Anda di halaman 1dari 3

SUB GRADE

Sub grade atau tanah dasar merupakan fondasi yang menopang beban perkerasan yang berasal dari
kendaraan yang melewati suatu jalan. Oleh karena itu perencanaan suatu perkerasan jalan sangat
ditentukan oleh kondisi tanah dasar atau sub grade.

Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Sub Grade

Sub grade adalah tanah dasar di bagian bawah lapis perkerasan jalan. Lapisan tanah dasar dapat
berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari
tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain.

Sebelum kegiatan penghamparan perkerasan dilakukan, bagian sub grade harus sudah dalam
keadaan siap (kuat, padat, bersih, dan dibentuk sesuai rencana). Langkah-langkah pelaksanaannya :

1. Apabila tanah exsisting lebih tinggi dari elevasi rencana, maka dilakukan pekerjaan galian.
Sedangkan apabila tanah exsisting lebih rendah dari elevasi rencana, maka dilakukan pekerjaan
timbunan.

Pada pekerjaan galian, tanah dasar dibentuk permukaan tanahnya dengan cara mengupas
dengan cangkul.

Pekerjaan galian dimaksudkan untuk mendapatkan bagian tanah dasar (subgrade) yang akan
menentukan kekuatan dari susunan perkerasan di atasnya yang sesuai dengan rencana struktur.

Pada pekerjaan timbunan, bagian-bagian yang harus ditimbun sampai mencapai ketinggian
yang ditentukan, harus di timbun menggunakan tanah timbunan yang cukup baik, bebas dari sisa
(rumput/akar-akar lain-lainya). Penimbunan harus dilakukan lapis demi lapis. Tebal maksimal
hamparan 30cm setiap lapisan. Kemudian tanah tersebut dilembabkan sebelum dilakukan
pemadatan.

2. Pemadatan sub grade menggunakan Vibrator Roller atau Static Roller (sambil diberi air
secukupnya untuk mencapai kadar air optimum).

3. Setelah pemadatan tanah dasar selesai, lalu dilakukan perataan menggunakan Motor Grader.

Cara Pengukuran Kualitas Sub Grade

Lapisan tanah dasar (sub grade) adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan
lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah
dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai
persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya
dukungnya (CBR). Apabila kondisi tanah pada lokasi pembangunan jalan mempunyai spesifikasi
yang direncanakan, maka tanah tersebut dapat langsung dipadatkan dan digunakan.

Kekuatan dan keawetan pengerasan jalan itu sangat tergantung pada sifat- sifat dan daya dukung
tanah dasar (sub grade). Oleh karena itu, pada perencanaan pembuatan jalan baru harus diadakan
pemeriksaan tanah yang teliti ditempat- tempat yang akan dijadikan tanah dasar yang berfungsi
untuk mendukung pengerasan jalan. Lebih utama kalau diambil beberapa contoh tanah dari tanah
dasar itu dan dikirimkan ke laboratorium penyelidikan tanah untuk diselidiki.

Pengujian kepadatan dengan menggunakan metode Sand Cone Test Atau Dynamic
ConePenetrometer Test. Subgrade mencapai minimal 95% kepadatan Standard Proctor.

Pengujian dilakukan maksimum 200 m untuk satu titik secara zig-zag hingga kedalaman tertentu.
Toleransi permukaan tidak lebih tinggi / rendah dari 10 mm dari elevasi rencana. Penghamparan
dilakukan dengan ketebalan setiap lapisan maksimum 20 cm dalam kondisi gembur.

Persyaratan Material Sub Grade

1. California Bearing Ratio (CBR) minimal 5%. Departemen Pekerjaan Umum (DPU)
mensyaratkan bahwa nilai CBR pada kondisi terendam air dari suatu sub grade minimal 5%.

2. Index Plastisitas tanah harus kurang dari 15%.

3. Jenis timbunan tanah tidak boleh termasuk dalam klasifikasi tanah yang tidak stabil. Misalnya
klasifikasi tanah bergambut dengan kandungan organik tinggi.

4. Perobahan bentuk permanen (permanent deformation) dari tanah dasar akibat beban lalu
lintas dan perkerasan-perkerasan diatasnya harus sekecil mungkin.

5. Tegangan yang timbul pada lapis permukaan tanah dasar harus lebih kecil dari tegangan izin
tanah dasar.

6. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah dasar akibat perubahan kadar air, harus sekecil
mungkin dan konstan.

7. Lendutan dan lendutan balik tanah dasar selama dan sesudah pembebanan lalu lintas harus
sekecil mungkin.

8. Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu-lintas dan penurunan yang diakibatkan, pada
tanah berbutir yang tidak dipadatkan secara baik, harus sekecil mungkin dan merata
Pernahkah kalian mendengar istilah LPA, LPB, dan LPC? Apa yang dimaksud dengan LPA,
LPB, dan LPC? Apa perbedaannya? Dan persyaratan apa saja yang harus terpenuhi untuk
campuran LPA, LPB, dan LPC ? untuk menjawab beberapa pertanyaan tersebut Pada
kesempatan kali ini kumpulengineer akan coba memberikan sedikit gambaran mengenai
hal - hal tersebut.

Pengertian LPA, LPB, dan LPC

LPA adalah sebutan untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A, LPB adalah Lapis Pondasi
Agregat Kelas B, Sedangkan LPC adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas C. Disini yang
dimaksud dengan Lapis pondasi Agregat adalah Lapis perkerasan atau pondasi yang terdiri
dari bahan utama berupa agregat atau batu (material granular).
Artikel terkait agregat : Jenis - jenis Agregat

Perbedaan LPA, LPB, dan LPC

Perbedaan utama antara LPA, LPB, dan LPC adalah pada gradasi campuran agregatnya,
seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut:

Gradasi campuran agregat


Artikel terkait lain: Pengertian dan Klasifikasi Gradasi Agregat
Selain itu Jika dilihat dari sumber Agregat kasar untuk campurannya, Agregat kasar untuk
LPA dapat Berupa batu pecah atau batu kali yang 100% paling sedikit mempunyai dua
bidang pecah. Agregat kasar untuk LPB dapat Berupa batu pecah atau batu kali yang 65%
paling sedikit mempunyai satu bidang pecah. Sedangkan Agregat kasar untuk LPC dapat
Berupa batu pecah atau batu kali atau batu bulat (kerikil).

Persyaratan LPA, LPB, dan LPC

Setiap bahan atau agregat untuk campuran LPA, LPB, dan LPC harus bebas dari kotoran
atau sampah, bahan organik, gumpalan lempung atau tanah, dan material lain yang tidak
dikehendaki. Selain itu Lapis pondasi agregat harus memenuhi persyaratan seperti yang
ditampilkan dalam tabel berikut:

Persyaratan Bahan LPA, LPB, dan LPC

Anda mungkin juga menyukai