Anda di halaman 1dari 19

PRODUKTIVITAS 1

BAB I
PENJELASAN UMUM

1.1 MEMAHAMI SIFAT FISIK MATERIAL & KONDISI MEDAN KERJA

Material yang berada di permukaan bumi ini sangat beraneka ragam, baik jenis, bentuk dan
lain sebagainya. Oleh karena itu, alat yang digunakan untuk memindahkannyapun beraneka
ragam pula. Material yang dimaksud dalam pemindahan tanah (earth moving) meliputi :
tanah, batuan, vegetasi (pohon, semak belukar dan alang-alang).

Sifat fisik yang harus dihadapi alat berat akan berpengaruh besar terutama dalam hal :
1. Menentukan jenis alat yang digunakan dan taksiran produksi atau kapasitas produksi.
2. Perhitungan volume pekerjaan.
3. Kemampuan kerja alat pada kondisi material yang ada.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan tidak sesuainya alat berat yang dipakai dengan
kondisi material akan menimbulkan tidak efisiensinya alat berat, yang secara otomatis akan
menimbulkan kerugian karena banyaknya waktu yang terbuang ( loss time ).

Beberapa sifat fisik material dan kondisi medan kerja yang penting untuk diperhatikan
dalam pekerjaan pemindahan tanah adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan Material
2. Berat Material
3. Bentuk Material
4. Kohesivitas Material
5. Kekerasan Material
6. Daya Dukung Tanah
7. Jarak Angkut & Kondisi Jalan
8. Iklim dan Curah Hujan

PT DARMA HENWA DUMP


BENGALON COAL
PROJECT TRAINING
PRODUKTIVITAS 2

1.1.1 PENGEMBANGAN MATERIAL

Pengembangan material adalah perubahan berupa penambahan atau pengurangan volume


material / tanah yang diganggu dari bentuk aslinya.

Pengembangan material dibagi menjadi tiga (3) kondisi, seperti gambar berikut :

Bank (BCM)Loose (LCM)Compact (CCM)


Gambar 1 : Tiga (3) kondisi pengembangan material

1. Keadaan Asli (Bank Condition)


Keadaan material yang masih alami dan belum mengalami gangguan teknologi
dinamakan keadaan asli (bank). Dalam keadaan seperti ini, butiran-butiran yang
dikandungnya masih terkonsolidasi dengan baik. Satuan volume material dalam
keadaan asli disebut “bank cubic meter” (BCM).

2. Keadaan Gembur (Loose Condition)


Material yang telah digali dari tempat aslinya, akan mengalami perubahan volume,
yaitu mengembang. Hal ini disebabkan adanya penambahan rongga udara di antara
butiran-butiran tanah, sehingga volumenya menjadi lebih besar. Satuan volume
material dalam kondisi gembur disebut “loose cubic meter” (LCM).

3. Keadaan Padat (Compact Condition)


Keadaan ini dialami oleh material yang mengalami proses pemadatan (pemampatan).
Perubahan volume terjadi karena adanya penyusutan rongga udara di antara partikel-
partikel material tersebut, sehingga volumenya menjadi berkurang. Satuan volume
material dalam kondisi padat disebut “compact cubic meter” (CCM).

Dalam perhitungan produksi, material yang didorong / digusur dengan blade, material
yang yang dimuat bucket / vessel, ataupun material yang ditebar adalah dalam kondisi
gembur. Untuk menghitung suatu volume tanah yang telah diganggu dari bentuk aslinya
dengan melakukan penggalian material tersebut, maka perlu dikalikan dengan suatu
faktor yang disebut dengan “faktor konversi”. Demikian pula untuk material yang
mendapat perlakuan pemadatan, sehingga dari gembur menjadi padat.

PT DARMA HENWA DUMP


BENGALON COAL
PROJECT TRAINING
PRODUKTIVITA 3

Tabel 1 : Faktor Konversi (Perubahan Volume Material)

Referensi : Specification and Application Handbook (Komatsu), edition 22.

Contoh Perhitungan :
Bila 300 BCM (Bank Cubic Meter) tanah clay berpasir (sand clay) asli digali, sehingga
menjadi gembur, maka berapa volumenya sekarang ?

Jawab :
Dari tabel faktor konversi, di dapat data bahwa tanah clay berpasir (sand clay), faktor
konversinya dari asli ke gembur adalah 1,25. Sehingga volumenya sekarang menjadi
volume gembur adalah :
Volume gembur = volume asli x faktor konversi
= 300 x 1,25
= 375 LCM (Loose Cubic Meter)

PT DARMA HENWA DUMP


BENGALON COAL
PROJECT TRAINING
PRODUKTIVITA 4

1.1.2 BERAT MATERIAL


Berat adalah sifat yang dimiliki oleh setiap material. Kemampuan suatu alat berat untuk
melakukan pekerjaan seperti mendorong, mengangkat, mengangkut, dan lain-lain, akan
dipengaruhi oleh berat material tersebut, seperti yang dialami oleh alat angkut di bawah
ini :

Batu Bara Pasir Besi


Gambar 2 : Perbandingan muatan dump truck yang dimuati batubara dengan pasir besi

Saat unit dump truck mengangkut batu bara dengan berat 1,2 ton/m 3, alat dapat bekerja
dengan baik. Tetapi saat unit dump truck mengangkut pasir besi dengan berat 1,8 ton/m 3,
ternyata alat angkut mengalami beban berat, sehingga unit terlihat berat untuk
menggelinding.
Tabel 2 : Data Berat Material

PT DARMA HENWA DUMP


BENGALON COAL
PROJECT TRAINING
PRODUKTIVITA 5

Lanjutan Tabel 2 : Data Berat Material

Referensi : Specification and Application Handbook (Komatsu), edition 22.


1.1.3 BENTUK MATERIAL
Faktor ini harus dipahami, karena akan berpengaruh terhadap banyak sedikitnya material
tersebut dapat menempati suatu ruangan tertentu. Material yang kondisi butirannya kecil,
kemungkinan besar isinya dapat sama (senilai) dengan volume ruangan yang
ditempatinya. Sedangkan material yang berbongkah-bongkah akan lebih kecil dari nilai
volume ruangan yang ditempatinya.
Gambar 3 : Perbandingan dump truk yang dimuati material butiran kecil dengan yang berbongkah-bongkah

Material butiran kecilMaterial berbongkah-bongkah


Pada material yang berbongkah-bongkah, bentuk materialnya terdapat rongga-rongga
udara yang memakan sebagian isi ruangan. Seberapa material yang mampu ditampung
oleh suatu ruangan tertentu dapat dihitung dengan cara mengoreksi ruangan tersebut
dengan suatu faktor yang disebut dengan “faktor muat” atau “bucket factor” atau “pay
load factor”.

PT DARMA HENWA DUMP


BENGALON COAL
PROJECT TRAINING
PRODUKTIVITA 6

1.1.4 KOHESIVITAS MATERIAL


Kohesivitas material adalah daya lekat atau kemampuan saling mengikat di antara
butiran-butiran material itu sendiri.

Pasir (struck) Tanah liat (heaped)


Gambar 4 : Perbandingan bucket yang diisi dengan material pasir dengan tanah merah

Material dengan kohesivitas tinggi (misal : tanah liat) akan mudah menggunung /
munjung (heaped), apabila menempati suatu ruangan tertentu, sehingga volume material
yang menempati ruangan tersebut kemungkinan bisa melebihi volume ruangannya.
Sedangkan material dengan kohesivitas yang kurang baik (misal : pasir), apabila
menempati suatu ruangan tertentu akan sukar menggunung / munjung dan cenderung
peres / rata (struck).

1.1.5 KEKERASAN MATERIAL

Material yang keras akan lebih sukar dikoyak, digali, ataupun dikupas oleh alat berat. Hal
ini tentunya akan menurunkan produktivitas alat tersebut. Material yang umumnya
tergolong keras adalah batu-batuan. Aplikasi alat berat yang paling umum dipakai untuk
pembongkaran material batu-batuan adalah dengan cara ripping dan drilling-blasting.

Oleh karena itu, sebelum menentukan jenis alat berat yang akan digunakan untuk
membongkar batuan, terlebih dahulu harus ditentukan tingkat rippabilitasnya. Adapun
cara penentuannya ada dua (2) cara :

1. Pengujian di Laboratorium
Dilakukan dengan cara uji kompresi dan kekerasan contoh batuan. Biasanya,
hasilnya lebih tinggi dari keadaan sebenarnya, karena mengabaikan faktor-faktor
yang ada di lapangan.

2. Pengujian di Lapangan / Lokasi Kerja


Menggunakan pengujian cepat rambat gelombang (seismic wave velocity /
rippermeter test), pengujian hambatan listrik, dan pengujian mekanis di lapangan.

PT DARMA HENWA DUMP


BENGALON COAL
PROJECT TRAINING
PRODUKTIVITA 7

Adapun pengujian yang praktis dan sering digunakan adalah dengan pengujian /
pengukuran cepat rambat gelombang seismik (seismic wave velocity test).

Secara sederhana gambaran seismic wave velocity test dilakukan seperti gambar berikut.
Hasilnya bisa diketahui kekerasan dan kedalaman masing-masing lapisan, dari yang keras
sampai yang lunak.
Microphones
Source of Vibration
a b c d e
V1 V2
V3

Gambar 5 : Seismic wave velocity test


Cara Pengujian :
Tempatkan / tanam sedikit ke tanah alat geophone ( a b c d e ) dengan jarak tertentu,
kemudian rangkai sedemikian rupa. Ujung kabel terletak pada power source, sedangkan
satunya lagi dihubungkan dengan peralatan khusus (signal stacking seismograph).
Setelah power source dipukul beberapa kali, maka akan diperoleh gambaran mengenai
kekerasan material tersebut, sehingga dapat disimpulkan tipe alat berat yang cocok.
1.1.6 DAYA DUKUNG TANAH
Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung alat berat yang berlalu-
lalang di atasnya. Apabila suatu alat berat berada di atas tanah, maka alat berat tersebut
akan memberikan “ground pressure”, sedangkan perlawanan yang diberikan adalah
“daya dukung tanah”. Jika ground pressure alat lebih besar dari daya dukung tanah,
maka akan berakibat alat berat akan terbenam / amblas.

Daya tekan alat (ground pressure)

Daya dukung tanah

Gambar 6 : Daya-daya yang mempengaruhi kerja alat berat

PT DARMA HENWA DUMP


BENGALON COAL
PROJECT TRAINING
PRODUKTIVITA 8

Nilai daya dukung tanah dapat diketahui dengan cara pengukuran / test langsung di
lapangan. Alat yang umum digunakan untuk test daya dukung tanah disebut “Cone
Penetro Meter”.

Tabel 3 : Kesesuaian Alat-alat Berat Berdasarkan Nilai Daya Dukung Tanah

Cone Index Ground Pressure Alat


Jenis Alat
(kg/cm2) (kg/cm2)
<2 Extra Swamp Dozer 0,15 ~ 0,30
2~ 4 Swamp Dozer 0,20 ~ 0,30
4~ 5 Small Bulldozer 0,30 ~ 0,60
5~ 7 Medium Bulldozer 0,70 ~ 1,30
7 ~ 10 Large Bulldozer 1,30 ~ 2,85
10 ~ 13 Motor Scraper
13 ~ 15 Wheel Loader > 3,20
> 15 Dump Truck
Referensi : Modul APAAB PT. United Tractor Tbk.

PT DARMA HENWA DUMP


BENGALON COAL
PROJECT TRAINING
PRODUKTIVITA 9

1.1.7 JARAK ANGKUT & KONDISI JALAN

Pemilihan alat-alat berat untuk transportasi sangat ditentukan oleh jarak angkut dan
kondisi jalan yang akan dilalui. Pengangkutan suatu material dengan menggunakan dump
truck akan berbeda pemilihannya dengan bulldozer, wheel loader, ataupun motor scraper.

Tabel 4 : Pemilihan Alat Berdasarkan Jarak Angkut

No. Jenis Alat Jarak Angkut (meter)

1 Bulldozer 0 ~ 100
2 Wheel Loader 0 ~ 150
3 Towed Scraper 0 ~ 400
4 Motor Scraper 200 ~ 2000
5 Dump Truck 100 ~ 3000
Referensi : Modul APAAB PT. United Tractor Tbk.

1.1.8 IKLIM & CURAH HUJAN

Dalam memilih alat-alat berat yang harus diperhatikan juga adalah tentang iklim dan
curah hujan.

Iklim dan curah hujan perlu diperhatikan, karena hal ini dapat digunakan untuk
mengetahui sampai batasan mana kerusakan landasan kerja yang ditimbulkan saat terkena
air hujan dan apakah nantinya hal ini cukup mengganggu kelangsungan kerja alat-alat
berat, sehingga dapat diketahui berapa waktu yang tersedia (jam kerja efektif)
sebenarnya.
Tabel 5 : Jumlah Hari Menunggu setelah Hujan

Jenis Tanah
Curah
Hujan Batu
Tanah
kerikil, Tanah pasir Tanah liat
(mm/hari) lempung
Batu tidak
tersaring
<3 0 0 0 0 ~ 0,5
3 ~ 10 0 0 1,0 ~ 1,5 1,5 ~ 2,0
11 ~ 30 0 ~ 0,5 0,5 ~ 1,0 1,5 ~ 2,0 2,0 ~ 3,0
> 30 1,0 1,5 ~ 2,0 2,0 ~ 3,3 3,0 ~ 4,0
Catatan : Saluran drainase kondisinya baik, nilai dapat berubah sesuai dengan kondisi topografi.
Referensi : Modul APAAB PT. United Tractor

PT DARMA HENWA DUMP


BENGALON COAL
PROJECT TRAINING
PRODUKTIVITA 1

1.2 DUMP TRUCK


1.2.1 DEFINISI DUMP TRUCK
Unit yang dipergunakan sebagai alat angkut / transportasi suatu bahan galian baik
berupa lapisan tanah penutup (waste) ataupun bahan galian itu sendiri (commodity).

1.2.2 JENIS-JENIS DUMP TRUCK


a. Heavy Dump Truck

Gambar 7 : Heavy dump truck

b. Articulated Dump Truck

Gambar 8 : Articulated dump truck

PT DARMA HENWA EXCAVAT


BENGALON COAL
PROJECT TRAINING
PRODUKTIVITA 1

BAB II
PRODUKTIVITAS DUMP TRUCK

2.1 DEFINISI PRODUKTIVITAS

Produktivitas adalah hasil dari proses produksi dalam satuan waktu tertentu.

Contoh : bcm/jam, ton/jam, m2/jam, dan lain-lain.

2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS


DUMP TRUCK

Besar kecilnya produktivitas yang dicapai oleh dump truck dipengaruhi oleh :

a. Vessel Capacity (ukuran vessel) Dump Truck & Bucket Capacity (ukuran bucket)
Alat Loading
Semakin besar ukuran vessel & bucket, maka volume material yang terambil setiap
cycle akan semakin besar.

b. Swell Factor
Sweel factor adalah sifat fisik material yang diukur dari perubahan volume padat /
bank (Bcm) menjadi volume gembur / loose (Lcm).

c. Cycle Time
Waktu yang diperlukan untuk proses pengangkutan
material. Cycle time unit dump truck meliputi waktu :
- Loading (pemuatan material ke dump truck/cycle time excavator per-1 dump truck)
- Travelling loaded (travel muatan)
- Dumping (penumpahan material ke disposal)
- Travelling empty (travel kosongan)
- Spot time (waktu tunggu akan loading)

e. Job Efficiency Factor


Faktor koreksi ini digunakan untuk mendapatkan gambaran produksi yang
sebenarnya. Untuk menentukan faktor efisiensi ini perlu disesuaikan dengan kondisi
operasi yang sebenarnya.

PT DARMA HENWA DUMP


BENGALON COAL
PROJECT TRAINING
PRODUKTIVITA 1

2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CYCLE


TIME DUMP TRUCK

Cycle time dump truck dipengaruhi oleh :

a. Cycle time alat muat / loading


Semakin cepat cycle time alat loading, maka cycle time dump truck akan lebih
cepat.

b. Jumlah cycle pemuatan alat loading ke dump truck


Ini sangat dipengaruhi oleh kapasitas vessel dump truck dan produksi alat loading
per-bucket. Semakin sedikit cyclenya, maka akan semakin cepat.

c. Jarak angkut
Semakin jauh jarak angkut, maka cycle time akan semakin lama.

d. Kecepatan hauling dump truck


Semakin tinggi kecepatan hauling dump truck, maka cycle timenya akan semakin
cepat.

e. Kondisi area dumping & area front loading


Semakin bagus kondisi area dumping dan area front loading, maka cycle time
dump truck akan semakin cepat.

f. Ketrampilan Operator
Semakin bagus ketrampilan operator dalam mengoperasikan unit, maka cycle time
akan semakin cepat.

PT DARMA HENWA DUMP


BENGALON COAL
PROJECT TRAINING
PRODUKTIVITA 1

2.4 PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS DUMP TRUCK


Rumus yang umum dipakai untuk perhitungan produktivitas dump truck adalah :

60
Q = q x Cm xE xM

Dimana :

Q = Produktivitas atau produksi per-jam (m3/jam)


q = Produksi per-cycle atau kapasitas vessel (heaped) (m3)
Cm = Cycle time (menit)
E = Job efficiency atau faktor efisiensi
M = Jumlah dump truck yang beroperasi (unit)

Adapun produksi per-cycle (q) dump truck dihitung berdasarkan rumus :

q=n x q1 x K

Dimana :

q = Produksi per-cycle (m3)


n = Jumlah cycle pemuatan alat loading ke dump truck
q1 = Bucket capacity / Kapasitas bucket (heaped) (m3)
K = Bucket fill factor

PT DARMA HENWA DUMP


BENGALON COAL
PROJECT TRAINING
PRODUKTIVITA 1
Tabel 6 : Standard Bucket Capacity

Bucket Capacity
No. Type Unit Attachment
(m3)
1 Komatsu PC 300-6 Back Hoe 1,8
2 Komatsu PC 400-6 Back Hoe 1,9
3 Komatsu PC 650 Back Hoe 3,6
4 Komatsu PC 750-6 Back Hoe 4,5
5 Komatsu PC 1000 Back Hoe 5,4
6 Komatsu PC 1100-6 Back Hoe 6,5
7 Komatsu PC 3000 Back Hoe 14
8 Komatsu PC 4000 Shovel 21
9 Liebherr R 984 Back Hoe 6,5
10 Liebherr R 994 Back Hoe 13
11 O & K RH 120-C Back Hoe 13
12 O & K RH 120-C Shovel 13
13 O & K RH 120-E Back Hoe 15
14 O & K RH 120-E Shovel 17
15 Hitachi EX 2500 Back Hoe 14,5
16 Hitachi EX 3600 Back Hoe 22
Referensi : Specification and Application Handbook (Komatsu), edition 22.
Standard Parameter Penambangan PT. PAMA, tahun 2001
Operational & Maintenance Manual

Tabel 7 : Bucket Fill Factor (Backhoe)

Referensi : Specification and Application Handbook (Komatsu), edition 22.

Tabel 8 : Bucket Fill Factor (Shovel)

PT DARMA HENWA DUMP


BENGALON COAL
PROJECT TRAINING
PRODUKTIVITA 1

Tabel 9 : Vessel Capacity

Vessel Capacity (m3)


Vessel
No. Type Unit Capacit Material Material
y (ton) Overburden Coal
1 Volvo BMA 35 / 40D 32 / 37 19 / 22,5 -
2 Komatsu HD 465 46 34,2 40
3 Komatsu HD 785-3 78 51 55
4 Komatsu HD 785-5 91 60 80
5 Komatsu HD 1500 150 78 -
6 Euclid EH 1700 98 - -
7 Patria Vessel SST 74 (SDT) 65 - 74
8 Patria Vessel SST 75 (SDT) 68 - 75
9 Patria Vessel SST 77 (SDT) 70 - 77
Referensi : Specification and Application Handbook (Komatsu), edition 22.
Standard Parameter Penambangan PT. PAMA, tahun 2001
Operational & Maintenance Manual

2.4.2 CYCLE TIME (Cm )

Dimana :
Cm Cm = time
= Cycle t1 dump
+ t2truck
+ t3 + t4 + t5
(menit) Ce = Cycle time alat loading (menit)
t1 = Waktu loading (menit) D = Jarak angkut (meter)
t2 = Waktu travel muatan (menit) v1 = Kecepatan muatan (m/menit)
t3 = = (n x Ce) + (D / v1) + t3 + (D / v2) +
Waktu dumping (menit) --- lihat tabel v2 = Kecepatan kosongan (m/menit)
t4 = Waktu travel kosongan (menit)
t5 = t5
Waktu tunggu loading / spot time (menit) --- lihat tabel
n = Jumlah cycle pemuatan alat loading ke dump truck

PT DARMA HENWA DUMP


BENGALON COAL
PROJECT TRAINING
PRODUKTIVITA 1

Tabel 10 : Standard Cycle Time Hydraulic Excavator

Cycle Time Cycle Time


Attachmen (detik) (detik)
No. Type Unit
t Material Material
Overburden Coal
1 Komatsu PC 300-6 Back Hoe 15 ~ 21 18 ~ 23
2 Komatsu PC 400-6 Back Hoe 16 ~ 22 19 ~ 24
3 Komatsu PC 650 Back Hoe 22 ~ 27 22 ~ 26
3 Komatsu PC 750-6 Back Hoe 18 ~ 24 22 ~ 26
4 Komatsu PC 1000 Back Hoe 25 ~ 30 25 ~ 30
5 Komatsu PC 1100-6 Back Hoe 22 ~ 28 24 ~ 26
6 Komatsu PC 3000 Back Hoe 24 ~ 28 32 ~ 38
* *
7 Komatsu PC 4000 Shovel 21 ~ 27 -
*
8 Liebherr R 984 Back Hoe 22 ~ 28 24 ~ 26
9 Liebherr R 994 Back Hoe 24 ~ 28 32 ~ 36
10 O & K RH 120-C / RH 120- E Back Hoe 24 ~ 28 32 ~ 38
11 O & K RH 120-C / RH 120- Shovel 24 ~ 30 -
E
12 Hitachi EX 2500 Back Hoe 24 ~ 28 32 ~ 38 *
*
13 Hitachi EX 3600 Back Hoe 26 ~ 32 * 32 ~ 38 *
Referensi : Specification and Application Handbook (Komatsu), edition 22.
Standard Parameter Penambangan PT. PAMA, tahun 2001
(*) : Cycle time PC 3000, PC 4000, EX 2500, EX 3600 berdasarkan pengambilan data di lapangan.

Tabel 11 : Dumping time (t3) Tabel 12 : Spot time (t5)

Referensi : Specification and Application Handbook (Komatsu), edition 22.

PT DARMA HENWA DUMP


BENGALON COAL
PROJECT TRAINING
PRODUKTIVITA 1

2.4.3 JOB EFFICIENCY (E )


Faktor koreksi ini digunakan untuk mendapatkan gambaran produksi yang sebenarnya.
Untuk menentukan faktor efisiensi ini perlu disesuaikan dengan kondisi operasi yang
sebenarnya.

Tabel 11 : Job Efficiency

Referensi : Specification and Application Handbook (Komatsu), edition 22.

2.4.4 MATCHING FACTOR (MF)

Cm DT
MF = = 1
N x n x Cm EXC

Cm DT
N =
n x Cm EXC
Dimana :

MF = Matching factor
Cm DT = Cycle time alat angkut (menit)
Cm EXC = Cycle time alat loading (menit)
N = Kebutuhan alat angkut (unit)
n = Jumlah cycle pemuatan alat loading ke alat angkut

PT DARMA HENWA DUMP


BENGALON COAL
PROJECT TRAINING
PRODUKTIVITA 1

2.4.5 CONTOH PERHITUNGAN

1. Hitunglah produktivitas HD 785-5 (1 unit) dalam (bcm/jam) dengan data-data sebagai


berikut :

Waktu loading RH 120-E (Ce) = 25 detik = 0,42 menit


Kecepatan travel muatan (v1) = 20 km/jam = 20/60 = 0,33 km/menit
Kecepatan travel kosongan (v2) = 30 km/jam = 30/60 = 0,50 km/menit
Kondisi area dumping & front = BAGUS
Jarak front–disposal (D) = 2500 m = 2,5 km
Material yang digali = Clay, Swell factor (f) = 1,43)
Bucket fill factor (K) = 0,90
Kapasitas bucket (q1) = 17 m3
Faktor effisiensi (E) = 0,75 (rata-rata / average)

Jawaban :

Kapasitas vessel HD 785-5 (qv) (lihat tabel 9) = 60 m3


Sehingga jumlah cycle (n) RH 120-E ke HD 785-5 adalah :

n = qv / (q1 x K) = 60 / (17 x 0,9) = 60 / 14,4 = 4,17 ~ 4 kali

Cycle Time (Cm) = t1 + t2 + t3 + t4 + t5


= (nxCe) + D/v1 + t3 + D/v2 + t5
= (4 x 0,42)+(2,5/0,33)+(tabel 11)+(2,5/0,5)+(tabel 12)
= 1,68 + 7,58 + 0,6 + 5,0 + 0,15
= 15,01 menit

Produksi HD 785-5/cycle (q) = n x q1 x K = 4 x 17 x 0,9 = 57,6 m3

Produktivitas HD 785-5 (Q) = q x 60 x E x M


Cm
= 57,6 x 60 x 0,75 x 1 = 172,685 m3 / jam (loose)
15,01
Produktivitas HD 785-5 dalam (bcm/jam) = Q / f = 172,685 / 1,43 = 120,78
~ 121 bcm / jam

PT DARMA HENWA DUMP


BENGALON COAL
PROJECT TRAINING
PRODUKTIVITA 1

2. Hitunglah berapa dump truck HD 785-5 yang dibutuhkan dalam 1 fleet, jika
diketahui :

Cycle time PC 4000 (Cm EXC) = 24 detik


Jumlah cycle loading PC 4000 per-1 HD 785 (n) = 3 kali
Cycle time HD 785 (Cm DT) = 15 menit

Jawaban :

Cm EXC = 24 detik = 24 / 60 = 0,4 menit

Jadi kebutuhan HD 785 (N) = Cm DT / (n x Cm EXC) = 15 / (3 x 0,4)


= 15 / 1,2
= 12,5 ~ 13 unit

Jawaban :

Kapasitas vessel HD 785-5 (qv) (lihat tabel 9) = 60 m3


Sehingga jumlah cycle (n) RH 120-E ke HD 785-5 adalah
:

n = qv / (q1 x K) = 60 / (17 x 0,9) = 60 / 14,4 = 4,17 ~ 4 kali

Cycle Time (Cm) = t1 + t2 + t3 + t4 + t5


= (nxCe) + D/v1 + t3 + D/v2 + t5
= (4 x 0,42)+(2,5/0,33)+(tabel 11)+(2,5/0,5)+(tabel 12)
= 1,68 + 7,58 + 0,6 + 5,0 + 0,15
= 15,01 menit

Produksi HD 785-5/cycle (q) = n x q1 x K = 4 x 17 x 0,9 = 57,6 m3

Produktivitas HD 785-5 (Q) = q x 60 x E x M


Cm
= 57,6 x 60 x 0,75 x 1 = 172,685 m3 / jam (loose)
15,01
Produktivitas HD 785-5 dalam (bcm/jam) = Q / f = 172,685 / 1,43 = 120,78
~ 121 bcm / jam

PT DARMA HENWA DUMP


BENGALON COAL
PROJECT TRAINING

Anda mungkin juga menyukai