Anda di halaman 1dari 4

Nomor : Jakarta,

Klasifikasi :
Lampiran : Kepada
Perihal : Petunjuk Pelaksanaan Pekerjaan
Yth. 1. Para Kepala Unit Pelaksana Teknis
Timbunan dan Dinding Penahan
(UPT) di Lingkungan Direktorat
Tanah
Jenderal Perhubungan Laut selaku
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
2. Para Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) Belanja Modal Pembangunan
Fasilitas Pelabuhan Laut
di
TEMPAT

1. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara


Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Peraturan Presiden
Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah beserta
perubahannya, salah satu tugas dan kewenangan KPA dan PPK adalah memberikan
supervisi, konsultasi, dan pengendalian pela ksanaan kegiatan dan anggaran, serta
menyusun laporan keuangan dan kinerja sesuai dengan peraturan dan ketentuan
yang berlaku.
2. Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan timbunan dan dinding penahan tanah seperti
causeway, timbunan tanah pilihan dan talud pada pembangunan fasilitas pelabuhan
laut, Saudara diminta untuk mengikuti ketentuan sebagai berikut :
a. Dalam menentukan material dan alat yang digunakan dalam pekerjaan timbunan
tanah, Kontraktor Pelaksana wajib melakukan survey quarry atau lokasi galian
tanah timbunan serta melakukan uji kepadatan lapangan (field density),
permeability lapangan (field permeability), Berat Jenis (specific gravity), Kadar
Air (water content), konsistensi (consistency/Atterberg Limit), gradasi (gradation),
kepadatan laboratorium (proctor compaction) dengan mendapat persetujuan dari
PPK dan Konsultan Supervisi;
b. Berdasarkan SNI 2835 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perhitungan Harga
Satuan Pekerjaan Tanah Untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan,
pelaksana kegiatan wajib memperhitungkan shrinkage (susut) tanah timbunan
akibat pemadatan dengan toleransi tambahan 5%-20%. Untuk timbunan tanah
biasa kebutuhan volume harus dibagi dengan penyusutan sebesar 0,85 yang
mengacu pada SNI 13-6425-2000 tentang Metode pengujian Indeks
Pengembangan Tanah;
c. Persyaratan material timbunan adalah sebagai berikut :
1) Timbunan pilihan terdiri dari tanah berbatu atau batu berpasir dengan ukuran
butir maksimum tidak boleh lebih dari 7,5 cm serta memiliki nilai CBR
minimum 10% sesuai SNI 03-1743-1989;
2) Jika timbunan dilaksanakan pada kondisi jenuh (terkena dampak pasang
surut), syarat material timbunan haruslah pasir atau kerikil dengan Indeks
Plastisitas (PI) maksimum 6%
/3) Dalam...
3) Dalam hal pengendalian mutu material timbunan, wajib dilaksanakan
pengujian material timbunan yang dibawa ke lapangan setiap 1000 meter
kubik dari setiap sumber bahan
d. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan timbunan sebagai berikut :
1) Tanah timbunan yang dibawa menggunakan dump truck harus ditempatkan
sedemikian rupa, sehingga jarak tumpahan dengan hamparan dapat
memenuhi 30 cm pada seluruh permukaan;
2) Tumpahan tanah dari Dump Truck diratakan dengan Bulldozer atau Grader
untuk mencapai ketebalan hamparan kurang lebih 30 cm;
3) Pada bagian bawah timbunan atau di atas tanah asli yang berhubungan
denga dinding penahan tanah diberi lapisan geotextile sebagai bahan
stabilisasi tanah dasar serta mencegah aliran air naik ke permukaan yang
dapat mengganggu perkuatan struktur bangunan. Pemasangan geotextile
dilakukan overlapping sepanjang 1 meter;
4) Untuk kondisi tanah yang kurang baik, dapat menggunakan cerucuk dan
matras bambu sesuai dengan hasil perancangan teknis
5) Pelaksana kegiatan wajib melaksanakan settlement record berupa
pemasangan settlement plate untuk memonitor penurunan tanah timbunan
serta melakukan pengamatan pergerakan horizontal tanah dengan
inclinometer dan pengamatan muka air dengan piezometer;
6) Pelaksana kegiatan wajib memperhatikan kadar air timbunan secara visual,
jika selama pemadatan timbul debu berarti kadar air diindikasi kurang, dan
apabila selama pemadatan air tanah keluar (timbul genangan) maka kadar
air terindikasi tinggi;
7) Penimbunan harus dilakukan lapis perlapis dengan ketebalan maksimum
hamparan material sebelum dipadatkan adalah 30 cm, pada sisi kemiringan
luar atau dalam supaya dilebihkan minimal 50 cm dari garis rencana agar
pada saat setelah perapihan didapat kepadatan yang sama diseluruh bidang
rencana;
8) Tanah timbunan dipadatkan dengan alat pemadat Vibro Roller atau Sheep
Foot Roller sebanyak 6 lintasan, untuk selanjutnya dilakukan pengambilan
sampel tanah dan mengukur kepadatannya (berat volume keringnya).
Apablia tanah timbunan masih kurang, maka dilakukan penambahan lintasan
pemadatan;
9) Bidang pemadatan harus overlapping kurang lebih 15 cm, agar seluruh
permukaan terpadatkan. Lapisan pertama yang telah selesai dipadatkan,
diambil sampelnya setiap jarak 50 cm dan diperiksa kepadatannya;
10) Tingkat kepadatan yang dipersyaratkan adalah kepadatan kering lapangan
yang dihasilkan minimal 90% (Sembilan puluh persen) dari kepadatan kering
maksimum laboratorium sesuai dengan SNI 03-1742-1989 tentang Metode
Pengujian Kepadatan Ringan untuk Tanah;
11) Apabila kepadatan telah memenuhi syarat, maka lapisan berikutnya baru
boleh untuk dihampar;
12) Apabila musim hujan, sebaiknya hamparan tanah dibatasi seperlunya saja
dan dilindungi/ditutupi dengan terpal. Bila hujan cukup deras, pekerjaan
harus dihentikan.

/e. Persyaratan…
e. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan dinding penahan tanah sebagai berikut :
1) Batu Karang, batu kapur dan batuan lainnya yang bersifat rapuh, berongga
ataupun berpori tidak dapat digunakan sebagai material pasangan batu;
2) Sebelum pekerjaan dinding penahan tanah dilaksanakan, harus diperhatikan
kebersihan lingkungan tepi sekitar dinding dari tumbuhan dengan akar yang
dapat merusak dinding;
3) Sebelum material batu disusun, batu harus dibersihkan dari lumpur atau
tanah yang menempel;
4) Material batu disusun dan diletakkan sesuai gambar rencana dengan mortar
sebagai pengikat antar batu. Adonan mortar dirapikan dengan menggunakan
jidar (sendok semen).
5) Weep hole (pipa PVC) wajib dipasang pada tubuh dinding penahan tanah
dan diberikan ijuk dengan tujuan menghalangi butiran-butiran tanah yang
dapat menghambat pengaliran
f. Perhitungan dan pembayaran material timbunan harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1) Pembayaran pekerjaan timbunan adalah termasuk pekerjaan penggalian
ditempat asal material, pengangkutan, penghamparan, penyiraman (bila
perlu) pemadatan dan tes kepadatan yang dihitung dalam m 3 (meter kubik)
timbunan terlaksana sesuai gambar rencana atau sesuai perintah PPK;
2) Dasar perhitungan volume timbunan harus berdasarkan gambar penampang
melintang profil tanah asli sebelum ditimbun yang telah disetujui dan gambar
pekerjaan akhir hingga elevasi sebagai yang disyaratkan dapat diterima;
3) Metode perhitungan haruslah metode luas ujung rata-rata, menggunakan
penampang melintang pekerjaan dengan jarak tidak lebih dari 25 meter;
4) Kontraktor pelaksana wajib merawat timbunan yang telah disetujui hingga
akhir penyelesaian dan penerimaan dari pekerjaan.
3. Pelaksana Kegiatan (KPA, PPK, Konsultan Supervisi, dan Kontraktor Pelaksana)
wajib bertanggung jawab penuh terhadap keseluruhan pelaksanaan kegiatan
timbunan. Apabila ditemukan/dijumpai tanah yang berbeda dengan spesifikasi teknis
pada waktu pelaksanaan dikemudian hari, maka percobaan-percobaan lebih lanjut
harus dilaksanakan terlebih dahulu, apabila pekerjaan tersebut gagal dan tidak
memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan dalam kontrak, maka
Kontraktor pelaksana harus membongkar kembali pekerjaan permanen yang
didasarkan pada percobaan pekerjaan yang gagal tersebut;
4. Selanjutnya KPA dan PPK diperintahkan menyampaikan Petunjuk Pelaksanaan
Pekerjaan Timbunan dan Dinding Penahan Tanah ini kepada Konsultan Supervisi
dan Kontraktor Pelaksana pada kegiatannya masing-masing untuk dapat disepakati
bersama serta dituangkan pada Berita Acara.

/5. Demikian…
5. Demikian disampaikan, untuk menjadi perhatian dan pelaksanaannya.

An. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT


DIREKTUR KEPELABUHANAN

Tembusan : MAURITZ H.M. SIBARANI


1. Menteri Perhubungan; Pembina Utama Muda (IV/c)
2. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan; NIP. 19681129 199403 1 002
3. Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan;
4. Direktur Jenderal Perhubungan Laut;
5. Kepala Biro Keuangan dan Perlengkapan Kementerian Perhubungan;
6. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;
7. Para Kepala Otoritas Pelabuhan Utama;
8. Para Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I.
9. Kepala Bagian Perencanaan Ditjen Hubla.

Anda mungkin juga menyukai