1
waktu kerja tersedia
jam
103500
tahun
Efisiensi kerja= ×100 %
jam
136320
tahun
¿ 0.76(76 %)
Secara ekonomis umur alat yang digunakan pada PT. Irema Coal khususnya
excavator dan dump truck ialah selama 10 tahun, sehingga PT. Irema Coal
menggunakan nilai efisiensi 0,83 untuk excavator dan 0,76 untuk dump truck.

3. Faktor Efisiensi Operator


Efisiensi operator harus diperhitungkan dalam penentuan taksiran produksi
alat. Nilai efisiensi disini sangat dipengaruhi oleh ketrampilan operator
mengoperasikan alat bersangkutan.
Tabel 7.5 Nilai efisiensi kerja operator (Sumber: Tenriajeng,2003)

Kondisi Kerja Efisiensi

Baik 0.9 - 1.0

Normal 0.81

Buruk 0.5 - 0.6

Keterangan:
Nilai yang digunakan pada PT. Irema Coal.
4. Faktor Ketersediaan Alat (Machine Availability)
Faktor ketersedian alat adalah ketersediaan mesin agar selalu dapat
dioperasikan. Hal ini tidka hanya tergantung kepada kualitas maupun kemampuan
mesin tetapi juga tergantung kepada dukungan spare parts dan service dari pabrik
pembuat alat). Demikian juga dengan kualitas kemampuan pemeliharaan, fasilitas
workshop dan part stock yang dimiliki sangat mempengaruhi availability mesin.
5. Faktor Pembatas Operasi
Dalam pengoperasian alat dikenal adanya faktor pembatas dalam operasi
pemuatan, menggali dan mengangkut. Dalam perhitungan besarnya nilai faktor
pembatas tersebut diperhitungkan dengan menggunakan tabel berikut.
Tabel 7.6 Bucket fill factor untuk excavator (Sumber: Handbook komatsu edisi
30,2009)

Bucket Fill
~PC400 Excavating Conditions
Factor

excavating natural ground of clayey soil, clay or soft


Easy 1.1 ̴ 1.2
soil

Excavating natural ground of soil such as sandy soil


Average 1.0 ̴ 1.1
and dry soil

Rather
0.8 ̴ 0.9
Difficult Excavating natural ground of sandy with gravel

Difficult Loading blasted rock 0.7 ̴ 0.8

Keterangan:
Nilai yang digunakan pada PT. Irema Coal
6. Faktor Koreksi
Faktor koreksi dapat dihiutng menggunakan persamaan berikut ini:
FK = Efisiensi waktu x Efisiensi kerja x Skill operator……………………7.2
Berikut ini merupakan perhitungan faktor koreksi yang digunakan berdasarkan
persamaan 7.2:
Efisiensi waktu = 0.81
Efisiensi kerja = 0.81
Skill operator = 0.81
Maka,
FK = efisiensi waktu x efisiensi kerja x skill operator
= 0.81 x 0.81 x 0.81
= 0.531
7. Match Factor
Untuk mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat gali muat dan
alat angkut, maka produksi alat gali muat harus sesuai dengan produksi alat
angkut. Faktor keserasian alat gali muat dan alat angkut didasarkan pada produksi
alat gali muat mempunyai nilai satu. Berikut ini merupakan rumus yang
digunakan untuk menghitung match factor:
Na× n ×CTm
Match factor=
Nm ×CTa
Dimana,
Na : jumlah alat angkut
Nm : jumlah alat muat
CTm : cycle time alat muat
CTa : cycle time alat angkut
n : banyaknya pengisisan tiap satu alat angkut
Pada PT. Irema Coal alat yang akan dihitung ialah kombinasi antara
excavator terhadap dump truck agar tidak terjadi under truck ataupun over truck.
Keserasian kerja antara alat gali muat dan alat angkut berpengaruh terhadap faktor
kerja. Hubungan yang tidak serasi antara alat gali muat dan alat angkut akan
menurunkan faktor kerja.
Faktor kerja alat gali muat dan alat angkut akan mencapai 100% bila MF =
1, sedangkan bila MF < 1 maka faktor kerja alat angkut = 100% dan faktor kerja
alat gali muat < 100%, sebaliknya bila MF > 1 maka faktor kerja alat gali muat =
100% dan faktor alat angkut < 100%. Atau lebih mudahnya bila hasil perhitungan
didapatkan:
a. MF < 1, maka alat gali muat akan sering menganggur
b. MF = 1, maka alat gali muat dan alat angkut tidak ada yang menganggur dan
c. MF > 1, maka alat angkut akan sering menganggur.
Keserasian kerja antara alat gali muat dan alat angkut akan terjadi pada
saat MF = 1 dimana kemampuan alat gali muat akan sesuai dengan alat angkut.
Selain faktor-faktor diatas, terdapat suatu analisa yang mempengaruhi produksi
alat yaitu analisa beban dan tenaga. Analisa ini penting untuk dipelajari karena
dengan mengetahui analisa beban dan tenaga dari alat yang digunakan maka dapat
diketahui tingkat kemampuan dan kecepatan bekerja yang optimal dari alat
tersebut untuk kondisi pekerjaan tertentu. Dalam melakukan analisa beban dan
tenaga, perlu diperhatikan tahap - tahap analisa yang dilakukan yaitu:
a. Menetukan beban total mesin atau alat
b. Menentukan tenaga yang tersedia atau kombinasi “draw bar pull” dan
kecepatan yang tersedia untuk melakukan pekerjaan.
c. Memeriksa traksi kritis mesin atau alat untuk menentukan tenaga tarik yang
dapat digunakan.
d. Membandingkan beban terhadap tenaga tarik yang digunakan dan memilih gigi
operasi tertinggi yang dapat digunakan melakukan pekerjaan menarik.
e. Mengadakan koreksi tenaga yang tersedia apabila mesin bekerja pada
ketinggian tertentu.
Sebagai dasar untuk melakuakan analisa diatas maka perlu diketahui
tentang tahanan grinding yang bekerja, tenaga yang tersedia pada mesin atau alat
dan faktor pembatas tenaga.
A. Tahanan Gelinding
Adalah tahanan gelinding terhadap roda yang akan menggelinding akibat
adanya gesekan antara roda denagan permukaan tanah. Besarnya tergantung
keadaan permukaan tanah dan berat kendaraan. Roda dengan jari-jari (r), beban
(b) yang bertitik tangkap di K akan menimbulkan “lekukan” pada permukaan
jalan. Bila roda tidak bergerak maka beban terbagi ke seluruh permukaan DEF
yang reaksinya berhimpit/satu garis dengan titik tangkap reaksi bergeser ke arah
B, permukaan DE mulai terlepas sehingga titik tangkap reaksi bergeser kearah B
sejarak d dari E. Oleh karena itu akan timbul momen perlawanan sebesar M =
B.d. Perlu diketahui makin lunak tanah bersangkutan makin besar jarak d tadi.

Gambar 7.2 Prinsip penentuan tahanan gelinding


Tahanan gelinding = W x CIT (kg)
Dimana,
W : Berat kendaraan (kg)
CIT : Koefisien tahanan gelinding
Penentuan besarnya nilai koefisien tahanan gelinding sangat dipengaruhi
oleh kondisi permukaan jalan yang dilalui oleh peralatan.
Tabel 7.7 Koefisien tahanan gelinding (Crr). (Sumber: tenriajeng,2003)

Nilai Koefiesn
No Kondisi permukaan jalan
(%)

1 jalan terpelihara, ban tidak terbenam 2

2 jalan terpelihara, ban agak terbenam 3.5

3 ban terbenam, sedikit basah 5

4 keadaan jalan jelek 8

5 jalan berpasir gembur, jallan berkerikir 10

6 keadaan jalan sangat jelek 15-20

Keterangan:
Nilai yang digunakan pada PT. Irema Coal
Pada PT. Irema Coal, tahanan gelinding atau rolling resistance ditentukan
berdasarkan handbook komatsu edition 30,2009. Berikut tabel tahanan gelinding
yang digunakan.
Tabel 7.7 Rolling resistance (Sumber: Handbook Komatsu edition 30,2009)

Rolling
Haul Road Condition Resistance
(%)
Well-maintained road, surface is flat and firm, properly wetted, and
2
does not sink underweight vehicle

Same road conditions as above, but surface sinks slightly under


3.5
weight of vehicle

Poorly maintained, not wetted, sinks under weight of vehicle 5.0

Badly maintained, road base not compacted or stabilized, forms ruts


8.0
easily

Loose sand or gravel road 10.0

Not maitained at all, soft, muddy, deeply rutted 15 to 20

Keterangan:
Nilai yang digunakan pada PT. Irema Coal

B. Tenaga yang tersedia


Besar kecilya tenaga ini tergantung “horse power” dari alat itu sendiri.
Horse power ini akan berubah menjadi beberapa tingkat tenaga tarik (drawbar
pull). Besarnya tenaga tarik ini bervariasi, umumnya makin tinggi kecepatan
makin rendah tenaga teriknya, demikian pula sebaliknya.
C. Faktor Pembatas
Tenaga yang tersedia pada suatu alat tidak dapat dipergunakan seluruhnya
karena dibatasi oleh adanya ketinggian daerah kerja (altitude). Tenaga mesin akan
berkurang sebesar 1% setiap kenaikan 100 m diatas ketinggian 300 m, atau
berkurang 3% setiap kenaikan rempat 1.000 feet di atas ketinggian 750 m (2.500
feet). Untuk mesin 2 tak, biasanya kehilangan tenaga tersebut diperhitungkan
sebesar 1% Turbocharger dapat mengurangi kehilangan tenaga mesin, dan
menaikkan sampai 125%, yang bekerja dengan cara menginjeksi oksigen kedalam
selinder. Umumnya alat besar jarang digunakan untuk pekerjaan ditempat yang
dekimian tinggi.
Produktivitas adalah kemampuan alat dalam satuan waktu (m3/jam).
Produktivitas alat tergantung pada kapasitas, waktu siklus alat, dan efisiensi alat.
Perhitungan produktivitas alat yang akan digunakan pada PT. Irema Coal
dilakukan dengan metode perhitungan perkiraan (guesstimating), yaitu suatu cara
perhitungan dengan memperhatikan tiap-tiap faktor yang mempengaruhi produksi
untuk menentukan volume asli (payload) atau ton yang dapat dihasilkan oleh
masing-masing alat yang dipergunakan.
Perhitungan produktivitas alat akan dijabarkan pertahapan kegiatan
penambangan yang telah dijelaskan pada pemilihan alat dan spesifikasi teknis
peralatan.
A. Land clearing
Pada kegaitan land clearing metode yang digunakan pad PT. Irema Coal
ialah metode contour. PT. Irema Coal hanya melakukan kegiatan underbrushing,
pilling, dan burning.
a. Underbrushing
LK × F × FK
TP=
10.000
Dimana, TP adalah taksiran produksi lata (Ha/jam), LK merupakan lebar
kerja (m), F merupakan kecepatan maju (m/jam), FK adalah faktor koreksi, dan
10.000 merupakan faktor konversi (m2 ke Ha). PT. Irema Coal memiliki luasan
daerah penambangan 93 Ha sehingga dalam kegiatan pembabatan membutuhkan
waktu selama 15 hari.
b. Pilling
J × LK ×1,25 × FK
TP=
(
J J
+ +Z
F R )
Dimana, TP adalah taksiran produksi (Ha/jam), LK merupakan lebar kerja
(m), FK ialah faktor koreksi, J merupakan jarak penumbagan perkiraan (m), F
yaitu kecepatan maju (m/jam), R adalah kecepatan mundur (m/jam), dan Z
merupakan Waktu tetap (jam). PT. Irema Coal memiliki luasan daerah
penambangan yang dibabat seluas 93 Ha, sehingga dalam kegiatan ini dibutuhkan
waktu selama 21 hari.
c. Burning
Dalam kegiatan pembakaran atau burning yang sangat perlu diperhatikan
ialah arah mata angin. Karena api dari hasil pembakaran akan sulit dikendalikan
dan hasil pembakaran menjadi tidak sempurna. Jalur timbunan yang ada harus
dibuat sesempit dan setinggi mungkin untuk mengurangi jumlah tanah yang
terbakar, karena dalam pembakaran, humus tanah akan ikut terbakar sehingga
mengurangi kesuburan tanah.

Gambar 7.3 Metode pembakaran yang digunakan PT. Irema Coal


B. Pengupasan Tanah Penutup
1. Penggusuran top soil
Pada pekerjaan penggusuran top soil pada PT. Irema Coal menggunakan
ala berat berupa bulldozer dimana produksi
2. Pengupasan overburden
Pada pekerjaan pengupasan overburden pada PT. Irema Coal
menggunakan alat berat berupa excavator dimana produksi pemuatan dapat dilihat
pada perhitungan yang terlampir pada lampiran. Pada produksi pemuatan
overburden dibutuhkan alat sebanyak 1 alat dengan target produksi sebesar
2.009,3591 m3/hari. Sedangkan untuk pengangkutan overburden dibutuhkan alat
sebanyak 1 alat dengan target produksi sebesar 1063,3315 m3/hari.

7.3 Poduktivitas Alat


7.3.1

Anda mungkin juga menyukai