Anda di halaman 1dari 21

MUHAMMAD HARIZ

1822302025
TRKJJ D4 3C

TUGAS
BERIKAN JAWABAN YANG RINGKAS TENTANG TAHAPAN PELAKSANAAN (1) PEMBENTUKAN
BADAN JALAN/SUB-GRADE); (2) PONDASI BAWAH (SUB-BAE COURSE) ; (3) PONDASI ATAS (BASE
COURSE) (4) PENG-ASPALAN JALAN (SURFACE COURSE), YANG MENCAKUP, PEKERJAAN
PERSIAPAN, ALAT YANG DIGUNAKAN, BAHANNYA, JUMLAH TENAGA KERJA

1. SUBGRADE

Tanah dasar atau sub grade adalah lapisan tanah paling bawah yang berfungsi sebagai
tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan di atasnya.

Tanah dasar (sub grade) dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik
atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi (dengan semen,
kapur dan lain lain).

Ditinjau dari muka tanah asli, maka tanah dasar dibedakan atas :

 Tanah dasar, tanah galian.


 Tanah dasar, tanah urugan.
 Tanah dasar, tanah asli.

Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan
daya dukung tanah dasar.

Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :

 Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.


 Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
 Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada
lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaanyang mengakibatkan kepadatan
yang kurang baik.
Persyaratan Material Sub Grade :
1. California Bearing Ratio (CBR) minimal 5%. Departemen Pekerjaan Umum (DPU)
mensyaratkan bahwa nilai CBR pada kondisi terendam air dari suatu sub grade minimal
5%.
2. Index Plastisitas tanah harus kurang dari 15%.
3. Jenis timbunan tanah tidak boleh termasuk dalam klasifikasi tanah yang tidak stabil.
Misalnya klasifikasi tanah bergambut dengan kandungan organik tinggi.
4. Perobahan bentuk permanen (permanent deformation) dari tanah dasar akibat beban lalu
lintas dan perkerasan-perkerasan diatasnya harus sekecil mungkin.

Metode Pelaksanaan Subgrade adalah sebagai berikut :

1. Mobilisasi Tanah
Tanah dipindahkan dengan mengunakan dump truck menuju lokasi penimbunan
untuk lapisan subgrade.
2. Penghamparan Tanah
Setelah dump truck sampai dilokasi, material tanah dituang dan dilakukan
perataan material dengan mengunakan motor grader.

3. Pemadatan Tanah
Setelah proses penghamparan tanah, dilanjutkan dengan proses pemadatan dengan
mengunakan Vibro Roller sebanyak 9 Kali passing atau setealah dirasa sudah cukup
padat dan memenuhi standar. Selanjutnya pemadatan dilakukan dengan menggunakan
Sheep Foot roller agar tanah menjadi lebih padat. Pada kaki-kaki sheep foot roller terjadi
tekanan yang lebih tinggi sehingga kaki-kakinya masuk ke dalam tanah. dari kedalaman
kaki-kaki tersebut masuk kedalam tanah, dapat dilihat apakah tanah sudah cukup pada
atau belum. Maka dari itu, proses pemadatan dilakukan berulang kali hingga mencapai
kepadatan tanah standar.
4. Perawatan Tanah
Untuk menjaga kedar air optimum di dalam tanah, tanah disiram air dengan
menggunakan mobil tangki air.

Peralatan yang digunakan :

 Peralatan untuk pembersihan:


Pembersihan bisa dilakukan dengan alat-alat tangan seperti: gergaji, kapak, sabit,
dan alat-alat lain yang cocok untuk pembersihan.
 Peralatan untuk pengupasan:
Tunggul-tunggul dan akar-akar bisa digali dengan alat-alat seperti sekop, kapak,
dan alat-alat lain yang cocok untuk pengupasan.
 Peralatan mekanis:
Operasi pembersihan dan pengupasan yang lebih luas dapat dikerjakan dengan
alat-alat mekanis seperti: bulldozer, yang bila diperlukan menggunakan alat-alat
tambahan khusus.
2. PONDASI BAWAH (SUBBASE COURSE)

Lapis pondasi bawah adalah lapisan yang dihamparkan di antara tanah-dasar dan lapis
pondasi. Secara tipikal, bahan lapis pondasi bawah terdiri dari material granuler dipadatkan (baik
dirawat maupun tidak) atau lapisan tanah yang distabilisasi dengan bahan tambah tertentu.
Material lapis pondasi bawah (subbase) biasanya dirancang lebih rendah kualitasnya
dibandingkan dengan material lapis pondasi (base). Dalam beberapa hal, lapis pondasi bawah
dirawat atau dicampur dengan semen, aspal, kapur, abuterbang (flyash) untuk menambah
kekuatannya.

Menurut SNI-1732-1989-F dan Pt T-01-2002-B, macam-macam bahan dengan CBR ≥


20% dan indeks plastisitas (PI) ≤ 10, yaitu material yang lebih baik dari tanah-dasar, dapat
digunakan sebagai bahan lapis pondasi bawah. Sedang DPU (2005) mensyaratkan CBR
minimum 35% (agregat kelas C) dan PI antara 4 – 9. Campuran-campuran tanah dengan semen
Portland atau kapur dalam beberapa hal juga dianjurkan, agar kestabilan struktur perkerasan
maksimal.

Untuk perkerasan kaku, NAVFAC-DM-5.4(1979) menyarankan semua bahan lapis


pondasi bawah untuk perkerasan lentur dapat digunakan untuk perkerasan kaku, dengan CBR
minimum 30%. Bahan lapis pondasi bawah harus bergradasi baik sesuai AASHTO M-147. Batas
cair (LL) ≤ 25 dan indeks plastisitas (PI) ≤ 5. Asphalt institute (1999) mensyaratkan bahan lapis
pondasi dan pondasi bawah.

SNI 03-6388-2000 mensyaratkan bahan lapis pondasi bawah dengan gradasi A, B, C, D,


E atau F, harus memenuhi syarat umum seperti pada butir (3). Jenis bahan dan gradasi yang
diinginkan harus ditetapkan. Dalam ASTM D 2940-98 disyaratkan gradasi untuk lapis pondasi
bawah.
SNI 03-6388-2000 mendefinisikan:
Agregat kasar adalah:

1. Agregat kasar tertahan pada saringan 2 mm (no. 10) harus terdiri dari butiran-butiran atau
pecahan batu, kerikil atau slag yang keras dan awet.
2. Nilai keausan agregat kasar, sesuai dengan SNI 03-2417-1991, tidak lebih dari 50%.

Agregat halus adalah:

1. Agregat halus lolos saringan 2 mm (no.10) harus terdiri dari pasir alam atau abu batu dan
mineral yang lolos saringan 0.075 mm (no.200).
2. Agregat halus lolos saringan 0.075 mm (no.200) harus tidak lebih dari 2/3 fraksi lolos
saringan 0.425 (no.40). fraksi yang lolos saringan 0.425 mm (no.40) tidak boleh memiliki
batas cair (LL) lebih dari 25 dan batas plastis (PL) tidak boleh lebih dari 6.

Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai :

 Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
 Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
 Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi
atas.
 Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya
daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
 Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.
Tahapan Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course)
Persiapan :
1. Pembuatan DMF (Design Mix Formula) dilaksanakan di Laboratorium atau di UMPKL
Dinas Pekerjaan Umum setempat, bila dianjurkan oleh Direksi pengawas, contoh semua jenis
material diambil dari sumber quarry dengan lokasi sketsa terlampir, pengambilan contoh
material (batu, debu batu, pasir, tanah pilihan) dilaksanakan bersama-sama dengan Pengawas
Lapangan dan konsultan Pengawas. 
2. Setelah DMF atau Disain rumusan Kerja  selesai kontraktor akan membuat JMF (Job Mix
Formula) di Laboratorium Kontraktor itu sendiri, didampingi konsultan dan Direksi teknis.  
3. Khusus untuk batu sebelum dibuat JMF akan dilaksanakan uji tingkat kekerasan (Abration
test) bersama-sama pengujian material LPA.
4. Penyediaan material di stock pile atau lokasi pengadukan khususnya pemecahan batu
dilaksanakan segera setelah hasil uji kekerasan memenuhi syarat, termasuk penyediaan pasir,
debu batu dan tanah pilihan.
5. Percobaan pelaksanaan : menyangkut komposisi masing-masing jenis material (mengacu
JMF), tebal hamparan gembur sehingga dihasilkan tebal padat yang disyaratkan (diketahui
faktor gembur), kadar air optimal, jumlah lintasan pemadatan sehingga dihasilkan kepadatan
maksimal sesuai spesifikasi teknis.
6. Hasil percobaan pelaksanaan dilakukan pengujian : ketebalan (pengukuran manual), uji
kepadatan (Sand Cone), uji gradasi lapangan (analisa saringan) dan PI lapangan (atterberg)
dan uji CBR Lapangan (DCP).
7. Staking-out, menentukan lebar dan tebal hamparan sebagai gambar rencana.

Pelaksanaan :
1. Pengadukan material LPB : dilaksanakan di stock pile (lokasi pengadukan) dengan
komposisi berdasarkan JMF dan hasil percobaan lapangan, pengadukan dilaksanakan setiap
maksimal ≤ 50 m3 agar dihasil campuran yang homogen, digunakan peralatan excavator dan
whell loader.
2. Material LPB diangkut dengan menggunakan dump truk, pemuatan menggunakan wheel
loader, jarak hauling diatur sedemikian rupa (memeprhatikan faktor gembur dari hasil
percobaan pelaksanaan) sehingga penghamparan dapat dilaksanakan efektif dan efisien.
3. Penghamparan menggunakan motor grader, tebal hamparan sesuai hasil percobaan
pelaksanaan, dilaksanakan selebar rencana, perapian hamparan dilaksanakan dengan tenaga
manusia dengan peralatan sesuai keperluan lapangan.
4. Selama proses penghamparan dilakukan control kadar air, sehingga akan dihasilkan kadar air
optimal pada saat pemadatan dilaksanakan.
5. Dimensi dan kelandaian permukaan dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana.
6. Pemadatan menggunakan vibrator roller (berat 8-12 ton), dilaksanakan mulai dari bagian
yang rendah berangsur-angsur menuju bagian yang lebih tinggi, jumlah lintasan sesuai
dengan hasil percobaan pelaksanaan.  
7. Pemadatan dihentikan jika diyakini telah tercapai kepadatan yang disyaratkan.

Pengujian dan pengukuran :


1. Pengujian mutu : uji gradasi dan PI (di Laboratorium), uji kepadatan (Sand Cone di
lapangan), uji CBR Lapangan (DCP).
2. Pengukuran : dimensi (panjang, lebar dan tebal dilaksanakan secara manual), kelandaian
(menggunakan pesawat waterpass atau theodolit)  dan kerataan permukaan (menggunakan
mistar ukur).

Pemeliharaan :
Pemeliharaan menyangkut kerataan permukaan, keutuhan dan kekokohan dilaksanakan
sampai pekerjaan tahap selanjutnya (Lapis Pondasi Atas) akan dilaksanakan, sedemikian rupa
sehingga dimensi, permukaan dan mutu LPA tetap sesuai spesifikasi teknis.  
3. PONDASI ATAS (BASE COURSE)

Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi
bawah dan lapis permukaan. Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :

 Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban
ke lapisan di bawahnya.
 Bantalan terhadap lapisan permukaan.

Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
menahan beban-beban roda. Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan
beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut
bahan ke lapangan.

Syarat-syarat untuk material Lapisan Pondasi Atas adalah:

1. Mutu bahan harus sebaik mungkin dimana tidak mengandung kotoran lumpur, bersisi
tajam dan kaku;
2. Susunan gradasi harus merupakan susunan yang rapat, artinya butiran batuan harus
mempunyai susunan gradasi yang saling mengisi antara butiran agregat kasar, agregat
sedang dan agregat halus sehingga rongga semakin kecil;
3. Material yang digunakan untuk lapisan pondasi atas haruslah awet dan kuat dan
mempunyai nilai CBR > 50% dan indeks plastisitas (PI) < 4%.

Lapisan Pondasi Atas ini di Indonesia biasanya menggunakan batu pecah kelas A, B, atau
C, Lapen (Penetrasi Macadam), atau stabilitas agregat dengan semen atau aspal. Terkadang pula
pada lapisan ini digunakan lapisan AC Base (Asphalt Concrete Base) bila pada di bagian surface
masih ada dua lapisan lagi seperti AC-BC (Asphalt Concrete-Binder Course) dan AC-WC
(Asphalt Concrete-Wearing Course).
Tahapan Pekerjaan Lapis Pondasi Atas (Base Course)

Persiapan :
1. Pembuatan DMF (Design Mix Formula) dilaksanakan Laboratorium atau di UMPKL Dinas
Pekerjaan Umum setempat, bila dianjurkan oleh Direksi pengawas, contoh semua jenis
material diambil dari sumber quarry dengan lokasi sketsa terlampir, pengambilan contoh
material (batu, abu batu, pasir) dilaksanakan bersama-sama dengan Pengawas Lapangan dan
konsultan Pengawas.
2. Setelah DMF selesai kontraktor akan membuat JMF (Job Mix Formula) di Laboratorium
Kontraktor itu sendiri, didampingi konsultan dan Direksi teknis.
3. Penyediaan material di stock pile atau lokasi pengadukan khususnya pemecahan batu
dilaksanakan segera setelah hasil uji kekerasan memenuhi syarat, termasuk penyediaan pasir.
4. Percobaan pelaksanaan : menyangkut komposisi masing-masing jenis material (mengacu
JMF), tebal hamparan gembur sehingga dihasilkan tebal padat yang disyaratkan (diketahui
faktor gembur), kadar air optimal, jumlah lintasan pemadatan sehingga dihasilkan kepadatan
maksimal sesuai spesifikasi teknis. Hasil percobaan pelaksanaan dilakukan pengujian :
ketebalan (pengukuran manual), uji kepadatan (Sand Cone), uji gradasi lapangan (analisa
saringan) dan PI lapangan (atterberg) dan uji CBR Lapangan (DCP).
5. Staking-out, menentukan lebar dan tebal hamparan sebagai gambar rencana.

Pelaksanaan :
1. Pengadukkan material LPA : dilaksanakan di stock pile (lokasi pengadukan) dengan
komposisi berdasarkan JMF dan hasil percobaan lapangan, pengadukan dilaksanakan setiap
maksimal ≤ 50 m3 agar menghasilkan campuran yang homogen, digunakan peralatan
excavator dan Wheel Loader.
2. Material LPA diangkut dengan menggunakan dump truk, pemuatan menggunakan wheel
Loader, jarak hauling diatur sedemikian rupa (memeprhatikan faktor gembur dari hasil
percobaan pelaksanaan) sehingga penghamparan dapat dilaksanakan efektif dan efisien.
3. Penghamparan menggunakan Motor Grader, tebal hamparan sesuai hasil percobaan
pelaksanaan, dilaksanakan selebar rencana, perapian hamparan dilaksanakan dengan tenaga
manusia dengan peralatan sesuai keperluan lapangan. Selama proses penghamparan
dilakukan control kadar air, sehingga akan dihasilkan kadar air optimal pada saat pemadatan
dilaksanakan. Dimensi dan kelandaian permukaan dilaksanakan sesuai dengan gambar
rencana.
4. Pemadatan menggunakan Vibrator Roller (berat 8-12 ton), dilaksanakan mulai dari bagian
yang rendah berangsur-angsur menuju bagian yang lebih tinggi, jumlah lintasan sesuai
dengan hasil percobaan pelaksanaan. Pemadatan dihentikan jika diyakini tercapai kepadatan
yang disyaratkan.

Pengujian dan pengukuran :


1. Pengujian mutu : uji gradasi dan PI (di laboratorium), uji kepadatan (sand cone di lapangan),
uji CBR Lapangan (DCP).
2. Pengukuran : dimensi (panjang, lebar dan tebal dilaksanakan secara manual), kelandaian
(menggunakan pesawat waterpass atau theodolit)  dan kerataan permukaan (menggunakan
mistar ukur).

Pemeliharaan :
Pemeliharaan menyangkut kerataan permukaan, keutuhan dan kekokohan dilaksanakan
sampai pekerjaan tahap selanjutnya (perkerasan dengan aspal) akan dilaksanakan, sedemikian
rupa sehingga dimensi, permukaan dan mutu LPA tetap sesuai spesifikasi teknis.
4. LAPIS PERMUKAAN (SURFACE COURSE)

Lapis Permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas. Fungsi lapis permukaan
antara lain:

a. Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda

b. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan kerusakan akibat cuaca.

c. Sebagai lapisan aus (wearing course).

Bahan untuk lapis permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapis pondasi,
dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat
bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik, yang
berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas.

Pemilihan bahan untuk lapis permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan, umur rencana
serta pentahapan konstruksi, agar dicapai manfaat yang sebesar-besarnya dari biaya yang
dikeluarkan.

Tegangan yang besar akibat beban lalu lintas yang makin berat saat ini telah
mengakibatkan terjadinya pengembangan material-material baru. Dilihat dari aspek permukaan
jalan yang aman, maka kekesatan permukaan jalan merupakan hal yang utama. Hal lainnya yang
penting adalah bentuk penampang melintang normal (sumbu jalan lebih tinggi dari tepi jalan)
dan besarnya superelevasi di tikungan.

Umumnya angka kekesatan dinyatakan dari hasil uji alat ukur tahanan gesek. Permukaan
jalan yang baik mempunyai angka kekesatan > 65, sedangkan yang buruk memiliki nilai sekitar
40. Material agregat yang digunakan untuk lapis aus di uji ketahanan ausnya di laboratorium
untuk menghasilkan parameter ‘polished stone value’. Uji pada permukaan perkerasan juga
dilakukan dengan alat uji ketahanan gesek yang dapat langsung digunakan pada jalan yang
sesungguhnya. Nilai polished stone yang besar memiliki arti bahwa agregat semakin tahan aus,
dan bentuk sisi permukaannya halus dan tidak tajam.
Material Lapis Permukaan

Pada konstruksi perkerasan baru, ketebalan lapis permukaan berkisar antara 45 mm dan
105 mm. Namun demikian pada peningkatan jalan untuk memperkuat struktur jalan yang ada,
ketebalan lapis permukaan ini dapat sangat bervariasi. Jenis bahan yang dipilih untuk lapis
permukaan disesuaikan dengan beban lalu lintas yang diperkirakan, sedangkan ukuran nominal
agregat (20, 28, atau 40 mm) tergantung pada ketebalan lapisannya. semakin tebal lapis
permukaan jalan maka semakin besar ukuran agregat yang di pakai.

Jenis-jenis Lapis Permukaan (surface course)

Jenis lapis permukaan terdapat bermacam-macam yaitu:

a. Lapis Aspal Beton (LASTON)

Lapis Aspal Beton (LASTON) adalah merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan
yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal keras, yang dicampur, dihampar
dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.

b. Lapis Penetrasi Makadam (LAPEN)

Lapis Penetrasi Macadam (LAPEN) adalah merupakan suatu lapis perkerasan yang terdiri
dari agregat pokok dengan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh
aspal keras dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis dan apabila
akan digunakan sebagai lapis permukaan perlu diberi laburan aspal dengan batu penutup.

c. Lapis Asbuton Campuran Dingin (LASBUTAG)

Lapis Asbuton Campuran Dingin (LASBUTAG) adalah campuran yang terdiri dari
agregat kasar, agregat halus, asbuton, bahan peremaja dan filler (bila diperlukan) yang dicampur,
dihampar dan dipadatkan secara dingin.

d. Hot Rolled Asphalt (HRA)

Hot Rolled Asphalt (HRA) merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran antara
agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan perbandingan tertentu, yang dicampur
dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.
e. Laburan Aspal (BURAS)

Laburan Aspal (BURAS) adalah merupakan lapis penutup terdiri dengan ukuran butir
maksimum dari lapisan aspal taburan pasir 9,6 mm atau 3/8 inch.

f. Laburan Batu Satu Lapis (BURTU)

Laburan Batu Satu Lapis (BURTU) adalah merupakan lapis penutup yang terdiri dari
lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam. Tebal maksimum 20
mm.

g. Laburan Batu Dua Lapis

Laburan Batu Dua Lapis (BURDA) adalah merupakan lapis penutup yang terdiri dari
lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan. Tebal maksimum 35
mm.

h. Lapis Aspal Beton Pondasi Atas (LASTON ATAS)

Lapis Aspal Beton Pondasi Atas (LASTON ATAS) adalah merupakan pondasi
perkerasan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu, dicampur
dan dipadatkan dalam keadaan panas.

i. Lapis Aspal Beton Pondasi Bawah (LASTON BAWAH)

Lapis Aspal Beton Pondasi Bawah (LASTON BAWAH) adalah pada umumnya
merupakan lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar jalan yang terdiri
dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dicampur dan dipadatkan pada
temperatur tertentu.

j. Lapis Tipis Aspal Beton

Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON) adalah merupakan lapis penutup yang terdiri dari
campuran antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan perbandingan tertentu
yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Tebal padat antara 25
sampai 30 mm.
k. Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR)

Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR) adalah merupakan lapis penutup yang terdiri dari
campuran pasir dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas
pada suhu tertentu.

l. Aspal Makadam

Aspal Makadam adalah merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok
dan/atau agregat pengunci bergradasi terbuka atau seragam yang dicampur dengan aspal cair,
diperam dan dipadatkan secara dingin.

Bagian perkerasan jalan umumnya meliputi: lapis pondasi bawah (sub base course), lapis
pondasi (base course), dan lapis permukaan (surface course).

Lapis resap pengikat dan lapis perekat (prime coat dan tack coat)

Lapis Resap Pengikat ( Prime Coat )

a. Aspal emulsi ( MS, SS ), tidak diencerkan


b. AC pen 80/100 atau pen 60/70 diencerkan dg minyak tanah 80 pph, ekivalen MC 30

Lapis Perekat ( Tack Coat )

a. Aspal emulsi ( RS ),atau diencerkan dengan air perbandingan 1:1


b. AC pen 60/70 atau 80/100 diencerkan dengan minyak tanah 25 – 30 pph
5. ALAT ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM PEMELIHARAAN JALAN

Peralatan yang digunakan harus sesuai dengan keperluan pada saat melakukan kegiatan
pemeliharaan. Seluruh peralatan yang telah disepakati untuk digunakan dalam kegiatan
pemeliharaan senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan untuk penanganan pekerjaan dilapangan.

Jenis dan kapasitas peralatan serta kemampuan operatornya perlu disesuaikan dengan
kondisi di lapangan, agar dalam pengoperasiannya alat tersebut dapat berfungsi secara baik dan
lebih efisien. Penggunaan peralatan yang bukan peruntukannya akan menyebabkan inefisiensi
dan hasil akhir yang tidak memuaskan. Untuk mendukung keberhasilan penggunaan peralatan
yang sesuai, perlu mengetahui terlebih dahulu fungsi, karakteristik, kemampuan, dan cara
pengoperasiannya yang benar. Dalam pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi bawah digunakan alat
alat sebagai berikut :

a. Wheel Loader berfungsi untuk mengambil tumpukan agregat dari tempat pengambilan
material, selanjutnya dimasukkan kedalam dump truck

b. Dump truck berfungsi untuk mengangkut material agregat base A ke lokasi pekerjaan.
c. Motor grader berfungsi untuk memadatkan material base A.

d. Water tank truck berfungsi untuk menyiram agregat base A setelah penghamparan

e. Vibrator Ruller, Kegunaannya untuk pemadatan lapisan tanah dasar (subgrade), lapisan
pondasi bawah (subbase course), lapisan pondasi atas (base course)
f. Vibrating Plate Compactor, Kegunaannya untuk pemadatan lapisan campuran aspal,
Untuk pemadatan agregat pada bahu jalan dengan ketebalan < 10 cm (hanya lokasi
setempat), Untuk pemadatan Asphalt Treated Base (ATB)

g. Baby Roller (Vibrating), Kegunaannya untuk pemadatan campuran aspal dingin atau
campuran aspal panas, terutama pada lapisan permukaan dari penambalan lubang atau
perataan, Untuk pemadatan pasir atau agregat halus pada laburan aspal, Untuk pemadatan
agregat pada bahu jalan.

h. Site mixer, Kegunaannya untuk pembuatan campuran aspal dingin di lapangan (dengan
aspal emulsi, aspal cair/cutback atau asbuton) dengan ukuran maximum 0,1 m3.
i. Asphalt Sprayer, Kegunaannya peralatan penyemprot aspal.

KESIMPULAN TAHAPAN PEMBUATAN JALAN

1. Proses pemetaan
Pada tahapan ini dilakukan agar badan jalan sesuai dengan ukuran yang
diinginkan. Di proses ini seorang pekerja akan mengukur lebar jalan yang ingin di aspal,
kondisi tanah dan menentukan koordinat dari jalan yang akan di aspal nantinya.

2. Proses clearing (proses pembersihan)


Di tahap ini jalan akan di bentuk, seorang pekerja akan meminimalisr titik jalan
yang lembek, banyaknya sampah agar tidak menjadi masalah di kemudian hari supaya
titik koordinat jalan yang akan di aspal akan mampu bertahan sangat lama.

3. Proses stripping (pembentukan badan jalan)


Di proses ini yaitu tahap perkerjaan jalan dan timbunan. Pekerjaan galian ini
meliputi pemotongan tanah yang bertujuan untuk memperoleh bentuk elevasi permukaan
yang disesuaikan dengan gambar yang direncanakan. Untuk mengetahui elevasi jalan
perlu menggunakan alat ukur theodolite. Proses ini para perkerja akan membentuk
belokan yang sesuai, tinggi permukaan tanah agar sesuai dengan apa yang akan
direncanakan.
4. Proses sub grade (pemadatan tanah)
Pada proses sebelumnya setelah badan jalan terbentuk maka tanah perlu dipadatkan yang
di namakan pekerjaan sub grade. Sub grade dapat diartikan tanah dasar bagian bawah
lapisan perkerasan jalan lapisan ini bisa berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah
aslinya baik atau tanah urungan yang didatangkan dari tempat lain lalu dipadatkan atau
tanah yang distabilkan dengan semen atau kapur, yang terpenting adalah tanah harus
bebas dari sampah dan rumput untuk pemadatanya. Diproses pemadatanya biasanya
dilakukan degan menggunakan alah bulldozer dan vibrator roller.

5. Proses sub base course (proses melapisi bawah)


Setelah melaului proses sub grade yang sudah memenuhi persyaratan standart kepadatan,
pengerjaan selanjutnya adalah penghamparan material pondasi bawah berupa batu kali /
batu limestone yang di bawa menggunakan alat transportasi Dump Truck kemudian
diratakan dan dipadatkan dengan menggunakan alat tandem roller. Untuk ketebalan
lapisan sub base course mempunyai standart lapisan 30 cm.
Adapun fungsi utama lapisan sub base course antara lain :
1. Berfungsi untuk bagian konstruksi
2. Mengurangi lapisan yang ada di bagian atasnya
3. Sebagai lapisan peresapan agar air tidak mengendap dan terkumpul di pondasi

6. Proses base course (pondasi atas)


Penghamparan material pondasi bawah berupa sirdam sama menggunakan dump
truck dan diratakan lagi dengan tandem roller, lapisan ini dibuat untuk menyempurnakan
daya dukung beban juga sebagai bantalan terhadap lapisan permukaan. Material terbaik
untuk lapisan pondasi atas yaitu campuran 70 % batu pecahan berwarna abu – abu
keputihan ukuran 1 sampai dengan 5 cm dan 30 % lagi campuran abu batu atau pasir.
Cara atau proses penghamparan batu Base course sama dengan penghamparan
batu sub base course stelah base course terhanpar dengan rata barulah dilakukan
pemadatan secara merata masih terliahat lebih tinggi atau lebih rendah yang disesuaikan
dengan skema yang sudah digambarkan.stelah terlihat rata selanjutnya diratakan ekmbali
menggunakan tire roller sambil disiram air secukupnya.
Sebelum disiram lapisan (ATB=Asphalt Treated base) atau ACB diperlukan
lapisan serap pengikat antara base course dan ATB yaitu prime coat dan untuk
membersihkan debu menggunakan air compressor.
Adapun fungi dari prime coat diantaranya :
1. Memberikan daya ikat anatar lapis pondasi agreat dengan campuran aspal.
2. Mencegah lepasnya butiran lapisan agreat jika dilewatikendaraan sebelum di
lapisi aspal.
3. Mencegah lapis agreat dari pengaruh perubahan cuaca.

7. Proses hotmix
Setelah proses pengecoran dengan prime coat selanjutnya adalah proses pelapisan
atas menggunakan material asphalt jenit ATB (Asphalt Treated Base) atau AC-BC dan
pelapisanya menggunakan mesin finisher lalu di padatkan menggunakan mesin TR, pada
proses pelapisan ini sebelum di hampar lapisan permukaan perlu di cor tack coat (lem
perekat antara ATB dengan asphalt hotmix) dan pembersihan debu air conditioner
menggunakan mesin TR. Dan sebelum di hampar lapisan permukaan perlu di cor tack
coat (lem perekat antara ATB dengan asphalt hotmix)dan pembersihan debu dengan Air
compressor.

8. Proses surface course


Pekerjaan selanjutnya setelah dicor tack coat adalah penghamparan lapisan
permukaan menggunakan Asphalt hotmix penghamparannya sama menggunakan mesin
finisher lalu dipadatkan mengunakan Tandem Roller

9. Proses finishing
Pada tahap ini dilakukan pemadatan dan perataan jalan dengan alat peuneumatic
roller.

Anda mungkin juga menyukai