Anda di halaman 1dari 10

Faktor Pengembangan dan Penyusutan Material (Swell Faktor) By M Hadi H, ST.

5:21 PM 1
Comment Yang dimaksud dengan faktor pengembangan dan penyusutan material adalah
perubahan (penamhahan atau pengurangan) volume material apabila material tersebut
diganggu dari bentuk aslinya (digali, dipindahkan, diangkut atau dipadatkan). Perubahan
volume tersebut diikuti pula dengan perubahan berat volume (density) dari material tersebut
Dengan kata lain, faktor pengembangan dan penyusutan volume sama dengan faktor
perubahan density material dalam kondisi yang sama Baca Juga Inovasi Paving Block Dengan
Serbuk Kaca Daur Ulang Memahami Material Safety Data Sheet MSDS Ini Dia Aspal Karet
Untuk Kualitas Jalan Yang Lebih Baik Berdasarkan adanya perubahan tersebut pengukuran
volume maupun density material dibedakan atas: Keadaan asli (bank, insitu) Yaitu keadaan
material yang masih asli alami, belum mengalami gangguan teknologi (lalu lintas peralatan,
digali, dipindahkan, diangkut atau dipindahkan) Dalam keadaan seperti itu, butiran butiran
material masih terkonsolidasi dengan baik. Satuan volume material dalam kondisi asli tersebut
disebut meter kubik dalam keadaan asli (bank cubic meter atau BCM). Keadaan gembur (loose)
Material yang telah tergali dari tempat aslinya (kondisi asli), akan mengalami perubahan
volume, yaitu mengembang. Hal ini karena adanya penambahan rongga udara di antara
butiran-butiran material Volumenya lebih besar tetapi beratnya tetap. Satuan volume material
dalam keadaan gembur umumnya disebut meter kubik gembur (loose cubic meter atau LCM)
Keadaan padat (compacted) Keadaan ini dialami oleh material yang mengalami proses
pemadatan (pemampatan), di mana volumenya akan menyusut Perubahan volume dikarenakan
adanya pengurangan rongga udara (void) di antara butiran-butiran material Dalam hal ini
volume akan menjadi lebih kecil, sedang beratnya tetap. Satuan volume material dalam
keadaan padat umumnya disebut meter kubik padat (compacted cubic meter atau CCM).
Berikut faktor pengembangan dan penyusutan material Baiklah, karena ada yg ingin contoh
perhitungannya, mari kita lihat contoh perhitungannya. Pada suatu lahan, dibutuhkan tanah
timbun untuk menutupi lahan tersebut agar bisa di bangun. Setelah dilakukan
perhitungan, didapatkan volume kekurangan tanah pada lahan tersebut agar sesuai yg dgn
elevasi yg dibutuhkan adalah sebanyak 160 m3. Disatu sisi, ada penjual tanah timbun (quari
A) yg menjual tanah dengan hitungan harga permeter kubik. Misalkan jenis tanah adalah
sandy clay. Hitungan dilakukan dengan cara hitungam dump truk, anggap setelah dilakukan
perhitungan, 1 truk volumenya 5 m3. Pertanyaanya, berapa mobil truk tanah yg kita
butuhkan? Atau berapa m3 yg harus kita beli di kuari A? Lihat tabel. Karna kita belinya volume
diatas truk, maka tanah yg kita beli adalah tanah gembur/loose. Dan volume yg kita butuhkan td
yg sebesar 160m3 pada lahan kita tentu harus di padatkan. Jadi Dasar pertama yg kita
tentukan adalah padat(compact) pada jenis tanah sandy clay. Lihat inisial c. Nilai
compact 1.00 (nilai tujuan akhir) . Lalu lihat nilai loose.(kondisi saat kita beli) nilainya adalah
1.39. Sehingga kita perlu tanah senilai 160 m3 x 1.11 = 222.4 m3 Sehingga tanah yg
dibutuhkan adalah 222.4 m3. Jadi berapa mobil truk kah yg harus kita pesan?? 222.4 m3 :5 =
44.48 ~ 45 mobil Untuk kasus yg sama, ada kuari B yg menjual tanah dengan jenis sama, tapi
bukan melalui hitungam volume dalam mobil, pemilik quari tersebut sudah menghitung 1
volume bukit kecil yg ada di salah satu quarinya, satu bukit kecil volumenya 50 m3. Jadi perlu
pesan berapa bukit yg harus kita beli? Lihat kembali inisial c pada tanah yg sama yaitu sandy
clay. Nilai compact 1.00 (nilai tujuan akhir). Lalu lihat nilai bank/asli.(kondisi saat kita
beli) nilainya adalah 1.11. Sehingga kita perlu tanah senilai 160 m3 x 1.39 = 177.6 m3
Sehingga tanah yg dibutuhkan adalah 177.6 m3. Jadi berapa bukit kah yg harus kita
pesan?? 177.6 m3 :5 = 3.5 bukit.

Source: https://www.ilmubeton.com/2018/03/faktor-pengembangan-dan-penyusutan.html
MEMAHAMI MEDAN KERJA DAN SIFAT FISIK MATERIAL
Material yang berada dipermukaan bumi ini sangat beraneka ragam, baik jenis, bentuk dan lain
sebagainya. Oleh karenanya alat yang digunakan memindahkanpun beraneka ragam pula., Yang
dimaksud dengan material dalam pekerjaan pemindahan tanah (earth moving), meliputi
tanah,batuan, vegetasi (pohon, semak belukar dan alang-alang). Sifat phisik yang harus dihadapi
alat berat akan berpengaruh besar terutama dalam hal :
1. menentukan jenis alat yang digunakan dan taksiran produksi atau kapasitas produksinya.
2. Perhitungan volume pekerjaan
3. Kemampuan kerja alat pada kondisi material yang ada.

Jadi dengan tidak sesuainya alat dengan kondisi material, akan menimbulkan kesulitan berupa tidak
efisiensinya alat berat, yang otomatis akan menimbulkan kerugian karena banyaknya waktu yang
terbuang (loss time).
Baberapa sifat phisik material dan kondisi medan kerja yang penting untuk siperhatikan dalam
pekerjaan pemindahan tanah adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan Material
2. Berat Material
3. Bentuk Material
4. Kohesivitas Material
5. Kekerasan Material Daya Dukung Tanah

Pengembangan Material
Yang dimaksud dengan pengembangan material adalah perubahan berupa penambahan atau
pengurangan material/tanah yang diganggu dari bentuk aslinya. Dari faktor tersebut kondisi material
dibagi dalam tiga bagian. Seperti pada gambar 1 berikut ini :

GAMBAR 1

a) Keadaan asli (Bank condition)


Keadaan material yang masih alami dan belum mengalami gangguan teknologi dinamakan keadaan
asli (Bank). Dalam keadaan seperti ini, butiran-butiran yang dikandungnya masih terkonsilidasi
dengan baik. Satian volume material dalam kondisi asli disebut meter kubik dalam keadaan asli
(Bank Cubic Meter atau BCM)

b) Keadaan gembur (loose condition)


Material yang telah digali dari tempat asalnya, akan mengalami perubahan volume, yaitu
mengembang. Hal ini disebabkan adanya penambahan rongga-rongga udara pada butiran-butiran
tanah. Dengan demikian volumenya bertambah besar. Satuan volume material dalam kondisi
gembur umumnya disebut meter kubik dalam keadaan gembur (Loose Cubic Meter atau LCM)
c) Keadaan padat (Compact condition)
Keadaan ini akan dialami oleh material yang mengalami proses pemadatan (pemampatan).
Perubahan volume terjadi, karena adanya penyusutan rongga udara diantara partikel-partikel
material tersebut. Dengan demikian volumenya berkurang, sedangkan beratnya tetap. Satuan
material dalam kondisi padat disebut meter kubik dalam keadaan padat (Compact Cubic Meter atau
CCM).

Dalam perhitungan produksi, material yang didorong/digusur dengan blade, yang dimuat dengan
bucket atau vessel, kemudian ditebar adalah dalam kondisi gembur. Untuk menghitung volume
tanah sudah diganggu dari bentuk aslinya, dengan melakukan penggalian material tersebut, atau
melakukan pemadatan dari material yang sudah gembur menjadi padat, perlu dikalikan dengan
faktor yang disebut faktor konversi.

Contoh 1 : bila 300 BCM (Bank Cubic Meter) tanah biasa asli digali sehingga menjadi gembur, maka berapa volumenya sekarang ?
Jawab : Dari tabel faktor konversi, disapat data, bahwa tanah berpasir, faktor konversi dari asli ke gembur adalah 1.25, maka
volume sekarang menjadi,
volume gembur = Volume asli x faktor
= 300 x 1.25
= 375 LCM (Loose Cubic Meter)

Contoh 2 : Ada 400 LCM tanah berpasir dalam keadaan gembur. Apabila kemudian tanah ini dipadatkan dengan
compactor, maka berapakah volume sekarang :
Jawab : Kembali lihat tabel. Kemudian akan diperoleh faktor konversi tanah berpasir dari gembur kepadat 0.72,
maka :
Volume padat = volume gembur x faktor
= 400 x 0.72

= 288 CCM (Compacted Cubik Meter)

Berat Material

Berat adalah sifat yang dimiliki oleh setiap material. Kemampuan suatu alat berat untuk melakukan
pekerjaan seperti mendorong, mengangkat, mengangkut dan lain-lain, akan dipengaruhi oleh berat
material tersebut. Seperti yang di alami oleh alat pada gambar 2, dibawah ini :
Waktu mengangkut tanah dengan berat 1.5 ton/m3, alat bekerja dengan baik. Tetapi pada saat
mengangkut tanah dengan berat 1.8 ton/m3, ternyata alat angkut mengalami beban berat sehingga
unit terlihat berat untuk menggelinding.

Bentuk Material

Faktor ini harus dipahami, karena akan berpengaruh terhadap banyak sedikitnya material
tersebutdapat menempati suatu ruangan tertentu. Mengingat material yang kondisi butirannya kecil,
kemungkinan isi dapat sama (senilai) dengan volume ruangan yang ditempatinya. Sedangkan
material yang berbongkah-bongkah akan lebih kecil dari nilai volume ruangan yang ditempati.
Oleh karena itu, material jenis ini akan berbentuk rongga-rongga udara yang memakan sebagian isi
ruangan. Beberapa material yang mampu ditampung oleh suatu ruangan dapat di hitung dengan
caramengoreksi ruangan tersebut dengan suatu faktor yang disebut “faktor muat” :”Bucket Factor”
atau “Pay Load Factor”.

Kohesivitas Material

Yang disebut kohesivitas material adalah daya lekat atau kemampuan saling mengikat diantara
butir-butir material itu sendiri.

Material dengan kohesivitas tinggi akan mudah menggunung. Jadi apabila material itu berada pada
suatu tempat, akan mujung. Volume material yang menempati ruangan ini ada kemungkinan bisa
melebihi volume ruangannya. Umpamanya tanah liat. Sedangkan material yang kohesivitas yang
kurang baik, misalnya pasir, apabila menempati suatu ruangan akan sukar menggunung. Melainkan
cenderung peres/rata (struck).

Kekerasan Material.

Material yang keras akan lebih sukar untuk di koyak, di gali atau di kupas oleh alat berat. Hal ini
akan menurunkan produktivitas alat tersebut. Material yang tergolong keras adalah obat-batuan.
Aplikasi alat berat yang paling umum untuk material batu-batuan ialah : pembongkaran batu dengan
cara ripping. Oleh karena itu sebelum menentukan alat berat yang akan digunakan meripping
batuan, terlebih dahulu di tentukan tingkat appabilitasnya.

Metode untuk menentukan rippabilitas :

A. Mengklasifikasi jenis dan tekstur batuan.

Batuan sedimen
1. Berbentuk lapisan-lapisan
2. Semakin tipis lapisan semakin mudah di ripping
3. Contoh : Sand stone, limestone, shale, konglomerate.
Batuan Beku
1. Tidak membentuk perlapisan
2. Relatif sulit untuk di ripping
3. Contoh : Granite, basalt, andesite, dll.
Batuan Metamorfik
1. Berbeda-beda rippabilitasnya tergantung pada : tebal perlapisan dan kekuatan ikatan kristalnya
2. Contoh : Gneiss, schist, kwarsit, dll.

Tingkat rippabilitas batuan ditentukan oleh :

 Tingkat pelapukan batuan


 Kekuatan ikatan kristal batuan

Mudah di ripping :

1. Ada “fault” atau patahan


2. Tingkat pelapukan tinggi
3. Kristalnya mudah lepas.
4. Memiliki banyak lapisan tipis.
5. Memiliki retakan yang besar.
6. Mengalami perembesan oleh air
7. Memiliki pperlapisan vertikal.

Sulit di ripping

1. Memiliki partikel-partikel kecil yang padat


2. Memiliki cukup kadar air untuk memadatkan permukaan batu.
3. Tidak ada retakan
4. Masif dan homogenikatan kristalnya yang kuat.

B. Penentuan dengan pengujian di laboratorium.

 Dilakukan dengan cara uji kompresi dan kekerasan contoh batuan.


 Hasilnya lebih tinggi dari keadaan sebenarnya, karena : mengabaikan faktor-faktor yang ada di
lapangan.

C. Penentuan dengan pengujian di lokasi / lapangan.


Metoda :

 Pengujian cepat rambat gelombang (seismic wave velocity/rippermeter test).


 Pengujian hambatan listrik
 Pengujian mekanis di lapangan.
Yang praktis dan paling sering di gunakan adalah :pengukuran cepat rambat gelombang seismik
(seismic wave velocity test).

Secara sederhana gambaran seismik wave velocity test dilakukan seperti gambar berikut. Hasil bisa
di ketahui kekerasan dan kedalaman masing-masing lapisan keras sampai yang lunak.
Cara pengetesan :
Dengan menempatkan /sedikit tertanam alat ceophone a b c d e dengan jarak tertentu kemudian
dirangkaikan sedemikian rupa, ujung kabel pada power source, satu lagi di hubungkan dengan
peralatan khusus (Signal Stacking Seismograph).Setelah power source dipukul beberapa kali, maka
akan diperoleh gambaran mengenai kekerasan material tersebut. Sehingga dapat di simpulkan type
alat berat yang cocok.

Daya Dukung Tanah

Adalah kemampuan tanah untukmendukung alat berat yang berlalu-lalang diatasnya. Apabila suatu
alat berat berada di atas tanah, maka alat berat tersebut akan memberikan “Ground pressure”,
sevangkan perlawanan yang diberikan adalah “Daya Dukung”. Jika ground pressure alat lebih besar
dari daya dukung tanah, maka alat tersebut akan terbenam.
Nilai daya dukung tanah dapat diketahui dengan cara pengukuran/test langsung di lapangan seperti
gambar di atas. Alat yang umum digunakan untuk test daya dukung tanah disebut “Cone Penetro
Meter”.

https://www.academia.edu/30400724/Resume_Pemuatan_dan_pengangkutan

https://studylibid.com/doc/158551/perencanaan-penggunaan-alat-berat-dan

http://eprints.polsri.ac.id/1640/3/bab%202.pdf

https://id.scribd.com/doc/90953673/Manajemen-Alat-Berat

http://albert03poliban.blogspot.com/2013/11/manajemen-alat-berat.html

https://id.scribd.com/doc/142194135/Presentasi-Manajemen-Peralatan-Tambang-Febrianto
3. Silika Boxwork

merupakan zona transisi antara zona limonit dan saprolite, zona ini berwarna putih–orange chert,
quartz, mengisi sepanjang fractured dan sebagian menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen
peridotite, sebagian mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral
opal, magnesite. Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam boxwork mungkin berasal dari nikel ore
yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat pada bedrock yang serpentinized.

Anda mungkin juga menyukai