Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Seiring berjalannya waktu, konstruksi semakin berkembang dimana-mana.


mulai dari konstruksi untuk hunian, transportasi, dan selainnya. Salah satu
konstruksi yang sangat berkembang di Indonesia saat ini adalah untuk
tranportasi khusunya jalan. Menurut Arsitur (2017) Jalan merupakan sebuah
fasilitas yang dibuat untuk mempermudah transportasi melalui jalur darat.
Dengan memanfaatkan konstruksi jalan, maka perjalanan dari suatu tempat ke
tempat lain akan lebih mudah dan aman.

Dalam konstruksinya, jalan sering dikaitkan dengan istilah perkerasan jalan.


Menurut Wikipedia (2018) Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat
dan bahan pengikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Dari
campuran perkerasan itu lah yang membuat jalan menjadi kuat dan terasa aman
serta nyaman saat dilalui kendaraan.

Akan tetapi, sering dijumpai juga jalan-jalan yang kondisinya rusak, seperti
adanya lubang. Menurut Azhari (dalam tribunnews, 2013) jalanan yang rusak
bisa juga disebabkan jalanan tergerus oleh air, baik dari air hujan sampai air
dari saluran-saluran yang ada yang menciptakan jalanan berlubang. Lubang itu
berpotensi membesar dan dapat menimbulkan kecelakaan bila tidak segera
diperbaiki. Selain menyebabkan kecelakaan, lubang itu juga bisa membuat ban
mengalami kebocoran atau ekstrimnya merusak velg kendaraan.

Berdasarkan permasalahan jalan yang telah dijabarkan diatas. Air dapat


menembus perkerasan jalan, bisa jadi didalam perkerasaan itu masih banyak
rongga-rongga yang dapat dimasuki air. Sehingga solusi yang dapat digunakan
untuk mengatasi adanya lubang pada jalan, pada tahap awal konstruksi bisa
dengan mengontrol proses dalam pemadatan perkerasan jalan itu. Proses
konstruksi perkerasan jalan harus memenuhi standar dan syarat-syarat yang
berlaku agar tercipta fasilitas jalan yang aman dan nyaman saat dilalui.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai


berikut.

1) Apa yang dimaksud dengan pemadatan tanah ?


2) Apa tujuan dari pemadatan tanah ?
3) Apa saja faktor-faktor yang harus deperhatikan dalam pemadatan tanah ?
4) Bagaimana proses pemadatan tanah yang sesuai dengan syarat dan aturan-
aturan yang berlaku ?

1.3 TUJUAN

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil tujuan pembuatan makalah


sebagai berikut.

Agar pembaca tahu tentang pentingnya pemadatan tanah dalam ruang


lingkup bangunan. Khususnya tentang:

1) Definisi pemadatan tanah


2) Tujuan pemadatan tanah
3) Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemadatan tanah
4) Proses pemadatan tanah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PEMADATAN TANAH

Menurut Ilmutekniksipil (2012) Pemadatan tanah adalah suatu proses


dimana udara pada pori-pori tanah dikeluarkan dengan salah satu cara mekanis
(menggilas / memukul / mengolah)

Tanah yang akan dipadatkan, terdiri dari lapis-lapis perkerasan jalan.


Berdasarkan bahan ikatnya, perkerasan jalan menurut Wikipedia (2018)
dikelompokkan menjadi 2, perkerasan lentur (flexible pavement) bahan
pengikatnya aspal dan perkerasan kaku (rigid pavement) bahan pengikatnya
semen PC. Pada bahasan ini difokuskan ke perkerasan lentur jalan raya.

Menurut Ilmusipil (2011) perkerasan lentur jalan terdapat 4 bagian


(lapisan), 1) tanah dasar (sub grade), 2) lapis pondasi bawah (sub base course),
3) lapis pondasi atas (base course), 4) lapis permukaan (surface course)

 Tanah Dasar
Lapisan tanah dasar adalah bagian terbawah dari perkerasan jalan raya.
Apabila kondisi tanah pada lokasi pembangunan jalan mempunyai
spesifikasi yang direncanakan, maka tanah tersebut bisa langsung
dipadatkan dan digunakan. Tebal berkisar 50-100 cm. Berfungsi
sebagai tempat perletakan jalan raya.

 Lapis Pondasi Bawah (LPB)


LPB berada di atas tanah dasar dan di bawah lapisan pondasi atas.
Lapisan ini berfungsi untuk menyebarkan beban dari lapisan pondasi
bawah ke lapisan tanah dasar, untuk menghemat penggunaan biaya
pada material lapisan pondasi atas (LPB, biasanya menggunakan
material yang lebih murah), mencegah partikel halus masuk kedalam
material perkerasan jalan dan melindungi air agar tidak masuk ke
lapisan dibawahnya. SKBI – 2.3.26. 1987 bermacam-macam tipe tanah

3
setempat (CBR ≥ 20%, PI ≤ 10%) yang relatif lebih baik dari tanah
dasar dapat digunakan sebagai bahan LPB.

 Lapis Pondasi Atas (LPA)


LPA terletak dibawah lapis permukaan. Lapisan ini berfungsi sebagai
bagian perkerasan yang menahan gaya lintang akibat beban roda dan
meneruskan beban ke lapisan dibawahnya. Bahan-bahan untuk lapis
pondasi umumnya harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan
beban-beban roda. Menurut SKBI – 2.3.26. 1987 bermacam-macam
bahan alam / bahan setempat (CBR ≥ 50%, PI ≤ 4%) dapat digunakan
sebagai bahan lapis pondasi, antara lain : batu pecah, kerikil pecah
dan stabilisasi tanah dengan semen atau kapur.

 Lapis Permukaan
Lapisan yang terletak paling atas pada lapisan perkerasan jalan raya.
Lapisan yang biasanya dipijak dan bersentuhan langsung dengan ban
kendaraan. Lapisan ini berfungsi sebagai penahan beban roda secara
langsung. Bahan lapisan ini sama seperti LPA, dengan persyaratan yang
lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat
bersifat kedap air, tahan terhadap keausan akibat gesekan rem
kendaraan, dan juga dapat memberikan bantuan tegangan tarik, yang
berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda
kendaraan.

4
Gambar 2.1 Lapis Perkerasan Jalan
Sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/perkerasan-
jalan

2.2 TUJUAN PEMADATAN TANAH.

Menurut Ilmutekniksipil (2012) dan Amaranto (2014) tanah yang dipakai


untuk pembuatan tanah dasar pada jalan, tanahnya harus dipadatkan terlebih
dahulu. Hal ini bertujuan untuk:

 Menaikan kekuatannya (daya dukung tanah bertambah)


 Memperbaiki kuat geser tanah yaitu menaikkan nilai kohesi (C) dan
sudut geser dalam (θ).
 Mengurangi kompresibilitas atau mengurangi penurunan oleh beban
 Menurunkan permeabilitas (daya rembesnya air) (k)
 Mengurangi perubahan volume tanah akibat perubahan kadar air
 Mengurangi sifat kembang susut tanah (pada tanah lempung ekspansif)

5
2.3 FAKTOR-FAKTOR PEMADATAN TANAH YANG PERLU
DIPERHATIKAN

Menurut Ilmutekniksipil (2012) ada beberapa factor yang perlu


diperhatikan dalam pekerjaan pemadatan tanah. Faktor-faktor itu diantarannya
sebagai berikut:

a) Jenis Tanah yang akan Diapadatkan


Jenis tanah pada kondisi di lapangan sangat penting untuk diketahui.
Dari karakteristik tanah yang diketahui dapat direncanakan bagaimana
cara memadatkan tanah itu.

b) Tebal Lapisan yang Dipadatkan


Untuk mendapatkan suatu kepadatan tertentu makin tebal lapisan yang
akan dipadatkan, maka diperlukan alat pemadat yang makin berat.
Untuk mencapai kepadatan tertentu maka pemadatan harus
dilaksanakan lapis demi lapis bergantung dari jenis tanah dan alat
pemadat yang dipakai, misalnya untuk tanah lempung tebal lapisan 15
cm, sedangkan pasir dapat mencapai 40 cm.

c) Kadar Air Tanah


Bila kadar air tanah rendah, tanah tersebut sukar dipadatkan, jika kadar
air dinaikkan dengan menambah air, air tersebut seolah-olah sebagai
pelumas antara butiran tanah sehingga mudah dipadatkan tetapi bila
kadar air terlalu tinggi kepadatannya akan menurun. Jadi untuk
memperoleh kepadatan maximum, diperlukan kadar air yang optimum.
Untuk mengetahui kadar air optimum dan kepadatan kering maximum
bisa dilakukan percobaan pemadatan dilaboratorium yang dikenal
dengan :
 Standard Proctor Compaction Test; dan
 Modified Compaction Test

6
d) Alat Pemadat
Pemilihan alat pemadat disesuaikan dengan kepadatan yang akan
dicapai. Pada pelaksanaan dilapangan, tenaga pemadat tersebut diukur
dalam jumlah lintasan alat pemadat dan berat alat pemadat itu sendiri.
Alat pemadat maupun tanah yang akan dipadatkan bermacam-macan
jenisnya, untuk itu pemilihan alat pemadat harus disesuaikan dengan
jenis tanah yang akan dipadatkan agar tujuan pemadatan dapat tercapai.

Contoh beberapa alat pemadat yang sering digunakan untuk pekerjaan


pemadatan tanah.
1) Three Wheel Roller
Penggilas type ini juga sering disebut penggilas Mac Adam, karena
jenis ini sering dipergunakan dalam usaha-usaha pemadatan
material berbutir kasar. Pemadat ini mempunyai 3 buah silinder
baja, untuk menambah bobot dari pemadat jenis ini maka roda
silinder dapat diisi dengan zat cair (minyak/air) ataupun pasir.
Pada umunya berat penggilas ini berkisar antara 6 s/d 12 ton.

Gambar 2.2 Three Wheel Roller


Sumber : http://fungsialat.blogspot.com/2017/01/fungsi-alat-berat-three-wheel-
roller.html

2) Tandem Roller
Penggunaan dari alat ini umumnya untuk mendapatkan permukaan
yang agak halus. Alat ini mempunyai 2 buah roda silinder baja

7
dengan bobot 8 s/d 14 ton. Penambahan bobot dapat dilakukan
dengan menambahkan zat cair.

Gambar 2.3 Tandem Roller


Sumber :
https://www.cat.com/id_ID/products/new/equipment/compactors/tandem-
vibratory-rollers/18502194.html

3) Pneumatik Tired Roller (PTR)


Roda-roda penggilas ini terdiri dari roda-roda ban karet. Susunan
dari roda muka dan belakang berselang-seling sehingga bagian dari
roda yang tidak tergilas oleh roda bagian muka akan tergilas oleh
roda bagian belakang. Tekanan yang diberikan roda terhadap
permukaan tanah dapat diatur dengan cara mengubah tekanan ban.
PTR ini sesuai digunakan untuk pekerjaan penggilasan bahan yang
granular; juga baik digunakan pada tanah lempung dan pasir.

8
Gambar 2.4 Pneumatik Tired Roller (PTR)
Sumber :
https://www.forconstructionpros.com/asphalt/article/10616882/clearing-the-air-
about-pneumatic-rollers

2.4 PROSES PEMADATAN TANAH

Proses pemadatan tanah akan dikhususkan pada lapisan pondasi bawah dan
lapisan pondasi atas saja. Pada LPA menggunakan macadam.

 Lapis Pondasi Bawah (LPB)


Menurut Spesifikasi Umum (dalam academia) perencanaan lapis pondasi
bawah dibagi menjadi 5 bagian pengerjaan pemadatan, yaitu 1) toleransi
ukuran, 2) contoh bahan 3) syarat bahan, 4) pelaksanaan pekerjaan, 5)
pengendalian mutu. Suatu lapisan pondasi bawah tidak diperlukan bilamana
CBR lapis tanah dasar adalah 24% atau lebih.
a) Toleransi ukuran
 Permukaan akhir lapis pondasi bawah harus diberi punggung atau
kemiringan melintang yang ditetapkan atau ditunjukan pada gambar-
gambar. Tidak boleh ada ketidak-teraturan dalam bentuk, dan permukaan
tersebut harus rata dan seragam.

9
 Kemiringan dan ketinggian akhir sesudah pemadatan tidak boleh lebih dari
1,5 cm kurang dari yang ditunjukkan pada Gambar atau diatur di lapangan
dan disetujui oleh Direksi Teknik.

b) Contoh Bahan
 Contoh bahan yang digunakan untuk lapis pondasi bawah harus diserahkan
kepada Direksi Teknik untuk mendapatkan persetujuan paling sedikit 14
hari sebelum pekerjaan dimulai, dan harus disertai dengan hasil-hasil data
pengujian sesuai dengan persyaratan spesifikasi untuk kualitas dan bahan-
bahan seperti diuraikan dalam spesifikasi LPB dibawah.

c) Syarat Bahan
 Persyaratan umum
 Bahan-bahan yang dipilih dan digunakan untuk pembangunan LPB
terdiri dari bahan-bahan berbutir dipecah (A), bahan berbutir dibelah dan
kerikil (B), kerikil, pasir dan lempung alami (C).
1) LPB kelas A, berupa agregat batu pecah disaring, digradasi dan
semuanya lolos saringan 3” atau 75.00 mm, memenuhi tabel 2.1
dibawah ini.
2) LPB kelas B, terdiri dari campuran batu belah dengan kerikil, pasir
dan lempung yang lolos saringan 2,5” atau 62.50 mm, memenuhi tabel
2.1 dibawah ini.
3) LPB kelas C, terdiri dari kerikil, pasir dan lempung yang lolos
saringan 1,5” atau 37.50 mm, memenuhi tabel 2.1 dibawah ini.

 Bahan untuk pekerjaan lapis pondasi bawah harus bebas debu, zat
organic, serta bahan-bahan lain yang harus dibuang, dan harus memiliki
kualitas, bila bahan tersebut telah ditempatkan akan siap saling mengikat
membentuk satu permukaan yang stabil dan mantap.

 Bila perlu dan sesuai dengan perintah Direksi Teknik, bahan-bahan dari
berbagai sumber atau pemasokan dapat disatukan (dicampur) dalam

10
perbandingan yang diminta oleh Direksi Teknik atau seperti yang
ditunjukan dengan pengujian-pengujian, untuk dapat memenuhi
persyaratan Spesifikasi bahan lapis pondasi bawah

 Gradasi lapis pondasi bawah (LPB)


Persyaratan gradasi untuk bahan lapis pondasi bawah kelas A, kelas B dan
kelas C diberikan dalam Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Persyaratan Gradasi Untuk Lapis Pondasi Bawah

UKURAN % LOLOS ATAS BERAT


SARINGAN KELAS A KELAS B KELAS C
Mm ( <75 mm ) ( < 62,5 mm )
75.0 100 -
62.5 - 100
37.5 60 - 90 67 - 100 Maks. 100
25.0 46 - 78 -
10.0 40 - 70 40 - 100
9.5 24 - 56 25 - 80
4.75 13 - 45 16 - 66
2.30 6 - 36 10 - 55 Maks. 80
1.18 - 6 - 45
0.60 2 - 22 -
0.125 2 - 18 3 - 33
0.075 0 - 10 0 - 20 Maks. 15
Spesifikasi Umum

Sumber : https://www.academia.edu/15500234/Spektek_Umum_LPA_dan_LPB

 Syarat-syarat kualitas
Bahan yang digunakan untuk lapis pondasi bawah harus memenuhi syarat-
syarat kualitas berikut yang diberikan pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Syarat Kualitas Untuk Bahan Lapis Pondasi Bawah

URAIAN BATAS TEST

11
Batas Cair Maksimum 35%
Indeks Plastisitas 4% - 12%
Ekivalen Pasir (Bahan Halus Plastis) Minimum 25
CBR terendam Minimum 30%
Kehilangan berat karena Abrasi (500 putaran) Maksimum 40%
Spesifikasi Umum

Sumber : https://www.academia.edu/15500234/Spektek_Umum_LPA_dan_LPB

d) Pelaksanaan Pekerjaan
 Penyiapan lapis tanah dasar
 Lapis tanah dasar atau formasi harus disiapkan dan diselesaikan sesuai
dengan pekerjaan yang ditetapkan. semua bahan sampai kedalaman 30
cm di bawah permukaan lapis tanah dasar harus dipadatkan sampai 100%
kepadatkan kering maksimum yang ditentukan oleh pengujian
laboratorium PB-001-78 (AASHTO T99, Standard Proctor)

 Bahan lapis pondasi bawah harus ditempatkan dan ditimbun di tempat


yang bebas dari lalu lintas serta aliran dan lintasan air di sekitarnya.

 Pencampuran dan pemasangan lapis pondasi bawah


 Lapis pondasi bawah tersebut harus dicampur di lapangan ruas jalan yang
bersangkutan, terkecuali diperintahkan lain, dengan menggunakan
tenaga kerja atau motor grader. Pengadukan yang merata diperlukan dan
bahan tersebut harus dipasang dalam lapisan-lapisan tidak melebihi 20
cm tebalnya atau ketebalan lain yang diperintahkan oleh Direksi Teknik
agar dapat mencapai tingkat pemadatan yang ditetapkan.

 Penyiraman dengan air, bila diperlukan demikian selama pencampuran


dan pemadatan harus dikontrol dengan cermat, dan dilaksanakan hanya
bila diminta demikian oleh Direksi Teknik.

12
 Ketebalan lapis pondasi bawah terpasang harus sesuai dengan Gambar
Rencana atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik di lapangan
sesuai kondisi tanah dasar yang sebenarnya.

 Penghamparan dan pemadatan


 Penghamparan akhir LPB sampai ketebalan dan kemiringan melintang
jalan yang diminta harus dilaksanakan dengan kelonggaran penurunan
ketebalan kira-kira 15% untuk pemadatan lapisan-lapisan lapis pondasi
bawah. Segera setelah penghamparan dan pembentukan akhir, masing-
masing lapisan harus dipadatkan sampai lebar penuh lapis pondasi bawah
perkerasan, dengan menggunakan mesin gilas roda baja atau mesin gilas
roda ban pneumatic atau peralatan pemadatan lain yang disetujui oleh
Direksi Teknik.

 Penggilasan untuk pembentukan dan pemadatan, bahan lapis pondasi


bawah akan bergerak secara gradual (sedikit demi sedikit) dari pinggir
ke tengah, sejajar dengan garis sumbu jalan sampai seluruh permukaan
telah dipadatkan secara merata. Pada bagian-bagian superelevasi,
kemiringan melintang jalan atau kelandaian yang terjal, penggilasan
harus bergerak dari bagian yang lebih rendah ke bagian jalan yang lebih
tinggi. Setiap ketidak-teraturan atau bagian amblas yang mungkin terjadi,
harus dibetulkan dengan menggaru atau meratakan dengan
menambahkan bahan lapis pondasi bawah untuk membuat permukaan
tersebut mencapai bentuk dan ketinggian yang benar.
Bagian-bagian yang sempit di sekitar kereb atau dinding yang tidak dapat
dipadatkan dengan mesin gilas, harus dipadatkan dengan pemadat atau
mesin tumbuk yang disetujui.

 Kandungan kelembaban untuk pemasangan harus dijaga di dalam batas-


batas 3% kurang dari kadar air optimum sampai 1% lebih dari kadar air
optimum dengan penyemprotan air atau pengeringan seperlunya, dan
bahan lapis pondasi bawah harus dipadatkan untuk menghasilkan

13
kepadatan yang disyaratkan pada seluruh ketebalan tiap lapisan dan
mencapai 100% kepadatan kering maksimum yang ditetapkan yang
sesuai dengan AASHTO T99 (PB 0111).

e) Pengendalian Mutu
 Test laboratorium untuk LPB batu pecah
 Pengujian harus dilakukan terhadap bahan lapis pondasi bawah untuk
dapat memenuhi persyaratan spesifikasi.

 Pengujian bahan lapis pondasi bawah harus dilakukan untuk setiap 500
m3 dari bahan-bahan yang ditumpuk di lapangan atau dipasang, menurut
batas ukuran test laboratorium yang diberikan pada Tabel 5.1.1, untuk
memenuhi kondisi kualitas yang diberikan dalam Spesifikasi ini atau
seperti ini atau seperti diperintahkan lain oleh Direksi Teknik.

Tabel 2.3 Test Laboratorium Bahan Lapis Pondasi Bawah

TABEL 5.1.1 TEST LABORATORIUM BAHAN LAPIS PONDASI BAWAH


RUJUKAN
TEST BINA TIPE
AASHTO
MARGA
Menentukan distribusi ukuran
Analisa saringan Agregat
T 27 PB 0201 - 76 partikel agregat halus dan
Halus dan Kasar
kasar
Penentuan Batas Cair dan Test Plastisitas untuk batas
T 89 PB 0109 - 76
Batas Plastis cair dan indeks plastisitas
Hubungan kepadatan Test Standar Proctor
T 90 PB 0110 - 76
kadar air menggunakan pemukul 2,5 kg
Menentukan nilai daya
CBR T 193 PB 0111 - 76
dukung lapis pondasi bawah
Test agregat kasar < 37,5 mm
Ketahanan terhadap
T 96 PB 0206 - 76 dengan menggunakan mesin
Abrasi, Agregat Kasar
Los Angeles
Spesifikasi Umum

Sumber : https://www.academia.edu/15500234/Spektek_Umum_LPA_dan_LPB

14
 Pengendalian lapangan
Test pengendalian lapangan berikut ini harus dilaksanakan untuk
memenuhi persyaratan spesifikasi. Galian untuk lubang uji dan
penimbunan kembali dengan bahan lapis pondasi bawah dipadatkan
dengan sempurna, harus dikerjakan oleh Kontraktor dibawah pengawasan
Direksi Teknik.

Tabel 2.4 Persyaratan Pengendalian Lapangan

TEST PENGENDALIAN PROSEDUR


Pemeriksaan visual dan pengukuran
a. Ketebalan dan keseragaman ketebalan setiap hari. Dilakukan untuk
lapis pondasi bawah setiap 200 m. dilakukan untuk setiap
200 m, panjang lapisan pondasi bawah
jalan yang dipasang.

b. Test kepadatan di tempat, Lapis Harus dilakukan untuk setiap 200 m


Pondasi Bawah (test kerucut panjang lapis pondasi bawah jalan untuk
pasir) AASHTO T 191, PB menentukan tingkat kepadatan dengan
0103 - 70 membandingkan terhadap test kepadatan
laboratorium untuk kepadatan kering
maksimum

c. Penentuan CBR di tempat lapis Dengan menggunakan DCP,


tanah dasar dilaksanakan minimum setiap 1000 m
panjang jalan.
Spesifikasi Umum

Sumber : https://www.academia.edu/15500234/Spektek_Umum_LPA_dan_LPB

 Lapis Pondasi Atas (LPA)


a) Toleransi ukuran
 Bahan agregat lapisn pondasi atas harus dipasang sampai ketebalan padat
maksimum 20 cm atau ketebalan kurang, sebagaimana diperlukan untuk
memenuhi persyaratan desain seperti ditunjukan pada Gambar atau
diperintahkan oleh Direksi Teknik.
 Permukaan lapis pondasi atas harus diselesaikan mencapai lebar,
kelandaian, punggung dan kemiringan melintang jalan seperti yang
ditunjukan pada Gambar Rencana, tidak boleh ada ketidak-teraturan dalam
bentuk dan permukaan harus rata dan seragam.

15
 Kelandaian dan ketinggian akhir sesudah pemadatan tidak boleh lebih dari
satu sentimeter kurang dari yang ditunjukan pada gambar rencana atau
seperti yang diatur di lapangan dan disetujui oleh Direksi Teknik.
 Penyimpangan maksimum dalam kehalusan permukaan jika diuji dengan
satu mistar panjang 3,0 m yang diletakan sejajar atau melintang terhadap
garis sumbu jalan tidak boleh melebihi 1, 5 cm.

b) Contoh bahan
 Contoh bahan yang digunakan untuk lapis pondasi atas harus
diserahkan kepada Direksi Teknik untuk mendapatkan persetujuan
paling sedikit 14 hari sebelum pekerjaan dimulai, beserta hasil-hasil
test laboratorium sesuai dengan persyaratan spesifikasi untuk
kualitas dan bahan sebagaimana diuraikan dalam spesifikasi LPA
dibawah.
 Tidak boleh ada perubahan sumber pemasokan atau kualitas bahan
lapis pondasi atas yang diizinkan tanpa persetujuan Direksi Teknik,
dan setiap perubahan demikian harus disertai penyerahan tambahan
contoh bahan dan hasil-hasil test yang telah dilakukan.
 Bilamana Direksi Teknik mengaanggap perlu, Kontraktor akan
diminta untuk melakukan test tersebut lebih lanjut sebagaimana
diperlukannya untuk memastikan bahwa bahan-bahan tersebut
memenuhi persyaratan Spesifikasi, sebelum menempatkan bahan
lapis pondasi atas pada pekerjaan di lapangan.
c) Syarat Bahan
 Persyaratan umum
 Bahan-bahan yang dipilih dan digunakan untuk pembangunan lapis
pondasi atas agregat terdiri dari satu atau dua kelas bahan sebagaimana
yang diperlukan dalam Kontrak tertentu dan seperti yang dinyatakan
dalam Daftar Penawaran.
 Semua lapisan lapis pondasi atas harus memenuhi persyaratan spesifikasi
ini dan harus sesuai dengan Gambar Kontrak dan seperti yang diuraikan
sebelumnya dalam Daftar Penawaran.

16
 Bahan lapisan lapis pondasi atas terdiri dari potongan batu bersudut tajam
yang keras, awet dan bersih tanpa potongan-potongan yang terlalu tipis
atau memanjang dan bebas dari batu-batu yang lunak, tidak merupakan
batuan batu bata pecah atau tercerai berai, kotor, mengandung zat organik
atau zat-zat lain yang harus dibuang. Bahan yang tercerai berai bila
secara alternative dibasahi dan dikeringkan, tidak boleh digunakan.

 Macadam ikat basah


Bahan lapis pondasi atas kelas B juga meliputi :
 Agregat kasar yang tertahan pada saringan 4,75 mm, bilamana dihasilkan
dari kerikil tidak kurang dari 50% terhadap berat, merupakan partikel-
partikel yang memiliki paling sedikit satu bidang pecah.
 Agregat halus lolos saringan 4,75 mm, dan terdiri dari kerikil halus dan
pasir alami atau debu crusher.
 Prosentase berat agregat tipis/pipih (perbandingan tebal dengan panjang
lebih dari 1:5) maksimum 5%.

 Gradasi lapis pondasi atas (LPA)

Persyaratan gradasi untuk bahan lapis pondasi atas Kelas A dan kelas B
diberikan dalam Tabel 2.5 dan Tabel 2.6 berikut :
Tabel 2.5 Gradasi Agregat Lapis Pondasi Atas Kelas A

UKURAN
LOLOS ATAS BERAT
SARINGAN
%
MM
37,5 100
19,0 64 – 81
9,5 42 – 60
4,75 27 – 45
2,36 18 – 33
1,10 11 – 25
0,60 -
0,425 0 – 10
0,075 0-8
Spesifikasi Umum

Sumber : https://www.academia.edu/15500234/Spektek_Umum_LPA_dan_LPB

17
Tabel 2.6 Gradasi Agregat Lapis Pondasi Atas Kelas B, Makadam Ikat
Basah

UKURAN
LOLOS ATAS
SARINGAN
BERAT
MM
Aggr. Kasar/pokok
75,0 100
62,5 93 – 100
50,0 35 – 70
37,5 0 – 15
25,0 0–5
19,0 -
Aggr. halus/ pengisi
9,5 100
4,75 70 – 95
2,36 45 – 65
1,18 33 – 60
0,425 22 – 45
0,15 -
0,075 10 - 21
Spesifikasi Umum

Sumber : https://www.academia.edu/15500234/Spektek_Umum_LPA_dan_LPB

 Syarat-syarat kualitas
Bahan-bahan yang harus digunakan untuk pekerjaan lapis pondasi atas
harus memenuhi syarat kualitas pada Tabel 2.7

18
Tabel 2.7 Syarat-Syarat Kualitas Bahan Lapis Pondasi Atas

BATAS UJIAN
KELAS B
JENIS PENGUJIAN
KELAS A Agregat Agregat
Kasar Halus
Batas cair
Mak. 25% Tidak Perlu Maks. 35%
Indeks Plastisitas
Mak. 8% Tidak Perlu 4 – 12%
Ekivalensi Pasir
Min. 35% Tidak Perlu Min. 30%
California Bearing Ratio
Min. 60% Min. 55% Min. 55%
(direndum)
Tidak Perlu Tidak Perlu Tidak Perlu
Penyerapan Air
Mak. 40% Mak. 40% Tidak Perlu
Kehilangan berat karena Abrasi
(500 putaran)
Catatan : Pengujian di atas adalah jumlah minimum pengujian kualitas yang
diperlukan. Bila direksi menganggap perlu, pengujian yang lebih
luas dapat diminta untuk menentukan kekerasan dan kebagusan
kualitas batu dan bagian yang halus.
Spesifikasi Umum

Sumber : https://www.academia.edu/15500234/Spektek_Umum_LPA_dan_LPB

d) Pelaksanaan Pekerjaan
 Penyiapan lapis pondasi bawah (LPB)
 Jika lapis pondasi atas harus diletakan di atas lapis pondasi bawah,
permukaan lapis pondasi bawah harus diselesaikan sesuai dengan
pekerjaan yang ditentukan dan harus diatur serta dibersihkan dari
kotoran-kotoran dan setiap bahan lain yang merugikan untuk
penghamparan lapis pondasi atas
 Agregat lapis pondasi atas harus ditempatkan dan ditimbun bebas dari
lalu lintas serta drainase dan lintasan air di sekitarnya.

 Pencampuran dan penghamparan lapis pondasi atas


 Agregat LPA kelas A
1) Agregat harus ditempatkan pada lokasi di atas L.P.B yang sudah
disiapkan dalam volume yang cukup untuk penghamparan dan
pemadatan ketebalan yang diperlukan.
2) Agregat harus dihampar dengan tangan oleh pekerja atau dengan
motor grader sampai satu campuran yang merata dengan batas

19
kelembaban yang optimum sebagaimana ditentukan dibawah
spesifikasi.
3) Agregat harus dihampar dalam lapisan yang tidak melebihi ketebalan
20 cm, dalam satu cara sehingga kepadatan maksimum yang telah
ditetapkan dapat dicapai.

 Macadam ikat basah kelas B


1) Sebelum lapisan Makadam dipasang permukaan yang akan dilapis
dengan Makadam harus diperiksa dan disetujui oleh Tim Supervisi.
2) Sebelum menghampar batu kasar/pokok, buatlah bangunan penunjang
samping pinggir (lebar ± 30 cm), misalnya dengan material timbunan
bahu jalan, agar pemadatan batu pokok yang digilas tidak terdorong
ke pinggir.
3) Dengan menggunakan suatu bahan yang ukuran maksimumnya adalah
A cm, ketebalan dari pada lapisan harus dibatasi sampai A+4 cm
sebelum pemadatan untuk memperoleh suatu lapisan kira-kira A+2
cm setelah pemadatan.
4) Penempatan batu pokok harus dikerjakan dengan hati-hati sekali
untuk membentuk permukaan jalan sedekat mungkin mendekati
kemiringan dan tebal yang disyaratkan. Oleh karena itu tebal lapisan,
bentuk dan kehalusan permukaan harus sering sekali diperiksa selama
penghamparan agregat-agreagat. Jika diperlukan bahan harus
ditambah atau dikurangi.

 Pembersihan dan pemadatan


 Agregat LPA kelas A
1) Penghamparan akhir sampai ketebalan dan kemiringan melintang
yang diperlukan harus dilaksanakan dengan cadangan pengurangan
ketebalan sekitar 10% untuk pemadatan L.P.A. bahan tersebut harus
dipadatkan dengan baik dengan alat pemadat yang sesuai meliputi
mesin gilas roda rata, mesin gilas jenis pneumatic atau mesingilas
bergetar.

20
2) Penggilasan untuk pembentukan dan pemadatan harus maju secara
gradual (sedikit demi sedikit) dari pinggir ke tengah dari perkerasan,
sejajar dengan sumbu jalan dan harus dilaksanakan dalam operasi
yang menerus untuk membuat pemadatan matang yang merata. Pada
bagian superelevasi miring melintang atau kemiringan yang terjal,
penggilasan harus berjalan dari bagian jalan yang lebih rendah menuju
ke bagian atas.
Setiap ketidak-teraturan atau penurunan setempat yang mungkin
terjadi, harus diperbaiki dengan membongkar permukaan yang sudah
dipadatkan, menggaruk, menambah atau membuang bahan pondasi,
membentuk kembali dan memadatkan sampai permukaan akhir dan
kemiringan melintang yang betul.
Bagian-bagian perkerasan yang sempit di sekitar batu tepi atau
dinding-dinding yang tidak dapat dimasuki mesin gilas, harus
dipadatkan dengan kompactor (mesin pemadat) atau penumbuk
mekanikal (stamper).
3) Kadar air untuk pemasangan harus dijaga di dalam batas-batas 3%
lebih rendah dari kadar air optimum sampai 1% lebih tinggi dari kadar
optimum dengan penyiraman air atau pengeringan bila perlu, dan
bahan L.P.A tersebut harus dipadatkan sampai menghasilkan
kepadatan 100% maksimum kepadatan kering yang diperlukan, yang
ditetapkan sesuai dengan AASHTO T99 (PB 0111-75).

 Macadam ikat basah kelas B


1) Sesudah penghamparan batu pokok, basahi agregat-agregat untuk
melumasi permukaan dari butir-butir untuk mendapatkan sifat saling
mengunci yang lebih mudah dan lebih baik waktu penggilasan.
2) Padatkanlah lapisan batu pokok dengan cara berikut : Pada jalan lurus
penggilasan harus dimulai dari bagian pinggir, diteruskan ke arah
tengah menurut suatu arah sejajar dengan garis tengah jalan. Pada
bagian superelevasi, tikungan dan tanjakan yang tajam, pamadatan
dimulai pada bagian yang rendah sejajar dengan as jalan menuju

21
bagian tinggi. Mesin harus kembali menggilas pada bagian yang sama
sebelumnya. Setiap gilasan harus menutupi sebagian dari pada yang
sebelumnya kira-kira 20 cm. Kecepatan mesin harus sekitar 1,5
km/jam pada masa permulaan pemadatan dan dapat ditingkatkan
sampai 3 km/jam pada masa akhir pemadatan.
Lapisan Makadam memperoleh kekuatan terutama dari sifat saling
mengunci antara butir yang satu dengan butir yang lainnnya. Oleh
karena itu pemadatan harus dilanjutkan sampai agregat-agregat tidak
bergerak lagi di bawah roda-roda mesin gilas.
3) Bahan pengisi/halus dihamparkan tipis dan rata di atas permukaan
batu pokok langsung dari truk-truk atau dan tempat penimbunan.
Untuk membantu bahan halus mengisi rongga-rongga di antara
agregat-agregat batu pokok, maka air disiramkan di atas bahan pengisi
dan bahan halus didorong terus menerus dengan sapu ke dalam rongga
di antara agregat-agregat. Tanggul-tanggul kecil atau gundukan-
gundukan dari bahan pengisi dapat ditimbun pada pinggir lapisan agar
air di atas tidak hilang melalui alur-alur selokan.
Penggilasan dengan mesin gilas roda besar dilakukan selama
penghamparan bahan pengisi dan air. Kecepatan mesin gilas dapat
dinaikkan sampai 3 km/jam. Bahan pengisi harus ditambahkan yaitu
setiap timbul rongga di antara agregat-agregat. Penempatan bahan
pengisi/halus dan penggilasan harus diteruskan sampai isian berikut
tidak dapat dimasukkan lagi. Pada akhir pekerjaan, permukaan lapisan
Makadam harus menyerupai batu mozaik yang padat dan bebas dari
rongga-rongga.
4) Karena LPA Kelas B mengandung agregat > 50 mm, Sandcone untuk
test kepadatan tidak dapat dilaksanakan. Tabel 2.8 akan dipakai
sebagai persyaratan pemadatan dengan mesin gilas.

22
Tabel 2.8 Persyaratan Pemadatan Dengan Mesin Gilas

BATAS UJIAN
KELAS B
JENIS PENGUJIAN
KELAS A Agregat Agregat
Kasar Halus
Batas cair
Mak. 25% Tidak Perlu Maks. 35%
Indeks Plastisitas
Mak. 8% Tidak Perlu 4 – 12%
Ekivalensi Pasir
Min. 35% Tidak Perlu Min. 30%
California Bearing Ratio
Min. 60% Min. 55% Min. 55%
(direndum)
Tidak Perlu Tidak Perlu Tidak Perlu
Penyerapan Air
Mak. 40% Mak. 40% Tidak Perlu
Kehilangan berat karena Abrasi
(500 putaran)
Catatan : Pengujian di atas adalah jumlah minimum pengujian kualitas yang
diperlukan. Bila direksi menganggap perlu, pengujian yang lebih
luas dapat diminta untuk menentukan kekerasan dan kebagusan
kualitas batu dan bagian yang halus.
Spesifikasi Umum

Sumber : https://www.academia.edu/15500234/Spektek_Umum_LPA_dan_LPB

e) Pengendalian Mutu
 Persyaratan pengujian
 Jumlah data uji penunjang yang diperlukan untuk persetujuan awal
harus sesuai dengan Contoh bahan (b). Sebuah program mengenai
pengujian pengendalian kualitas bahan harus dilaksanakan
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Teknik untuk
memenuhi persyaratan uji yang diberikan di dalam Tabel 2.9.

 Pengujian laboratorium
Bahan agregat L.P.A harus diambil contohnya dan diuji untuk setiap 250
meter kubik bahan yang dipasang, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi
Teknik yang sesuai dengan batas perbedaan pengujian berikut untuk
memenuhi syarat-syarat kualitas yang ditetepkan pada sub bab Bahan-
bahan spesifikasi ini.

23
Tabel 2.9 Test Laboratorium Bahan Lapis Pondasi Atas

RUJUKAN
TEST BINA TIPE
AASHTO
MARGA
Analisa Saringan Memenuhi distribusi ukuran
PB 0201 -
Agregat Halus dan T 27 partikel agregat halus dan
76
Kasar kasar
PB 0109 –
Penentuan Batas Pengujian plastisitas untuk
T 89 76
Cair dan Batas batas cair dan Indeks
T 90 PB 0110 -
Plastis Plastisitas
76
Bagian Halus Yang Pengujian Ekivalen pasir
Plastis di dalam untuk menunjukan
T 175 -
Agregat Bergradasi perbandingan bagian halus
dan Tanah dan lempung
Hubungan Ujian Standar Proctor
PB 0111 -
Kelembaban - T 90 menggunakan pemukul 2,5
76
Kepadatan kilogram
California Bearing PB 0113 - Menentukan nilai dukungan
T 193
Ratio (direndam) 76 tanah dan agregat
Berat Jenis dan Menentukan penyerapan air
PB 0103 -
Penyerapan Agregat T 85 oleh agregat kasar kelas B
76
Kasar saja
Pengujian untuk agregat <
Ketahanan Agregat
PB 0206 - 37,5 mm, menggunakan
Kasar terhadap T 96
76 mesin Los Angeles (500
Abrasi
putaran)
Spesifikasi Umum

Sumber : https://www.academia.edu/15500234/Spektek_Umum_LPA_dan_LPB

 Pengendalian lapangan
Pengujian-pengujian lapangan berikut ini harus dilakukan untuk
memenuhi persyaratan Spesifikasi. Membuat lubang uji dan pengisian
kembali dengan bahan lapis pondasi atas dipadatkan dengan baik, harus
dilaksanakan oleh Kontraktor di bawah pengawasan Direksi Teknik.

24
Tabel 2.10 Persyaratan Pengendalian Lapangan

RUJUKAN
TEST BINA TIPE
AASHTO
MARGA
Analisa Saringan Memenuhi distribusi ukuran
PB 0201 -
Agregat Halus dan T 27 partikel agregat halus dan
76
Kasar kasar
PB 0109 –
Penentuan Batas Pengujian plastisitas untuk
T 89 76
Cair dan Batas batas cair dan Indeks
T 90 PB 0110 -
Plastis Plastisitas
76
Bagian Halus Yang Pengujian Ekivalen pasir
Plastis di dalam untuk menunjukan
T 175 -
Agregat Bergradasi perbandingan bagian halus
dan Tanah dan lempung
Hubungan Ujian Standar Proctor
PB 0111 -
Kelembaban - T 90 menggunakan pemukul 2,5
76
Kepadatan kilogram
California Bearing PB 0113 - Menentukan nilai dukungan
T 193
Ratio (direndam) 76 tanah dan agregat
Berat Jenis dan Menentukan penyerapan air
PB 0103 -
Penyerapan Agregat T 85 oleh agregat kasar kelas B
76
Kasar saja
Pengujian untuk agregat <
Ketahanan Agregat
PB 0206 - 37,5 mm, menggunakan
Kasar terhadap T 96
76 mesin Los Angeles (500
Abrasi
putaran)
Spesifikasi Umum

Sumber : https://www.academia.edu/15500234/Spektek_Umum_LPA_dan_LPB

 Batas-Batas Minimum Tebal Lapisan Perkerasan (Metode Analisa


Komponen)
Penentuan tebal lapisan dengan menggunakana metode analisa komponen
berdasarkan CBR tanah dasar, Daya Dukung Tanah (DDT), Indeks
Permukaan (IP, IPo) kondisi jalan dan Faktor Regional (FR) yang sudah
didapatkan datanya saat pengujian di lapangan. Lintas Ekivalen Rencana
(LER) juga berpengaruh pada tebal lapisan perkerasan jalan. LER berasal
dari data lampau lalu lintas di lapangan yang sudah dikumpulkan dan
nantinya akan direncakan pertumbuhan jalan kedepannya.

Setelah semua data itu terkumpul. Dengan menggunakan nomogram yang


sesuai dengan kondisi IPo di lapangan dan juga data FR, LER, DDT maka

25
bisa di dapatkan nilai Indeks Tebal Perkerasan (ITP). ITP digunakan sebagai
standard dalam menentukan tebal minimal lapisan perkerasan jalan.

Tabel 2.11 Batas-batas Minimum Tebai Lapisan Perkerasan

Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen

26
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

 Pemadatan tanah adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah
dikeluarkan dengan salah satu cara mekanis (menggilas / memukul /
mengolah)
 Tujuan pemadatan tanah, untuk menaikan kekuatan daya dukung tanah,
memperbaiki kuat geser tanah, mengurangi kompresibilitas oleh beban,
menurunkan permeabilitas, mengurangi perubahan volume tanah akibat
perubahan kadar air, mengurangi sifat kembang susut tanah (pada tanah
lempung ekspansif)
 Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan pemadatan tanah,
jenis tanah yang dipadatkan, tebal lapisan yang dipadatkan, kadar air
tanah dan alat pemadat yang digunakan.
 Proses pemadatan tanah dibagi menjadi 2 bagian pemadatan, lapisan
pondasi bawah dan lapisan pondasi atas. Masing-masing bagian
dijelaskan tentang toleransi ukuran, contoh bahan, syarat bahan,
pelaksanaan pekerjaan dan pengendalian mutu. Ada tambahan tentang
tebal lapisan perkerasan berdasarkan metode analisa komponen

SARAN

Dalam melakukan pekerjaan pemadatan tanah. Harus diketahui terlebih


dahulu, kondisi tanah atau karakteristik tanah yang akan di konstruksi jalan, dan
juga segala hal yang dapat mempengaruhi kekuatan tanah. Kemudian setelah
persiapan tanah usai, dilakukan pemadatan mulai dari bagian lapisan tanah dasar,
lapisan pondasi bawah, lapisan pondasi atas dan lapisan permukaan. Pemadatan
harus dikontrol dengan cermat agar tercipta konstruksi jalan yang aman, nyaman
dan berjangka panjang.

27
DAFTAR PUSTAKA

Allsopp. 1977. Pengaruh Estetika Sebagai Unsur Pemebntuk Arsitektur. (Online).


(https://www.academia.edu/11404715/Pengaruh_Estetika_Sebagai_Unsur
_Pemebntuk_Arsitektur) diakses 29 Januari 2019

Bangunrumah. 2016. Jenis Pekerjaan Finishing Bangunan. (Online).


(http://www.bangunrumah.com/jenis-pekerjaan-finishing-bangunan/)
diakses 29 Januari 2019

Greenwall. 2014. Cara Memasang Wallpaper Dinding. (Online).


(http://greenwallpaper.co.id/cara-memasang-wallpaper-dinding/) diakses
29 Januari 2019

Greenwall. 2014. Mengenal Wallpaper Dinding. (Online).


(http://greenwallpaper.co.id/mengenal-wallpaper-dinding/) diakses 29
Januari 2019

Sirowallpaper (2016). Jenis-jenis Wallpaper. (Online).


(https://sirowallpaper.com/jenis-jenis-wallpaper/) diakses 30 Januari 2019

Uberlin. 2015. Memahami Dasar-Dasar Pekerjaan Finishing Bangunan Gedung.


(Online).
(http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/depart
emen-bangunan-30/1497-jovanca) diakses 29 Januari 2019

28

Anda mungkin juga menyukai