Anda di halaman 1dari 14

Oleh

Nama : Masril Samsul


Npm : 07381611021

Program Studi Teknik Pertambangan


Fakultas Teknik
Universitas Khairun Ternate
2019
A. UMUM
Persoalan dasar perancangan proyek pada umumnya berkaitan dengan
berbagai kondisi yang membatasi keleluasaan pelaksanaan proyek itu.
Pembatas tersebut misalnya waktu, biaya, peralatan, tenaga terampil, dan
lain-lain. Sebelum perencanaan jaringan (network planning) diperkenalkan
praktis tidak terdapat teknik atau prosedur yang cukup sistematis untuk
merencanakan dan mengendalikan proyek-proyek serta untuk menilai
hasil-hasilnya. Perencanaan jaringan meletakkan dasar-dasar pendekatan
yang lebih umum dan lebih formal bagi perencanaan dan pengendalian
proyek.
Perencanaan jaringan seperti yang dikenal pada saat ini merupakan

alat yang perkembangannya bertolak dari konsep lintasan kritis. Arti


penting perencanaan jaringan terletak pada penyederhanaan. Konsep ini
merubah suatu proyek yang kompleks mejadi sebuah gambaran grafis yang
sederhana, dan di samping itu ia dapat bekerja tanpa memerlukan terlalu
banyak analisa matematika. Konsep di atas dikemudian hari berkembang
dengan cepat dan menumbuhkan berbagai sistem walaupun di antara
sistem-sistem tersebut sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang menonjol.
1. Metode lintasan kritis atau Critical Part Method (CPM).
2. Teknik evaluasi dan revisi proyek atau Project Evaluation and
Review Technique (PERT).
3. Teknik evaluasi dan revisi proyek dengan mempertimbangkan aspek
biaya atau PERT With Cost (PERTCO).
4. Perencanaan dan penjadualan proyek atau Project Planning and
Scheduling (EPS).
5. Penjadualan lintasan kritis atau Critical Part Scheduling (CPS).
Sistem-sistem di atas menyajikan proyek dalam bentuk diagram-

diagram yang mudah dibaca, mengungkapkan dengan jelas hubungan yang


ada antara elemen-elemen proyek dan memperlihatkan urutan-urutan dari
pada deretan tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu yang dikehendaki.
Dewasa ini penggunaan sistem-sistem yang baru dikemukakan telah
cukup meluas dan ditandai dengan hasil-hasil yang memuaskan, misalnya
di bidang pekerjaan-pekerjaan konstruksi, riset, operasi-operasi militer,
penerbangan angkasa luar, pengembangan perguruan tinggi dan pekerjaan
lain
Perkembangan metode lintasan kritis atau Critical Part Method

(CPM) berjalan bersama-sama dengan perkembangan sistem lain yang


dikenal sebagai PERT. PERT diperkembangkan pada tahun 1958 pada U.S.
Navy Special Project untuk merencanakan dan mengendalikan program
sistem peluru kendali polaris.
CPM yang berpijak pada dasar yang sama dengan PERT
dikembangkan oleh suatu tim dari Du Pont Company pada tahun 1957.
Orientasi sistem ini tidak terbatas semata-mata pada faktor waktu.
Disamping itu, CPM dikembangkan dengan tujuan untuk menekan biaya
untuk melaksanakan perbaikan pabrik, perawatan, pekerjaan konstruksi,
dan lain-lain
Sebagai akibat dari berbagai penyederhanaan yang masih mencakup
lingkup proyek yang luas, baik CPM maupun PERT dan sistem-sistem
yang lain diikuti dengan manfaat-manfaat sebagai berikut :
1. Memudahkan perencanaan, penjadwalan dan pengendalian proyek.
2. Memungkinkan perencanaan proyek dengan detail yang lebih mendalam
untuk jangka waktu yang cukup panjang.
3. Alat yang baik untuk mendokumentasikan dan mengkomunikasikan data,
masalah-masalah dan tujuan-tujuan perencanaan proyek.
4. Membantu memperkirakan kesukaran-kesukaran yang mungkin timbul
pada waktu yang akan datang.
5. Mengungkapkan aktifitas-aktifitas yang kritis yang mengendalikan seluruh
proyek.
6. Mudah memperlihatkan akibat-akibat perubahan teknik dan urutan-urutan
pelaksanaan sebagai aktivitas terhadap jadwal proyek.
Langkah pertama untuk bekerja sebagai konsep lintasan kritis, untuk

selanjutnya akan disebut perencanaan jaringan, adalah memecah proyek


atau program menjadi sejumlah aktivitas yang jelas batas-batasnya.
Aktivitas-aktivitas ini dapat dirumuskan dengan bermacam-macam cara
yang berlainan, pada dasarnya aktivitas merupakan elemen dari suatu
proyek yang untuk melaksanakannya diperlukan waktu, biaya, tenaga
manusia, peralatan serta unsur lain.
 Aktivitas berdasarkan metode anak panah atau notasi anak panah.

 Aktivitas berdasarkan metode lingkaran atau notasi lingkaran.


a. Aktivitas.
Aktivitas digambarkan oleh sebuah panah ( ).

Identitasnya dinyatakan pada anak panah itu, demikian pula waktu yang
diperlukan untuk melaksanakannya (lihat Gambar 9.1.).
b. Aktivitas semu.
Aktivitas ini bersifat semu dan digunakan untuk menyatakan hubungan yang
ada antara satu aktivitas dengan aktivitas yang lain. Karena sifatnya yang semu,
aktivitas ini tidak memerlukan sumber atau resources untuk melaksanakannya.
Aktivitas semu digambarkan dengan panah terputus-putus (- - ).
Gambar Notasi Anak Panah dan Notasi Lingkaran.
c. Kejadian.
Kejadian adalah sebuah titik dalam deretan waktu. Kejadian merupakan
titik pangkal atau akhir dari sebuah aktivitas. Kejadian digambarkan
dengan tanda lingkaran dengan nomor kejadian di dalamnya.

Gambar Kejadian.
Pada sistim ini aktivitas digambarkan dengan lingkaran-lingkaran.

Anak panah digunakan untuk menyatakan hubungan yang ada antara satu
aktivitas dengan aktivitas yang lain. Diagram jaringan pada contoh di atas
dengan sistem ini dapat dilukiskan sebagai berikut :

Gambar Contoh Notasi Lingkaran


Sekian
dan
terima kasih

Anda mungkin juga menyukai